BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. dihargai, salah satunya adalah kebutuhan manusia untuk didengar. Manusia juga

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

Terapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Hipomania dan Mania

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

3. METODE PENELITIAN

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pendekatan Umum Menuju Pemulihan

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

3. METODE PENELITIAN. 22 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti membutuhkan sistematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1 SKALA EFIKASI DIRI

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam,

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi adalah

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

BAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

Binge eating disorder pada penderita obesitas usia dewasa awal. Nurul Anisha Jurusan Psikologi Faisal Rachmat, Spsi, M. A.

BAB 1 PENDAHULUAN. disabilitas fisik. Individu yang memiliki disabilitas fisik sudah sewajarnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang menuntut siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

Transkripsi:

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil alat ukur dapat terlihat bahwa 23 (45.1%) dari 51 penulis kreatif yang menjadi sampel penelitian ini mengalami depresi. Dari 23 penulis tersebut, 20 di antaranya merupakan laki-laki dan 3 merupakan perempuan. Sementara itu, meskipun terdapat gejala-gejala yang menyerupai episode mania/hypomania pada sejumlah partisipan, pada penelitian ini tidak ditemukan subjek yang mengalami episode mania/hypomania. 5.2 Diskusi Asumsi bahwa pencapaian karya kreatif dan mood disorder memiliki suatu kaitan telah menjadi topik sejumlah literatur (Johnson et al, 2012). Hal tersebut juga tampak dalam penelitian ini. Berdasarkan norma alat ukur CESD-R, 23 partisipan (45.1%) penelitian ini tergolong mengalami depresi dalam 2 minggu terakhir. Sebagai pembanding jumlah tersebut, rata-rata kasus depresi dalam 1 bulan di wilayah Asia Pasifik adalah 1.1% hingga 19.9% dari populasi (Chiu, 2014). Melihat angka tersebut, tampak bahwa rasio penderita depresi pada sampel penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan populasi normal. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perbedaan rasio penderita depresi laki-laki dan perempuan dalam subjek. Jumlah partisipan laki-laki yang memiliki depresi adalah 55.6%, sementara pada partisipan perempuan yang memiliki depresi adalah 20%. Hal ini berbeda dari data-data dalam penelitian pada umumnya. Secara internasional, pada individu berusia 18-64 tahun, perempuan mengalami depresi 1.6 hingga 2.4 kali lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (Savoie, Morettin, Green, & Kazanjian, 2004). Namun terdapat peneliti yang mengatakan bahwa fenomena ini terjadi karena laki-laki lebih sering menyembunyikan gejala depresi yang mereka alami dan laki-laki mungkin saja mengalami depresi sama seringnya dengan perempuan (Addis, 2008). 47

48 Penelitian lain menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat membantu laki-laki dalam melindungi diri terhadap depresi (Miller, 2011). Faktor pertama adalah kegiatan fisik. Meskipun tidak ada penjelasan pasti mengapa hal ini berpengaruh, terdapat korelasi positif antara laki-laki yang pekerjaannya melibatkan banyak aktivitas fisik dan kesehatan mental. Faktor kedua adalah pola kognitif. Laki-laki lebih jarang melakukan perenungan atas kejadian-kejadian di masa lalu bila dibandingkan dengan perempuan (Miller, 2011). Hal di atas mungkin dapat menjelaskan mengapa terdapat lebih banyak responden laki-laki pada penelitian ini yang mengalami depresi. Perenungan merupakan aktivitas yang umum dalam menulis kreatif (Kaufman& Kaufman, 2009). Keberadaan proses perenungan dalam menulis juga tampak dalam wawancara yang dilakukan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa terdapat jumlah yang signifikan pada partisipan laki-laki yang mengalami depresi. Apabila salah satu faktor yang membantu laki-laki menghindari depresi adalah rendahnya perenungan, maka kegiatan yang melibatkan banyak perenungan dapat meningkatkan kemungkinan depresi pada laki-laki. Karakteristik seorang penulis kreatif dan sifat pekerjaan mereka dapat menjelaskan mengapa banyak penelitian yang mengaitkan seorang penulis kreatif dengan mood disorder (Kaufman& Kaufman, 2009). Melalui wawancara, didapatkan pengertian yang lebih mendalam pada proses pembuatan karya kreatif dan unsur psikologis di dalamnya. Secara umum dalam pembuatan karya tulis terdapat perencanaan dan pelaksanaan. Dari wawancara diketahui bahwa pada tahap perencanaan ini banyak terjadi proses kognitif. Riset, pengumpulan ide, visualisasi hal-hal yang akan ditulis, semuanya terkandung dalam tahap ini. Tahap perencanaan ini seringkali digambarkan sebagai proses yang menyenangkan. Namun pada wawancara juga tampak bahwa proses ini dapat menjadi hal yang memakan banyak emosi. Perenungan yang mendalam pada cerita yang memiliki tema kelam dan sedih dapat menghidupkan perasaan tersebut pada sang penulis sendiri. Dalam situasi ini penulis yang menjiwai kisah sedih yang ia tulis dapat hanyut dalam mood negatif. Ia dapat menolak interaksi dengan orang lain, kurang fokus dalam keseharian, sulit tidur, dan secara

49 umum merasakan distress. Perenungan yang berbahaya ini dapat mengacu pada timbulnya sebuah episode depresi (Kaufman& Kaufman, 2009). Tahap selanjutnya merupakan pelaksanaan atau penulisan. Sebagian besar narasumber menyatakan bahwa tahap ini merupakan tahap yang paling berat atau membutuhkan paling banyak usaha. Pada proses penulisan ini writer s block juga seringkali menghalangi usaha para penulis. Penulis kreatif sendiri memiliki berbagai sikap dalam menanggapi hal ini (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015; 5 Juli 2015). Terdapat narasumber yang memilih untuk menghindari kegiatan menulis untuk sementara, ada juga yang memilih untuk kembali ke tahap perencanaan, ada juga yang berusaha untuk terus menulis dengan tingkat kemajuan minim. Salah satu narasumber dalam penelitian ini mengakui perasaan patah semangat (komikasi pribadi, 5 Juli 2015). Usaha terus menerus untuk menulis cerita, tanpa berhasil mendapatkan hasil yang diinginkan dapat memberikan persepsi membuang-buang waktu dan rasa kecewa. Meskipun demikian, tidak seluruh narasumber melaporkan tekanan atau perasaan yang berlebih dalam writer s block ini. Dalam data penelitian juga didapatkan ketiadaan depresi pada partisipan yang menulis sebagai pekerjaan tunggal. Hal ini mungkin terjadi karena individu yang bekerja penuh sebagai penulis memiliki lebih banyak pengalaman dalam kegiatan ini. Hal tersebut tampak pada pernyataan salah satu narasumber. Ketika ditanyakan mengenai dampak kritik-kritik setelah menerbitkan buku, SM menyatakan, Lebih tahu selera pembaca, kirakira lebih ngerti mana karakter atau scene atau plot yang akan lebih diterima. Jadi gak terlalu galau saat mengonsep dan menulis (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Seperti yang dinyatakan SM, pengalaman dalam menulis dapat memberikan keuntungan-keuntungan tersendiri. Seperti dapat melakukan perencanaan dan penulisan dengan lebih efisien, menghindari kritik melalui cara penulisan yang lebih diterima, dan memiliki pengalaman pribadi untuk menghadapi writer s block (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Hasil wawancara tersebut dapat memberikan gambaran mengapa partisipan dengan pekerjaan tunggal sebagai penulis memiliki rasio depresi lebih rendah bila dibandingkan dengan penulis yang berkarya hanya sebagai hobi.

50 Setelah seorang penulis berhasil melampaui writer s block dan menyelesaikan penulisannya, karya tersebut akan dipublikasi dan terbuka untuk kritik oleh semua orang. Penilaian yang rendah ataupun sedikitnya pembaca dapat membawa kekecewaan, namun secara keseluruhan para narasumber wawancara menyatakan bahwa tidak ada perasaan berlebih yang timbul dalam hal ini. Namun hal sebaliknya dapat memberikan dampak yang berbeda. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa komentar yang positif dan pujianpujian atas karya dapat menimbulkan perasaan senang dan percaya diri. Dampak hal ini adalah semangat untuk menciptakan lebih banyak karya. Terkadang gejala-gejala yang menyerupai episode mania/hypomania tampak dalam wawancara: aktivitas menulis yang berlebih, rasa percaya diri, menurunnya kebutuhan tidur, dan gagasan yang berpacu-pacu. Sejumlah penelitian antara kreativitas dan mood disorder sudah dilakukan dan sebagian di antaranya juga memiliki fokus pada subjek penulis (Lauronen, Veijola, Isohanni, Jones, 2004). Ludwig (1994), menemukan bahwa 11 (19%) dari 59 penulis yang menjadi sampel penelitiannya memiliki sejarah episode mania. Sejumlah studi melalui karya dan memoar penulis juga menemukan keberadaan episode mania pada tokoh-tokoh ternama (Turvey& Dolman, 2011; Koutsantoni, 2014). Walaupun tidak ditemukan partisipan yang mengalami episode mania/hypomania dalam penelitian ini, hasil wawancara dan alat ukur memang menunjukkan gejala yang dapat diasosiasikan dengan episode mania/hypomania. Pada pengukuran dengan MDQ terdapat 27 partisipan yang mengiyakan pernyataan Pikiran anda seperti berlomba-lomba dalam kepala atau anda tidak dapat memperlambat pikiran anda. Hasil wawancara juga menunjukkan gejala mania yang berpusat pada tema pengerjaan karya tulis kreatif. Terlalu fokus pada karya, kurang tidur, kurang fokus pada hal-hal di sekitar karena ide yang berpacu, dan semangat untuk mengerjakan karya adalah satu rangkaian gejala yang dapat ditemui pada beberapa narasumber. Data wawancara dan hasil alat ukur memberikan gambaran akan aktivitas dalam penulisan kreatif. Proses penulisan kreatif sendiri memiliki sejumlah hal yang dapat memicu perubahan mood. Dari wawancara yang dilakukan, faktor yang paling nampak adalah perenungan dalam membuat cerita (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Kaufman & Kaufman (2009), menunjukkan bahwa perenungan dapat memicu dalam kisah yang

51 diinspirasi oleh pengalaman buruk pribadi. Kendati demikian, wawancara pada penelitian ini menunjukkan bahwa rasa frustasi dapat timbul tanpa harus mengambil inspirasi dari kehidupan pribadi (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Perenungan merupakan hal yang umum dilakukan dalam membayangkan cerita yang akan ditulis dan sebuah perenungan mengenai kisah yang dramatis dapat menimbulkan distress. Melihat seluruh proses penulisan kreatif dan fenomena psikologis di dalamnya menimbulkan sebuah pertanyaan. Kenapa tidak ditemukan episode depresi dan mania pada semua partisipan, mengingat sifat pekerjaan mereka? Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah setiap orang memiliki predisposition atau diathesis yang berbeda. Maksud dari hal ini adalah setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan kecenderungan yang berbeda pula untuk menderita suatu gangguan (Kring, Johnson, Davison, Neale, 2010). Kesiapan untuk menerima depresi seringkali terkait dengan kepribadian, terutama melankoli yang kronis (Comer, 2013). Sementara itu, kepribadian yang senang menerima tantangan/resiko dan genetik serotonin seringkali dikaitkan dengan predisposition mania (Comer, 2013). 5.3 Saran 5.3.1 Saran teoritis Dalam penelitian ini terdapat beberapa titik lemah pada alak ukur. Alat ukur CESD- R memiliki 1 pertanyaan dengan korelasi antar item di bawah.30, yaitu pernyataan nomor 13. Pada CESD-R orisinil, pernyataan nomor 13 adalah I feel fidgety dan dalam penelitian ini diterjemahkan menjadi saya merasa tidak dapat diam. Peneliti menyarankan bahwa item ini dapat diterjemahkan menjadi saya merasa gugup dan tidap dapat diam. Salah satu item dalam alat ukur MDQ juga memiliki korelasi antar item di bawah.30, yaitu item gejala nomor 10. Pernyataan item ini adalah Anda lebih banyak berinteraksi atau bepergian dari biasanya, contohnya anda menghubungi teman pada larut malam dan versi orisinilnya adalah you were much more social or outgoing than usual, for example, you telephoned friends in the middle of the night?. Penerjemahan item ini sudah cukup baik, namun perlu diperhatikan bahwa MDQ dikritik lebih berguna dalam seting klinis bila

52 dibandingkan dengan seting komunitas (Miller, Johnson, Eisner, 2009). Penelitian selanjutnya pada topik ini akan lebih akurat dengan alat ukur yang cocok pada seting komunitas. Untuk seting populasi, direkomendasikan menggunakan General Behaviour Inventory (Miller, Johnson, Eisner, 2009). Penelitian selanjutnya juga dapat memberikan gambaran secara lebih mendalam dengan memperbanyak narasumber wawancara. Banyaknya narasumber dapat memberikan data yang lebih jelas mengenai faktor menulis yang berperan besar dalam menimbulkan gangguan mood. Mengingat faktor perenungan yang terkait dengan episode depresi penulis, penelitian selanjutnya dapat memasukkan data kontrol berupa tema karya tulis. Hal ini dapat digunakan untuk melihat peran tema karya tulis pada mood penulisnya. 5.3.2 Saran Praktis Mengingat bahwa perenungan merupakan hal yang amat umum dalam penulisan kreatif, penulis diharapkan lebih mewaspadai keadaan mood mereka dan mengatasi hal ini sebelum menjadi gangguan besar. Pennebaker (1989), menyatakan bahwa depresi akibat perenungan dapat ditanggulangi dengan membahas hal tersebut bersama orang lain. Diskusi yang bersifat suportif dalam hubungan sehat dapat membantu penulis melalui perenungan negatif ini. Dalam menghadapi writer s block, disarankan bagi penulis untuk berhenti sejenak dalam aktivitas menulis. Hal ini sesuai dengan model proses kreatif menurut Graham Wallas, tepatnya dalam langkah incubation. Langkah incubation ini mencakup pemikiran masalah secara tidak sadar (Isaksen, Dorval, Treffinger, 2011).