BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan. Suriasumatri (1996) menambahkan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dan menarik suatu kesimpulan dalam menemukan kebenaran yanng berupa pengetahuan. Sedangkan menurut Santrock (2014) penalaran merupakan pemikiran logis yang menggunakan induktif dan deduktif untuk mencapai kesimpulan. Menurut Suriasumatri (1996) kemampuan penalaran matematis merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Penalaran deduktif berkaitan dengan rasionalisme dan bersumber pada rasio, sedangkan penalaran induktif berkaitan dengan empiris dan bersumber pada empiris atau fakta. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri yang pertama adalah adanya kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, ke-dua adalah kegiatan berpikir dalam menganalisis berdasarkan langkah-langkah tertentu dan kerangka berpikir yang digunakan dalam analisis tersebut. 1

2 Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti menetapkan definisi kemampuan penalaran matematis merupakaan suatu kegiatan berpikir logis untuk mendapat suatu kesimpulan baru yang benar berdasarkan beberapa pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya dalam mempelajari suatu materi matematika. Menurut Wardhani (Depdiknas, 2008) indikator kemampuan penalaran matematika adalah: 1) mengajukan dugaan, 2) melakukan manipulasi matematika, 3) menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi, 4) menarik kesimpulan dari pernyataan, 5) memeriksa kesahihan suatu argumen, 6) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Berdasarkan uraian tentang kemampuan penalaran matematis diatas, maka peneliti menetapkan indikator kemampuan penalaran matematis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengajukan dugaan Kemampuan siswa dalam merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 2. Melakukan manipulasi matematika Kemampuan siswa dalam mengerjakan atau menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan cara tertentu sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Menyusun bukti, memberikan alasan, atau bukti terhadap kebenaran solusi Kemampuan siswa dalam menunjukan suatu penyelidikan. 2

3 4. Menarik kesimpulan Kemampuan siswa dalam berpikir untuk memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran. 5. Memeriksa kesahihan suatu argumen Kemampuan siswa agar mampu menyelidiki tentang kebenaran dari suatu pernyataan yang ada. 6. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi Kemampuan siswa dalam menemukan pola atau cara dari suatu pernyataan yang ada sehingga dapat mengembangkan ke dalam kalimat matematika. B. Problem Based Learning (PBL) Cahyo (2013) menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal dalam pengetahuan baru. Kunandar (2007) menambahkan Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta merangsang berpikir tingkat tinggi. Sedangkan menurut Rusman (2010) Problem Based Learning merupakan inovasi dalam pembelajaran yang mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa melalui proses diskusi dalam kelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. 3

4 Menurut Sanjaya (2010) Problem Based Learning merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri-ciri Problem Based Learning, yaitu sebagai berikut: 1. Problem Based Learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran 2. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, mengolah data, dan akhirnya siswa dapat menyimpulkan. 3. Problem Based Learning dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah yaitu proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah yang dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti menetapkan definisi Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah dalam dunia nyata yang dialami siswa untuk memudahkan siswa dalam penyelidikan dan memperoleh pengetahuan baru, serta dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Adapun tahap-tahap Problem Based Learning menurut Kunandar (2007) adalah sebagai berikut: 4

5 Tabel 2.1: Langkah-langkah Problem Based Learning Tahapan Tahapan 1 : Orientasi siswa pada masalah Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individu/kelompok Tahap 4 : Mengembangkan menyajikan hasil karya pada kelima langkah tersebut, rincian dari langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: dan Tahap 1, orientasi siswa pada masalah yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada kesempatan ini guru memberi motivasi kemanfaatan belajar siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Aktivitas Guru Guru menjelaskan tujun pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Guru membantu siswa mendefiniskan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai dan membantu siswa untuk berbagi tugas dengan ketentuannya. Tahap 5 : Guru membantu siswa untuk melakukan Menganalisis dan menge refleksi atau evaluasi terhadap valuasi proses pemecahan penyelidikan dan proses yang digunakan. masalah Problem Based Learning dalam kegiatan belajar mengajar didasarkan Tahap 2, mengorganisasikan siswa dalam belajar yaitu Guru menyampaikan materi pembelajaran berdasarkan masalah-masalah yang diberikan kepada siswa dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Kemudian guru mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok kecil berdasarkan kemampuan yang berbeda. Kriteria kemampuan satu kelompok 5

6 terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah yang diberikan serta membimbing kepada siswa yang kurang mampu dalam menganalisis suatu masalah. Tahap 3, membimbing penyelidikan individu/kelompok yaitu Guru memberi permasalahan dalam bentuk lembar kerja kelompok yang berkaitan dengan masalah sebagai bahan untuk diskusi kelompok. Dalam tahap ini guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Guru juga membimbing siswa untuk menentukan strategi atau langkah-langkah yang sesuai dengan masalah dan melakukan eksperimen sampai mereka benar-benar mengerti situasi permasalahan sehingga dapat mendorong siswa aktif dalam kelompok dan mendorong siswa untuk dapat melakukan penyelesaian indikator-indikator permasalahan dalam kemampuan penalaran. Tujuannya adalah agar siswa dalam mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan dan menyusun ide-ide sendiri melalui analisa dari masalah yang akan diselesaikan. Tahap 4, mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu Guru membimbing siswa untuk mengurutkan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut sesuai dengan strategi yang telah ditentukan. Guru mengarahkan siswa untuk mempersiapkan hasil karya dan memberi kesempatan kepada kelompok untuk mempreasentasikan hasil diskusinya dan meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil pemecahan masalah yang sedang dipresentasikan 6

7 sehingga mampu meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa setelah mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Tahap 5, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu guru membantu menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir siswa pada pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sedangkan siswa menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada setiap tahap pembelajaran dan guru membimbing siswa menyimpulkan materi. Menurut Sanjaya (2012) Problem based learning memiliki kelebihan dan kekuranngan. kelebihan Problem Based Learning adalah sebagai berikut: 1. Siswa menyelesaikan masalah dengan mengaitkannya ke dunia nyata sehingga memudahkan siswa dalam penyelesaian masalah dan mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir logis 2. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa karena adanya diskusi kelompok dan nantinya siswa juga akan lebih aktif dalam pembelajaran 3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya 4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang siswa miliki dalam dunia nyata. 7

8 Kekurangan Problem Based Learning adalah sebagai berikut : 1. Pada saat siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba 2. Keberhasilan Problem Based Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan C. Team Assisted Individualization (TAI) Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah yang autentik sehingga memudahkan siswa dalam berpikir logis. Problem Based Learning membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir nalar, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual. Dalam Problem Based Learning dikembangkan situasi kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Oleh karena itu perlu dilakukan strategi dalam diskusi kelompok yang memungkinkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dengan tujuan agar siswa dapat saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, Saling membantu belajar, dan saling menilai kemampuan. Menurut Suyatno (2009) Team Assisted Individualization merupakan pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dimana tanggung jawab belajar ada pada siswa sehingga siswa harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan 8

9 menurut Slavin (2005) Team Assisted Individualization dirancang sebagai usaha untuk membentuk pengajaran individual untuk menyelesaikan masalah dengan membuat siswa bekerja dalam kelompok pembelajaran kooperatif. Siswa dituntut dapat mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu antara siswa yang satu dengan yang lain dalam menyelesaikan permasalahan dan siswa dapat saling memberi dorongan untuk maju. Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Team Assisted Individualization merupakan pembelajaran individual yang bekerja dalam kelompok kooperatif dalam menyelesaikan permasalahan, agar siswa mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri dan bisa saling membantu dan memberi dorongan dengan teman satu kelompoknya yang kemampuannya heterogen. Menurut suyatno (2009) sintak Team Assisted Individualization adalah: 1) guru membuat kelompok heterogen dan memberikan bahan ajar berupa modul, 2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompokmya secara individual, saling tukar jawaban, dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi, 3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif. Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dikembangkan oleh Slavin. Team Assisted Individualization mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual yang dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu dalam Team Assisted Individualization lebih 9

10 banyak digunakan dalam memecahkan masalah, seperti halnya Problem Based Learning yang juga mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran. Siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan, kemudian hasil belajar secara individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua angota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Dasar pemikiran dari Team Assisted Individualization adalah mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual yang meliputi pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam (Daryanto, 2012). Problem Based Learning merangsang masalah-masalah dalam kehidupan nyata yang dapat menuntut siswa untuk mendapat pengetahuan yang penting, membuat siswa mudah dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kemampuan berpartisipasi aktif dalam kelompok sehingga mengoptimalkan kemampuan berfikir siswa. Team Assisted Individualization merupakan salah satu dari strategi pembelajaran kooperatif dimana siswa mempunyai kesempatan untuk mendapat pengalaman langsung dalam menerapkan ide-idenya dan siswa dapat saling bertukar pikiran dengan teman satu kelompoknya. Pembelajaran yang mendukung siswa dalam kemampuan penalaran matematis adalah pembelajaran yang mengaitkan materi dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. 10

11 Menurut Slavin (2005), langkah-langkah pembelajaran tipe Team Assisted Individualization adalah sebagai berikut: 1. Tahap I: Placement Test Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat nilai rata-rata ulangan harian sebelum ditempatkan dalam kelompok belajar. 2. Tahap II: Teaching Group Guru memberikan materi secara singkat, mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, mengajukan pertanyaan kepada siswa dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham. 3. Tahap III: Teams Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen berdasarkan nilai pre-test atau nilai ulangan harian siswa, dalam 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa. 4. Tahap IV: Team Study Setiap kelompok mengerjakan tugas berupa LKS dari guru dan guru memberi bantuan secara individual bagi yang memerlukan. 5. Tahap V: Student Creative Beberapa kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil pekerjaannya didepan teman-teman dan kelompok lain menanggapi jawaban dari kelompok tersebut. 6. Tahap VI: Fact Test Guru memberikan kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara individual. 11

12 7. Tahap VII: Team Scores And Team Recognition Guru menetapkan kelompok terbaik hingga kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. 8. Tahap VIII: Whole-Class Units Guru memberi ulasan materi serta menarik kesimpulan diakhir pembelajaran. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Team Assisted Individualization menurut Slavin (2005) antara lain: Kelebihan pembelajaran Team Assisted Individualization adalah: 1. Memotivasi siwa untuk saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi antar kelompok. 2. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaa rutin. 3. Dalam pembelajaran siswa akan lebih aktif dan akan terjadi komunikasi dalam memecahkan masalah sehingga pemahaman konsep siswa meningkat dan pemberian masalah dalam dunia nyata memudahkan siswa dalam berpikir secara logis/bernalar. Kekurangan pembelajaran Team Assisted Individualization adalah: 1. Memerlukan kesabaran anggota lain dalam suatu kelompok untuk membantu siswa yang lemah. 2. Membutuhkan pengelola kelas yang baik. 3. Memungkinkan adanya anggota kelompok yang pasif. 12

13 Berdasarkan tahap-tahap Problem Based Learning dengan strategi Team Assisted Individualization dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 2.2 : Langkah-langkah Problem Based Learning dengan strategi Team Assisted Individualization No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Kegiatan Awal A. Apersepsi 1) Guru menyapa siswa dengan mengucap salam, memerintahkan siswa untuk berdo a sebelum pembelajaran dan mengecek kehadiran siswa Motivasi Orientasi siswa pada masalah 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 3) Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi yang akan dipelajari 4) Guru memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya materi yang akan dipelajari 2. Kegiatan Inti C. B. Eksplorasi Mengorganisasikan siswa untuk belajar 1) Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan mengajukan pertanyann (Teaching Group) 2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya 3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan kemampuan heterogen (Teams) 4) Guru memberi permasalahan dalam bentuk LKK yang telah dipersiapkan dan siswa mengerjakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan Elaborasi Membimbing penyelidikan individu atau kelompok 5) Guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok untuk 1) Siswa menjawab salam, berdo a bersama dan menjawab siapa saja yang tidak hadir 2) Siswa memperhatikan penjelasan guru 3) Siswa menjawab pertanyaan dari guru 4) Siswa termotivasi untuk memahami materi yang akan dipelajari 1) Siswa memperhatikan materi dan menjawab pertanyaan yang diberikan 2) Siswa bertanya kepada guru apabila ada belum dipahami 3) Siswa menempatkan diri sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan 4) Siswa mengerjakan LKK dengan teman kelompoknya sesuai dengan waktu yang ditentukan 5) Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok untuk 13

14 D. E. mendapatkan informasi yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah (Team Study) 6) Guru membimbing siswa untuk melakukan penalaran dalam menentukan strategi atau langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan permasalahan (Team Study) 7) Guru membimbing siswa untuk mengurutkan langkah-langkah dalam penyelesaian masalah sesuai dengan strategi yang telah ditentukan (Team Study) 8) guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 9) Guru mengarahkan siswa untuk mempersiapkan hasil diskusi 10) Guru meminta siswa untuk berhenti berdiskusi dan meminta beberapa kelompok untuk mempreasentasikan hasil diskusinya (Student Creative) 11) Guru meminta kelompok lain yang tidak presentasi untuk menanggapi jawaban dari kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya Konfirmasi Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian 12) Guru membimbing siswa melakukan evaluasi terhadap proses-proses pemecahan masalah yang telah dipresentasikan (Student Creative) 13) Guru memberikan kuis kepada siswa (Fact Test) 14) Guru menetapkan kelompok terbaik hingga kelompok yang mencari informasi yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah 6) Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk menentukan langkahlangkah yang sesuai dengan permasalahan 7) Siswa mengurutkan langkah-langkah pemecahan masalah sesuai dengan strategi yang telah ditentukan 8) Siswa bertanya apabila mengalami kesulitan dan memperhatikan penjelasan guru 9) Siswa mendengarkan arahan guru dan menyiapkan hasil diskusinya 10) Beberapa perwakilan kelompok menampilkan hasil diskusi kelompok 11) Siswa dalam kelompok lain menanggapi jawaban hasil diskusi kelompok yang sedang presentasi 12) Siswa menyimak dan bertanya apabila kurang jelas atau ada jawaban yang berbeda 13) Siswa mengerjakan soal kuis secara induvidu 14) Siswa memperhatikan dan antusias 14

15 kurang berhasil (Team Scores And Team Recognition) 3. Kegiatan Akhir 1) Guru menarik kesimpulan bersama siswa dan melakukan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang pengalaman belajar yang diperoleh dan kesulitan apa yang dialami selama pembelajaran (Whole-class Unit) 2) Guru memberikan pesan belajar kepada siswa 3) Guru menutup pembelajaran dengan memimpin do a dan mengucapkan salam 1) Siswa menarik kesimpulan bersama-sama dengan bimbingan guru dan menanyakan apabila ada yang masih belum dipahami 2) Siswa menyimak penjelasan dari guru 3) Siswa berdo a bersama dan serentak menjawab salam D. Materi Materi Pokok : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Standar Kompetensi : 2. Memahami Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : 2.1 Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) 2.2 Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) 2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Indikator : 1. Memahami PLDV. 2. Menentukan himpunan penyelesaian PLDV dan menggambar grafik. 3. Memahami SPLDV 15

16 4. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi. 5. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi. 6. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi substitusi (campuran). 7. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik. 8. Menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV E. Kerangka Pikir Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan di atas maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut: Tahap 1, guru melakukan orientasi siswa pada masalah dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari, dan memberikan motivasi belajar kepada siswa. Pada kesempatan ini guru memberi motivasi kemanfaatan belajar agar siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Tahap 2, guru mengorganisasikan siswa dalam belajar yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan dan meminta siswa mengemukakan idenya (teaching group). Siswa menyimak dan mulai berpikir serta menganalisis permasalahan yang diberikan untuk dipecahkan. Guru mengelompokan siswa dalam kelompok kecil berdasarkan 16

17 kemampuan yang berbeda (teams). Pembagian kelompok diskusi belajar berdasarkan dari hasil pre-tes kemampuan penalaran untuk pertemuan pertama dan berdasarkan hasil skor kuis yang telah dilakasanakan pada pertemuan sebelumnya untuk pertemuan selanjutnya (placement test). Tahap 3, guru membimbing penyelidikan individu/kelompok dengan membagikan LKK untuk dikerjakan bersama kelompoknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pembelajaran dalam kelompok diharapkan dapat membantu siswa untuk lancar berkomunikasi saat berdiskusi dengan kelompoknya dalam memecahkan masalah. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, dan membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah dan melakukan eksperimen sampai mereka benarbenar mengerti situasi permasalahan. Siswa melakukan penalaran terhadap soal yang terdapat pada LKK agar siswa dapat melakukan penyelesaian pemasalahan kemampuan penalaran (Team Study). Tahap 4, Guru membimbing siswa menyajikan hasil diskusi kelompok dengan meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain untuk menanggapinya. Sehingga siswa mampu menghasilkan sesuatu yang baru berupa hasil diskusi kelompok dan mampu meningkatkan kemampuan penalaran matematis (student creative). Tahap 5, guru membimbing siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membimbing siswa mengkaji cara-cara yang ditempuh selama proses pemecahan masalah terhadap proses- 17

18 proses penyelidikan siswa dalam menyeesaikan LKK yang telah diberikan. Setelah itu guru memberikan kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara individual (fact test) untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Guru menetapkan kelompok terbaik hingga kelompok yang kurang berhasil (Team Scores And Team Recognition), kemudian di akhir pembelajaran guru membimbing siswa menyimpulkan materi secara bersamasama (whole-class unit). Dari penjelasan mengenai tahap-tahap pelaksanaa Problem Based Learning dengan strategi Team Assisted Individualization dalam proses pembelajaran di kelas diharapkan kemampuan penalaran matematis siswa dapat meningkat. Hal ini ditandai oleh meningkatnya indikator kemampuan penalaran matematis siswa. F. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir di atas maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan bahwa: Melalui Problem Based Learning dengan strategi Team Assisted Individualization, maka kemampuan penalaran matematis Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 6 Satu Atap Rembang dapat meningkat. 18

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemecahan Masalah Masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun, tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Salah satu tujuan mata pelajaran matematika dalam kurikulum 2006 yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan formal, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah atas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) Model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar Istilah kemandirian (Nurhayati, 2011) menunjukkan adanya kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya tanpa

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas XI MA Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical reasoning. Brodie (2010:7) menyatakan bahwa, Mathematical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting dalam sistem pendidikan karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS IV SD NEGRI NGROTO 02 GUBUG GROBOGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted 72 A. Deskripsi Data 1. Aktivitas Siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Aktivitas Siswa Siklus I Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Dewi Nurrizki, Reviandari Widyatiningtyas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman berasal dari kata dasar paham, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. Kurikulum Tingkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.memecahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Penalaran adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMP Negeri 2 Susukan merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berada di Kabupaten Semarang. SMP Negeri 2 Susukan terletak di Dusun Wonosari, Desa Koripan,

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : P 40 UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SIDOMULYO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang sifatnya terstruktur dan terorganisasi dengan baik, mulai dari konsep atau ide yang tidak terdefinisi sampai dengan yang

Lebih terperinci

*

* PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 10 PEKANBARU Sulastri Sibarani

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

Lebih terperinci

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS XI IPS 5 SMA NEGERI 7 MALANG Nenis Julichah 1, Marhadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TAI) TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD NEGRI MOJOSARI KARANGGEDE BOYOLALI TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN KOGNITIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM TATANAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA SMPN 6 PEKANBARU

PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN KOGNITIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM TATANAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA SMPN 6 PEKANBARU J. Pilar Sains 6 (2) Juli 2007 Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Riau ISSN 1412-5595 PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN KOGNITIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM TATANAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 93 A. Hasil Penelitian 1. Refleksi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VA SDN 25 Kota Bengkulu. Subyek penelitian ini yaitu guru dan seluruh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas mutu pendidikan dan pengembangan proses pembelajaran merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian. Perbedaan tingkat serap antara siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI BANGUN RUANG BALOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 4 MAGETAN Rara Tria Ajengsari S1 Pendidikan Matematika, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SUB POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS BANGUN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT SISWA KELAS VII D SMP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April pada semester II pada tahun ajaran 2011/2012 untuk materi Garis Singgung Persekutuan Dua

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI EKONOMI SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN Tiamsa Napitupulu Guru Mata

Lebih terperinci

Model pembelajaran matematika di sd

Model pembelajaran matematika di sd Model pembelajaran matematika di sd Tahapan Proses Belajar Mengajar Input Proses Output 1 Input kejadian pertama yang menggambarkan siswa yang memiliki sejumlah materi prasyarat dari konsep yang akan dipelajari,

Lebih terperinci

Titi Solfitri 1, Indah Rahmania 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2 Universitas Riau, Pekanbaru 1,2 1

Titi Solfitri 1, Indah Rahmania 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2 Universitas Riau, Pekanbaru 1,2 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI 8 PEKANBARU Titi Solfitri 1, Indah Rahmania 2 Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. mengolah, meyimpan, dan memproduksi bahan pelajaran. Salah satu strategi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. mengolah, meyimpan, dan memproduksi bahan pelajaran. Salah satu strategi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran memang sebuah sistem. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih dan digunakan guru untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

ISSN Heri Sutarno Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

ISSN Heri Sutarno Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Dedi Rohendi dedir@centrin.co.id Heri Sutarno

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan uraian masing-masing siklus, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kegiatan observasi awal pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan diskusi kepada guru mata pelajaran IPS, kelas VII A menunjukkan beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK. 1. Pengertian Model Problem Based Learning

BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK. 1. Pengertian Model Problem Based Learning BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK A. Model Problem Based Learning 1. Pengertian Model Problem Based Learning Wena mendefinisikan problem

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Ega Gradini 1. Abstrak

Ega Gradini 1. Abstrak Ega Gradini, Penerapan Model Pembelajaran,... Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Berbantukan Worksheet Untuk Meningkatkan Kemampuan Trigonometri Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu 50 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Siklus I 1. Implementasi Siklus I Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu pada tanggal 16 September 2014. Pembelajaran pada siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadarminto (2002:349) yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berpikir Kritis Menurut Ennis (Kuswana, 2012) berpikir kritis adalah berfikir yang wajar dan reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus diyakini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan Classroom Action Reseacrh. Menurut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SUB MATERI FUNGSI DAN KORESPONDENSI SATU-SATU DI KELAS VIII SMPIT AL-USWAH SURABAYA Anis Nuryani Matematika, FMIPA, Unesa ayat.arifin@yahoo.co.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin, kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematika Salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah agar siswa mampu melakukan penalaran. Menurut Russeffendi (dalam Suwangsih, 2006 : 3) matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 58-67 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Lebih terperinci

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO Syifa ur Rokhmah Jurusan

Lebih terperinci

7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. Persentase siswa yang mencapai kategori terampil pada setiap aspek. psikomotor meningkat setiap siklus.

7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. Persentase siswa yang mencapai kategori terampil pada setiap aspek. psikomotor meningkat setiap siklus. 59 b. Hasil Belajar 1) Ranah kognitif Indikator keberhasilan tindakan ditinjau dari hasil tes, jika rata-rata siswa 7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. 2) Ranah Afektif Nilai aspek afektif dikatakan berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pasti yang menjadi dasar bagi perkembangan berbagai ilmu lainnya. Sejak zaman dahulu hingga sekarang matematika berkembang pesat di

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di SDN Margamukti, Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Alasan pertama peneliti memilih sekolah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematika Istilah penalaran atau reasoning dijelaskan oleh Copi (dalam Shadiq, 2009:3) sebagai berikut: Reasoning is a special kind of thinking in which

Lebih terperinci

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan... 1 Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Kelas VIII C SMP Negeri 13 Jember Semester Ganjil Tahun Ajaran

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Serantau 2011

Seminar Pendidikan Serantau 2011 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI 8 PEKANBARU Titi Solfitri, Indah Rahmania ABSTRACT This

Lebih terperinci

Nama Guru : Hari/tanggal : Kelas : Waktu : A. Tindak Mengajar B. Tindak Belajar C. Penarikan Makna

Nama Guru : Hari/tanggal : Kelas : Waktu : A. Tindak Mengajar B. Tindak Belajar C. Penarikan Makna 86 87 CATATAN OBSERVASI PENDAHULUAN PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGIES (ICT) (PTK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan merupakan kunci pokok keberhasilan pembangunan di segala bidang, maka upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu ditingkatkan melalui pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang akan dicapai. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan dapat

Lebih terperinci