BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

BAB VI PERENCANAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM

PERENCANAAN GROIN PANTAI TIKU KABUPATEN AGAM

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

Prakata. Penulisan pedoman ini mengacu pada Pedoman BSN No. 8 Tahun 2000 dan ketentuan terkait lainnya yang berlaku.

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai bangunan pantai dan beberapa contohnya.

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

HALAMAN PENGESAHAN. Disusun oleh : LEONARDUS LOAN RAH UTOMO L2A Disetujui pada : Hari : Tanggal : Oktober 2010

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMANAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI MANGATASIK KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA

BAB II STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN DIMENSI GROIN PANTAI PASIR SUNUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi pada Proyek Detail Desain Bendung D.I.

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( )

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI KIMA BAJO KABUPATEN MINAHASA UTARA

ANALISIS STABILITAS STRUKTUR BREAKWATER MENGGUNAKAN BATU BRONJONG DI SERANG BANTEN ABSTRAK

Gambar 2.1 Batasan Pantai (Triatmodjo B, 1999)

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB V STABILITAS BENDUNG

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG PADA PANTAI KUWARU, DUSUN KUWARU, DESA PONCOSARI, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN

MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG

PERENCANAAN DIMENSI BANGUNAN (GROIN) MATERIAL BATU ALAM PANTAI MUARA AIR HAJI KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract

PERENCANAAN BANGUNAN JETTY di MUARA SUNGAI MALAKOPA KECAMATAN PAGAI SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB VI REVISI BAB VI

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN ABUTMEN DAN ALTERNATIF JALAN PENDEKAT JEMBATAN BRAWIJAYA KEDIRI. Wilman Firmansyah

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

Perhitungan Struktur Bab IV

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA

Gambar 1.1. Peta Potensi Ikan Perairan Indonesia (Sumber

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai Untuk Mengatasi Kemunduran Garis Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah

BAB VI USULAN ALTERNATIF

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI DI PANTAI PAL KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN

LEMBAR PENGESAHAN. PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGAMANANAN PANTAI DARI BAHAYA ABRASI DI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN DIMENSI GROIN MENGGUNAKAN MATERIAL BATU ALAM PANTAI PASIR BARU DISISI BARAT KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PERENCANAAN JETTY DI MUARA SUNGAI RANOYAPO AMURANG

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

Pengendalian Banjir Rob Semarang

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

(Design of The Shore Protection for Muarareja, Tegal)

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

Transkripsi:

117 BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN 7.1 ANALISA MASALAH PENUTUPAN MUARA Permasalahan yang banyak di jumpai di muara sungai adalah pendangkalan/penutupan mulut sungai oleh transport sedimen sepanjang pantai (longshore transport) dan suplai sedimen dari daerah hulu yang mengalami erosi. Sedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa oleh sungai, dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai. Permasalahan tersebut banyak terjadi di sungai sungai yang bermuara di pantai berpasir dengan gelombang besar, terutama jika variasi debit musimannya besar. Pendangkalan tersebut menyebabkan ketidaklancaran pembuangan debit banjir ke laut mempengaruhi luapan air di daerah hulu yang berakibat banjir. Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di muara Kali Silandak diantaranya : 1. Sedimentasi akibat proses erosi yang ada di hulu yang disebabkan oleh pengeprasan tebing guna pengembangan kawasan pemukiman dan Kawasan Industri Candi.. Longshore Transport akibat dari arus energi dan gelombang terutama dari arah Barat sampai Timur (yang utama disebabkan oleh angin Barat Laut an Utara).. Morfologi muara Kali Silandak lebih didominasi oleh faktor gelombang, sehingga dengan debit sungai yang relatif kecil tidak mampu menggelontor endapan yang terjadi di daerah hilir. Q = Debit sungai Timur Barat Qs = Transportasi sedimen Garis gelombang pecah α Gelombang dominan Erosi Endapan Gambar 7.1. Pembelokan mulut sungai/muara akibat pengaruh gelombang

118 7. ALTERNATIF PENANGGULANGAN MASALAH a. Prinsip - prinsip penanggulangan masalah Proses penanganan muara di Kali Silandak, yang secara umum terjadi penutupan muara pada musim kemarau, maka perlu dibuat bangunan berupa jetty. Beberapa prinsip pembuatan jetty guna menjamin supaya penyumbatan di Muara Kali Silandak tidak terjadi adalah dilakukan sebagai berikut : (1). Pada musim kemarau di mana debit aliran sungai relatif kecil, maka perlu dibuat penanganan supaya sedimentasi di muara dapat tergerus oleh aliran sungai dan oleh energi pasang - surut. (). Pada musim banjir, sedimentasi di muara akan secara otomatis dapat tergelontor oleh aliran banjir. (). Pada sisi hilir, dimana terjadi erosi/abrasi garis pantai, perlu diperhatikan supaya bagian pangkal jetty dapat menyatu dengan tanggul sungai. (4). Panjang jetty supaya dapat diusahakan mencapai kedalaman laut yang cukup (laut dalam), sehingga tersedia gradien aliran yang cukup. b. Pemilihan alternatif bangunan Dalam pekerjaan perencanaan ini dilakukan analisis terhadap tiga alternatif rencana bangunan, yaitu jetty pendek, jetty sedang dan jetty panjang. Pemilihan tipe bangunan yang digunakan dipertimbangkan baik secara teknis maupun ekonomis. Gelombang dominan Garis gelombang pecah Qs Garis air surut Jetty Panjang Jetty sedang Gelombang dominan Qs Garis air surut Jetty pendek Bangunan di tebing Gambar 7.. Alternatif pemilihan tipe Jetty

119 7. PERENCANAAN ALTERNATIF TERPILIH Untuk mengatasi masalah penutupan mulut sungai yang terjadi di muara Kali Silandak ini, maka direncanakan konstruksi jetty pada Muara Kali Silandak sebagai penahan transport sedimen sepanjang pantai (longshore transport). 7..1 Jetty Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang ditempatkan di kedua sisi muara sungai. bangunan ini untuk menahan sedimen/pasir yang bergerak sepanjang pantai masuk dan mengendap di muara sungai, yang dapat menyumbat aliran sungai saat debit rendah. Selain itu jetty juga bisa digunakan untuk mencegah pendangkalan di muara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. Transportasi sedimen sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan endapan tersebut. Pasir yang melintas di depan muara akan terdorong oleh gelombang dan masuk ke dalam muara, dan tersumbatnya muara sungai, penutupan muara tersebut dapat menyebabkan banjir di daerah sebelah hulu muara. Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara sungai dalam arah yang sama dengan transport sedimen. Jetty dapat dibuat dan tumpukan batu, beton, caisson, tumpukan buis beton, turap dan sebagainya. 7.. Arah Jetty Arah jetty ditentukan oleh posisi letak muara sungai, di mana berdasarkan peta bathimetri dan untuk menyesuaikan posisi dari tanggul yang sudah ada, maka arah jetty ditentukan sebesar 15 o 5 5,8 serong ke timur dihitung dari arah utara sesuai dengan tapak alur sungai yang telah ada yang dapat dilihat dari kontur dasar laut bathimetri. L A U T J A W A W R Gambar 7.. Layout peletakan jetty

10 7.. Pehitungan Elevasi Puncak Jetty 7...1 Berdasarkan Aspek Hidro - Oceanografi Perhitungan Wave Set-up Gelombang yang datang dari laut menuju pantai menyebabkan fluktuasi muka air di daerah pantai terhadap muka air diam. Naiknya muka air laut disebut wave set-up. Wave Set-up dihitung dengan menggunakan persamaan : S H 0 H b ( 7.1 ) g T b W =.19 1.8 Dari perhitungan sebelumnya, diperoleh data hasil perhitungan sebagai berikut : Tinggi gelombang (H) = 0,990 m Periode gelombang (T) = 5,950 dtk Tinggi gelombang pecah (H b ) = 1,091 m 1,091 Sw = 0,19 1,8 x1, 091 = 0,175 m 9,81 5,950 Kenaikan Muka Air Laut Karena Pemanasan Global Kenaikan muka air karena pemanasan global ( Sea Level Rise ( SLR )) selama 5 tahun mulai tahun 007 diperkirakan dari Gambar 7.4 yang hasilnya adalah 1 cm = 0,1m 007 Gambar 7.4. Grafik kenaikan muka air akibat pemanasan global DWL = 0,77 + 0,175 + 0,1 = 1,075 m, elevasi puncak jetty diambil setinggi,75 dengan pertimbangan jetty dapat difungsikan sebagai tempat wisata pada saat kondisi debit sungai tidak terjadi banjir, dan tinggi nilai overtopping saat debit sungai mengalami banjir, diambil sebesar ± 0,50m dari kondisi debit banjir maksimal.

11 7... Berdasarkan Aspek Hidrolika dari Sungai Silandak Ketinggian elevasi muka air banjir di Muara Kali Silandak pada saat terjadi banjir adalah pada elevasi,5m. Dalam perencanaan ini ketinggian puncak elevasi jetty diambil,75 m lebih rendah daripada elevasi muka air banjir pada sungai, dengan asumsi bahwa pada saat banjir masih ada kemungkinan air sungai setinggi ± 0,50 m bisa meluap ke arah laut, dan pada saat tidak ada banjir jetty dapat digunakan sebagai media tempat wisata warga. Sta. 1 1000 Sta. 1-10 Sta. 0 0 Sta. 0 16,5 Sta. 0,50 Sta. 0 48,5

1 Sta. 0 65 Gambar 7.5. Tabel output data HEC-RAS

1 7..4 Parameter dan rumus yang digunakan dalam perencanaan Jetty Vertikal Parameter parameter yang digunakan dalam perencanaan LLWL = -0,6 m dari MSL HHWL = +0,77 m dari MSL d b = 1,76 m dari MSL H atau H s = 0,59 m Hb = 1,091 m dari MSL H 1 = 0,990 m T 1 = 5,950 dtk Lokasi kedalaman gelombang pecah didasarkan pada posisi LLWL, sehingga kedalaman gelombang pecahnya menjadi : 1,76 ( -0,6 ) = 1,90 m dimana dapat dilihat pada kontur peta diukur dari posisi ( MSL ) Rumus - rumus yang digunakan dalam perencanaan 1. Tekanan gelombang yang terjadi pada dinding vertikal jetty diantaranya : p 1 = 1/ x ( 1+ Cosβ ) x ( α 1 + α Cos β ) x γ o x H max ( 7. ) H max = 1,8 x H s ( 7. ) p1 p = ( 7.4 ) Cosh(πd / L) p = α x p 1 ( 7.5 ) dengan : 4πd / L α 1 = 0,6 + ½ x sinh(4πd / L) d bw h H max d α = min ; d bw h H max ( 7.6 ) ( 7.7 ) d' 1 α = 1-1 ( 7.8 ) d Cosh(πd / L) ( dalam Goda, 1985 ) dimana : p 1 = tekanan maksimum yang terjadi pada elevasi muka air rencana p = tekanan yang terjadi pada tanah dasar p = tekanan yang terjadi pada dasar dinding vertikal Pu = tekanan keatas pada dasar dinding d = kedalaman air didepan pemecah gelombang h = kedalaman diatas lapis pelindung dari fondasi tumpukan batu

14 d c = jarak antara elevasi muka air rencana dan puncak bangunan d = jarak dari elevasi muka air rencana ke dasar tampang sisi tegak η * = elevasi maksimum dari distribusi tekanan gelombang terhadap muka air P1 y* η* dc h d' Pu P P Gambar 7.6. Tekanan gelombang pada pemecah gelombang sisi tegak Min (a,b) : nilai yang lebih kecil antara a dan b d bw = kedalaman air di lokasi yang berjarak 5 H s ke arah laut dari pemecah gelombang β = sudut antara arah gelombang datang dan garis tegak lurus pemecah gelombang, yang biasanya diambil 15 o. Elevasi maksimum dimana tekanan gelombang bekerja η* = 0,75 ( 1 + Cos β ). H max ( 7.9 ). Tekanan ke atas ( P u ) P u = ½ ( 1+ Cos β ).α 1. α.γ o.h max ( 7.10 ) 4. Gaya gelombang dan momen R m = ½ ( p 1 + p ).d + ½ ( p1 + p4 ).d c * M m = 1/6 ( p 1 + p ).d + ½ ( p 1 + p 4 ).d.d c * + 1/6 (p 1 + p 4 ) d c * ( 7.11 ) dengan : p 4 = p 1.(1 d c / η*) dimana : η* > d c 0 dimana : η* d c d c * = min { η *,d c }

15 5. Gaya angkat dan momennya terhadap ujung belakang kaki bangunan U = ½. P u. B ( 7.1 ) Mu = U. B ( 7.1 ) dengan B adalah lebar dasar bangunan vertikal Gaya Tekanan Gaya Angkat Gambar 7.7. Gaya gelombang, gaya angkat dan momen 7..5 Stabilitas Jetty Stabilitas jetty di desain untuk dapat menahan gempuran energi gelombang yang terjadi. Dengan kondisi : - lokasi gelombang pecah jetty = -1,76 m - LLWL = - 0,6 m - Sehingga kedalaman maksimal lokasi jetty (d s ) = 1,90 m Perhitungan gelombang laut dalam ekivalen : Tinggi gelombang (H o ) Periode gelombang (T) Arah datang gelombang (α 0 ) Kedalaman (d s ) = 0,990 m = 5,950 dtk = 45 o = 1,90 m a) Perhitungan koefisien shoaling (K s ) L o = 1,56 x T = 1,56 x 5,950 = 55,8 m L C o = O 55,8 = T 5, 950 = 9,8 m/dtk d = 0,044 n1 = 0,901 L 0 Dari lampiran tabel L-1 didapat : L = 1,90 0,07677 = 4,749 d = 0,07677 L K s = n O L O 0,5x55,8 = nl 0,901x4, 749 = 1,199

16 b) Perhitungan koefisien refraksi (Kr) L 4,749 C = = T 5, 950 = 4,159 m/dtk C Sin α = sin α = C o 4,159 9,8 sin 45 = 0,17 α = 18,47 cosα K r = o cosα o cos 45 cos18,47 = o = 0,86 Dari perhitungan di atas koefisien didapat tinggi gelombang ekivalen (H o ) adalah : (H o ) = Ks x Kr x Ho = 1,199 x 0,86 x 0,990 = 1,04 m c) Perhitungan tinggi gelombang pecah dengan Metode SPM Ho = 1,04 m H o ' 1,04 = gt 9,81 5,950 = 0,009 dimasukkan ke grafik 7.8 H H H b b o ' Gambar 7.8. Grafik penentuan tinggi gelombang pecah (H b ) = 1,0 = Ho x 1,0 = 1,04 x 1,0 = 1, m +,75 m H b = 1, m d s = 1,90 m

17 7..6 Perencanaan jetty vertikal dengan menggunakan struktur caisson a) Kedalaman air dan tinggi bangunan : d = Hb = 0,6 m dc = 1,6 m T = 5,95 dtk m = 0,00 d = d s + d =,5 m γ o = 1,0 ton/m H s = 0,59 m h = 0,15 m γ r =,65 ton/m B =,50 m Panjang dan Tinggi Gelombang : Lo = 1,56 x T = 1,56 x 5,95 Lo = 55,8 m d s 1,90 = Lo 55, 8 = 0,044 H max = 1,8 x H s = 1,8 x 0,59 H max = 1,067 m d bw = d + 5. m. H s =,5 + 5 x 0,00 x 0,59 =,579 m b) Tekanan Gelombang Dengan menggunakan grafik L-1 dan interpolasi, untuk nilai diperoleh nilai nilai sebagai berikut : d L s o = 0,044 d = 0,07677 Sinh (4πd/L) = 1,115 L 4πd L = 0,9647 Cosh (πd/l) = 1,1186 Koefisien Tekanan Gelombang 4πd / L - α 1 = 0,6 + ½ x sinh(4πd / L) α 1 = 0,6 + ½ 0,9647 1,115 = 0,969 d bw h H max d - α = min ; d bw h H max

18 d bw h H max d h bw =,579 0,15 1,067 x x,579 0,15 = 15,885 d H max = x,5 1,067 = 4,75 α = min ( 15,885 ; 4,74 ) α = 4,74 - α = 1- d d' 1 1 Cosh(πd / L) 0,6 α = 1-,5 1 1 1, 1186 α = 0,974 Tekanan Gelombang - Tekanan maksimum yang terjadi pada elevasi muka air rencana ( p 1 ) : p 1 = 1/ x ( 1+ Cos β ) x ( α 1 + α Cos β ) x γ o x H max p 1 = 1/ x ( 1+ Cos 15 o ) x ( 0,969 + 4,74 Cos 15 o ) x 1,0 x 1,067 = 6,149 t/m - Tekanan yang terjadi pada tanah dasar ( p ) : p = p1 Cosh(πd / L) p = 6,149 1,1186 = 5,497 t/m - Tekanan yang terjadi pada dasar dinding vertikal ( p ) : p = α x p 1 p = 0,974 x 6,149 = 5,989 t/m - Tekanan keatas pada dasar dinding vertikal ( P u ) : P u = ½ ( 1+ Cos β ).α 1. α.γ o.h max P u = ½ ( 1+ Cos 15 o ) x 0,969 x 0,974 x 1,0 x 1,067 = 1,019 t/m

19 Gaya Gelombang dan Momen - Menghitung elevasi maksimum distribusi tekanan gelombang terhadap muka air : η* = 0,75 ( 1 + Cos β ). H max η* = 0,75 ( 1 + Cos 15 o ) x 1,067 = 1,57 m - Menghitung jarak antara elevasi muka air rencana dan puncak bangunan : d c * = min { η *,dc} d c * = min ( 1,57 ; 1,60 ) d c * = 1,57 m dimana : d c η* maka p 4 = 0 Gaya Gelombang & Momen Gelombang R m = ½ ( p 1 + p ).d + ½ ( p 1 + p 4 ).d c * R m = ½ ( 6,149 + 5,989 )x 0,6 + ½ ( 6,149 + 0 ) x 1,57 R m = 8,599 t M m = 1/6 ( p 1 + p ).d + ½ ( p 1 + p 4 ).d.d c * + 1/6 ( p 1 + p 4 ) d c * M m = 1/6 ( x6,149 + 5,497 ) x 0,6 + ½ ( 6,149 + 0 ) x 0,6 x 1,57 + 1/6 ( 6,149 + 0 ) x 1,57 M m = 6,674 tm Gaya Angkat & Momen U = ½. P u. B U = ½. 1,019 x,5 = 1,74 t Mu = U. B Mu = x 1,74 x,5 =,1 tm

10 c) Cek Stabilitas Struktur Caisson Berat struktur beton diatas air ( γ o =,4 t/m ) Luasan lingkaran 1 (LO 1 ) = πr =,14 x (1,5 ) = 4,906 m Luasan lingkaran (LO ) = πr =,14 x ( 1,0 ) =,14 m Luasan caisson = LO 1 LO = 4,906,14 = 1,766 m Berat struktur caisson (W c ) = L x γ o W c = 1,766 x,40 x,75 = 11,656t Gambar 7.9. Detail Caisson Berat isi struktur diatas air ( γ o =,4 t/m ) Berat isi caisson ( W s ) = LO x γ o W s =,14 x,4 x,75 = 0,74 t Berat total struktur (W tot ) = W c + W s W tot = 11,656 + 0,74 =,80 t Kontrol stabilitas keseluruhan konstruksi, dimana koefisien gesek = 0,7 Stabilitas Sliding = = Σ V µ ΣH,80 0,7 8,599 s =,766 > 1, OK!! Stabilitas guling = ΣMV ΣMH > 1,5 = 40,475 6,674 = 6,065 > 1,5 OK!!

11 d) Menghitung pondasi bawah Kondisi pondasi tenggelam Direncanakan tinggi pondasi bangunan sampai pada posisi HWL = + 0,77 m dimana (t) = 0,77 - (-1,90) =,67 m, dan d s diukur dari lokasi terdalam jetty (-1,90)sampai posisi MSL, sehingga d s = 1,90 m d 1 = t - d s =,67 1,90 = 0,41 m d 1 /d s = 0,41 dari Gambar 7.1. di peroleh Ns = 16 Gambar 7.10. Angka stabilitas N s untuk fondasi pelindung kaki Berat butir : Sr = γ r γ o s r b γ r H W = N ( S 1) Diameter batu,65 1,71 =,65 16 1 1,0 = 0,1 ton = 1 kg D = W γ r 1

1 Dimana nilai untuk γ r diambil 80%nya sehingga = 80% x,65 =,1 ton/m D = 0,1,1 1 = 0,46 m = 46 cm diameter batu yang digunakan untuk pondasi bawah uk.φ 45 60 cm dengan berat batu W = 00 400 kg Kondisi pondasi tidak tenggelam Tabel 7.1. Daftar harga K (Koefisien Lapis) Batu Pelindung n Penempatan K Batu alam (halus) Random (acak) 1,0 Batu alam (kasar) Random (acak) 1,15 Batu alam (kasar) > Random (acak) 1,10 Kubus Random (acak) 1,10 Tetrapoda Random (acak) 1,04 Quadripod Random (acak) 0,95 Hexapoda Random (acak) 1,15 Tribard Random (acak) 1,0 Dolos Random (acak) 1,00 Tribar Seragam 1,1 Batu alam 1 Random (acak) Porositas P (%) 8 7 40 47 50 49 47 54 6 47 7 Tabel 7.. Koefisien stabilitas K D untuk berbagai jenis butir Lengan Bangunan Ujung Bangunan K D K D Lapis lindung n Penempatan Gelombang Gelombang Pecah Tdk Pecah Tdk pecah Pecah Batu Pecah Bulat halus Acak Bulat halus > Acak Bersudut kasar 1 Acak 1,,4 1,1 1,9 1,6, 1,4, * 1,9 * 1, Kemiringan Cot θ 1,5-,0 * *

1 Bersudut kasar Acak,0 4,0 1,9 1,6 1, Bersudut kasar > Acak, 4,5,1 Bersudut kasar Khusus * 5,8 7,0 5, Parallel epiped Khusus 7,0-0 8,5-4 - Tetrapoda 5,0 Dan Acak 7,0 8,0 4,5 Quadripod,5 8, Tribar Acak 9,0 10,0 7,8 6,0 Dolos Acak 15,8 1,8 8,0 7,0,,8, 4, 6,4-6,0 5,5 4,0 9,0 8,5 6,5 16,0 14,0 1,5,0,0 * * 1,5,0,0 1,5,0,0,0,0 Dari Tabel 7.1. dan Tabel 7.. diperoleh data data sebagai berikut : n = KD = 1,9 untuk ujung dan untuk lengan K = 1,15 Porositas P (%) = 7 Cot θ = γa = berat jenis air laut ( 1,0 t/m ) γr = berat jenis batu (,65 t/m) Menghitung Berat Butir Lapis Lindung : Berat butir batu pelindung dengan menggunakan Rumus Hudson adalah sebagai berikut : γ r H W = ( 7.14 ) K ( S 1) cotθ D r dimana : W = berat butir batu pelindung ( ton ) γr = berat jenis batu ( ton/m )

14 γa = berat jenis air laut ( ton/m ) H = tinggi gelombang rencana ( m ) θ = sudut kemiringan sisi KD = koefisien stabilitas bentuk batu pelindung Lapis pelindung utama ( armor stone ) Berat lapis pelindung utama ( W ) : W,65x1, = = 0,4 ton = 4 kg,65 1,9 x 1 x 1,0 Berdasarkan dari kondisi diatas, asumsi yang diambil dalam perencanaan adalah pondasi yang tenggelam mengingat diatas pondasi masih ada struktur caisson dan fungsi dari pondasi hanya untuk menahan struktur caisson supaya tidak terjadi kemungkinan struktur mengalami geser, guling, dan sliding. Selain itu juga supaya posisi daripada elevasi puncak jetty tidak terlalu tinggi. Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Tumpukan Batu Belah Ø = 45-60 cm W 00-400 kg Laut Core Batu Pecah Ø = 0-0 cm W = 0-40 kg Sungai Geotextile Woven Toe Protection Ø = 5-0 cm W = - 10 kg Gambar 7.11. Struktur jetty vertikal

15 7..7 Penulangan Caisson Data Caisson : Lebar jetty =,50 m Panjang jetty = 65 m Tinggi jetty =,75 m Berat jenis struktur beton =,40 t/m Berat jenis air = 1,0 t/m Mutu beton (f c) = 5 kg/cm Mutu baja (fy) = 400 kg/cm Pembebanan Struktur a Beban Mati Berat Caisson :,40 x,14 x 1,5 = 11,775 t b Beban Hidup Beban D terdiri dari : - Faktor Kejut 0 : K = 1+ = 1,174 50 + 65 - Beban Garis : P = 1 x 1,174 = 5,1 t/m,75 1, 1 Beban Merata : untuk L > 60 m, maka q =, - 60 x ( 65 0 ) = 1,558 t/m Total beban D = (5,1 x,5) + (,561 x 0,5) + (,561 x 0,5) + (1,558 x,5) + (0,779 x 0,5) + (0,779 x 0,5) = 0,040 t - Beban T kendaraan dianggap = 1 t c Beban Horisontal Beban horizontal terdiri dari : - Beban Rem dan Traksi (Rm) : pengaruh gaya gaya dalam arah memanjang akibat rem diperhitungkan sebesar 5% dari beban D Rm = 5% x 0,040 = 1,00 t - Beban gempa ( Gb ) Besarnya Gb diambil sebesar 0,15 x beban mati Gb = 0,15 x 11,775 = 1,766 t

16 d Gaya Gelombang (Rm) dan Gaya Angkat (U) Kaison : R m = 8,599 t U = 1,74 t Sehingga : q u =11,775+(1,00 x,75)+(8,599 x,75)+1,558+(1,766 x 1,75)=,745 tm p = 5,1 + 1 1,74 = 16,87 t R A = p + ( qu xl) = 16,87 + (,745x,5) = 7,85 t M max = 8 1 x qu x l + 4 1 x p x l = 8 1 x,745 x 16,87 + 4 1 x 16,87 x,5 = 797,5 tm Penulangan Caisson Pu Mu = 7,85 t = 7850 N = 797,5 tm Mn = Mu / 1, = 98,76 t d =,5 m = h p (1/ x ) = 500 400 (1/ x 19) = 09 mm Agr = 500 x 1000 =,5 x 10 6 mm Pu ( φxagrx0,85xf ' c) = 4 7,85x10 6 (1,6 x,5x10 x0,85x,5) = 0,0049 < 0,1 et = Mn 98,76 = Pu 7, 85 = 10,54 m = 1054 mm et h = 1054 = 4,17 500 (φ Pu xagrx 0,85xf ' c) et x h = 0,0049 x 4,17 = 0,01 d' h 400 = 500 = 0,6 dari grafik 6..d (GTPBB) diperoleh r = 0,001 β = 1,0 ρ = r x β = 0,001 x 1,0 = 0,001

17 tulangan pokok : A s = ρ x Agr = 0,001 x,5 x 10 6 = 000 mm dipakai tulangan = 19 100 ( 85 mm ) tulangan sengkang dipakai : A s = 5% x 000 = 750 mm dipasang 1 175 ( 640 mm ) Pengkait Untuk Mengangkat Ø 19 Tul. Pokok Ø 19-100 Sengkang Ø 1-175 Pengkait Untuk Mengangkat Ø 19 Sengkang Ø 1-175 Tul. Pokok Ø 19-100 Gambar 7.1. Penulangan Struktur Caisson

18 L A U T J A W A W R Gambar 7.1. Layout peletakan jetty Berikut ini gambar gambar tipe jetty Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Tumpukan Batu Belah Ø = 40-60 cm W 00-400 kg Laut Core Batu Pecah Ø = 0-0 cm W = 0-40 kg Sungai Geotekstile Woven Toe Protection Ø = 5-0 cm W = - 10 kg Gambar 7.14. Detail jetty M01 M04 Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Tumpukan Batu Belah Ø = 45-60 cm W 00-400 kg Laut Core Batu Pecah Ø = 0-0 cm W = 0-40 kg Sungai Geotextile Woven Toe Protection Ø = 5-0 cm W = - 10 kg Gambar 7.15. Detail jetty M05

BIDANG PERSAMAAN JARAK ANTAR AS JETTY (m) ELEVASI DASAR KIRI (m) ELEVASI DASAR KANAN (m) - 0.50-1.00 -.50 m 19-1.0 + 1.00 + 1.50-1.0-1.0-1.0 0.00-0.0-0.60 0.00-0.50-1.0-1.90-1.0-1.90 ELEVASI DASAR (m) ELEVASI JETTY KIRI (m) ELEVASI JETTY KANAN (m) +.00 m +.50 +.00 16.5 16.5 16.5 16.5 RENCANA EXISTING +.75 +.75 +.75 +.75 +.75 +.75 +.75+.75 +.75+.75 + 1.50 + 1.00 + 0.50 0.00-1.50 -.00 Gambar 7.16. Potongan memanjang jetty M01 M05