I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
CURAHAN KERJA, KONTRIBUSI ANGGOTA KELUARGA DALAM PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN POLA PENGELUARAN NELAYAN TRADISIONAL DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam terbesar di Asia Tenggara. Semestinya tidak diragukan lagi bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. penangkapan ikan dan binatang air lainnya (suyitno, 2012). Tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Kebijakan

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

UPAYA PENYULUH KABUPATEN BEKASI DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK PERIKANAN

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wanita adalah perempuan yang sudah dewasa, sedangkan perempuan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. berfokus pada aspek Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan. Hasil studi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan dan lahan tambak masih cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal, (2) Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perikanan walaupun masih relatif kecil kontribusinya, akan tetapi menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan bahkan peningkatannya tertinggi dibandingkan dengan sektor yang lain, (3) pola hidup masyarakat saat ini dicirikan dengan semakin selektifnya makanan yang disajikan dengan memenuhi kriteria gizi yang tinggi, mudah disajikan dan menjangkau masyarakat, dan (4) jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan mencapai lebih dari 200 juta jiwa merupakan pasar yang potensial bagi produkproduk perikanan (Kusumaatmadja, 2000). Secara teoritis, dengan potensi perikanan yang demikian besar, nelayan seharusnya mampu hidup berkecukupan. Namun kenyataannya, hanya segelintir nelayan yang hidup berkecukupan, selebihnya sebagian besar yang lain dapat dikatakan bukan saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang. Berbagai kajian mengenai kehidupan nelayan umumnya menekankan pada kemiskinan dan ketidakpastian perekonomian, karena kesulitan hidup yang dihadapi nelayan dan keluarganya (Emerson, 1980). Kehidupan nelayan dapat dikatakan tidak saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang, termasuk dalam hal pendidikan. Keterbatasan sosial yang dialami nelayan memang tidak terwujud dalam bentuk keterasingan, karena secara fisik

2 masyarakat nelayan tidak dapat dikatakan terisolasi atau terasing. Namun lebih terwujud pada ketidakmampuan mereka dalam mengambil bagian dalam kegiatan ekonomi pasar secara menguntungkan, yang ditunjukkan oleh lemahnya mereka mengembangkan organisasi keluar lingkungan kerabat mereka atau komunitas lokal (Budiharsono, 1989). Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan dalam ekonomi rumahtangga, dengan dasar skema waktu yang berbeda antara satuan waktu per bulan dan per tahun, diperoleh kesimpulan yang sama antara Aryani (1994) dan Reniati (1998) dalam hal: (1) anggota rumahtangga, yaitu istri dan anak, di samping suami selaku kepala rumahtangga, memegang peranan penting dalam berkontribusi untuk penerimaan rumahtangga nelayan, (2) dilihat dari curahan jam kerja, peranan istri cukup tinggi, dan (3) penerimaan nonmelaut memegang peranan menentukan dalam alokasi curahan kerja anggota keluarga dan kontribusinya terhadap penerimaan rumahtangga nelayan. Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumahtangga tidak hanya satu, melainkan dari beberapa sumber atau dikatakan rumahtangga tersebut melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan (Susilowati 2002). Fenomena pencaharian pendapatan tambahan rumahtangga lazim dijumpai pada masyarakat pedesaan, hal ini menandai adanya keragaman dalam sumber pendapatan rumahtangga. Pendapatan rumahtangga berasal dari berbagai sumber yang selalu berubah sesuai dengan musim dan kesempatan, pasar tenaga kerja dan waktu luang setiap harinya. Dengan keadaan tersebut, maka pembagian pekerjaan relatif lentur diantara anggota rumahtangga konsekuensinya, yaitu terjadinya perubahan

3 struktur pekerjaan dan alokasi waktu kerja pada anggota rumahtangga nelayan yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan struktur pendapatan rumahtangga nelayan (Wiradi, 1985 dan White, 1980). Untuk memahami berbagai upaya dalam meningkatkan pendapatan nelayan tradisional diperlukan pendekatan yang memperhatikan pola pengambilan keputusan keluarga secara internal di samping juga pengaruh eksternal. Keterlibatan seorang anggota keluarga nelayan dalam upaya mengurangi kemiskinan ternyata tidak hanya didasarkan pada keputusan pribadi nelayan, melainkan secara bersama-sama oleh anggota keluarganya. Antunes (1998) melaporkan 60% angkatan kerja wanita di wilayah Bendar, Juwana Jawa Tengah bekerja dalam kegiatan perikanan. Menurut Susilowati (1998) partisipasi kerja istri atau wanita dalam menambah pendapatan dipengaruhi oleh pekerjaan dan posisi suami, jumlah anggota keluarga dan peranannya dalam proses pengambilan keputusan dalam rumahtangga nelayan. Rumahtangga disebut unit dasar pengambilan keputusan karena peranan rumahtangga hampir mirip dengan perusahaan dalam teori permintaan tenaga kerja. Anggota rumahtangga dianggap akan bekerja dengan melihat pertimbangan anggota lain. Jadi keputusan penawaran tenaga kerja oleh rumahtangga merupakan proses simultan menuju kepuasan maksimum dengan sumberdaya terbatas. Dalam pencurahan tenaga kerja rumahtangga nelayan tradisional bukanlah didasarkan pada keputusan pribadi nelayan (suami), melainkan secara bersama-sama dilakukan oleh anggota rumahtangga yaitu suami, istri dan anaknya.

4 1.2. Perumusan Masalah Menurut Dinas Perikanan Jawa Tengah tahun 2008 jumlah nelayan di Pantai Utara Jawa Tengah mencapai 176 969 orang, sedangkan jumlah nelayan terbanyak terdapat di Kabupaten Brebes, yaitu 23.503 orang dengan peningkatan rata-rata per tahun sebesar 56.46%. Nelayan tradisional merupakan istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan kondisi sosial nelayan yang dicirikan oleh sikap mental yang tidak mudah menerima inovasi teknologi baru, di samping pemilikan aset produktif yang sangat minimal, pendapatan rendah dan miskin, umumnya hanya memiliki perahu tanpa motor dengan alat tangkap yang sederhana atau hanya memiliki modal tenaga kerja. Istilah tersebut digunakan untuk membedakan dengan nelayan modern atau non tradisional (Bailey, 1992). Kondisi keterbatasan sosial dan kemiskinan yang diderita masyarakat nelayan disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi musim ikan, keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan modal, kurangnya akses, dan jaringan perdagangan ikan yang cenderung eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen, serta dampak negatif modernisasi perikanan yang mendorong terkurasnya sumberdaya laut secara cepat dan berlebihan, serta terbatasnya peluang dan kesempatan nelayan untuk melakukan diverisifikasi pekerjaan, terutama di luar kegiatan pencarian ikan di laut. Sitorus (1994) mendapatkan bahwa seluruh kasus rumahtangga miskin menerapkan strategi sumber nafkah ganda. Artinya rumahtangga tidak hanya mengandalkan hidup pada satu jenis pekerjaan. Di desa pantai, nelayan menyadari bahwa ekonomi rumahtangga mereka sangat ditentukan oleh keadaan cuaca,

5 untuk itu terutama bagi rumahtangga yang mempunyai anak banyak, mereka mencari sumber pendapatan lain yang menambah penghasilan rumahtangga mereka. Hasibuan (1994) menunjukkan bahwa penduduk pedesaan baik petani maupun nelayan cenderung beragam bidang nafkah yang dapat dijadikan untuk mempertahankan kehidupan rumahtangganya. Dalam hal ini masalah utama yang mereka hadapi adalah semakin terbatasnya kesempatan kerja bagi penduduk untuk mendapatkan sumber penghasilan yang relatif tetap. Subade (1993) mengajukan argumen bahwa nelayan tetap tinggal pada kegiatan perikanan karena rendahnya opportunity cost pada kegiatan melaut di lingkungan mereka. Opportunity cost nelayan menurut definisi adalah kemungkinan atau alternatif kegiatan atau usaha ekonomi lain yang terbaik yang dapat diperoleh selain menangkap ikan. Dengan kata lain, opportunity cost adalah kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bila saja mereka tidak menangkap ikan. Bila opportunity cost rendah maka nelayan cenderung tetap melaksanakan usahanya meskipun usaha tersebut tidak lagi menguntungkan dan efisien. Ada juga argumen yang mengatakan bahwa opportunity cost nelayan, khususnya di negara berkembang, sangat kecil dan cenderung mendekati nihil. Bila demikian maka nelayan tidak punya pilihan lain sebagai mata pencahariannya. Dengan demikian apa yang terjadi, nelayan tetap bekerja sebagai nelayan karena hanya itu yang bisa dikerjakan. Nelayan tradisional dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus mencukupi kebutuhan rumahtangga mereka dengan tidak mengandalkan dari satu sumber pendapatan atau pekerjaan saja, melainkan dari berbagai sumber baik pekerjaan-pekerjaan yang masih berkait dengan kegiatan kenelayanan atau

6 pencarian ikan di laut, maupun kegiatan di luar sektor kenelayanan, seperti bertani, berkebun, penjual jasa, maupun tukang becak. Keputusan pencurahan waktu kerja oleh anggota rumahtangga baik di dalam maupun di luar sub sektor perikanan akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh rumahtangga dan pendapatan rumahtangga akan mempengaruhi pola pengeluaran. Keputusan rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran merupakan perilaku rumahtangga. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang menyangkut perilaku rumahtangga nelayan tradisional yang perlu diteliti adalah: 1. Bagaimana setiap anggota rumahtangga nelayan tradisional melakukan pencurahan waktu kerjanya dengan terbatasnya kesempatan kerja di daerah pesisir? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga nelayan tradisional? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari perilaku ekonomi rumahtangga nelayan tradisional. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan kerja pada rumahtangga nelayan tradisional. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran rumahtangga nelayan tradisional.

7 Secara keseluruhan nelayan tradisional di Kabupaten Brebes Jawa Tengah didominasi oleh nelayan dengan alat tangkap payang, maka dalam tujuan penelitian ini rumahtangga yang dianalisis adalah rumahtangga nelayan tradisional dengan alat tangkap payang. 1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1.4.1. Ruang Lingkup Hasil penelitian ekonomi rumahtangga nelayan yang dilakukan oleh Reniati (1998) menunjukkan bahwa penggunaan model ekonomi rumahtangga perikanan untuk kajian ekonomi rumahtangga nelayan memerlukan beberapa penyesuaian, khususnya adanya perbedaan perilaku rumahtangga nelayan dalam berproduksi dimana nelayan menghadapi kondisi ketidakpastian ketersediaan ikan dan kegiatan eksploitasi penangkapan ikan. 1. Penelitian ini dilakukan terhadap rumahtangga nelayan tradisional dengan alat tangkap payang. 2. Alokasi waktu kerja anggota rumahtangga yang dianalisis adalah waktu untuk bekerja produktif di pasar kerja (market production time) yaitu waktu yang digunakan untuk mencari nafkah (income earning market production) yang memungkinkan rumahtangga dapat membeli barang dan jasa di pasar. (Halide,1979) 3. Variabel dalam penelitian ini meliputi: pencurahan waktu tenaga kerja rumahtangga di dalam sub sektor perikanan (melaut) dan di luar sub sektor perikanan (nonmelaut), pendapatan rumahtangga dari dalam dan luar sub sektor perikanan, pengeluaran rumahtangga (pangan dan nonpangan) serta produksi.

8 1.4.2. Keterbatasan Validitas data yang dikumpulkan sangat tergantung kepada daya ingat dan kejujuran rumahtangga respoden. Suatu penelitian tentang alokasi waktu kerja, kontribusi pendapatan dan pola pengeluaran dalam setahun tentu membutuhkan cara pengumpulan data yang sangat teliti dari satu waktu ke waktu berikutnya dalam berbagai jenis kegiatan secara lengkap dan sistematis. Hal ini tentu membutuhkan waktu, biaya dan tenaga yang lebih banyak. Seperti yang pernah dilakukan oleh Halide (1979), karena keterbatasan dalam hal-hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rata-rata setahun dari kebiasaan aktivitas per hari, per minggu maupun per bulan. Alokasi waktu kerja dianalisis secara deskriptif dari data primer.