BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan representasi psikologis masing-masing orang yang dibangun dari latar belakang kehidupan setiap orang yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut kadang menjadi sebuah pemicu sebuah permasalahan dalam berkehidupan sosial. Dalam hal psikologis, salah satu permasalahan yang dapat terjadi ialah disebabkan oleh gangguan mental dalam diri seseorang. Menurut Semiun (2006:9) gangguan mental adalah gangguan yang menghalangi seseorang untuk hidup sehat seperti yang diinginkan oleh setiap orang atau individu itu sendiri. Hal ini dapat terjadi seperti sulitnya seseorang dalam beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang disebabkan oleh gangguan-gangguan emosional dari dalam maupun luar dirinya. Terdapat klasifikasi yang berbeda-beda pada berbagai bidang yang terkait dengan kesehatan mental, seperti psikiatri, psikologi, sosiologi, dan antropologi. Dalam bidang psikologi, ketidakmampuan seseorang dalam membedakan realita atau fantasi dirinya disebut psikosis. Psikosis membuat seseorang dengan gangguan kesehatan mental sulit dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baik secara sadar maupun tidak. Dalam hal ini, psikosis dibagi menjadi dua hal. Pertama, psikosis organik atau gangguan mental yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf pada individu. Kedua, psikosis fungsional adalah gangguan mental yang disebabkan oleh keseluruhan kepribadian pada individu atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan saraf. Gangguan mental ini dapat membuat seseorang mengalami perubahan-perubahan suasana hati yang kadang tidak sesuai dengan kondisi dimana dia berada (Semiun, 2006: 19). Bipolar Disorder merupakan bagian dari psikosis fungsional, yaitu salah satu gangguan kesehatan mental yang memperlihatkan peralihan dua kutub suasana hati yang berbeda secara drastis dalam diri seseorang. Kedua suasana hati tersebut 1

2 adalah manik dan depresif. Manik adalah kondisi pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang menunjukkan ekspresi kegembiraan secara berlebihan, sedangkan depresif adalah kondisi pikiran yang negatif, putus asa, dan tidak ada ide. Kedua hal ini merupakan sebuah gangguan kesehatan mental yang sulit dikendalikan oleh orang yang mengalaminya pada tingkatan tertentu (Semiun, 2006:106). Fenomena Bipolar Disorder menjadi suatu permasalahan dalam lingkungan sosial namun sulit dikenali oleh orang awam pada umumnya. Banyak kasus yang dialami oleh masyarakat tentang keberadaan penderita Bipolar Disorder yang meresahkan lingkungannya. Dalam buku Apakah Aku Bipolar? (Panggabean dan Rona, 2015) tertulis beberapa contoh kasus nyata di Indonesia memiliki permasalahan dengan Bipolar Disorder, baik penderita maupun lingkungan itu sendiri. Banyak lingkungan yang belum mengerti cara penanganan yang tepat terhadap penderita Bipolar Disorder. Salah satunya dalam lingkungan keluarga yang di dalamnya terdapat anggota yang menderita Bipolar Disorder, memiliki kemungkinan besar akan berlanjut pada keturunan si penderita tersebut. Terdapat beberapa kasus Bipolar Disorder pula yang diderita oleh beberapa selebriti yang sempat meramaikan media massa. Ketidakpahaman sebagian masyarakat terhadap gangguan ini menyebabkan terjadinya banyak dugaan dan perbincangan negatif yang tidak sesuai terhadap kondisi penderita itu sendiri. Hal ini membuat penderita merasa lebih tertekan dan mampu menimbulkan gejalagejala yang lebih parah lagi. Depresi yang berlebihan dapat menimbulkan perasaan kesedihan, tidak berharga terhadap diri sendiri, dan bahkan dapat menimbulkan keinginan untuk bunuh diri. National Alliance of Mental Illness (2013) melakukan riset di Amerika Serikat yang menunjukan pada data statistik, yaitu sekitar 2,6% dari orang dewasa di Amerika Serikat atau sekitar 6,1 juta orang menderita Bipolar Disorder. Sebelumnya National Institute of Mental Health (2009) juga menyebutkan jumlah kematian akibat bunuh diri adalah 90% yang disebabkan oleh gangguan kesehatan mental dan depresi, dimana depresi juga merupakan bagian dari Bipolar Disorder. 2

3 Penderita Bipolar Disorder harus ditangani dengan perlakuan yang semestinya. Hal ini membuat pentingnya penyebaran informasi mengenai gejala dan penanganan yang benar terhadap penderita Bipolar Disorder. Saat ini, jumlah literatur yang membahas gangguan kesehatan mental masih sangat minim yang berbahasa Indonesia. Selain itu biasanya literatur yang telah ada berbentuk buku atau jurnal yang disegmentasikan hanya untuk kepentingan bidang pendidikan keilmuan psikologi dan kedokteran. Padahal, pemahaman mengenai kesehatan mental sangat perlu dipahami oleh setiap orang agar dapat menjaga dan mengatasi kesehatan mental individu itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan sebuah media yang dapat menginformasikan mengenai gejala dan penanganan secara tepat terhadap kesehatan mental khususnya pada gangguan kesehatan mental Bipolar Disorder. Film merupakan salah satu media yang popular yang banyak diminati oleh banyak orang. Mulai dari anak-anak hingga dewasa memiliki tontonan filmnya tersendiri. Selain sebagai media hiburan, film juga dapat dijadikan sebagai media edukasi untuk penontonnya. Dalam film fiksi, kreator dapat memasukan gagasangagasannya kedalam film yang dibuatnya. Adegan dalam film juga dapat diciptakan dan menyesuaikan dengan gagasan yang ingin disampaikan oleh kreator. Dalam cerita film fiksi juga sering diangkat dari kejadian nyata (Pratista, 2008:7). Hal ini membuat film fiksi dapat digunakan sebagai media untuk mengkomunikasikan pesan mengenai fenomena Bipolar Disorder kepada khalayak yang lebih luas, khususnya pada kalangan dewasa muda yang mulai beresiko pada gangguan Bipolar Disorder. Dengan tujuan mengedukasi tanpa bermaksud menggurui, film fiksi dapat disajikan sedemikian rupa dengan merancang unsur naratif dam sinematiknya, sehingga membuat penonton dapat menikmati film sebagai media hiburan dan juga sekaligus memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Untuk menghasilkan film fiksi yang berkualitas baik, diperlukan penyutradaraan yang baik pula dari film itu sendiri. Sutradara merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap kualitas film yang ditonton oleh penonton 3

4 (Oakey dalam Naratama, 2013:11). Sutradara memiliki tugas untuk memvisualisasikan naskah kedalam bentuk visual. Dalam mengembangkan naskah yang akan divisualisasikan ke dalam bentuk film, sutradara juga harus mempertimbangkan alur cerita agar penonton dapat memiliki ketertarikan untuk menonton hingga film berakhir yang bertujuan agar pesan dalam film dapat tersampaikan dengan baik. Salah satunya dengan merancang konstruksi dramatik pada alur cerita yang bertujuan untuk mengikat dan mempertahankan perhatian penonton seperti memberikan kejutan atau ketegangan sehingga menimbulkan dorongan yang membuat penonton memiliki rasa ingin tahu dan mengikuti arus jalan cerita secara terus-menerus hingga film berakhir. Selain itu, seorang sutradara juga harus memiliki kemampuan dalam memimpin, karena banyaknya divisi dalam suatu produksi film yang harus diarahkan agar setiap divisi dapat berjalan dengan tepat sesuai dengan tugasnya masing-masing. Oleh karena itu, pentingnya peran sutradara film dalam bersungguh-sungguh menyajikan tayangan yang terbaik agar nilai dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima baik oleh penontonnya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Bipolar Disorder merupakan salah satu fenomena yang terjadi di sekitar kita, namun sulit dikenali gejalanya oleh masyarakat pada umumnya. Bila tidak ditangani dengan tepat, penderita Bipolar Disorder dapat mengalami depresi yang begitu dalam hingga bahkan menyebabkan kematian bunuh diri pada penderitanya. Oleh sebab itu, dibutuhkan media yang tepat dalam mengkomunikasikan penanganan yang tepat terhadap Bipolar Disorder kepada khalayak khususnya segmentasi dewasa-muda. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar perlunya dilakukan penyutradaraan dalam film fiksi pendek bertema Bipolar Disorder dengan mengedepankan unsur dramatik. 4

5 1.2 Permasalahan Identifikasi masalah. Dari latar belakang diatas maka masalah yang timbul adalah sebagai berikut : 1. Gangguan kesehatan mental disebabkan oleh faktor biologis dan latar belakang kepribadian seseorang. 2. Bipolar Disorder merupakan perubahan manik dan depresif suasana hati pada diri seseorang. 3. Fenomena Bipolar Disorder sulit dikenali oleh masyarakat awam. 4. Ketidaktahuan masyarakat terhadap Bipolar Disorder memperburuk keadaan penderita dalam menjalani kehidupan sosialnya, bahkan berujung pada kematian bunuh diri. 5. Pentingnya penyebaran informasi melalui film fiksi mengenai gejala dan penanganan terhadap penderita Bipolar Disorder. 6. Perlunya menciptakan film yang menarik salah satunya dengan memperkuat unsur dramatik untuk mengunci perhatian penonton. 7. Sutradara berperan penting dalam mengkomunikasikan fenomena Bipolar Disorder dalam film fiksi Rumusan masalah Permasalahan utama yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah: 1. Bagaimana mengkomunikasikan fenomena Bipolar Disorder dalam film fiksi pendek Dua Rasa? 2. Bagaimana merancang konstruksi dramatik dalam penyutradaraan film fiksi pendek Dua Rasa? 1.3 Ruang lingkup Apa Film fiksi sebagai media komunikasi mengenai fenomena Bipolar Disorder. 5

6 1.3.2 Siapa Target audiensi dari perancangan ini adalah masyarakat berpendidikan dengan rentang usia tahun di wilayah geografis perkotaan Bagian Apa Dalam perancangan film ini penulis berperan dan berbicara melalui sudut pandang sutradara Tempat Media ini akan diinformasikan melalui media sosial secara online dan pemutaran film yang bertujuan untuk sosialisasi Bipolar Disorder Waktu Waktu dari penayangan film ini direncanakan pada tahun Tujuan Pernacangan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari perancangan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengkomunikasikan fenomena Bipolar Disorder dalam film fiksi pendek Dua Rasa. 2. Untuk memahami konstruksi dramatik dalam penyutradaraan film fiksi pendek Dua Rasa. 1.5 Manfaat Peracangan Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Secara Umum a. Perancangan ini dapat dijadikan sebagai media hiburan yang berwawasan. b. Perancangan ini dapat dijadikan sebagai media pendukung dalam pengajaran bidang psikologi. c. Perancangan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan di bidang keilmuan yang terkait. 2. Secara Khusus a. Sebagai tinjauan penelitian selanjutnya. b. Untuk menambah kreasi lokal Indonesia di bidang perfilman. 6

7 1.6 Metodologi Perancangan Perancangan dan penyutradaraan dalam sebuah karya, dibutuhkan metodologi yang terukur dan sistematis. Metodologi haruslah tepat dan sesuai dengan topik permasalahan yang diangkat. Oleh karena itu, dalam penyusunan perancangan ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologi sebagai metode pengumpulan dan analisis data. Menurut Creswell (dalam Ferdiansyah, 2015:161) fenomenologi merupakan suatu metode dalam memahami pengalaman individu yang berkaitan dengan suatu fenomena tertentu. Pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan metode sebagai berikut: Metode Pengumpulan Data a. Studi Literatur Data dan informasi yang diperoleh melalui literatur pustaka dan visual. Literatur pustaka diantaranya adalah buku, jurnal, dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan topik perancangan karya seperti data mengenai ilmu kesehatan mental, teori film, dan penyutradaraan, sedangkan literatur visual dari karya sejenis yang sudah pernah ada sebelumnya dijadikan sebagai referensi perancangan karya yang dibuat. b. Wawancara Data yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam terhadap penderita Bipolar Disorder, serta mengumpulkan data pendukung melalui pihak yang berhubungan dengan Bipolar Disorder mulai dari psikolog, psikiater, maupun dengan lingkungan penderita Metode Analisis Data Setelah mengumpulkan data melalui beberapa metode diatas, dalam rangka memahami fenomena utama dalam penelitian fenomenologi, maka dibutuhkan analisis data yang terdiri atas beberapa tahap. Dalam hal ini penulis melakukan tiga tahapan dalam menganalis data fenomenologi 7

8 yang dikemukakan oleh Moustakas (dalam Hasbiyansyah, 2005: 171) yakni: 1. Mendeskripsikan fenomena yang dialami oleh subjek penelitian setelah mendapatkan hasil wawancara. 2. Menginventarisasi pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan topik. 3. Mengklasifikasi pertanyaan-pertanyaan ke dalam tema unit makna, deskripsi tekstural, dan struktural, yang kemudian disatukan untuk menghasilkan makna dan esensi fenomena Metode Perancangan Setelah melakukan pengumpulan dan analisis data objek penelitian, kemudian dihasilkanlah beberapa kata kunci. Selain dari itu, penulis juga melakukan analisis visual, yaitu mengurai dan menginterpretasi terhadap empat film dengan tema sejenis yang dijadikan sebagai referensi dalam melakukan perancangan konstruksi dramatik dalam film. Kata kunci dan hasil analisis inilah yang kemudian diaplikasikan dalam konsep penyutradaraan film tersebut. Berikut ini, Dennis (2008: 30) menjelaskan tiga tahapan yang dikerjakan sutradara dalam perancangan sebuah film, diantaranya: 1. Praproduksi a. Interpretasi skenario ke dalam bentuk visual. b.mengimplementasikan konsep kreatif ke dalam director s shot. c. Menentukan lokasi yang tepat untuk syuting. d.breakdown skenario bersama Director of Photography menghasilkan shot list, floorplan, dan storyboard. e. Pemilihan pemain yang sesuai dengan skenario. f. Pelatihan Pemain dan Reading. g.pre-production Meeting untuk menyelaraskan visi tim produksi. 8

9 2. Produksi a. Syuting, merealisasikan perencanaan praproduksi, bekerja sama dengan seluruh tim produksi yang terkait. b.evaluasi dalam proses pengerjaan syuting kepada seluruh tim. 3. Pascaproduksi a. Menetapkan picture look, mengawasi, dan mengkoreksi hasil editing hingga film jadi. 9

10 1.7 Kerangka Perancangan Gambar 1.2 Skema Kerangka Perancangan 10

11 1.8 Pembabakan Penulisan karya Tugas Akhir ini terbagi menjadi lima bab, yaitu: BAB I Pendahuluan berisi latar belakang permasalahan dari topik yang diangkat, permasalahan, ruang lingkup, tujuan perancangan, manfaat perancangan, metodologi perancangan, kerangka perancangan, hingga pembabakan. BAB II Dasar pemikiran menjelaskan dasar dari teori-teori yang relevan sebagai panduan dalam perancangan. BAB III Data dan analisis masalah berisi data yang berkaitan dengan perancangan dan analisa data. BAB IV Konsep & hasil perancangan menjelaskan konsep perencanaan dan gaya penyutradaraan film fiksi pendek Bipolar Disorder hingga hasil akhir. BAB V Penutup berisi kesimpulan dan saran. 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling banyak adalah Skizofrenia, Skizofrenia adalah gangguan jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penderita gangguan mental saat ini mengalami peningkatan, terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dialami seperti kondisi perekonomian yang memburuk,

Lebih terperinci

PENYUTRADARAAN FILM FIKSI PENDEK DUA RASA THE FILM DIRECTING OF SHORT FICTION FILM OF DUA RASA

PENYUTRADARAAN FILM FIKSI PENDEK DUA RASA THE FILM DIRECTING OF SHORT FICTION FILM OF DUA RASA PENYUTRADARAAN FILM FIKSI PENDEK DUA RASA THE FILM DIRECTING OF SHORT FICTION FILM OF DUA RASA Muhammad Rizki 1, Anggar Erdhina Adi, S.Sn. M.Ds. 2 1,2 Prodi S1 Desain Komunikasi Visual, Fakultas Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyutradaraan film fiksi pendek Samar ini mengambil inspirasi dari sebuah penyakit yang bernama prosopagnosia atau buta wajah. Prosopagnosia merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kesenian. Salah satunya adalah angklung. Angklung adalah kesenian yang berupa alat musik tradisional. Angklung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan batiniah maupun lahiriah. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak selalu

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada hakikatnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan untuk dapat melanjutkan generasi manusia secara turun-temurun. Untuk itu, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal perjalanan pembuatan film beserta teknologinya, para filmmaker telah mengupayakan berbagai teknologi canggih dalam merealisasikan konsep visual mereka didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial memiliki keinginan untuk berinteraksi, berkomunikasi, bertukar ide dan gagasan, mengirim dan menerima informasi bekerjasama, menjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendakian gunung atau yang disebut mountaineering adalah olahraga, profesi, dan rekreasi. Ada banyak alasan mengapa orang ingin mendaki gunung, terutama di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penyakit prosopagnosia pertama kali dicetuskan pada tahun 1947 oleh Joachim Bodamer, dalam bahasa inggris penyakit ini dinamakan face blindness atau buta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Palembang merupakan kota metropolitan berskala international. Kota yang berusia 13 Abad lebih ini banyak meninggalkan jejak-jejak sejarah yang menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Pakpak merupakan salah satu suku di daerah Sumatera Utara. Suku ini adalah salah satu suku pribumi asli di kabupaten Pakpak Bharat dan kabupaten Dairi Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Prosopagnosia pertama kali ditemukan pada tahun 1947 oleh Joachim Bodamer, dalam bahasa Inggris penyakit ini dinamakan face blindness atau buta wajah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ragam fenomena pembunuhan yang terjadi disekitar membuat resah. Terlebih kasus-kasus yang melibatkan pembunuhan tanpa sebab atau dikarenakan kehilangan akal sehat

Lebih terperinci

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu aktivitas dalam kehidupan keseharian kita, termasuk kedalam kebutuhan dasar yang harus dipenuhi layaknya makan, minum bernafas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser.

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Adanya sebuah film, baik itu film pendek maupun film panjang, tidak hanya peranan sutradara saja dalam film tersebut tetapi ada orang lain yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini indikator kesehatan jiwa di bagi menjadi tiga bagian, yaitu gangguan jiwa berat, gangguan mental emosional (afektif) juga melalui cakupan pengobatannya, menurut

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bipolar atau disebut juga dengan Bipolar Disorder adalah sebuah penyakit gangguan emosi, atau perasaan. Bipolar sendiri memiliki arti, Bi yang artinya dua, dan Polar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Transportasi publik merupakan sarana alat transportasi umum yang disediakan oleh pemerintah suatu kota yang digunakan oleh masyarakat ketika mereka tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5 FEATURE-DOKUMENTER RISET OBSERVASI Pertemuan 5 1 Vincent Monnikendam Sineas Belanda, pembuat film dokumenter Mother Dao. Membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk mengumpulkan dan menyeleksi materi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, negara kepulauan yang menghubungkan dari Sabang sampai Merauke. Hasil atau produk Indonesia pun sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Budaya memberikan identitas khusus yang membedakan antara suatu bangsa dengan bangsa lainnya. Budaya menjadi hal yang penting dalam masyarakat, terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata ke museum selain bertujuan untuk berlibur juga dapat menambah ilmu pengetahuan sekaligus ikut menjaga pelestarian kekayaan budaya bangsa. Menurut situs kebudayaan.kemdikbud.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ujungberung yang terletak di Kota Bandung ini memiliki beragam kesenian, salah satunya adalah kesenian yang berkembang saat perjuangan kemerdekaan Indonesia. menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam suku dan budaya, dari keragaman budaya yang dimiliki Indonesia maka tidak heran jika Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penciptaan Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk browsing internet atau menonton televisi dan film-film yang cenderung menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara spektakuler. Film merupakan cabang seni yang paling muda, tetapi juga yang paling dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan yang baik selalu ditanamkan sejak dini oleh setiap orang tua karena pada usia dini, anak lebih mudah menerima dan menyerap segala informasi dan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat Film

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat Film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tujuan yang akan dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat Film Drama Adaptasi Novel Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek karangan Djenar Maesa Ayu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam alur penyajian novel dan film memperlihatkan penyajian yang berbeda, meski sama- sama di dominasi oleh dialog dan peristiwa. Dalam film, banyak peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak perilaku abnormal yang berkembang di masyarakat. Perilaku abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film merupakan media massa yang digemari oleh masyarakat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. film merupakan media massa yang digemari oleh masyarakat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia saat ini semakin pesat, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah film setiap tahunnya yang ada di Indonesia. Dalam website

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor sebuah film dapat dikatakan berhasil, berawal dari pencitraan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Faktor sebuah film dapat dikatakan berhasil, berawal dari pencitraan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Faktor sebuah film dapat dikatakan berhasil, berawal dari pencitraan sebuah karakter. Karakter yang kuat dalam sebuah film dibangun untuk menciptakan sebuah eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman modern ini, batu akik mengalami peningkatan di kalangan masyarakat. Bukan di zaman modern saja, tapi sudah diminati sejak zaman dulu. Akan tetapi, dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada setiap produksi film maupun program televisi selalu melalui tahapan produksi yang sistematis. Demikian pula pada produksi dokumenter yang berjudul Teluk Kiluan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Naskah Wawancara Vera Hermawan (Dosen Filmologi) 1. Apakah Bapak sudah menonton film Jerusalem 2013?

LAMPIRAN. Naskah Wawancara Vera Hermawan (Dosen Filmologi) 1. Apakah Bapak sudah menonton film Jerusalem 2013? LAMPIRAN Naskah Wawancara Vera Hermawan (Dosen Filmologi) 1. Apakah Bapak sudah menonton film Jerusalem 2013? Sudah 2. Bagaimana pendapat Bapak mengenai film Jerusalem 2013? Menurut saya tentang film ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health Organization) (Salma, 2013: 9). Osteoporosis berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Palembang sebagai kota metropolitan berskala internasional, merupakan kota yang memiliki banyak potensi aset wisata budaya. Kota yang sudah berusia 13 abad

Lebih terperinci

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG LAPORAN TUGAS AKHIR DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Seni Bidang Studi Fotografi Dan Film oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena mengangkat konsep multikulturalisme di dalam film anak. Sebuah konsep yang jarang dikaji dalam penelitian di media

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin yang diproduksi oleh Maxima Pictures dengan menggunakan pendekatan signifikansi dua tahap dari Roland

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak mulai mengenal dan belajar sesuatu. Anak kecil pada dasarnya senang mencoba aktivitas yang

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI PERFILMAN JAKARTA SKRIPSI

SEKOLAH TINGGI PERFILMAN JAKARTA SKRIPSI BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya film merupakan suatu bentuk komunikasi massa, dimana penyampaian pesan ditransfer dar unsure visual (motion picture) dan unsur audio. Kedua unsur ini

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 93 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada setiap produksi film maupun program televisi selalu melalui tahapan produksi yang sistematis. Demikian pula pada produksi program dokumenter yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film adalah sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film yang dibuat untuk memberikan

Lebih terperinci

(www.beritabali.com), dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN

(www.beritabali.com), dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat akan hiburan terus meningkat. Menurut Briggs dalam Susilana (2008:6), Media adalah sarana fisik untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat. Saat ini dunia perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film sebagai bagian dari media massa dalam kajian komunikasi masa modern dinilai memiliki pengaruh pada khalayaknya. Munculnya pengaruh itu sesungguhnya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut E.H Carr, Sejarah adalah sebuah dialog yang tak pernah selesai antara masa lampau dan sekarang, Suatu proses interaksi yang berkesinambungan antara sejarahwan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang mempelajari peristiwa pada masa lampau untuk kemudian diaplikasikan pada masa kini bahkan diproyeksikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Wisata Lebak Muncang merupakan kawasan wisata yang berlokasi di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun waktu tertentu. Ketika mengalami depresi, seseorang akan merasa sedih berkepanjangan, putus harapan,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang sebagai negara Asia yang penting. Begitu juga dengan kebudayaannya. Jepang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang, komunikasi sudah banyak cara penyaluran pesannya kepada masyarakat, salah satunya adalah film, disamping menggunakan media lain, seperti koran, televisi,

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat pada saat ini, masyarakat tidak dapat di pisahkan dari penggunaan media sosial. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya perkembangan industri hiburan seperti film, games, acara tv swasta, hingga berbagai event dan teknologi di era globalisasi ini, membuat semakin mudahnya

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terutama di daerah perkotaan seperti Jakarta. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang digemari oleh. dapat menarik banyak orang untuk menontonnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang digemari oleh. dapat menarik banyak orang untuk menontonnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang digemari oleh banyak orang. Film menyajikan berbagai macam gagasan yang dapat menimbulkan dampak dari penayangannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah mulai mengantisipasi perfilman animasi. Media periklanan

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah mulai mengantisipasi perfilman animasi. Media periklanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan animasi saat ini sudah merambat ke area produksi yang lebih baik dan dinikmati oleh segala kalangan. Acara televisi, bioskop, majalah dan radio juga sudah

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kompetisi program televisi yang dibuat oleh stasiun televisi menjadi sebuah perlombaan untuk mengambil simpati atau minat para audiens untuk melihat dan menyaksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan cerita dongeng. Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan industri periklanan di Indonesia cukup pesat. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran penting media iklan dalam mata rantai strategi

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI.

BAB II METODOLOGI. BAB II METODOLOGI 2.1 Identifikasi Masalah Permasalahan yang diangkat didalam perancangan Video Magazive Independent Skateboarding ini diantaranya adalah : Penerapan motion graphic teks sebagai element

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari hiburan. Alasannya karena film adalah sebuah hiburan yang dapat dijangkau dari segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Bengkulu dibentuk pada tahun 1968 yang sebelumnya merupakan wilayah Keresidenan Provinsi Sumatera Selatan. Provinsi Bengkulu terletak di wilayah pantai barat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metodologi Dalam kerja praktek ini, peneliti berusaha menganalisa dan menemukan informasi sebagai jalan keluar untuk permasalahan yang ada pada PT. Digital Global Maxinema

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah homo pluralis yang memiliki cipta, rasa, karsa, dan karya sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya terhadap makhluk lain. Karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes atau yang memiliki julukan The Silent Killer merupakan penyakit yang menular melalui gaya hidup tinggi kalori yang kita jalani saat ini. Bahkan dari data International

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilatari oleh perasaan terhina, keinginan tidak tercapai, persaingan hidup yang kian ketat membuat kita semakin tertekan dan akhirnya berujung munculnya tindakan

Lebih terperinci