BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Menurut Hanafiah (2009) motivasi belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangun keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan untuk merubah prilakunya.menurut Uno (2010), motivasi belajar merupakan dorongan yang ada dalam diri dan luar diri seseorang dan berusaha merubah tingkah laku yang lebih baik. Menurut Sardiman (2007), motivasi belajar yaitu usaha dalam kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, tetapi jika ia tidak suka, maka akan berusaha untuk mentiadakan rasa itu. Motivasi belajar dapat diperoleh dari luar tetapi motivasi belajar tumbuh juga di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi belajar dapat dikatakan semua penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan untuk belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar. Berdasarkan uraian-uraian di atasdapat disimpulkan bahwa kesanggupan dalam kegiatan belajar, motivasi belajar dapat dikatakan 8
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa dan merupakan dorongan dari dalam diri maupun dari luar pada siswa untuk kegiatan belajar dan berusaha merubah tingkah lakunya yang lebih baik. Biasanya motivasi belajar yang berasal dari dalam diri seseorang akan bertahan lebih lama daripada motivasi belajar yang berasal dari luar diri seseorang. Hal ini dikarenakan motivasi belajar dari dalam merupakan kehendak asli dari dalam diri, tanpa adanya paksaan ataupun campur tangan orang lain. b. Pentingnya Motivasi dalam Belajar Menurut Mudjiono (2013) motivasi belajar penting bagi siswa dan guru sebagai berikut : Bagi siswa pentingnya motivasi belajar bagi siswa yaitu (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) Mengarahkan dalam belajar, ketika ia belum dapat belajar yang serius maka ia akan mengubahnya dalam prilaku belajarnya, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar untuk meraih keberhasilan. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru yaitu (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas beragam-ragam, (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih beberapa peran dalam mengajar
diantaranya menjadi penasihat, penyemangat, teman diskusi atau pendidik, (4) Memberi peluang guru untuk melaksanakan tugasnya yaitu membuat siswa belajar sampai berhasil dan mengubah siswa menjadi bersemangat belajar. c. Ciri-ciri motivasi belajar Ciri-ciri motivasi belajar menurut Sardiman (2007) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja dan tidak pernah berhenti sebelum selesai) 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk diselesaikan. 4) Lebih senang bekerja mandiri dan mecoba sendiri. 5) Cepat bosan pada tugas- tugas rutin (hal-hal yang bersifat berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya sendiri (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah
d. Jenis Motivasi Belajar Menurut Hanafiah (2009) jenis-jenis motivasi belajar antara lain: 1) Motivasi instrinsik yaitu motivasi belajar yang datangnya dari dalam diri peserta didik itu sendiri sebagai bentuk kesadaran diri 2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi belajar yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta didik. Menurut Sardiman (2007) salah satu jenis motivasi belajar yang dimiliki siswa adalah motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1) Motivasi instrinsik adalah motivasi belajar yang tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya siswa yang belajar dirumah tanpa ada yang menyuruh tetapi dia melakukannya atas keinginan dia sendiri. 2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi belajar yang perlu dirangsang dari luar. Misalnya seseorang yang belajarnya karena ingin mendapatkan hadiah atau pujian. Jadi seseorang itu belajar karena ada sesuatu yang diinginkan, bukan dari dalam dirinya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis motivasi belajar yaitu motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul karena adanya rangsangan dari luar, atau bantuan orang lain. e. Bentuk bentuk Motivasi Belajar disekolah Menurut Sardiman (2007) menyatakan ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam kegiatan belajar disekolah diantaranya adalah: Memberi angka, hadiah, saingan, egoinvolment, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, tujuan yang diakui. Bentuk motivasi belajar untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang akan dilakukan pada penelitian yaitu memberi angka yaitu guru memberikan nilai pada saat kegiatan belajarnya, saingan yaitu siswa bersaing dalam kegiatan belajar baik persaingan individual atau kelompok, hasrat untuk belajar yaitu adanya keinginan siswa untuk belajar. Indikator motivasi belajar yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: a) Tekun dalam menghadapi tugas. b) Ulet dalam menghadapi kesulitan. c) Adanya minat yang tinggi. d) Bekerja mandiri. e) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin. f) Mempertahankan pendapatnya sendiri. g) Tidak mudah melepas hal yang diyakini. h) Senang memecahkan masalah.
2. Kemampuan Pemahaman Konsep Sardiman (2007) menyatakan bahwapemahaman dapat diartikan semua yang dilakukan itu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mendalam maknanya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga dapat menyebabkan siswa memahami suatu situasi yang ada. Sedangkan konsep menurut Wardani (2008) adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokan / menggolongkan sesuatu objek. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek penilaian matematika. Penilaian pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep dasar matematika yang telah diterima siswa. Pemahaman konsep menurut Heruman (2007) yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang tujuannya siswa dapat lebih memahami mengenai konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri dari atas dua pengertian, yaitu kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan serta pembelajaran penanaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pemahaman konsep menurut Wardhani (2008) adalah menjelaskan keterkaitan antara konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Jihad (2008)menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah suatu kompetensi yang ditunjukan siswa dalam memahami konsep dan dalam
melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Pemahaman konsep menurut Shadiq (2009) yaitu siswa dapat mendefinisikan tentang konsep, dan dapat mengidentifikasi serta memberi contoh atau bukan contoh dari konsep. Berdasarkan uraian di atas,kemampuan pemahaman konsep merupakan kemampuan dalam menguasai suatu cara untuk mengkatagorikan objek-objek tertentu menurut klasifikasinya sehingga dapat mengaplikasikannya dengan caranya sendiri sesuai yang sudah diketahuinya. Indikator- indikator pemahaman konsep menurut peraturan Dirjen Dikdasdem Depdiknas No 506 / C / PP / 2004 tanggal 11 November 2004 yaitu : 1) Menyatakan ulang sebuah konsep. 2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat- sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. 3) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep. 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. 6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah
Indikator kemampuan pemahaman konsep yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep yaitu mampu menyebutkan definisi berdasarkan konsep esensial yang dimililki oleh sebuah objek. Contoh: Apa pengertian dari persegi panjang dan persegi! Jawab: Persegi panjang adalah segiempat dengan sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang, serta keempat sudutnya siku-siku. Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisi-sisinya sama panjang. 2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya yaitu mampu menganalisis suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki sesuai dengan konsepnya. Contoh: Pada gambar berikut manakah yang termasuk persegi? berikan alasanmu! A B C A B A B A Jawab : B D D C D C C
Gambar B, karena mempunyai sifat- sifat persegi yaitu : Keempat sisinya sama panjang. Dua pasang sisi yang saling berhadapan sejajar. Diagonal-diagonalnya sama panjang dan berpotongan saling membagi dua sama panjang. Diagonal-diagonalnya berpotongan membentuk sudut siku-siku. Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri. Keempat sudutnya merupakan sudut siku-siku yang masing-masing dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya. 3) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep yaitu dapat memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep yang telah dipelajari. Contoh: Berikan 3 contoh benda-benda disekitarmu yang permukaannya berbentuk daerah persegi panjang. Jawab : Contoh permukaan benda yang bentuknya daerah persegi panjang yaitu buku, whiteboard, pintu. 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis yaitu dapat menyajikan konsep kedalam rumus matematika, gambar, grafik, dan lain-lain.
Contoh: Diketahui luas belah ketupat ABCD, yaitu 36cm 2. Jika salah satu diagonalnya 8 cm, tentukan panjang diagonal yang lain dan gambarlah belah ketupat ABCD tersebut! Diketahui : Luas belah ketupat ABCD = 36 cm 2 panjang salah satu diagonalnya 8 cm. Ditanya : Tentukan panjang diagonal yang lain dan gambarlah belah ketupat ABCD tersebut! Jawab : Misal : Panjang salah satu diagonal = d 1 = 8 cm dan panjang diagonal yang lain = d 2 Luas belahketupat ABCD = 1 2 diagonal 1 diagonal 2 36 = 1 2 8 cm d 2 36 = 4 d 2 d 2 = 36 4 = 9 cm Gambar belahketupat ABCD B A C D
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep yaitu dapat menentukan syarat perlu dan syarat cukup yang harus diketahui dalam soal. Contoh: a.apakah persegi juga merupakan persegi panjang? b.sebutkan sifat-sifat yang dari persegi yang tidak dimiliki persegi panjang! Jawab : a. Ya, persegi merupakan persegi panjang b.sifat-sifat persegi yang tidak dimiliki oleh persegi panjang adalah : - Semua sisinya sama panjang dan sisi yang berhadapan sama. - Memiliki 4 sumbu simetri. 6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu yaitu dapat memilih prosedur tertentu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Contoh: Pada trapesium ABCD di bawah, panjang CD = 8 cm, AB = 15 cm, dan CE = 6 cm. Hitunglah luasnya! D C A Diketahui : Trapesium ABCD, dengan : E B Panjang CD = 8 cm, AB = 15 cm dan CE = 6 cm
Ditanya : Luas trapesium ABCD Jawab : Luas trapesium = 1 2 jumlah sisi sejajar t = 1 2 (8 + 15) cm 6 cm = 1 2 23 cm 6 cm = 69 cm2 Jadi luas trapesium ABCD adalah 69 cm 2 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah yaitu dapat mengaitkan konsep dalam pemecahan masalah. Contoh: Sebuah taman berbentuk daerah persegi panjang dengan ukuran panjang 30 meter dan lebar 20 meter. Di sekeliling taman tersebut akan di pasang pagar dengan biaya pembuatan pagar Rp 50.000,00 per meter. Tentukan besar biaya yang diperlukan untuk membuat pagar tersebut! Penyelesaian Diketahui : Taman berbentuk daerah persegi panjang dengan ukuran panjang 30 meter dan lebar 20 meter. Di sekeliling taman tersebut akan di pasang pagar dengan biaya pembuatan pagar Rp 50.000,00 per meter. Ditanya : Besar biaya yang diperlukan untuk membuat pagar tersebut. Jawab : Dicari keliling terlebih dahulu Keliling persegi panjang = 2 (pp + ll )
= 2 (30 + 20 ) = 2 50 = 100 m Biaya = 100 Rp 50.000,00 = Rp 5.000.000,00 Jadi biaya pembuatan pagar tersebut Rp 5.000.000,00. 3. Pembelajaran Berbasis Masalah a. Pengertian Menurut Tan dalam Rusman (2012) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul di maksimalkan melalui proses kerja bersama atau kerja kelompok, yang nantinya siswa mampu mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara terus menerus.menurut Trianto (2010) model Pembelajaran Barbasis Masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan dengan adanya permasalahan yang harus membutuhkan penyelesaian yang nyata dari permasalahan yang nyata juga. Sedangkan menurut Nata (2009) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan cara menghadapkan siswa tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupanya. Pembelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintetis dalam usaha pemecahan atau jawabannya kepada siswa.
Pada model Pembelajaran Berbasis Masalah, kelompokkelompok kecil siswa bekerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan yang sudah disepakati oleh guru dan siswa. Seringkali siswa berpikir kritis, berusaha dengan kemampuannya, keterampilannya, prosedur pemecahan masalah saat guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswanya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada peserta didik sehingga merangsang siswa untuk belajar suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah dalam memproses informasi yang sudah ada agar memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan dunia nyata. b. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Menurut Arends ( Trianto, 2010) yaitu : Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah : 1) Nyata dalam kehidupan siswa (Realistic dengan kehidupan siswa). 2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa. 3) Memupuk sifat ingin tahu siswa. 4) Memupuk kemampuan problem solving.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah : 1) Persiapan pembelajaran yaitu persiapan problem, alat dan konsep yang kompleks. 2) Sulitnya mencari masalah (problem) yang relevan. 3) Sering terjadi salah konsep / miss konsepsi. 4) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Sehingga memerlukan banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut. c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Trianto (2010) Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan : 1) Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah. Berpikir dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengritik, menganalisa, dan mencapai kesimpulan. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat memberikan suatu dorongan untuk siswa agar tidak hanya sekedar berpikir sesuai sifat yang nyata, tetapi agar berpikir lebih dari itu terhadap ide-ide yang abstrak atau tidak terlihat. Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan berpikir yang tinggi. 2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik. Model Pembelajaran Berbasis Masalah sangat penting untuk menjembatani antara pembelajaran disekolah formal dengan aktivitas mental yang
lebih praktis yang dijumpai diluar sekolah. Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki implikasi mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas, melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri untuk memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri. 3) Menjadi pelajar yang mandiri. Pembelajaran Berbasis Masalah membantu siswa menjadi mandiri. Dengan bimbingan guru secara berulang dapat mendorong dan mengarahkan siswa dalam mengajukan suatu pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh siswa sendiri, siswa dapat belajar menyelesaikan tugas-tugas itu dalam kehidupan yang akan datang. d. Langkah langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2012) mengemukakan bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Fase Indikator Tingkah Laku Guru 1 Orientasi siswa pada masalah 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase Indikator Tingkah Laku Guru 3 Membimbing Mendorong siswa utuk pengalaman individual / kelompok mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dan pemecahan masalah. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. 4. The Power of Two Strategi pembelajaran kekuatan dua kepala (the power of two) digunakan untuk lebih menekankan proses belajar aktif, berfikir dan bekerjasama serta menekankan pada aspek individu. Strategi The Power of Two bertujuan untuk menujukkan bahwa belajar secara berpasangan akan lebih baik hasilnya dibanding belajar secara sendiri-sendiri. Prosedur strategi The Power of Two menurut Hamruni (2012) yaitu: Berilah peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran, mintalah peserta didik untuk menjawab pertanyaannya sendiri, bentuk ke dalam pasangan dan minta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan yang lain, minta pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing, ketika semua sudah menuliskan jawaban baru bandingan jawaban tersebut ke pasangan yang lain, lakukan
diskusi kelas dan klarifikasi hasil diskusi dengan pasangan-pasangan lainnya. Menurut Suprijono (2009) The Power of Two diawali dengan mengajukan pertanyaan. Diharapkan pertanyaan yang dikembangkan adalah pertanyaan yang kritis. Mintalah kepada peserta didik secara perorangan untuk menjawab pertanyaan yang diterimanya. Setelah semua menyelesaikan jawabannya, mintalah kepada peserta didik mencari pasangan. Individu-individu yang berpasangan diwajibkan saling menjelaskan jawaban masing-masing, kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama. Setelah masing-masing pasangan menuliskan jawaban mereka, mintalah mereka membandingkan jawaban tersebut dengan pasangan lain, demikian seterusnya. Berikan waktu yang cukup agar peserta didik dapat mengembangkan pengetahuannya. Diakhir pelajaran buatlah rumusan-rumusan rangkuman sebagai jawaban- jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan tersebut merupakan kontruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi. Menurut Zaini (2008) prinsip strategi The Power of Two(Kekuatan dua kepala ) 1) Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan permikiran. 2) Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut secara individual.
3) Setelah semua peserta didik menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, mintalah mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya. 4) Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka. 5) Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru bandingkan jawaban setiap pasangan didalam kelas. 5. Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting The Power of Two Pembelajaran Berbasis Masalah dengan settingthe power of two adalah pembelajaran yang menggunakan sintak Pembelajaran Berbasis Masalah, sedangkan dalam proses perumusan masalah dalam pengorganisasian menggunakan the power of two.pembelajaran Berbasis Masalah menggunakan kelompok, namun dengan adanya strategi the power of two siswa diminta menjawab permasalahan atau pertanyaan dari guru secara individu setelah mempunyai jawaban mereka secara individu dilanjutkan dengan mencari pasangan dan menuliskan jawaban baru yang disepakati mereka kemudian mereka bandingan dengan pasangan lain. Melalui pengorganisasian tersebut siswa dapat mengkomunikasikan hasil jawabannya dengan baik. Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting the power of two siswa dapat lebih aktif bertanya kepada teman sendiri dan kepada guru berdasarkan hasil yang mereka dapat. Sehingga didapat sintaks Pembelajarn Berbasis Masalah dengan setting the power of two yang disajikan dalam tabel :
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting The Power of Two Fase Indikator Kegiatan Guru 1 Orientasi siswa pada masalah 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut dan ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan permikiran. Guru menyuruh siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual. Setelah semua siswa dengan lengkap semua pertanyaan, guru meminta mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya. Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka dan mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan pasangannya. Ketika semua pasangan telah menulis jawaban- jawaban baru guru meminta siswa untuk membandingkan jawaban dari pasangan masing didalam kelas dan menyajikan hasil diskusinya didepan pasangan lain Guru membantu siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses-proses penyelidikan mereka dan membuat rangkuman atau kesimpulan.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Zuliaturrochmah (2015), hasilnya adalah rata-rata motivasi belajar siswa 4,91 pada siklus I, 5,35 pada siklus II, dan 6,01 pada siklus III. Sedangkan pemahaman konsep matematika diperoleh nilai rata-rata 57,80 pada siklus I, 66,40 pada siklus II, dan 75,00 pada siklus III.Ini menunjukan bahwa motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika siswa kelas XI Multimedia SMK Mida Pesawahan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan strategi problem posing type within solution posing meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Rudiyanto (2012),hasilnya adalah diperoleh hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa siklus I ke siklus II meningkat baik.untuk tes pemahaman konsep dalam proses pembelajaran pada siklus I tergolong baik dengan ketuntasan 74% dan meningkat pada siklus IIketuntasan 90,4%. Ini menunjukan bahwa pembelajaran cooperative tipe the power of two meningkatkan kemampuan pemahaman konsep Penelitian penelitian yang disebutkan di atas adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menggabungkan beberapa variabel dari beberapa penelitian di atas, yaitu peneliti ingin meneliti tentang peningkatan motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting the power of two.
C. Kerangka Berpikir Dari hasil observasi siswa diketahui motivasi siswa kelas VII F SMP N 1 Kedungbanteng masih kurang, dan kemampuan pemahaman konsepnya juga masih kurang. Salah satu pembelajaran yang diharapakan dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa adalah Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting the power of two. Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting the power of two terdiri dari langkah 1) orientasi pada masalah, pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah dan mengingatkan kembali pada konsep yang telah dipelajari. Dengan ini siswa akan merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru yaitu pelajaran yang akan disajikan. Langkah 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut dengan mengajukan pertanyaan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan permikiran serta meminta siswa untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut secara individual. Pada langkah 1) dan 2) ini dapat meningkatkan indikator pemahaman konsep menyatakan ulang sebuah konsep dan indikator motivasi belajar adanya minat yang tinggi,bekerja mandiri dan senang memecahkan masalah. Langkah 3) membimbing penyelidikan individu dan kelompok. Pada tahap ini meminta siswa untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya serta meminta pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual
mereka, langkah ini mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Pada langkah 3) ini dapat meningkatkan indikator pemahaman konsep mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu, memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,dan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu serta mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep dan indikator motivasi belajar tekun dalam menghadapi tugas dan ulet dalam menghadapi kesulitan. Langkah 4) yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada tahap ini guru meminta siswa membandingkan jawaban setiap pasangan didalam kelas kepada pasangan lain dan mempresentasikannya. Langkah 5) yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap prosesproses penyelidikan mereka dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi dan membuat rangkuman atau kesimpulan dari hasil diskusi mereka. Pada langkah 4 dan 5 dapat meningkatkan indikator motivasi belajar cepat bosan pada tugas-tugas rutin, mempertahankan pendapatnya sendiri, tidak mudah melepas hal yang diyakini dan semua kemampuan pemahaman konsep, karena pada langkah ini siswa bebas menyampaikan ide dan pendapatnya serta mengetahui kebenaran jawaban mereka. Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengansettingthe Power of Two diduga motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kedungbanteng meningkat.
D. Pokok Bahasan Segiempat dan Segitiga Materi segiempat dan segitiga ini diajarkan dikelas VII SMP pada semester genap. Materi ini dapat dirinci sebagai berikut: 6. Standar Kompetensi: Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar: 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang. 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Indikator: 1. Menjelaskan pengertian jajargenjang, persegi, persegi panjang,belah ketupat, trapesium dan layang-layang menurut sifatnya. 2. Menjelaskan sifat sifat segiempat ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. 3. Menjelaskan rumus keliling bangun segitiga dan segiempat. 4. Menentukan keliling bangun segitiga dan segiempat. 5. Menjelaskan rumus luas bangun segitiga dan segiempat. 6. Menurunkan rumus luas bangun segitiga dan segiempat.
E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesispenelitianmelaluipenerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan setting the power of twodapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematikapada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kedungbanteng.