BAB IV KESIMPULAN. A. Kesimpulan Dalam kaitannya dengan dimensi content dan context, maka implementasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Studi tentang Implementasi Kebijakan Publik di tingkat lokal yang berbasiskan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB V Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. karena didalamnya terdapat berbagai kepentingan negara dan masyarakat sipil

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kalimantan Tengah, tidak bisa dilepaskan dari pengaruh faktor internal dan

BAB V PENUTUP. perusahaan multinasional. Dulu lebih dikenal dengan comunity development.

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB VI KESIMPULAN DAN REFLEKSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

Identifikasi Isu-Isu Administrasi Publik. Sri Yuliani Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY

BAB I. PENDAHULUAN. Pemerintah adalah alat pelaksana pelayanan publik. Pemerintahan hadir

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Pada bagian akhir penelitian ini disajikan simpulan dari keseluruhan

GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL. Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VII KESIMPULAN. Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Aktor Dalam Perspektif Demokrasi Lokal. penting untuk dilakukan mengingat dua hal : Pertama, dalam kaitannya

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

HAKIKAT ILMU NUR ENDAH JANUARTI

UU ORMAS: DAMPAK DAN PROSPEK AKTUALISASI MASYARAKAT SIPIL

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol

Analisa Media Edisi Agustus 2013

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

B. Maksud dan Tujuan Maksud

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses

PEMBINAAN ORGANISASI MITRA PEMERINTAH

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MINAHASA. Oleh : RENALDO DELEON PAULUS

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

BUPATI POLEWALI MANDAR

DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DAFTAR TABEL. Persepsi Responden terhadap Kesesuaian Peraturan Pemerintah. Beberapa poin penting yang harus dibenahi dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. suatu periode yang akan datang (Suraji, 2011: xiii). Pengertian anggaran

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. publik di lingkungan pemerintahan desa Wiladeg. Dewasa ini banyak berkembang

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

BAB VI PENUTUP. dapat mendorong proses penganggaran khususnya APBD Kota Padang tahun

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito

Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB)

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU)

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

GBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1

BAB VII PENUTUP. sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR

III. METODE PENELITIAN. menggunakan tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Padanan kata governance dalam bahasa Indonesia adalah penadbiran, yang berarti

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA ANTAR LEMBAGA DAN PERGURUAN TINGGI TAHUN ANGGARAN 2010 PENGUATAN FUNGSI LEGISLATIF DPRD KOTA BATU

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan Dalam kaitannya dengan dimensi content dan context, maka implementasi kebijakan ini tidak dapat terlaksana dengan baik, secara ringkas disebabkan karena empat faktor. Masing-masing faktor tersebut didasarkan ditinjau dari variabel-variabel yang membuat kebijakan Perda Zakat mengalami limitasi saat diimplementasikan. Pemetaan ini dengan demikian dapat menunjukkan bahwa persoalan implementasi Perda Zakat tidak sekadar karena persoalan relevansi teks kepada hukum formal, melainkan ada banyak faktor yang berdimensi lebih kompleks daripada hal tersebut. Dalam ranah ini, maka implementasi kebijakan Perda Zakat mengalami limitasi dalam membangun konsensus, disebabkan karena empat faktor di bawah ini: 1. Persoalan Institusi di Internal state (legislatif dan Eksekutif) atas dasar dari pemilihan Bupati Lombok Timur 2003. Pada faktor ini, DPRD Lombok Timur, khususnya yang terlibat dalam voting dalam memilih dan memenangkan Bupati Ali BD, terkena PAW oleh partai yang menjadi fraksinya. PAW tersebut dilakukan oleh partai, disebabkan karena para anggota DPRD yang mendukung Ali BD tersebut tidak menjalankan keputusan partai untuk mendukung ketua fraksi dan partainya untuk bertarung dalam Pemilihan Bupati Lombok Timur 2003. Sehingga, di saat memimpin Lombok Timur, Bupati Ali BD tidak didukung oleh partai-partai yang pada pemilihan mendukung dirinya sedangkan partai-partai loyalis Ali BD hanyalah gabungan dari partai-partai kecil. Polemik antara legislatif dan eksekutif tersebut semakin kompleks ketika beberapa kali sikap politik dari kedua belah pihak cenderung tidak berada dalam iklim kondusif 102

dalam mekanisme check and balances yang bersifat egaliter. Misalnya, Bupati Ali BD tidak kooperatif memberikan laporan pertanggung jawaban keuangan BAZDA kepada DPRD. Sedangkan, DPRD cenderung mencari celah agar Bupati Ali BD secara politik, terdelegitimasi kekuasaannya sehingga pada proses pemilihan Bupati pada 2009, Bupati Ali BD tidak cukup populis untuk terpilih. 2. Persoalan Perbedaan Tafsir terhadap Teks Zakat Profesi dan Ambiguitas Makna Pasal Zakat Profesi. Pada faktor ini, implementasi perda tidak berjalan dengan baik lebih disebabkan karena persoalan perbedaan pendapat (khilafiyah) terhadap nash (text) yang menjadi sandaran terkait penjelasan Zakat Profesi yang ada di kalangan pemukapemuka agama Islam di Lombok Timur (Lihat Tabel 6). Perbedaan penafsiran tersebut menjadi kian kompleks, oleh karena yang bersifat paradigma keilmuan-keagamaan ini meluas ke dalam kontestasi politik transaksional yang menjadikan perbedaan tafsir tersebut sebagai klaim politik agar mendapat legitimasi dari publik Polemik dalam hal yang bersifat content ini juga disebabkan karena perbedaan pemahaman terhadap beberapa pasal di Perda Zakat. Beberapa pasal dalam Perda Zakat No. 9 Tahun 2002 memiliki celah hukum untuk dipahami berbeda oleh banyak aktor, terutama pada tiga aktor yang terlibat signifikan dalam implementasi kebijakan publik, yaitu Bupati Ali BD, DPRD Lombok Timur, dan PGRI Lombok Timur. Adanya celah hukum inilah yang pada gilirannya digunakan oleh beragam aktor tersebut untuk klaim politik dalam rangka untuk melakukan delegitimasi politik terhadap kepemimpinan Bupati Ali BD. 103

Legitimasi dari publik yang didasarkan atas kedua perbedaantersebut digunakan sebagai sikap politik untuk bersikap pro atau kontra terhadap Implementasi Perda Zakat. Sehingga, dengan demikian, tidak selamanya perbedaan dalam soal tekstual tetap berada dalam ruang-ruang hampa dari politik. Perbedaan tekstual itu menjadi masuk ke persoalan praktis dikarenakan perbedaan tersebut terlembaga ke dalam ormas yang berbeda pula, baik berbeda secara kepentingan politik maupun pemahaman terhadap Perda Zakat. Hal inilah yang menyebabkan mengapa perbedaan tafsir terhadap Perda Zakat dan makna dari beberapa pasal dari Perda Zakat Lombok Timur, membuat implementasi Perda Zakat berjalan tidak baik. 3. Persoalan Komunikasi Politik yang dilakukan oleh Bupati Ali BD terhadap organisasi yang bersifat internal maupun eksternal dalam lingkup pemerintahan. Pada faktor ini, implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik disebabkan karena persoalan kapasitas Bupati Ali BD dalam memimpin pemerintahan dan masyarakat Lombok Timur. Pada persoalan, bagaimana Bupati Ali BD melakukan komunikasi politik, memimpin para pejabat di bawahnya, serta berkomunikasi secara elegan terhadap organisasi di luar pemerintahan, seperti media massa, LSM, dan sebagainya Minimnya kapasitas Bupati Ali BD dalam memimpin pemerintahan inilah yang menyebabkan kelompok kepentingan PGRI Lombok Timur merasa tidak dilibatkan dalam proses implementasi kebijakan meskipun secara struktural, PNS Guru berada di bawah dinas pendidikan Lombok Timur. Karena minimnya kapasitas kepemimpinan politik Ali BD itulah yang membuat pihak oposisi mengklaim aksi yang dilakukan oleh PGRI Lombok Timur untuk melakukan delegitimasi publik terhadap kepemimpinan Bupati Ali BD melalui implementasi kebijakan Perda Zakat. 104

4. Terakhir, yang menyebabkan Implementasi Perda Zakat tidak berjalan dengan baik disebabkan karena persoalan minimnya tata kelola kelembagaan BAZDA Lombok Timur. Sebagai institusi yang mengelola dana publik dengan sangat besar, kapasitas kelembagaan BAZDA Lombok Timur masih jauh dari prinsip tata lembaga yang baik (good governance), yaitu transparansi, akuntabilitas, merit system, dan sebagainya. BAZDA Lombok Timur masih menjadi alat kepentingan politik Bupati Ali BD untuk menguatkan legitimasi dan citra Bupati di mata publik. Hal tersebut, misalnya, dibuktikan dengan rekruitmen tertutup dalam mengangkat pejabat dan cenderung defensif terhadap DPRD Lombok Timur dalam melaporkan hasil pengelolaan dana zakat. Dengan demikian, dalam membedah secara lebih mendalam persoalan implementasi Perda Zakat No. 9 Tahun 2002 yang penuh dinamika ini, pemahaman komprehensif terhadap persoalan kebijakan dalam kasus tertentu dapat lebih jelas. Kerangka teori yang dijadikan sebagai pisau analisis berguna untuk menjembatani (linking) rumusan pertanyaan dengan argumentasi jawaban yang diberikan. Dengan demikian, Teorisasi Grindle tentang Implementasi Kebijakan berguna sebagai entry point dalam membedah persoalan kebijakan syariat ini secara lebih mendalam dan detil 105

Faktor-Faktor Limitasi Implementasi Kebijakan Perda Zakat Lombok Timur Sepanjang 2003-2008 Persoalan Konflik Institusi di Internal State (Eksekutif dan Legislatif) atas Efek dari Pemilihan Bupati Lombok Timur Persoalan Komunikasi Politik Bupati Ali BD terhadap Organisasi Internal maupun Eksternal Pemerintahan Persoalan Ambiguitas Makna Pasal Perda Zakat dan Perbedaan Penafsiran Zakat Profesi Persoalan Minimnya Tata Kelola Kelembagaan BAZDA Lombok Timur Gambar 13. Faktor-Faktor Limitasi Penyebab Kegagalan Membangun Konsensus antar Aktor dalam Implementasi Perda Zakat Lombok Timur B. Kontribusi Studi Implementasi Perda Syariat terhadap Teori Implementasi Kebijakan Kajian tentang Implementasi Kebijakan Publik yang berbasiskan pada Hukum Syariat seperti yang tulis ini secara tidak langsung melengkapi wacana baru pada studistudi tentang kebijakan yang bersifat transformatif. Selain karena studi kebijakan pada belakangan ini cenderung stagnasi pada persoalan administrasi-prosedural saja, studi kebijakan yang bersifat transformatif pun sudah ada tapi belum banyak memberikan kontribusi akademik sehingga menjadi new mainstream dalam pembahasan kebijakan publik di tanah air. Dengan demikian, kalau pun seorang mahasiswa yang concern terhadap studi kebijakan, hasil analisisnya tidak terlepas dari soal evaluasi kebijakan an sich, yang hanya menjadi penjelas persoalan tapi gagal memberikan solusi bagaimana seharusnya studi kebijakan berangkat dari persoalan publik, bukan kebijakannya versi negara. Karena 106

berangkat dari interest-nya publik, maka apa yang menjadi pembahasan di penelitian tentang Kebijakan Publik pun harus benar-benar representasi dari keinginan publik. Dengan demikian, karena saya meyakini dan sudah membuktikan bahwa skripsi ini berangkat dari situasi, interest, dan orientasinya terhadap publik khususnya publik Lombok Timur maka skripsi ini memiliki kontribusi kuat dalam memperkuat basis pewacanaan kebijakan publik yang bersifat transformatif dan benar-benar berangkat dari persoalan publik. Namun demikian, skripsi ini tetap saja memiliki celah akademik untuk diperkuat atau dibantah secara argumentatif. Mengingat bahwa kompleksitas persoalan Perda Syariat di Indonesia sangatlah kompleks. Sehingga, kajian ini masih cukup mentah untuk dijadikan refleksi untuk menilai relevansi implementasi Perda Syariat di daerah lain terhadap keinginan masyarakatnya. Sehingga, adanya silang validasi data dan argumentasi di banyak daerah itulah yang pada gilirannya dapat menjadi sebuah kesimpulan tentang relevansi penerapan Hukum Islam di tanah air. 107

108