BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Definisi Major Depressive Disorders (MDD) merupakan sindrom yang ditandai dengan perasaan tertekan atau hilangnya ketertarikan atau perasaan senang dalam kebanyakan aktivitas. Gejala lainnya berupa perasaan tidak berharga atau bersalah, gagasan untuk bunuh diri, percobaan bunuh diri, agitasi psikomotor atau kelambanan psikomotor, insomnia atau hypersomnia, penurunan atau peningkatan berat badan, terganggunya konsentrasi, kesulitan berpikir, dan kehilangan tenaga (American Psychiatric Association, 2000). Dari segi diagnosa, major depressive disorder tidak mengalami perubahan dari DSM-IV ke DSM-V (Kring, Johnson, Davison, Neale, 2012). Berdasarkan DSM-V, Major Depressive Disorders (MDD) merupakan sindrom yang ditandai dengan perasaan tertekan atau hilangnya ketertarikan atau perasaan senang dalam kebanyakan aktivitas. Gejala lainnya berupa perasaan tidak berharga atau bersalah, gagasan untuk bunuh diri, percobaan bunuh diri, agitasi psikomotor atau kelambanan psikomotor, insomnia atau hypersomnia, penurunan atau peningkatan berat badan, terganggunya konsentrasi, kesulitan berpikir, dan kehilangan tenaga (American Psychiatric Association, 2000). Berikut kriteria Major Depressive Episodes menurut DSM-V: A. Lima (atau lebih) gejala berikut hadir selama periode dua minggu dan menampilkan perubahan dari kebiasaan sebelumnya. Setidaknya satu gejala merupakan mood tertekan atau kehilangan ketertarikan atau rasa senang. Gejala yang dihasilkan kondisi medis tidak dihitung. 1. Perasaan tertekan pada sebagian besar waktu, hampir setiap hari, ditunjukkan oleh laporan pribadi (contoh: merasa sedih atau kosong) atau observasi orang lain (contoh: kelihatan takut). Catatan: Pada anak-anak dan remaja, dapat berupa perasaan marah. 7

2 8 2. Kehilangan ketertarikan atau kesenangan pada sejumlah besar aktivitas, hampir setiap hari (ditunjukkan oleh pendapat pribadi ataupun observasi orang lain). 3. Penurunan/peningkatan berat badan atau perubahan selera makan yang signifikan ketika tidak melakukan diet. 4. Insomnia atau hypersomnia hampir setiap hari. 5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (harus dapat diobservasi dan bukan perasaan subjektif) 6. Kelelahan atau kehilangan tenaga hampir setiap hari 7. Merasa tidak berharga atau memiliki rasa bersalah yang berlebihan (mungkin saja bersifat delusi) hampir setiap hari. 8. Penurunan kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, sulit menentukan pilihan, hampir setiap hari. 9. Pikiran tentang kematian yang berulang, pikiran tentang bunuh diri yang berulang, baik tanpa rencana atau dengan rencana yang jelas dalam bunuh diri. B. Gejala menyebabkan kesedihan signifikan atau gangguan dalam pekerjaan, hubungan sosial, ataupun bidang lain yang penting dalam hidup. C. Episode ini tidak terkait dampak psikologis dari penggunaan obat-obatan. D. Kemunculan episode ini tidak diterangkan lebih baik dengan schizophrenia, gangguan delusi, atau psychotic disorder. E. Tidak ada sejarah hypomanic atau manic episode Epidemiologi Gejala depresi memiliki variasi dalam kebudayaan yang berbeda. Hal ini mungkin terjadi karena standar yang berbeda mengenai apa yang diterima sebagai ekspresi terterkan dalam kebudayaan tersebut. Untuk contohnya, orang-orang di Korea Selatan lebih jarang menyatakan mood sedih ataupun pikiran bunuh diri bila dibandingkan orang Amerika

3 9 Serikat (Chang et al., 2008). Pada budaya Asia, gejala depresi tampak dari keluhan letih, lemah, dan sulit konsentrasi (Simon, Goldberg, Von Korff, Ustun, 2002). Pada banyak negara jumlah serangan MDD meningkat secara pasti dari pertengah abad-20 hingga abad-20. Pada saat bersamaan, usia dimulainya serangan depresi menurun. Satu penjelasan yang memungkinkan atas hal ini terletak pada perubahan sosial yang terus terjadi selama 100 tahun terakhir. Hubungan kekeluargaan yang amat erat dan stabilitas pernikahan lebih jarang pada masa ini. Kendati demikian, tidak ada data jelas untuk menjelaskan serangan depresi yang datang semakin awal dalam usia. Di luar jumlah serangan depresi, gejala depresi juga bervariasi sesuai dengan usia. Depresi pada anak-anak seringkali berbentuk keluhan somatis, seperti sakit kepala atau perut. Pada orang dewasa, depresi seringkali berbentuk kesulitan konsentrasi dan kesulitan mengingat. Major Depressive Disorder seringkali diasosiasikan atau muncul bersama gangguan psikologis lain. Sekitar 60% individu yang memenuhi kriteria MDD juga pernah memenuhi kriteria anxiety disorder (Kessler et al., 2003). Kondisi lain yang juga umum untuk muncul bersama MDD termasuk substance-related disorder, sexual dysfunctions, dan personality disorders Faktor Penyebab Genetik Sebuah analisa menemuka bahwa rata-rata saudara kembar menyebabkan hereditas MDD. Sekitar 37% kasus depresi dapat dijelaskan dengan genetik. Perkiraan hereditas menjadi lebih tinggi ketika penelitian menggunakan sampel yang lebih parah, seperti pasien yang dirawat dalam rumah sakit (Kring, Johnson, Davison, Neale, 2012) Neurotransmitter Pada awalnya, depresi dikaitkan dengan tingkat norepinephrine dan dopamin yang rendah. Depresi juga juga diduga terkait dengan tingkat serotonin yang rendah. Namun, penelitian mengenai antidepressant menunjukkan hal yang berbeda. Pada satu sisi,

4 10 penelitian tersebut menunjukkan bahwa depresi memang terkait dengan neurotransmitter di atas. Contohnya, antidepressant yang efektif menghasilkan peningkatan langsung serotonin, norepinephrine, dan/atau dopamin. Namun dari segi waktu, depresi tidak dapat dijelaskan hanya dari tingkat neurotransmitter. Antidepressant membutuhkan 7 sampai 14 hari untuk mengurangi depresi. Pada saat itu, tingkat neurotransmitter sudah kembali ke keadaan sebelumnya (Kring, Johnson, Davison, Neale, 2012). Dari bukti-bukti yang ada, penelitian mulai mengarah pada sensitivitas reseptor terhadap serotonin. Studi menunjukkan bahwa menurunkan tryptophan (menyebabkan penurunan serotonin) akan menimbulkan gejala depresi sementara pada individu dengan sejarah depresi. Pemikiran saat ini adalah individu dengan reseptor serotonin yang tidak sensitif akan lebih mudah terkena depresi (Kring, Johnson, Davison, Neale, 2012) Faktor Sosial Episode depresi seringkali dipicu oleh kejadian yang menekan. Pada kenyataannya, peneliti telah menemukan bahwa penderita depresi mengalami lebih banyak kejadian yang tidak menyenangkan dibandingkan dengan orang lain dalam satu periode waktu (Comer, 2013). Dalam berbagai studi, 42-67% individu melaporkan bahwa mereka mengalami kejadian yang amat serius sebelum depresi mereka timbul. Kejadian tersebut termasuk kehilangan pekerjaan, sahabat penting, ataupun hubungan romantis (Kring, Johnson, Davison, Neale, 2012). Keadaan lingkungan kerja yang buruk dapat menjadi sumber stress dan membuat individu lebih rentan terhadap depresi. Rasa kesepian dan isolasi dalam lingkungan kerja merupakan salah satu stressor kerja (Shen et al., 2013). Hal ini sejalan dengan kebiasaan penulis kreatif yang jarang bersosialisasi dan lebih memilih isolasi dalam mengerjakan karyanya (Kaufman& Kaufman, 2009). Salah satu stressor yang paling terlihat dalam pekerjaan terletak dalam masalah finansial (Swisher et al., 1998). Stressor lain merupakan kesenjangan antara harapan akan performa kerja dan kenyataannya (Grynderup et al., 2012). Pada penulis, tekanan kerja ini

5 11 dapat mengambil bentuk dalam kritik negatif akan karya dan rendahnya penjualan karya (Kaufman & Kaufman, 2009) Faktor Kognitif Dalam pendekatan kognitif, depresi timbul karena pola pikir negatif yang dilakukan secara terus menerus. Hal ini tampak dalam pemikiran seperti Nilai diri saya tergantung pada performa saya dalam tugas atau Bila saya gagal, orang lain akan menjauhi diri saya. Sikap ini umumnya merupakan hasil dari pengalaman pribadi dan opini orang-orang di sekitar mereka. Adanya kegagalan dalam aktivitas merupakan hal yang tidak dapat terhindarkan, sehingga pola pikir tersebut tidaklah tepat (Comer, 2013) Dampak Depresi memiliki berbagai konsekuensi berat. Bunuh diri merupakan salah satu bahaya nyata. MDD juga merupakan salah satu penyebab disability paling tinggi(murray & Lopez, 1996), berdampak besar dalam bentuk penurunan produktivitas. MDD juga terkait dengan resiko masalah kesehatan, termasuk kematian akibat penyakit medis. Terdapat bukti kuat bahwa depresi terkait dengan penyakit jantung Episode Mania/Hypomania Definisi Mania/hypomania dapat digambarkan sebagai mood puncak dalam bipolar disorder. Dalam episode mania/hypomania, seorang individu dapat merasa euphoria dan bertenaga (American Psychiatric Association, 2000). Dari segi diagnosa, gejala mania dan hypomania tidak mengalami perubahan dari DSM-IV ke DSM-V (Kring, Johnson, Davison, Neale, 2012). Berdasarkan DSM-IV, berikut adalah kriteria sebuah episode mania: A. Periode tidak wajar pada individu yang jelas berbeda. Secara persisten individu menunjukkan elevated, expansive, atau irritable mood dan adanya peningkatan

6 12 tenaga atau aktivitas yang bertujuan. Hal di atas bertahan setidaknya selama satu minggu dan tampak pada sebagian besar waktu, hampir setiap hari (atau selama durasi apapun jika perawatan rumah sakit diperlukan). B. Selama periode gangguan mood dan peningkatan tenaga atau aktivitas, tiga (atau lebih) gejala berikut (empat bila hanya ada mood irritable) tampak jelas dan menunjukkan perubahan dari perilaku biasanya: 1. Self-esteem berlebih atau grandiosity. 2. Menurunnya kebutuhan tidur (contohnya merasa telah beristirahat cukup hanya dengan tidur 3 jam). 3. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicara. 4. Banyak gagasan yang bermunculan atau perasaan subjektif akan pikiran yang berpacu. 5. Perhatian mudah teralihkan (contohnya perhatian terlalu mudah teralihkan oleh stimulus luar yang tidak penting ataupun relevan), sesuai laporan observasi ataupun laporan pribadi. 6. Peningkatan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu (dapat saja tujuan sosial, pekerjaan, sekolah, atau seksual) atau agitasi psikomotor (contohnya aktivitas tanpa tujuan). 7. Keterlibatan berlebih dalam aktivitas menyenangkan yang memiliki resiko buruk (seperti membeli barang secara berlebihan, melakukan investasi bisnis yang merugikan, melakukan tindakan seksual yang tidak pantas). C. Gangguan mood cukup parah untuk menyebabkan kesulitan dalam hubungan sosial atau fungsi pekerjaan. Ataupun, adanya kebutuhan perawatan rumah sakit untuk mencegah individu melukai diri sendiri, atau adanya psychotic features. D. Episode tidak terkait dampak psikologis dari penggunaan obat-obatan. Elevated mood dalam manic episode merupakan perasaan amat bahagia. Meskipun demikian, perasaan ini akan terlihat berlebihan bagi orang yang mengenal baik individu tersebut (American Psychiatric Association, 2000).

7 13 Expansive mood ditandakan dengan antusiasme tanpa henti untuk melakukan interaksi interpersonal, seksual, ataupun interaksi yang berkaitan dengan pekerjaan. Contohnya, seorang dalam expansive mood dapat memulai pembicaraan mendalam dengan orang asing tanpa direncanakan. Contoh lainnya adalah penjual yang menawarkan produknya pada orang lain ketika hari masih subuh (American Psychiatric Association, 2000). Selain mania, episode hypomania juga merupakan bagian dari mood disorder. Terdapat sejumlah kriteria, sebelum seorang individu dapat dinyatakan mengalami episode hypomania (American Psychiatric Association, 2000). Kriteria tersebut adalah: A. Periode tidak wajar pada individu yang jelas berbeda. Secara persisten individu menunjukkan elevated, expansive, atau irritable mood dan adanya peningkatan tenaga atau aktivitas yang bertujuan. Hal di atas bertahan setidaknya selama satu minggu dan tampak pada sebagian besar waktu, hampir setiap hari (atau selama durasi apapun jika perawatan rumah sakit diperlukan). B. Selama periode gangguan mood dan peningkatan tenaga atau aktivitas, tiga (atau lebih) gejala berikut (empat bila hanya ada mood irritable) tampak jelas dan menunjukkan perubahan dari perilaku biasanya: 1. self-esteem berlebih atau grandiosity. 2. Menurunnya kebutuhan tidur (contohnya merasa telah beristirahat cukup hanya dengan tidur 3 jam). 3. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicara. 4. Banyak gagasan yang bermunculan atau perasaan subjektif akan pikiran yang berpacu. 5. Perhatian mudah teralihkan (contohnya perhatian terlalu mudah teralihkan oleh stimulus luar yang tidak penting ataupun relevan), sesuai laporan observasi ataupun laporan pribadi. 6. Peningkatan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu (dapat saja tujuan sosial, pekerjaan, sekolah, atau seksual) atau agitasi psikomotor.

8 14 7. Keterlibatan berlebih dalam aktivitas menyenangkan yang memiliki resiko buruk (seperti membeli barang secara berlebihan,melakukan investasi bisnis yang merugikan, melakukan tindakan seksual yang tidak pantas). C. Episode ini dapat dikaitkan pada perubahan aktivitas individu. D. Gangguan dalam mood dan aktivitas dapat terlihat oleh orang lain. E. Episode ini tidak cukup parah untuk menyebabkan individu dirawat di rumah sakit atau melempuhkan kemampuan sosial dan pekerjaan. Bila ada psychotic features, episode ini digolongkan manic. F. Episode tidak terkait dampak psikologis dari penggunaan obat-obatan Epidemiologi Mania/Hypomania Individu yang berada dalam episode mania memiliki kebutuhan untuk meluapkan emosi yang kuat secara aktif. Mood mereka yang bersifat euphoria akan tampak tidak sesuai dengan keadaan yang mereka alami. Kendati demikian, tidak semua penderita mania menunjukkan kebahagian, beberapa dapat menjadi amat pemarah, terutama ketika merasa ambisinya dihalangi (Comer, 2013). Pada satu penelitian, peneliti meminta psikiater dari Amerika Serikat, India, dan Inggris untuk menonton rekaman wawancara dan menilai tingkat gejala manic. Psikiater dari Amerika Serikat dan India cenderung untuk melihat gejala yang lebih parah dibandingkan psikiater dari Inggris. Kebudayaan mungkin membentuk kecenderungan untuk melabel perilaku sebagai gejala manic (Mackin, Targum, Kalali, Rom, Young, 2006). Lebih dari setengah penderita bipolar melaporkan episode mania pertama mereka sebelum usia 25 (Merikangas et al., 2011). Dari segi jenis kelamin, jumlah laki-laki dan perempuan yang mengalami episode mania/hypomania tidak terlalu berbeda. Sekitar dua per tiga orang yang telah didiagnosa dengan episode mania juga memenuhi kriteria anxiety disorder dan lebih dari satu per tiga melaporkan sejarah substance abuse (Altshuler et al., 2010).

9 Faktor Penyebab Pendekatan psychodynamic menyatakan bahwa mania, sama seperti depresi, muncul dari hilangnya objek kesayangan. Beberapa orang menyikapi kehilangan tersebut dengan menjadi depresi, lainnya mengingkari kehilangan tersebut dan menjadi manic. Kendati demikian, penjelasan yang paling valid dapat ditemukan dalam pendekatan biologis (Comer, 2013) Genetik Studi silsilah keluarga menyatakan bahwa individu dapat mewariskan kecenderungan mania dan depresi (American Psychiatric Association, 2013). Terdapat 40% kemungkinan episode mania bila memiliki saudara kembar dengan gangguan tersebut. Bila seorang individu mengalami mania dan depresi maka terdapat kemungkinan 5-10% anggota keluarga intinya mengidap gangguan tersebut (Comer, 2013) Neurotransmitter Pada tahun 1960, dokter mengira bahwa mania disebabkan oleh aktivitas berlebih norepinephrine. Karena aktivitas serotonin seringkali terjadi bersama norepinephrin dalam depresi, banyak yang mengira bahwa mania juga terkait dengan tingkat serotonin yang tinggi. Kendati demikian, korelasi seperti itu tidak ditemukan. Pada nyatanya, penelitian membuktikan bahwa mania terkait dengan aktivitas rendah serotonin, sama seperti depresi. Tingkat serotonin yang rendah dan aktivitas norepinephrine tinggi mungkin mengarah pada mania (Comer, 2013) Struktur Otak Studi otopsi telah mengidentifikasi sejumlah kelainan bentuk otak pada individu dengan sejarah episode mania. Contohnya basal ganglia dan cerebellum individu ini cenderung untuk lebih kecil dari biasanya. Selain itu, amygdala, hippocampus, dan prefrontal cortex juga memiliki kelainan struktur. Masih belum jelas peran kelainan

10 16 struktur ini dalam sejarah mania. Mungkin saja mereka menyebabkan kelainan neurotransmitter atau sebaliknya, kelainan struktur otak ini disebabkan oleh neurotransmitter penderita mania (Comer, 2013) Dampak Mania serta hypomania termasuk gangguan mental yang paling berat. Satu per tiga orang tetap tidak memiliki pekerjaan selama satu tahun penuh setelah dirawat untuk mania. Terdapat tingkat bunuh diri yang tinggi pada penderita bipolar I dan bipolar II. Satu dari empat individu dengan bipolar I dan satu dari lima orang dengan bipolar II melaporkan pernah mencoba melakukan bunuh diri (Merikangas et al., 2011). Individu dengan sejarah episode mania memiliki resiko tinggi untuk menderita berbagai masalah medis, termasuk penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas, dan penyakit tiroid (Kupfer, 2005). Permasalahan medis yang muncul seringkali cukup parah. Individu yang dirawat karena episode mania memiliki kemungkinan dua kali lipat meninggal karena masalah medis bila dibandingkan dengan individu yang tidak menderita mood disorder (Kring, Johnson, Davison, Neale, 2012). 2.3 Penulis Kreatif Definisi Penulis kreatif merupakan individu yang melakukan ekspresi seni dengan imajinasi untuk menyampaikan suatu makna melalui penggunaan narasi ataupun naskah drama (Kaufman& Kaufman, 2009). Ekspresi seni ini mencakup pembuatan syair, fiksi (novel, cerita pendek), naskah untuk permainan teater/drama, dan non-fiksi kreatif (memoar atau essay).

11 Atribut Kepribadian Penulis Terdapat atribut-atribut kepribadian yang umum dalam penulis (Piirto, 2002). Atribut ini diambil secara kualitatif melalui wawancara, biografi, dan memoar dari penulis. Atribut kepribadian penulis menurut Piirto (2002) yaitu: a) Ambisi dan iri hati. Penulis membutuhkan ambisi untuk mendorong mereka, namun ambisi ini seringkali menimbulkan perasaan tidak mampu dan cemas. Hal ini mungkin disebabkan oleh intimasi penulis akan karyanya. Penolakan yang mereka terima atas karya mereka ketika berusaha menerbitkan dapat berujung pada peningkatan ambisi yang disertai dengan rasa iri. Di balik dorongan untuk terus melanjutkan profesi penulis kreatif, terdapat rasa iri akan kesuksesan yang lain. Seorang penyair, Louis Simpson mengatakan bahwa pertemanan antara penulis tidak akan bertahan lama. Ia mengatakan bahwa penulis akan membenci kritik dari penulis lain dan mencurigai adanya rasa iri atau usaha untuk menjatuhkan karya mereka. Penyebab lainnya akan rasa iri dalam penulis juga disebabkan oleh perenungan mengenai pencapaian sebagai seorang penulis. b) Kepedulian akan isu filosofis: estetika dan etika Secara etis dan moral, banyak penulis yang tampak peduli dengan makna hidup dan pencarian atas kebenaran serta keindahan. Dalam proses penulisan kreatif, masalah filosofis mengenai makna hidup menjadi satu dengan kekhawatiran akan apa yang menjadikan manusia seorang manusia. Materimateri mengenai pemahaman penulis akan etika, moral, dan keindahan dapat ditemukan secara mudah dalam tulisannya. c) Kejujuran dalam pandangan politik dan sosial Penulis sering menarik perhatian, kemungkinan karena kemampuan mereka untuk berekspresi. Penulis cenderung untuk terbuka dalam menyatakan pandangan politik mereka dan berani untuk mengambil resikonya. Sepanjang sejarah, penulis menunjukkan seringkali menunjukkan sifat pasifis, liberal, atau sayap kiri. Banyak penulis yang menyuarakan sikap anti perang dan mendukung

12 18 kebebasan. Untuk alasan ini pula, banyak penulis yang diasingkan oleh pemerintah dalam sejarah. d) Psikopatologi Sejumlah penulis kreatif mungkin saja gila dan marah. Tes kepribadian yang dilakukan Barron pada 1963 menunjukkan bahwa penulis menunjukkan banyak karakteristik manic-depressive ataupun schizophrenic. Penulis kreatif ditandai menyimpang dari populasi umum. Penulis terkemuka tampaknya memiliki kecenderungan schizoid, depressive, hysterical, psychopathic, ataupun tidak memiliki selera seksual yang kaku. e) Depresi Contoh depresi dalam penulis kreatif amat berlimpah, terbukti dari memoarmemoar yang berisi tentang rincian dampak depresi. Akhir yang sedih dalam bunuh diri merupakan realita bagi banyak penulis. Meskipun mereka memperkaya kehidupan pembaca, penulis seringkali rawan terhadap sifat selfabusive dan self-destructive. f) Empati Penulis seringkali menuangkan masalah dunia sebagai bagian dari mereka sendiri. Seorang seniman tampaknya dapat memahami perjuangan orang lain dengan mudah. Rasa empati yang dalam ini mungkin berkontribusi pada depresi penulis. g) Selera humor Terdapat kecerdasan untuk menangkap humor dalam penulis, umumnya humor secara verbal. Kejelian untuk melihat hal yang tidak sesuai, kemampuan untuk menyampaikannya, ironi dalam mengesampingkan tragedi dan melihat sisi jenakanya, semua menyatakan selera humor yang tampak dalam penulis.

13 Writer s Block Dalam proses menulis, seorang penulis kreatif dapat mengalami kesulitan untuk melanjutkan karyanya. Kendati perhatian dan usaha yang mereka lakukan, mereka tetap berhadapan dengan sebuah halaman kosong. Keadaan tidak mengetahui apa yang harus ditulis ataupun bagaimana cara melanjutkan tulisan dikenal dengan nama writer s block (Kaufman& Kaufman, 2009). Writer s block merupakan pengalaman yang berbeda untuk setiap penulis. Dengan mengakui keberagaman ini, telah dilakukan pembagian jenis writer s block (Barrios, 1987). Jenis writer s block dibagi menjadi empat, yaitu: 1. Type 1: Dysphoric/Avoidant Type Penulis jenis ini mengeluarkan berbagai emosi tertekan. Data kuesioner menunjukkan berbagai perasaan tertekan yang diasosiasikan dengan menulis. Perasaan tersebut mencakup marah, takut, kebingungan, mengkritik diri sendiri, dan letih. Selain itu juga terdapat hilangnya perasaan positif ketika menulis. Penulis ini memiliki imajinasi kuat, namun kualitas ini tidak digunakan untuk menulis. Alih-alih, kemampuan ini malah memperkuat gejala depresi mereka. Mereka sering membayangkan diri dalam keadaan bersalah dan tidak tenang. Hal itu menyebabkan kesulitan dalam menjaga struktur karya tulis mereka. Kehilangan hubungan interpersonal dan rasa malu di masa lalu berperan dalam pengalaman depresi yang dialami saat ini. Demoralisasi ini menghambat kemampuan untuk fokus dalam menulis. Pada saat bersamaan, ketidakmampuan menulis berarti hilangnya cara untuk merasakan kendali diri dan rasa pencapaian. Penulis jenis ini akan menjadi amat kesepian dan terisolasi dari orang lain. Proyek menulis, meskipun dibenci, telah menjadi teman utama mereka sehari-hari.

14 20 2. Type 2: Guilty/Interpersonally Hindered Type Kelompok penulis ini dikenal tidak memiliki banyak gangguan menulis di masa lalu. Mereka dikenal untuk kebiasaan kerja yang baik, ketekunan, dan kapasitas untuk melakukan lamunan yang konstruktif. Ketika mengalami block, mereka melaporkan tingkat kenikmatan rendah dalam menulis. Mereka juga mengakui peningkatan signifikan dalam permusuhan dan rasa kesal terhadap orang lain. Meskipun demikian, mereka menyatakan sikap positif pada proyek menulis mereka. Kesulitan penulis Type 2 tampaknya bersifat interpersonal dan ditandai dengan self-inhibition. Penulis ini biasanya terjebak di antara keinginan untuk personal achievement dan rasa tanggung jawab subjektif terhadap anggota keluarga yang dipersepsikan rentan. Mereka amat menyesuaikan diri dengan orang lain dan menghindari menjadi objek dari rasa iri. Tantangan proyek mereka adalah untuk menyeimbangkan keadaan agar tidak terlihat melampaui orang lain. Penulis ini menghindari kesuksesan besar dan menganggap penonjolan diri dapat menghancurkan hubungan interpersonal. 3. Type 3: Constricted/Dissmissive/Disengaged Type Penulis Type 3 menyangkal adanya perasaan cemas ataupun marah dalam usaha menulis mereka. Penulis ini menolak attachment dengan teman penulis dan mereka juga mengabaikan kemungkinan adanya keuntungan dari pertemanan dengan penulis yang lebih berpengalaman. Mereka juga kurang kreatif atau kurang mampu membuat ide orisinil dan tengah terjebak dalam proyek menulis yang membutuhkan tingkat orisinalitas tinggi. Wawancara dengan penulis jenis ini menunjukkan bahwa mereka tidak memandang tinggi proses menulis sendiri. Mereka menciptakan kesan bahwa mereka menggunakan sedikit emosi dan imajinasi. Individu ini bersikap sinis dan meremehkan kolega mereka dan karir mereka sendiri.

15 21 4. Type 4: Angry/Dissapointed Type Penulis ini memiliki ekspresi negatif yang tinggi. Rasa permusuhan, pesimisme, dan kebencian seringkali disertai perilaku seperti memecahkan barang, menendang, dan mudah kesal dengan orang lain. Penulis Type 4 cenderung menggunakan alkohol ataupun obat-obatan ketika menulis. Dibandingkan dengan penulis lainnya, penulis Type 4 memiliki tingkat kecemasan, depresi, keluhan somatis, dan perasaan paranoid paling tinggi. Kendati demikian, mereka memandang pekerjaan menulis mereka sebagai hal yang amat berharga dan menguntungkan. Penulis Type 4 tampak amat memperhatikan identitas dan kelayakan mereka. Kepedulian ini sebagian besar bersifat narsistik. Perjuangan mereka berpusat pada usaha menulis untuk mempertahankan gambaran diri yang ideal. Seringkali penulis ini memiliki kesuksesan atau pencapaian besar di masa lalu, tetapi saat ini tengah takut kehilangan status tersebut. Penulis Type 4 berada dalam pencarian atas jati diri di masa lalu. Mereka mencari pemujaan dan perhatian. Rasa marah yang mereka tunjukkan mungkin merupakan bentuk penyalahan diri sendiri karena tidak dapat meneruskan hidup ideal. Mereka terbebani oleh kesuksesan masa lalu yang gagal dipertahankan. Tabel 2. 1 Perbandingan jenis-jenis penulis yang mengalami writer s block Konsekuensi menulis yang ditakutkan Perasaan utama yang ditampilkan Type 1 Type 2 Type 3 Type 4 Kekacauan Dikhianati Gairah Kekecewaan Anxiety/ Guilt/Inhibition Detachment/ Shame/Rage Depression Constriction

16 22 Kesulitan Ketidakmampuan Perasaan yang Pemisahan diri Kegagalan utama untuk saling dari sumber untuk membangun dan bertentangan imajinasi dan melaksanakan mengatur pikiran mengenai emosi ambisi pribadi serta perasaan pelaksanaan ambisi pribadi Kaitan Isolasi diri, Terpaku pada Tidak peduli Tidak sabar, interpersonal berduka harapan orang secara sopan mencari lain pengakuan 2.4 Kerangka Berpikir Gambar 2. 1 Kerangka berpikir Penelitian yang dilakukan melibatkan variabel gangguan depresi dan mania/hypomania pada subjek penulis kreatif. Variabel tersebut dipilih karena banyaknya gejala mania dan depresi yang dapat muncul dalam proses menulis kreatif. Seorang penulis kreatif menuangkan aspirasi dan imajinasi mereka melalui narasi dalam media tertulis. Dimulai dengan pencarian ide dan perencanaan cerita, seorang penulis kreatif dapat dibanjiri oleh berbagai gagasan dan kemungkinan alur cerita. Dalam mengerjakan tulisannya seorang penulis dapat menjalankannya dengan fokus penuh dan

17 23 istirahat yang minim. Ketika menerima pujian dari pembaca, seorang penulis dapat merasakan peningkatan self-esteem. Perasaan-perasaan yang dipandang positif tersebut merupakan bagian dalam gejala episode manic dan hypomanic. Salah satu studi paling awal mengenai topik ini menemukan bahwa terdapat lebih banyak penulis yang pernah dirawat karena episode mania dan depresi, bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Andreasen& Canter, 1974). Gejala-gejala dalam episode manic dan hypomanic mencakup rasa self-esteem berlebih atau grandiosity, kebutuhan tidur menurun, tekanan untuk berbicara, pikiran yang berpacu, meningkatnya aktivitas dengan tujuan tertentu, dan melakukan aktivitas yang menyenangkan secara berlebih (American Psychiatric Association, 2000). Di sisi lain, pekerjaan penulis kreatif juga membuatnya rentan terhadap depresi. Seorang penulis dapat memandang karyanya secara negatif, mengandung narasi yang tidak cukup baik untuk membawakan konsep cerita ataupun tidak menarik. Pola pikir ini seringkali diperkuat ketika terdapat kritik keras terhadap karya atau ketiadaan pembaca yang memberikan perhatian. Di luar itu, writer s block (ketidakmampuan dalam melanjutkan tulisan) juga memiliki peran dalam menekan seorang penulis kreatif. Tidak seperti seorang penulis akademis, ketakutan akan halaman kosong tidak dapat dilampaui dengan mengikuti panduan penulisan ilmiah, kolaborasi antar peneliti, ataupun menggunakan riset-riset terdahulu untuk mendukung penelitian saat ini. Reputasi mereka sebagai seniman dapat saja bergantung sepenuhnya pada imajinasi. Dalam penulisan akademis, menggunakan referensi dan pemikiran orang lain merupakan penelitian. Dalam penulisan kreatif, tindakan seperti itu merupakan plagiarisme (Kaufman& Kaufman, 2009). Ketika writer s block terjadi, umumnya perasaan-perasaan senang dalam menulis akan hilang. Seorang penulis dapat berkutat dengan halaman kosong selama berjam-jam, menulis dan menghapus tulisan mereka secara berulang-ulang (F. Razi, komunikasi pribadi, 24 Maret 2015). Usaha yang dirasakan tidak membuahkan ini seringkali dirasakan membuang-buang waktu dan membuat penulis merasa tertekan. Studi di Swedia juga menunjukkan bahwa orang-orang yang menekuni profesi penulis memiliki kemungkinan

18 24 lebih besar untuk menderita unipolar depression dan mania bila dibandingkan dengan populasi (Kyaga et al., 2011, 2012). Perasaan-perasaan negatif dalam proses menulis ini dapat mengarah pada timbulnya depresi apabila perasaan tersebut menjadi berlebih dan tidak tertahankan (Shen et al., 2013). Depresi merupakan keadaan tertekan yang ditandai dengan tingkat kesedihan tinggi, tidak bertenaga, merasa tidak berharga, bersalah, dan kehilangan rasa senang (American Psychiatric Association, 2000). Bahkan ketika seorang penulis berhasil melampaui segala halangan dan menyelesaikan karya mereka, berbagai hal masih dapat menghantui. Penulis mungkin merasa besar ketika karya mereka disambut dengan pujian dan kesuksesan. Namun rendahnya antusiasme pembaca dan buruknya penjualan dapat menjadi stressor bagi penulis (Kaufman& Kaufman, 2009). Pendapatan yang rendah dan hasil pekerjaan yang kurang dihargai terbukti mengacu pada depresi (Swisher et al., 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas telah lama dikaitkan dengan gangguan jiwa (Kyaga et al., 2011). Mulai dari Aristoteles yang menyatakan tidak ada orang jenius yang hidup tanpa sedikit kegilaan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil alat ukur dapat terlihat bahwa 23 (45.1%) dari 51 penulis kreatif yang menjadi sampel penelitian ini mengalami depresi. Dari 23 penulis

Lebih terperinci

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

Gangguan Mood/Suasana Perasaan Gangguan Mood/Suasana Perasaan Definisi: Merupakan kelompok gangguan yang melibatkan gangguan berat dan berlangsung lama dalam emosionalitas, yang berkisar dari kegirangan sampai depresi berat Major depressive

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan mood merupakan perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, umumnya mengarah ke depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

MAYOR DEPRESSION DISORDER

MAYOR DEPRESSION DISORDER STIKES MW-KENDARI PRODI S1-KEPERAWATAN MAYOR DEPRESSION DISORDER IRMAN DINEJAD By : Group ONE Tuesday, October 2014 GARIS BESAR MATERI 1 2 3 4 5 6 Definisi MDD Etiologi MDD Faktor Risiko MDD Manifestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah depresi kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena dapat menyerang seluruh usia dan lapisan masyarakat. Depresi merupakan gangguan suasana perasaan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Materi ini merupakan salah satu bahan kuliah online gratis bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa dan perawat pendamping Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Oleh: Tirto Jiwo Juni 2012 Tirto Jiwo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN) GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN) Ns. Wahyu Ekowati, MKep., Sp.J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan Menjelaskan kembali pengertian gangguan mood Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makhluk yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan

Lebih terperinci

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id MOOD DISORDER DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com PENGERTIAN & KARAKTERISTIK UTAMA gangguan yang melibatkan emosi yang berlebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi merupakan gangguan mental umum yang dikarakteristikkan dengan perasaan tertekan, kehilangan minat terhadap

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang paling penting, karena pada masa ini

Lebih terperinci

Terapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Hipomania dan Mania

Terapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Hipomania dan Mania Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Danperawat pendamping Terapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Hipomania dan Mania Oleh: TirtoJiwo,

Lebih terperinci

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : Status Perkawinan : Agama : Suku Bangsa : Lamanya di dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunuh diri adalah masalah global. Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri menjadi fenomena yang sering muncul dalam pemberitaan media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Definisi

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Definisi BAB I PENDAHULUAN Pasca melahirkan adalah periode dimana ibu menjalani hari yang melelahkan. Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun perubahan kondisi fisik dan psikis ibu, dan hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 109 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harapan dan konsep Tuhan pada anak yang mengalami kanker, serta bagaimana mereka mengaplikasikan

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) A. PENGERTIAN Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN MOOD dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ Gangguan Mood Mood adalah pengalaman emosional individual yang bersifat menyebar. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama : Tn. B Umur : 47 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Pekerjaan : Tukang Bangunan Agama : Islam Alamat : Bengkulu Selatan Suku bangsa : Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Jiwa 2.1.1. Definisi Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta

Lebih terperinci

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mental Emosional 2.1.1 Definisi Mental Emosional Mental adalah pikiran dan jiwa, sedangkan emosi adalah suatu ekspresi perasaan, atau dapat juga diartikan sebagai sebuah afek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Banyak tugas yang harus dicapai seorang remaja pada fase ini yang seringkali menjadi masalah

Lebih terperinci

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

TUJUAN WAWANCARA MEDIS WAWANCARA MEDIS Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari pasien mengenai keadaan penyakitnya (awal dan riwayat) Bagian terpenting dalam proses diagnosa dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994). BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994). Seseorang mengalami kecemasan ketika mereka menjadi waspada terhadap keberadaan atau adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

Pengantar Psikologi Abnormal

Pengantar Psikologi Abnormal Pengantar Psikologi Abnormal NORMAL (SEHAT) sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum ABNORMAL (TIDAK SEHAT) tidak sesuai dengan kategori umum. PATOLOGIS (SAKIT) sudut pandang medis; melihat keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang mengganggu fungsi mental sehingga menempatkan seseorang dalam kategori tidak sejahtera. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada tanggal 21 Januari 2012 sampai dengan tanggal 28 Januari 2012. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN I Pendahuluan Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory No : Usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani hidup, setiap manusia akan menemui berbagai permasalahan. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

2014 D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA

2014 D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Payudara (buah dada) adalah bagian tubuh manusia yang tidak asing lagi, terutama bagi pemiliknya. Kebanyakan orang berpikir bahwa pria tidak memiliki payudara. Faktanya,

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan nasional memberikan dampak perubahan pada sistem kesehatan Indonesia ke dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Layanan kesehatan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEKERASAN EMOSI 1. Pengertian Kekerasan Emosi Kekerasan emosi didefinisikan sebagai bentuk kekerasan yang dilakukan secara sengaja tujuan untuk mempertahankan dan menguasai individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO. HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan) (Peter & Yeni, 1991). Saat ini, peran wanita telah bergeser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja

Lebih terperinci

2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) 2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir :

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN. 4. Jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. Kerahasiaan jawaban Anda serta Identitas Anda akan di jamin sepenuhnya.

PETUNJUK PENGISIAN. 4. Jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. Kerahasiaan jawaban Anda serta Identitas Anda akan di jamin sepenuhnya. PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah dengan teliti sebelum menjawab. 2. Pengisian jawaban di lakukan secara urut. Usahakan agar jangan sampai ada jawaban yang terlewat. 3. Pilih salah satu dari 4 alternatif jawaban

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh manusia menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada dalam

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan representasi psikologis masing-masing orang yang dibangun dari latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia (Nugroho, 2008).

Lebih terperinci