LMPIRN Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas 1. Kadar ir (SNI 01-3555-1998) 38
Sebanyak 2-5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan dalam cawan aluminium yang telah dikeringkan. Kemudian bahan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 5-6 jam. Selanjutnya bahan didinginkan pada desikator dan ditimbang. Kadar air Keterangan : W : bobot contoh sebelum dikeringkan (gram) : bobot contoh sesudah dikeringkan (gram) W 1 = w - w w 1 x 100% 2. ilangan sam (SNI 01-3555-1998) Prosedur pengujian ini digunakan untuk menentukan bilangan asam biodiesel dengan proses titrimetri. ilangan asam adalah banyaknya miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas di dalam contoh satu gram biodiesel. Prinsip analisis kadar asam lemak bebas adalah pelarutan contoh lemak atau minyak dalam pelarut organik tertentu (alkohol netral 96%) dilanjutkan dengan penitraan dengan basa NaOH atau KOH. Sebanyak 5 g contoh dimasukkan ke erlemeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml etanol netral 96% kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air. Setelah itu ditambahkan 3-5 tetes indikator phenolftalein serta dihomogenkan. Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan NaOH atau KOH 0.1 N hingga terbentuk warna merah muda permanen kira-kira selama 15 detik. Keterangan : = Jumlah mol KOH untuk titrasi N = Normalitas larutan KOH = obot molekul larutan KOH (56,1) G = Gram sampel 3. Kadar Lemak (SNI 01-2891-1992) Prinsip analisis kadar lemak secara langsung dengan alat soxhlet adalah ekstraksi lemak bebas dengan pelarut non polar yaitu heksan atau pelrut lemak lainnya. Ditimbang 1-2 gram contoh kemudian dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring yang dilapisi kapas dan dikeringkan pada suhu 80 o C selama kurang lebih satu jam. Selanjutnya dihubungkan dengan alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak yang berisi dengan batu didih yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Contoh diekstrak dengan heksan atau pelarut lainnya selama kurang lebih 6 jam. Heksan dipisahkan dari dalam oven pengering pada suhu 105 o C. Labu lemak didinginkan dan ditimbang.diulangi pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap. Kadar lemak dihitung dengan rumus berikut : Keterangan : W : bobot contoh (gram) W 1 : bobot labu contoh sesudah ekstraksi W 2 : bobot labu contoh sebelum ekstraksi Lampiran 2. Prosedur analisis sifat fisiko kimia biodiesel 1. ilangan sam (SNI 01-3555-1998) 39
Prosedur pengujian ini digunakan untuk menentukan bilangan asam biodiesel dengan proses titrimetri. ilangan asam adalah banyaknya miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas di dalam contoh satu gram biodiesel. Prinsip analisis kadar asam lemak bebas adalah pelarutan contoh lemak atau minyak dalam pelarut organik tertentu (alkohol netral 96%) dilanjutkan dengan penitraan dengan basa NaOH atau KOH. Sebanyak 5 g contoh dimasukkan ke erlemeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml etanol netral 96% kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air. Setelah itu ditambahkan 3-5 tetes indikator phenolftalein serta dihomogenkan. Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan NaOH atau KOH 0.1 N hingga terbentuk warna merah muda permanen kira-kira selama 15 detik. Keterangan : = Jumlah mol KOH untuk titrasi N = Normalitas larutan KOH = obot molekul larutan KOH (56,1) G = Gram sampel 2. Kadar Gliserol Total (STM D6584) Prosedur pengujian ini digunakan untuk menentukan kadar gliserol total dengan menggunakan metode iodometri-asam periodat. Sampel biodiesel ditimbang sebanyak 9,9-10,1 ± 0,01 gram dalam sebuah erlenmeyer kemudian ditambahkan 100 ml larutan KOH alkoholik. Erlenmeyer disambungkan dengan kondensor berpendingin udara dan dididihkan perlahan selama 30 menit untuk mensaponifikasikan ester-ester. Sebanyak 91 ± 0,2 ml kloroform ditambahkan ke dalam labu takar 1 liter dari sebuah buret. Labu saponifikasi disingkirkan dari pelat panas dan isinya dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar yang berisi kloroform dengan menggunakan 500 ml aquades sebagai pembilas. Labu takar ditutup rapat dan dikocok kuat selam 30-60 detik, kemudian ditambahkan aquades sampai batas takar dan dikocok. Setelah itu, larutan dibiarkan tenang sampai lapisan khloroform lapisan aquatik terpisah sempurna. Larutan asam periodat dipipet masing-masing ke dalam 2 atau 3 gelas piala 400-500 ml. Dua blanko disiapkan dengan mengisi masing-masing 50 ml aquades. Sebanyak 100 ml lapisan akuatik dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi asam periodat kemudian dikocok perlahan agar tercampur sempurna. Gelas piala ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 30 menit. ila lapisan akuatik mengandung bahan tersuspensi, maka sebelum penggunaan disaring terlebih dahulu. Setelah 30 menit, ditambahkan 3 ml larutan KI 15%, dikocok perlahan dan dibiarkan selama 1 menit (tidak boleh lebih dari 5 menit) sebelum titrasi. Gelas piala yang akan dititrasi tidak boleh diletakkan di bawah cahaya terang atau terkena sinar matahari langsung. Isi gelas piala dititrasi dengan natrium tiosulfat sampai warna coklat iodium hampir hilang. Setelah itu ditambahkan 2 ml larutan indikator pati dan dititrasi lagi sampai warna biru kompleks iodium-pati benar-benar hilang. lanko dilakukan tanpa penambahan lapisan akuatik, melainkan langsung ditambahkan larutan KI dan seterusnya. Keterangan : Gttl = Gliserol total Gbbs = Gliserol bebas 40
Gikt = Gliserol terikat C = volume larutan natrium tiosulfat untuk contoh = volume natrium tiosulfat untuk blanko N = normalitas ekstrak larutan natrium tiosulfat a (berdasarkan prosedur) = 9,9-10,1 ± 0,01 g b (berdasarkan prosedur) = 100 ml (untuk gliserol total) dan 300 ml (untuk gliserol bebas) 3. Kadar ir dan Sedimen dalam iodiesel (STM D-2709) Prosedur ini digunakan untuk menganalisis kandungan air dan sedimen bebas dalam biodiesel menggunkan alat sentrifugasi. Metode ini terutama digunakan untuk menentukan kejernihan dan kebersihan biodiesel. nalisa ini penting untuk dilakukan karena kandungan air dapat bereaksi dengan ester membentuk asam-asam lemak bebas dan mendukung pertumbuhan mikroba selama penyimpanan. Sampel sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan diputar dalam alat sentrifugasi dengan kecepatan 800 rcf selama 10 menit. Kadar air dan sedimen yang terlihat dapat dibaca sampai ketelitian 0.005 ml. Sampel dengan jumlah air dan sedimen kurang dari 0.005 ml dapat dinyatakan sebagai tak terdeteksi atau nol. Nilai % standar untuk kadar air dan sedimen adalah 0,05% (v/v). 4. ilangan Penyabunan (OCS Cd 3-25) Sebanyak 2 g minyak ditimbang (ketelitian 0.005 g) dalam labu erlemeyer. Lalu ditambahkan 25 ml larutan KOH beralkohol 0.5 N menggunakan pipet volume. Erlenmeyer kemudian dihubungkan dengan pendingin tegak kemudin sampel dididihkan sampai sampel tersabunkan dengan sempurna, yaitu diperoleh larutan yang bebas dari butiran minyak atau sekitar 1 jam. Larutan kemudin didinginkan dan bagian dalam pendingin tegak dibilas dengan sedikit akuades. Selanjutnya larutan dititrasi menggunakan HCl 0.5 N dengan penambahan 1 ml indikator fenolftalein. Dilakukan juga titrasi blanko dengan cara sama tanpa cuplikan minyak. Larutan KOH dan HCl yang digunakan harus distandarisasi dulu sebelum digunakan. ilangan penyabunan dihitung dengan rumus berikut: 5. Densitas (OCS Cc 10c-95) Prinsip penentuan densitas adalah menentukan massa contoh tanpa udara pada suhu dan volume tertentu dibandingkan dengan massa aquades pada suhu dan volume yang sama. Piknometer dicuci dengan air kemudian dengan etanol dan dietileter selanjutnya dikeringkan dengan oven. Piknometer ditimbang (m) kemudian diisi dengan aquades yang telah dididihkan dan bersuhu tepat 20 o C serta dihindari adanya gelembung-gelembung udara dan permukaan air diatur sampai penuh atau tanda tera. Piknometer dimasukkan ke dalam penangas pada suhu 40 o C selama 30 menit. Suhu penangas air diperiksa dengan termometer. pabila terdapat air di bagian luar keringkan dengan kertas saring sampai betul-betul kering. Piknometer yang berisi aquades ditimbang (m 1 ). Piknometer dikosongkan dan dicuci dengan etanol dan dietileter kemudian dikeringkan. Piknometer diisi dengan bahan yang akan diukur bobot jenisnya dan dihindari terjadinya gelembung udara. Permukaan bahan diatur sampai tanda tera kemudian ditimbang (m2). Densitas atau bobot jenis dihitung dengan rumus berikut : Keterangan : 41
m : massa piknometer yang kosong (gr) m 1 : massa piknometer yang berisi aquades (gr) m 2 : massa piknometer yang berisi minyak (gr) ρ air : massa jenis air pada suhu 25 o C (gr/ml) 6. Viskositas kinematik pada suhu 40 0 C (STM D 445) Viskositas kinematik diukur dengan alat viskometer yang telah dikalibrasi sampai volume cairan tertentu mengalir dibawah pengaruh gravitasi pada suhu yang ditentukan dimana contoh masih dapat mengalir dalam pipa viskometer kering. Sampel yang akan diukur viskositasnya disaring terlebih dahulu dengan kertas saring. Sebelum digunakan kapiler viskometer dicuci dengan 15% H 2 O 2 dan 15% HCl. Selanjutnya kapiler dibilas dengan pelarut yang cocok dan dikeringkan. ak viskometer diatur pada suhu uji yang diperlukan dalam limit yang diberikan. Untuk setiap seri pengukuran, suhu aliran rendaman harus dikontrol sehingga berada dalam kisaran 15-100 o C, suhu media perendam tidak boleh bervariasi lebih dari ± 0.02 0 C. Viskometer dipilih yang bersih dan kering dan waktu alir tidak boleh lebih dari 200 detik. Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan ke kapiler viskometer melalui mounting tube ke reservoir bawah. Viskometer dibiarkan dalam bak selama 30 menit untuk mencapai suhu uji. Digunakan pompa isap untuk mengatur level sampel kesuatu posisi. Dengan pengaliran sampel yang bebas, diukur waktu yang diperlukan sampel untuk bergerak dari batas atas ke batas bawah dengan ketelitian 0.1 detik. Viskosistas kinematik dihitung dengan rumus sebagai berikut: V = C x t Dimana : V = viskositas kinematik (mm 2 /det) C = konstanta kalibrasi viskometer ((mm 2 /det)/det) t = waktu alir dari batas atas ke batas bawah (det) 7. Kadar Ester lkil Kandungan senyawa organik bersenyawa ester dalam biodiesel dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Keterangan : s : ilangan penyabunan (mg KOH/gram) a : ilangan asam (mg KOH/gram) Gttl : Gliserol total (%) Lampiran 3. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Pendahuluan Perlakuan Karakteristik iodiesel mpas 42
Rendemen (%) Kadar sam Kadar lemak ampas Lemak ebas (%) (%) Esterifikasi, 1 jam 6,66 3,66 23,10 Esterifikasi, 2 jam 12,06 2,79 21,75 Esterifikasi, 3 jam 16,40 1,79 19,63 Transesterifikasi, 1 jam 6,36 1,08 19,99 43
Lampiran 4. Karakteristik mutu biodiesel hasil esterifikasi transesterifikasi in situ tanah pemucat bekas Karakteristik iodiesel Karakteristik mpas ilangan Kadar Lemak KODE Rendemen Densitas Viskositas ilangan sam Kadar ir dan Gliserol Kadar Ester Penyabunan (%) (%) (gr/cm 3 ) (cst) (mg KOH/gr) Sedimen Total (%) lkil (%) (mg KOH/gr) 11 7,89 0,88 5,73 0,49 395,48 trace 0,0033 99,87 19,70 21 21,05 0,88 5,04 0,51 403,51 trace 0,0008 99,87 6,80 31 29,48 0,87 4,39 0,49 384,85 trace 0,0004 99,87 2,70 12 11,42 0,88 5,89 0,46 367,50 trace 0,0004 99,87 16,82 22 20,3 0,87 5,27 0,53 293,40 trace 0,0103 99,80 9,37 32 29,64 0,87 4,69 0,54 416,67 trace 0,0017 99,87 1,65 13 12,01 0,88 5,55 0,48 364,65 trace 0,0008 99,87 11,58 23 20,87 0,88 5,05 0,48 333,80 trace 0,0017 99,85 9,86 33 28,45 0,87 4,60 0,48 347,57 trace 0,0004 99,86 3,05 Ket: : Rasio metanol dengan bahan (1: rasio metanol 2:1; 2: rasio metanol 4:1; 3: rasio metanol 6:1) : Kecepatan pengadukan (1: 490 rpm; 2:625 rpm; 3:730 rpm) 44
Lampiran 5. nalisis ragam dan uji lanjut Duncan pada penelitian pendahuluan 1. Rendemen nalisis Ragam untuk rendemen Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Pr > F keragaman kuadrat bebas tengah Reaksi 138,08864 3 46,0295 262,56 < 0,0001 Galat 0,7013 4 0,1753 Total 138,7899 7 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan reaksi Gugus Duncan Mean N Perlakuan 16,400 2 Esterifikasi 3 jam 12,055 2 Esterifikasi 2 jam C 6,660 2 Esterifikasi 1 jam C C 6,360 2 Transesterifikasi 1 jam 2. Kadar sam Lemak ebas nalisis ragam untuk kadar asam lemak bebas Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Pr > F keragaman kuadrat bebas tengah Reaksi 7,7199 3 2,5733 423,71 < 0,0001 Galat 0,0243 4 0,0061 Total 7,7442 7 45
Uji lanjut Duncan untuk perlakuan reaksi Gugus Duncan Mean N Perlakuan 3,665 2 ES 3 3. Kadar Lemak mpas 2,790 2 ES 2 C 1,790 2 ES 1 D 1,075 2 TS 1 nalisis ragam untuk kadar lemak ampas Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Pr > F keragaman kuadrat bebas tengah Reaksi 15,9752 3 5,3251 21,24 0,0064 Galat 1,0030 4 0,2507 Total 16,9782 7 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan reaksi Gugus Duncan Mean N Perlakuan 23,095 2 Esterifikasi 1 jam 21,745 2 Esterifikasi 2 jam 19,910 2 Esterifikasi 3 jam 19,625 2 Transesterifikasi 1 jam 46
Lampiran 6. nalisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk rendemen biodiesel (α = 0,05) Jumlah Derajat Kuadrat F Sumber keragaman hitung Pr > F kuadrat bebas tengah Rasio metanol 1058,3037 2 529,1518 1044,88 < 0,0001 Kecepatan pengadukan 3,7768 2 1,8884 3,73 0,0661 Interaksi 18,2979 4 4,5745 9,03 0,0033 Galat 4,5578 9 0,5064 Total 1098,8794 17 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Rasio metanol 29,1883 6 3 20,7383 6 2 C 10,4367 6 1 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan kecepatan pengadukan Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan 20,4500 6 2 20,4400 6 3 19,4733 6 1 47
Uji lanjut Duncan untuk interaksi antar faktor kecepatan pengadukan dan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan*rasio metanol 29,9850 2 32 29,4800 2 31 28,4500 2 33 21,0500 2 21 20,8650 2 23 20,3000 2 22 C 12,0050 2 13 \C C 11,4150 2 12 C C 7,8900 2 11 48
Lampiran 7. nalisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk densitas (α=0,05) Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Pr > F keragaman kuadrat bebas tengah Rasio metanol 0,00021 2 0,000106 19 0,0006 Kecepatan 0,00008 2 0,000039 7 pengadukan 0,0147 Interaksi 0,00009 4 0,000022 4 0,0391 Galat 0,00005 9 0,000006 Total 0,00043 17 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Rasio Metanol 0,8800 6 1 0,8767 6 2 C 0,8717 6 3 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan kecepatan pengadukan Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan 0,8783 6 3 0,8767 6 1 0,8733 6 2 49
Uji lanjut Duncan untuk interaksi antar faktor kecepatan pengadukan dan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan*rasio metanol 0,88 2 11 0,88 2 12 0,88 2 13 0,88 2 21 0,88 2 23 0,87 2 22 0,87 2 31 0,87 2 32 0,87 2 33 50
Lampiran 8. nalisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk viskositas (α= 0,05) Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Pr > F keragaman kuadrat bebas tengah Rasio metanol 4,0967 2 2,0484 3047,17 < 0,0001 Kecepatan 0,1974 2 0,0987 146,81 pengadukan < 0,0001 Interaksi 0,0743 4 0,0186 27,62 < 0,0001 Galat 0,0061 9 0,0007 Total 4,3744 17 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Rasio Metanol 5,7250 6 1 5,1200 6 2 C 4,5567 6 3 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan kecepatan pengadukan Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan 5,2817 6 2 5,0683 6 3 5,0517 6 1 51
Uji lanjut Duncan untuk interaksi antar faktor kecepatan pengadukan dan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan*rasio metanol 5,890 2 12 5,730 2 11 C 5,555 2 13 D 5,270 2 22 E 5,055 2 23 E E 5,035 2 21 F 4,685 2 32 \ G 4,594 2 33 H 4,390 2 31 52
Lampiran 9. nalisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk bilangan asam (α=0,05) Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Pr > F keragaman kuadrat bebas tengah Rasio metanol 0,0030 2 0,0015 4,62 0,0416 Kecepatan 0,0030 2 0,0015 4,67 pengadukan 0,0406 Interaksi 0,0054 4 0,0013 4,16 0,0354 Galat 0,0029 9 0,0003 Total 0,0142 17 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Rasio Metanol 0,5067 6 2 0,5000 6 3 0,4767 6 1 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan kecepatan pengadukan Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan 0,5100 6 2 0,4950 6 1 0,4783 6 3 53
Uji lanjut Duncan untuk interaksi antar faktor kecepatan pengadukan dan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan*rasio metanol 0,54000 2 32 0,53000 2 22 C 0,51000 2 21 C D C 0,49000 2 11 D C D C 0,49000 2 23 D C D C 0,48500 2 31 D C D C 0,47667 2 13 D C D C 0,47500 2 33 D D 0,46000 2 12 54
Lampiran 10. nalisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk bilangan penyabunan (α=0,05) Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Pr > F keragaman kuadrat bebas tengah Rasio metanol 4813,2250 2 2406,6125 7,94 0,0103 Kecepatan pengadukan 6734,3757 2 3367,1879 11,11 0,0037 Interaksi 9634,4839 4 2408,6210 7,95 0,0050 Galat 2726,7767 9 302,9752 Total 23908,8614 17 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Rasio Metanol 381,76 6 3 375,88 6 1 344.50 6 2 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan kecepatan pengadukan Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan 394,62 6 1 355,96 6 2 351,56 6 3 55
Uji lanjut Duncan untuk interaksi antar faktor kecepatan pengadukan dan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan*rasio metanol 406,98 2 32 403,51 2 22 395,48 2 21 384,86 2 11 C 367,51 2 23 C C 364,65 2 31 C C 353,43 2 13 C C 336,60 2 33 D 293,40 2 12 56
Lampiran 11. nalisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk kadar ester alkil biodiesel (α = 0,05) Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Pr > F keragaman kuadrat bebas tengah Rasio metanol 0,0027 2 0,0014 4,12 0,0538 Kecepatan pengadukan 0,0021 2 0,0011 3,22 0,0883 Interaksi 0,0035 4 0,0009 2,62 0,1062 Galat 0,0030 9 Total 0,0114 17 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Rasio Metanol 99,8700 6 1 99,8650 6 2 99,8417 6 3 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan kecepatan pengadukan Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan 99,8717 6 1 99,8600 6 3 99,8450 6 2 57
Lampiran 12. nalisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk kadar lemak ampas biodiesel (α = 0,05) Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Pr > F keragaman kuadrat bebas tengah Rasio metanol 1058,3037 2 529,1518 1044,88 < 0,0001 Kecepatan pengadukan 3,7768 2 1,8884 3,73 0,0661 Interaksi 18,2979 4 4,5744 9,03 0,0033 Galat 4,5578 9 0,5064 Total 1084,9362 17 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Rasio Metanol 29,1883 6 3 20,7383 6 2 C 10,4367 6 1 Uji lanjut Duncan untuk perlakuan kecepatan pengadukan Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan 20,4500 6 2 20,4400 6 3 19,4733 6 1 58
Uji lanjut Duncan untuk interaksi antar faktor kecepatan pengadukan dan rasio metanol Gugus Duncan Mean N Kecepatan Pengadukan*rasio metanol 19,6950 2 11 16,8175 2 12 C 11,5800 2 13 D 9,8575 2 23 D D 9,3650 2 22 E 6,8000 2 21 F 3,0450 2 33 F G F 2,7025 2 31 G G 1,6500 2 32 59
Lampiran 13. Hasil analisa gas chromatography terhadap larutan standar 60
Lampiran 14. Hasil analisa gas chromatography terhadap biodiesel iodiesel 32 Ulangan 1 61
iodiesel 32 Ulangan 1 62
Parameter Unit Hasil Pengujian Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Caprilic acid % w/w 0,01 0,01 0,01 Capric acid % w/w 0,01 0,01 0,01 Lauric acid % w/w 0,13 0,12 0,125 Myristic acid % w/w 0,59 0,59 0,59 Pentadecanoic acid % w/w 0,03 0,03 0,03 Palmitic acid % w/w 29,02 29,87 29,445 Palmitoleic acid % w/w 0,08 0,08 0,08 Heptadecanoic acid % w/w 0,08 0,08 0,08 Cis-10-Heptadecanoic acid % w/w 0,03 0,03 0,03 Stearic acid % w/w 3,11 3,26 3,185 Elaidic acid % w/w 2,73 2,83 2,78 Oleic acid % w/w 20,25 21,11 20,68 Linoleic acid % w/w 5,08 5,29 5,185 rachidic acid % w/w 0,25 0,26 0,255 Cis-11-eicosenoic acid % w/w 0,06 0,06 0,06 Linoleic acid % w/w 0,11 0,12 0,115 Cis-11,14-eicosedienoic acid % w/w 0,03 0,04 0,035 ehenic acid % w/w 0,04 0,04 0,04 63
Lampiran 14. Dokumentasi penelitian Tanah Pemucat ekas Proses Evaporasi Filtrat Reaksi Esterifikasi Proses Pemisahan mpas iodiesel Reaksi Transesterifikasi Proses Pencucian iodiesel 64