BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan Dalam kaitannya dengan dimensi content dan context, maka implementasi kebijakan ini tidak dapat terlaksana dengan baik, secara ringkas disebabkan karena empat faktor. Masing-masing faktor tersebut didasarkan ditinjau dari variabel-variabel yang membuat kebijakan Perda Zakat mengalami limitasi saat diimplementasikan. Pemetaan ini dengan demikian dapat menunjukkan bahwa persoalan implementasi Perda Zakat tidak sekadar karena persoalan relevansi teks kepada hukum formal, melainkan ada banyak faktor yang berdimensi lebih kompleks daripada hal tersebut. Dalam ranah ini, maka implementasi kebijakan Perda Zakat mengalami limitasi dalam membangun konsensus, disebabkan karena empat faktor di bawah ini: 1. Persoalan Institusi di Internal state (legislatif dan Eksekutif) atas dasar dari pemilihan Bupati Lombok Timur 2003. Pada faktor ini, DPRD Lombok Timur, khususnya yang terlibat dalam voting dalam memilih dan memenangkan Bupati Ali BD, terkena PAW oleh partai yang menjadi fraksinya. PAW tersebut dilakukan oleh partai, disebabkan karena para anggota DPRD yang mendukung Ali BD tersebut tidak menjalankan keputusan partai untuk mendukung ketua fraksi dan partainya untuk bertarung dalam Pemilihan Bupati Lombok Timur 2003. Sehingga, di saat memimpin Lombok Timur, Bupati Ali BD tidak didukung oleh partai-partai yang pada pemilihan mendukung dirinya sedangkan partai-partai loyalis Ali BD hanyalah gabungan dari partai-partai kecil. Polemik antara legislatif dan eksekutif tersebut semakin kompleks ketika beberapa kali sikap politik dari kedua belah pihak cenderung tidak berada dalam iklim kondusif 102
dalam mekanisme check and balances yang bersifat egaliter. Misalnya, Bupati Ali BD tidak kooperatif memberikan laporan pertanggung jawaban keuangan BAZDA kepada DPRD. Sedangkan, DPRD cenderung mencari celah agar Bupati Ali BD secara politik, terdelegitimasi kekuasaannya sehingga pada proses pemilihan Bupati pada 2009, Bupati Ali BD tidak cukup populis untuk terpilih. 2. Persoalan Perbedaan Tafsir terhadap Teks Zakat Profesi dan Ambiguitas Makna Pasal Zakat Profesi. Pada faktor ini, implementasi perda tidak berjalan dengan baik lebih disebabkan karena persoalan perbedaan pendapat (khilafiyah) terhadap nash (text) yang menjadi sandaran terkait penjelasan Zakat Profesi yang ada di kalangan pemukapemuka agama Islam di Lombok Timur (Lihat Tabel 6). Perbedaan penafsiran tersebut menjadi kian kompleks, oleh karena yang bersifat paradigma keilmuan-keagamaan ini meluas ke dalam kontestasi politik transaksional yang menjadikan perbedaan tafsir tersebut sebagai klaim politik agar mendapat legitimasi dari publik Polemik dalam hal yang bersifat content ini juga disebabkan karena perbedaan pemahaman terhadap beberapa pasal di Perda Zakat. Beberapa pasal dalam Perda Zakat No. 9 Tahun 2002 memiliki celah hukum untuk dipahami berbeda oleh banyak aktor, terutama pada tiga aktor yang terlibat signifikan dalam implementasi kebijakan publik, yaitu Bupati Ali BD, DPRD Lombok Timur, dan PGRI Lombok Timur. Adanya celah hukum inilah yang pada gilirannya digunakan oleh beragam aktor tersebut untuk klaim politik dalam rangka untuk melakukan delegitimasi politik terhadap kepemimpinan Bupati Ali BD. 103
Legitimasi dari publik yang didasarkan atas kedua perbedaantersebut digunakan sebagai sikap politik untuk bersikap pro atau kontra terhadap Implementasi Perda Zakat. Sehingga, dengan demikian, tidak selamanya perbedaan dalam soal tekstual tetap berada dalam ruang-ruang hampa dari politik. Perbedaan tekstual itu menjadi masuk ke persoalan praktis dikarenakan perbedaan tersebut terlembaga ke dalam ormas yang berbeda pula, baik berbeda secara kepentingan politik maupun pemahaman terhadap Perda Zakat. Hal inilah yang menyebabkan mengapa perbedaan tafsir terhadap Perda Zakat dan makna dari beberapa pasal dari Perda Zakat Lombok Timur, membuat implementasi Perda Zakat berjalan tidak baik. 3. Persoalan Komunikasi Politik yang dilakukan oleh Bupati Ali BD terhadap organisasi yang bersifat internal maupun eksternal dalam lingkup pemerintahan. Pada faktor ini, implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik disebabkan karena persoalan kapasitas Bupati Ali BD dalam memimpin pemerintahan dan masyarakat Lombok Timur. Pada persoalan, bagaimana Bupati Ali BD melakukan komunikasi politik, memimpin para pejabat di bawahnya, serta berkomunikasi secara elegan terhadap organisasi di luar pemerintahan, seperti media massa, LSM, dan sebagainya Minimnya kapasitas Bupati Ali BD dalam memimpin pemerintahan inilah yang menyebabkan kelompok kepentingan PGRI Lombok Timur merasa tidak dilibatkan dalam proses implementasi kebijakan meskipun secara struktural, PNS Guru berada di bawah dinas pendidikan Lombok Timur. Karena minimnya kapasitas kepemimpinan politik Ali BD itulah yang membuat pihak oposisi mengklaim aksi yang dilakukan oleh PGRI Lombok Timur untuk melakukan delegitimasi publik terhadap kepemimpinan Bupati Ali BD melalui implementasi kebijakan Perda Zakat. 104
4. Terakhir, yang menyebabkan Implementasi Perda Zakat tidak berjalan dengan baik disebabkan karena persoalan minimnya tata kelola kelembagaan BAZDA Lombok Timur. Sebagai institusi yang mengelola dana publik dengan sangat besar, kapasitas kelembagaan BAZDA Lombok Timur masih jauh dari prinsip tata lembaga yang baik (good governance), yaitu transparansi, akuntabilitas, merit system, dan sebagainya. BAZDA Lombok Timur masih menjadi alat kepentingan politik Bupati Ali BD untuk menguatkan legitimasi dan citra Bupati di mata publik. Hal tersebut, misalnya, dibuktikan dengan rekruitmen tertutup dalam mengangkat pejabat dan cenderung defensif terhadap DPRD Lombok Timur dalam melaporkan hasil pengelolaan dana zakat. Dengan demikian, dalam membedah secara lebih mendalam persoalan implementasi Perda Zakat No. 9 Tahun 2002 yang penuh dinamika ini, pemahaman komprehensif terhadap persoalan kebijakan dalam kasus tertentu dapat lebih jelas. Kerangka teori yang dijadikan sebagai pisau analisis berguna untuk menjembatani (linking) rumusan pertanyaan dengan argumentasi jawaban yang diberikan. Dengan demikian, Teorisasi Grindle tentang Implementasi Kebijakan berguna sebagai entry point dalam membedah persoalan kebijakan syariat ini secara lebih mendalam dan detil 105
Faktor-Faktor Limitasi Implementasi Kebijakan Perda Zakat Lombok Timur Sepanjang 2003-2008 Persoalan Konflik Institusi di Internal State (Eksekutif dan Legislatif) atas Efek dari Pemilihan Bupati Lombok Timur Persoalan Komunikasi Politik Bupati Ali BD terhadap Organisasi Internal maupun Eksternal Pemerintahan Persoalan Ambiguitas Makna Pasal Perda Zakat dan Perbedaan Penafsiran Zakat Profesi Persoalan Minimnya Tata Kelola Kelembagaan BAZDA Lombok Timur Gambar 13. Faktor-Faktor Limitasi Penyebab Kegagalan Membangun Konsensus antar Aktor dalam Implementasi Perda Zakat Lombok Timur B. Kontribusi Studi Implementasi Perda Syariat terhadap Teori Implementasi Kebijakan Kajian tentang Implementasi Kebijakan Publik yang berbasiskan pada Hukum Syariat seperti yang tulis ini secara tidak langsung melengkapi wacana baru pada studistudi tentang kebijakan yang bersifat transformatif. Selain karena studi kebijakan pada belakangan ini cenderung stagnasi pada persoalan administrasi-prosedural saja, studi kebijakan yang bersifat transformatif pun sudah ada tapi belum banyak memberikan kontribusi akademik sehingga menjadi new mainstream dalam pembahasan kebijakan publik di tanah air. Dengan demikian, kalau pun seorang mahasiswa yang concern terhadap studi kebijakan, hasil analisisnya tidak terlepas dari soal evaluasi kebijakan an sich, yang hanya menjadi penjelas persoalan tapi gagal memberikan solusi bagaimana seharusnya studi kebijakan berangkat dari persoalan publik, bukan kebijakannya versi negara. Karena 106
berangkat dari interest-nya publik, maka apa yang menjadi pembahasan di penelitian tentang Kebijakan Publik pun harus benar-benar representasi dari keinginan publik. Dengan demikian, karena saya meyakini dan sudah membuktikan bahwa skripsi ini berangkat dari situasi, interest, dan orientasinya terhadap publik khususnya publik Lombok Timur maka skripsi ini memiliki kontribusi kuat dalam memperkuat basis pewacanaan kebijakan publik yang bersifat transformatif dan benar-benar berangkat dari persoalan publik. Namun demikian, skripsi ini tetap saja memiliki celah akademik untuk diperkuat atau dibantah secara argumentatif. Mengingat bahwa kompleksitas persoalan Perda Syariat di Indonesia sangatlah kompleks. Sehingga, kajian ini masih cukup mentah untuk dijadikan refleksi untuk menilai relevansi implementasi Perda Syariat di daerah lain terhadap keinginan masyarakatnya. Sehingga, adanya silang validasi data dan argumentasi di banyak daerah itulah yang pada gilirannya dapat menjadi sebuah kesimpulan tentang relevansi penerapan Hukum Islam di tanah air. 107
108