BAB II KAJIAN TEORETIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIK"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru yang diperoleh dari pernyataan-pernyataan lain yang telah diketahui (Surajiyo, dkk, 2010: 20). Menurut Keraf (1992: 5), penalaran (reasoning, jalan pikiran) merupakan suatu proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta yang diketahui untuk memperoleh satu kesimpulan. Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan yang benar (Ihsan, 2010: 116). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir yang berusaha menghubungkan pernyataan-pernyataan yang telah diketahui kebenarannya untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru berupa pengetahuan yang benar. Dari pengertian penalaran tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan penalaran matematis adalah kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang yang berusaha menghubungkan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan matematika yang telah diketahui kebenarannya untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai 6

2 7 pernyataan baru berupa pengetahuan yang berkaitan dengan matematika yang benar. Penalaran memiliki beberapa ciri-ciri, diantaranya adalah logis dan analitis. Penalaran dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir logis apabila didasarkan pada suatu pola tertentu atau logika tertentu. Sedangkan penalaran dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir analitis apabila kegiatan berpikir tersebut mendasarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan (Suriasumantri, 1999: 43). Penalaran dapat dibagi menjadi dua yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Menurut Wardhani (2008: 12), penalaran induktif adalah proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta khusus yang sudah diketahui kebenarannya untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan penalaran deduktif merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal yang bersifat khusus dengan didasarkan pada hal-hal umum yang sebelumnya telah dibuktikan kebenarannya. Sesuai dengan Peraturan Dirjen Disdakmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor (Wardhani, 2008: 14), indikator siswa memiliki kemampuan dalam penalaran adalah mampu: a. mengajukan dugaan b. melakukan manipulasi matematika

3 8 c. menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan terhadap suatu solusi d. menarik kesimpulan dari pernyataan e. memeriksa kesahihan suatu argumen f. menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Menurut Jihad (2008: ), seseorang mempunyai kemampuan penalaran matematika apabila siswa dapat: a. menarik kesimpulan logis b. memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan c. memperkirakan jawaban dan proses solusi d. menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika e. menyusun dan menguji konjektur f. merumuskan lawan contoh (counter examples) g. mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argumen h. menyusun argumen yang valid i. menyusun pembuktian langsung, tak langsung dan menggunakan induksi matematika.

4 9 Menurut NCTM (2000: 262), tingkat pengalaman tentang penalaran yang harus dimiliki oleh siswa kelas 6 8 yaitu: a. Meneliti pola dan struktur untuk menemukan sifat beraturan dari pola b. Merumuskan generalisasi dan dugaan tentang sifat beraturan yang telah ditemukan c. Mengevaluasi dugaan d. Membuat dan mengevaluasi argumen matematika. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, indikator kemampuan penalaran matematis yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah a) mengajukan dugaan, b) melakukan manipulasi matematika, c) menyusun bukti, memberikan alasan terhadap suatu solusi, d) menarik kesimpulan dari pernyataan, e) memeriksa kesahihan suatu argumen, dan f) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Masing-masing indikator kemampuan penalaran matematis tersebut memiliki penjelasan sebagai berikut: a. Mengajukan dugaan Kemampuan mengajukan dugaan merupakan kemampuan siswa dalam merumuskan berbagai kemungkinan untuk memecahkan permasalahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Contoh: Sebuah penghapus pensil berukuran. Jika penghapus tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah kotak berukuran

5 10 berapa maksimal banyak penghapus yang dapat dimuat dalam kotak tersebut? Penyelesaian: Diketahui: Penghapus pensil berukuran Kotak berukuran Ditanya: Banyak penghapus yang dapat dimuat kotak tersebut Jawab: Volume penghapus pensil = Volume kotak Jadi, maksimal banyaknya penghapus pensil yang dapat dimuat oleh kotak tersebut adalah 64 buah. b. Melakukan manipulasi matematika Kemampuan manipulasi matematika merupakan kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan cara sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Contoh: Bagian atas tenda pramuka berbentuk prisma tegak segitiga dengan ukuran panjang alas tenda 6 m, tinggi tenda 4 m, dan panjang tenda 8m.

6 11 Berapa luas kain minimal yang dibutuhkan untuk membuat bagian atas tenda tersebut? Penyelesaian: Diketahui: Sebuah tenda pramuka yang terdiri dari dua segitiga kongruen untuk bagian depan dan belakang serta dua persegi 4m panjang untuk bagian atap tenda dengan: 6m alas tenda (a) = 6 m tinggi tenda (t) = 4 m Ditanya: panjang tenda (p) = 8 m Luas kain minimal yang dibutuhkan untuk membuat bagian atas tenda Jawab: Luas kain = 2 Luas segitiga + 2 Luas persegi panjang Lebar persegi panjang (l) dapat dicari dengan menggunakan rumus pythagoras

7 12 Sehingga Luas kain Jadi, luas kain minimal yang dibutuhkan untuk membuat bagian atas tenda tersebut adalah 104 m 2. c. Menyusun bukti, memberikan alasan terhadap suatu solusi Siswa mampu menyusun bukti dan memberikan alasan terhadap kebenaran suatu solusi apabila siswa mampu menunjukan alasan atau bukti melalui sebuah penyelidikan. Contoh: Kirana memiliki sebuah kotak biskuit yang alasnya berbentuk persegi panjang. Jika Kirana ingin menghitung luas permukaan kotak tersebut, bagaimana cara Kirana menemukan luas permukaan kotak biskuit tersebut?

8 13 Penyelesaian: Kirana dapat menemukan cara mencari luas permukaan kotak tersebut dengan menggunting setiap sisi dari kotak biskuit tersebut sehingga diperoleh jaring-jaring kotak sebagai berikut. p t l t Luas permukaan kotak biskuit dapat dihitung sebagai berikut: Luas sisi depan Luas sisi belakang Luas sisi samping kanan Luas sisi samping kiri Luas sisi atas Luas permukaan kotak biskuit Jadi, luas permukaan kotak biskuit tersebut dapat dicari dengan menggunakan rumus

9 14 d. Menarik kesimpulan dari pernyataan Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan merupakan proses berpikir yang memberdayakan pengetahuan yang dimilikinya untuk menghasilkan sebuah pemikiran. Contoh: Gambar dan tentukan nama bangun yang terbentuk dari sebuah bangun ruang yang tersusun dari lima sisi berbentuk segitiga sama kaki dan sebuah sisi berbentuk segilima beraturan! Penyelesaian: Diketahui: Sebuah bangun ruang yang tersusun dari lima sisi berbentuk segitiga sama kaki dan sebuah sisi berbentuk segilima beraturan Ditanya: Gambar dan nama bangun yang terbentuk Jawab: Jadi, bangun ruang yang terbentuk adalah limas segilima beraturan.

10 15 e. Memeriksa kesahihan suatu argumen Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen merupakan kemampuan yang menghendaki siswa agar mampu menyelidiki tentang kebenaran dari suatu pernyataan yang ada. Contoh: Benarkah dibutuhkan kawat minimal sepanjang 864 cm untuk membuat kerangka model limas dengan alas berbentuk persegi panjang yang berukuran panjang 16 cm, lebar 12 cm, dan tinggi limas 24 cm? Penyelesaian: Diketahui: Kerangka model limas dengan alas berbentuk persegi panjang dengan: panjang (p) = 16 cm lebar (l) = 12 cm tinggi (t) = 24 cm Ditanya: Benarkah panjang kawat minimal yang dibutuhkan untuk membuat kerangka limas tersebut adalah 864 cm. T Jawab: A 24 cm D O 16 cm B C 12 cm

11 16 Sebelum mencari panjang AT, BT, CT, dan DT, terlebih dahulu mencari panjang OA. Panjang Panjang AT = panjang BT = panjang CT = panjang DT

12 17 Jadi benar, panjang kawat minimal yang dibutuhkan untuk membuat kerangka limas tersebut adalah 864 cm. f. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi merupakan kemampuan siswa dalam menemukan pola atau cara dari suatu pernyataan yang ada sehingga dapat mengembangkannya ke dalam kalimat matematika. Contoh: Kubus-kubus yang berukuran sama panjang disusun membentuk balok dengan pola sebagai berikut. (1) 2) (3) Jika panjang rusuk kubus adalah 2 cm, tentukan volume balok pada pola ke-10! Penyelesaian: Diketahui: Suatu pola balok tersusun atas kubus yang berukuran sama panjang dengan: panjang rusuk kubus (s) = 2 cm ukuran balok pola ke-1 =

13 18 ukuran balok pola ke-2 = ukuran balok pola ke-3 = Ditanya: Volume balok pada pola ke-10 ( Jawab: Dari gambar, terlihat bahwa untuk setiap polanya, ukuran balok yang berubah hanya ukuran panjang, sesangkan untuk ukuran lebar dan tinggi balok tetap. Sehingga untuk mencari volume balok pada pola ke-10, terlebih dahulu harus mencari ukuran balok pada pola ke-10. Karena ukuran lebar dan tinggi balok tetap, maka hanya perlu mencari ukuran panjang balok saja, yaitu dengan cara sebagai berikut. Panjang balok pola ke-1 = Panjang balok pola ke-2 = Panjang balok pola ke-3 = Panjang balok pola ke-n = cm

14 19 sehingga panjang balok pada pola ke-10 = cm Jadi, volume balok pada pola ke-10 adalah. 2. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Menurut Isbandi (Uno, 2011: 3), istilah motivasi berasal dari kata motif yang berarti sebagai kekuatan yang ada di dalam diri seorang individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau melakukan sesuatu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama jika kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak (Sardiman, 2011: 73). Menurut Mc. Donald (Hamalik, 2009: 158), motivasi adalah perubahan energi yang ada dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari adanya rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu (Uno, 2011: 9). Menurut Wahosumidjo (Uno, 2011: 8) motivasi merupakan dorongan dan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tujuan tertentu. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi berupa dorongan dan kekuatan yang disebabkan adanya rangsangan

15 20 baik internal maupun eksternal untuk melakukan suatu aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kinerjanya tergantung pada usaha dan kemampuan yang dimilikinya dibandingkan dengan kinerja melalui kelompok 2) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit 3) Terdapat umpan balik yang konkret tentang bagaimana seharusnya ia melaksanakan tugas secara optimal, efektif, dan efisien (Uno, 2011: 69). Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Menurut David C. McClelland, dkk (Uno, 2011: 9) sumber utama munculnya motif adalah adanya rangsangan perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tampak adanya perbedaan sikap saat munculnya motif dan pada saat usaha dalam mencapai sesuatu yang diharapkan. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan banyak melakukan kegiatan belajar. Semakin tepat motivasi yang diberikan, maka semakin berhasil pula pelajaran tersebut (Sardiman, 2011: 84).

16 21 Motivasi yang ada di dalam diri seseorang mempunyai beberapa fungsi, diantaranya: 1) Mendorong timbulnya suatu perbuatan Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah Motivasi mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3) Motivasi berfungsi sebagai suatu penggerak Motivasi berfungsi sebagai mesin bagi sebuah mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. (Hamalik, 2009: 161) Menurut Sardiman (2011: 85), fungsi dari sebuah motivasi adalah: 1) Mendorong manusia untuk berbuat Motivasi berfungsi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapainya.

17 22 3) Menyeleksi perbuatan Menentukan perbuatan-perbuatan yang tepat yang harus dikerjakan oleh seseorang guna mencapai tujuan yang dikehendaki dan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 4) Pendorong usaha dan pencapaian prestasi Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari dengan adanya motivasi, maka seseorang yang belajar dapat memperoleh prestasi yang baik. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai suatu pengarah, penggerak, penyeleksi suatu perbuatan, dan pendorong usaha dan pencapaian prestasi. b. Pengertian Belajar Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku setelah memperoleh informasi yang disengaja (Uno, 2011: 21). Menurut Margaret (Uno, 2011: 22), belajar merupakan sebuah proses di mana seseorang memperoleh berbagai kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan menurut Sardiman (2011: 20) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan yang diperoleh dari

18 23 serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses di mana seseorang memperoleh berbagai kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah memperoleh informasi yang disengaja yang diperoleh dari serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Menurut Sardiman (2011: 26), secara umum ada tiga jenis tujuan belajar, yaitu: 1) Mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pengetahuan dan kemampuan berpikir merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena kemampuan berpikir tidak dapat dikembangkan tanpa adanya pengetahuan dan sebaliknya, pengetahuan akan diperkaya melalui kemampuan berpikir. 2) Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep membutuhkan suatu keterampilan. Keterampilan dapat dididik dengan banyak melatih kemampuan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru.

19 24 3) Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan perilaku siswa tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar sebagai pengajar, tetapi benar-benar sebagai pendidik yang memindahkan nilai-nilai tersebut kepada siswanya sehingga akan tumbuh kesadaran dan kemauan untuk mempraktikan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. c. Pengertian Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak yang ada di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai (Sardiman, 2011:75). Motivasi belajar merupakan suatu dorongan internal dan eksternal yang terdapat pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku (Uno, 2011: 23). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Motivasi pada dasarnya membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang

20 25 belajar. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Menurut Uno (2011: 27), motivasi mempunyai beberapa peranan penting dalam belajar dan pembelajaran, diantaranya: 1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar 2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai 3) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar 4) Menentukan ketekunan belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Ada dua faktor yang mempengaruhi timbulnya motivasi dalam belajar, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari dalam diri seorang individu. Faktor ini dapat berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik berasal dari luar diri individu. Faktor ekstrinsik dapat berupa penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Uno, 2011: 23). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: ) ada beberapa hal yang mempengaruhi motivasi seseorang dalam belajar, diantaranya: 1) Cita-cita atau aspirasi siswa Keberhasilan seorang anak dalam mencapai keinginannya dapat menumbuhkan kemauan untuk lebih giat dan bahkan dikemudian

21 26 hari dapat menimbulkan cita-cita. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar siswa, baik motivasi belajar instrinsik maupun ekstrinsik. Seseorang yang mempunyai cita-cita yang mantap akan lebih termotivasi dalam belajar karena bagi mereka motivasi dalam belajar dapat membantu dalam menggapai cita-cita tersebut. 2) Kemampuan siswa Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan adanya kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. 3) Kondisi siswa Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani. Kondisi siswa mempengaruhi perhatian siswa dalam belajar. Siswa yang sedang dalam keadaan sakit, lapar, dan marah-marah akan terganggu perhatiannya dalam belajar. Sedangkan siswa yang dalam keadaan sehat, kenyang, dan gembira lebih memusatkan perhatiannya dalam belajar. 4) Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah dapat memperkuat semangat dan motivasi belajar siswa.

22 27 5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Setiap siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang berubah-ubah. Lingkungan siswa, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat mendinamiskan motivasi seseorang dalam belajar. Seorang siswa yang masih berkembang jiwa raganya dan lingkungan yang semakin bertambah baik merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. 6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa Upaya guru dalam membelajarkan siswa meliputi bagaimana guru menyampaikan materi pelajaran, menarik perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar, dan mengondisikan siswa dalam belajar. Menurut Uno (2011: 23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik.

23 28 Menurut (Sardiman, 2011: 83), motivasi yang ada pada diri setiap individu memiliki indikator sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa) 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4) Lebih senang bekerja mandiri 5) Cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, indikator motivasi belajar yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik. 3. Bangun Ruang Sisi Datar Sesuai dengan kurikulum 2013, salah satu pokok bahasan matematika di SMP adalah bangun ruang sisi datar. Pokok bahasan ini diajarkan pada kelas VIII semester genap. Kompetensi dasar dan indikator pada materi bangun ruang sisi datar adalah sebagai berikut.

24 29 Kompetensi Dasar: 3.9 Menentukan luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas. Indikator: Menentukan luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas Menentukan volume kubus, balok, prisma, dan limas Menaksir dan menghitung luas permukaan dan volume bangun ruang yang tidak beraturan dengan menerapkan geometri dasarnya. Indikator: Menaksir dan menghitung luas permukaan bangun ruang yang tidak beraturan dengan menerapkan geometri dasarnya Menaksir dan menghitung volume bangun ruang yang tidak beraturan dengan menerapkan geometri dasarnya. B. Penelitian Relevan Sukandi (2012) dapat diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan mengajar guru mempunyai sumbangan yang berarti terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri di kabupaten Indramayu. Semakin tinggi kemampuan guru dalam mengajar maka guru akan semakin mampu dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Begitu juga sebaliknya, apabila kemampuan mengajar guru rendah maka dapat mengakibatkan motivasi belajar siswa menurun atau siswa akan bosan untuk belajar pada kelas yang kemampuan guru dalam mengajarnya rendah. Sedangkan Wardhani, A. L., (2015) dapat diperoleh kesimpulan bahwa motivasi

25 30 belajar siswa dengan kemampuan tinggi menunjukkan kategori yang sangat baik, motivasi belajar siswa dengan kemampuan sedang menunjukkan kategori baik, dan motivasi belajar siswa dengan kemampuan rendah menunjukkan kategori yang cukup baik. Lestari, S (2016) dapat diperoleh kesimpulan bahwa siswa dengan prestasi belajar tinggi mampu mengajukan dugaan, memberikan alasan, menarik kesimpulan, dan menentukan pola dengan waktu yang relatif singkat dan langkah-langkah penyelesaian yang sangat lengkap. Siswa dengan prestasi belajar sedang terlihat kurang mampu dalam menarik kesimpulan dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan soal relatif cukup lama dengan langkahlangkah penyelesaian yang cukup lengkap. Sedangkan siswa dengan prestasi belajar rendah hanya mampu mengajukan dugaan saja walaupun waktu yang digunakan relatif lebih lama. Penelitian-penelitian yang disebutkan di atas merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah peneliti hanya akan meneliti beberapa variabel dari beberapa penelitian di atas, yaitu peneliti akan meneliti tentang kemampuan penalaran matematis dan motivasi belajar siswa. C. Kerangka Pikir Kemampuan penalaran matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran matematika.

26 31 Pembelajaran yang menekankan pada aktivitas penalaran sangat erat kaitannya dengan pencapaian prestasi siswa yang tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi siswa dalam belajar adalah motivasi belajar. Mengetahui tingkat kemampuan penalaran matematis dan motivasi belajar siswa sangat diperlukan, karena setelah guru mengetahui kemampuan penalaran matematis dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika guru dapat melakukan evaluasi terhadap pembelajaran. Hasil evaluasi ini akan dijadikan pertimbangan oleh guru untuk mencari model, metode, dan strategi pembelajaran yang tepat guna meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan penalaran matematis siswa. Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan dengan diagram berikut: Peserta Didik Pengelompokkan Nilai UTS (Tinggi, Sedang, dan Rendah) Angket Motivasi Tes Kemampuan Penalaran Matematis (TKPM) Menentukan responden berdasarkan nilai UTS Wawancara TKPM dan Motivasi Belajar Analisis data Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematika Istilah penalaran atau reasoning dijelaskan oleh Copi (dalam Shadiq, 2009:3) sebagai berikut: Reasoning is a special kind of thinking in which

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis a. Pengertian Penalaran Matematis Penalaran matematika dan pokok bahasan matematika merupakan satu kesatuan yang tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Induktif Matematis. yaitu reasoning, dalam Cambridge Learner s Dictionary berarti the

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Induktif Matematis. yaitu reasoning, dalam Cambridge Learner s Dictionary berarti the 39 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007) penalaran berasal dari kata nalar yang berarti pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematika Salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah agar siswa mampu melakukan penalaran. Menurut Russeffendi (dalam Suwangsih, 2006 : 3) matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan

BAB II KAJIAN TEORITIK. kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan 5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Keraf (2007), menjelaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar Istilah kemandirian (Nurhayati, 2011) menunjukkan adanya kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya tanpa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu,

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu, 6 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan suatu pegalaman memproses persoalan untuk mendapatkan dan menentukan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 4 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Kontekstual Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang kemampuan penalaran matematika, Aktivis dan Non Aktivis, dan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). 1. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah salah satu bagian dari pendidikan. Belajar dapat dilakukan di rumah, di masyarakat ataupun di sekolah. Pada saat belajar kita akan mengenal proses komunikasi.

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE SUMARSIH SMP Negeri 1 Masaran/Program Magister Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai masalah dihadapi oleh guru matematika dalam kegiatan belajar mengajar. Masalah tersebut salah satunya adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding) 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut boleh jadi berupa sikap, minat atau nilai.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut boleh jadi berupa sikap, minat atau nilai. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar umumnya dikatakan sebagai proses perubahan perilaku seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, atau keterampilan) tertentu. Gagne

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sering digunakan sebagai alat untuk mencari solusi berbagai masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang meliputi aksioma/postulat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah

Lebih terperinci

OLEH : ANISATUL HIDAYATI NPM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

OLEH : ANISATUL HIDAYATI NPM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016 PROSES PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA PADA MATERI POKOK DIMENSI TIGA DI SMA NEGERI 5 KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. Secara umum analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: (1) reduksi data merupakan proses pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu

BAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Penalaran Matematis Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu melakukan proses bernalar. Matematika terbentuk karena pikiran manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Menurut Hanafiah (2009) motivasi belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangun keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Shadiq (2004) penalaran adalah proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan formal di Indonesia terdiri dari tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Karakteristik siswa pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel 6 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Belajar Belajar merupakan hal yang wajib dalam pendidikan. Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru matematika, salah satunya adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan formal, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang sangat pesat terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini telah mengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh 34 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang penting bagi kemajuan bangsa. Hal inilah yang menyebabkan seringnya matematika dijadikan indikator dalam menentukan maju tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep Motivasi Belajar 2.1.1.1Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Ibnu Muchamad Romandhon (0712003) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Motivasi belajar dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) Model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan itu penting untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Karena pendidikan berguna dalam membina dan mengembangkan kemampuan dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang sangat pesat terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini telah mengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat membuat setiap orang dapat mengakses segala bentuk informasi yang positif maupun negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penalaran dan keberanian bertanya penting didalam proses pembelajaran matematika. yang diharapkan agar siswa dapat memahami pembelajaran yang disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. fisik. Goleman (1996:63) menjelaskan bahwa, kesadaran diri adalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. fisik. Goleman (1996:63) menjelaskan bahwa, kesadaran diri adalah 8 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual a. Self Awareness Menurut Solso dkk (2007:240), kesadaran adalah kesiapan (awareness) terhadap peristiwa yang di lingkungan sekitarnya dan peristiwa kognitif

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan di kelas sebagai sebuah masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia sampai sekarang peranan matematika dianggap penting. Matematika berbeda dengan ilmu lain. Meteri matematika bersifat kreatif, menarik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Permasalahan yang sering ditemukan dalam proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya

Lebih terperinci

Desnaeni Dyah Winastiti, Eko Setyadi Kurniawan, Arif Maftukhin

Desnaeni Dyah Winastiti, Eko Setyadi Kurniawan, Arif Maftukhin Peningkatan Motivasi Belajar Fisika Melalui Pemanfaatan Media Pembelajaran Animasi Yang Diproduksi Pustekkom Pada Siswa Kelas VIII SMP Setya Budi Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Desnaeni Dyah Winastiti,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan komunikasi matematis Menurut Wardani (2008) matematika merupakan sebuah alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Dalam

Lebih terperinci

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 IMPLEMENTASI PENDEKATAN OPEN-ENDED PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan landasan dan kerangka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat seseorang harus menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERCAYA DIRI 1. Pengertian percaya diri Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Belajar Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan peserta didik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu sistem mempunyai komponen penting, yaitu guru. Guru mempunyai peranan yang sangat penting mengenai masalahmasalah yang dihadapi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa memiliki kemampuan, 1) memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi yang mewarnai pembelajaran matematika saat ini adalah seputar rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaiaan matematika. Menurut Jihad (2012), ada tiga aspek penilaian matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MOTIVASI SISWA MEMILIH JURUSAN IPS PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMAN 1 KOTA JAMBI

HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MOTIVASI SISWA MEMILIH JURUSAN IPS PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMAN 1 KOTA JAMBI HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MOTIVASI SISWA MEMILIH JURUSAN IPS PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMAN 1 KOTA JAMBI Nurjanah, Amin Saib, Siti Syuhada PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematika Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar

BAB 2 KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar BAB 2 KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar Sudjana (1995: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, pembuatan, cara mengajar

BAB II KAJIAN TEORI. dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, pembuatan, cara mengajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Definisi Pembelajaran Active Learning Pembelajaran diidentikkan dengan kata mengajar berasal dari kata ajar berarti petunjuk yang diberikan seseorang supaya

Lebih terperinci

Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut...

Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut... 1. Perhatikan sifat-sifat bangun ruang di bawah ini: i. Memiliki 6 sisi yang sama atau kongruen ii. Memiliki 12 rusuk yang sama panjang Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut... SD kelas 6 -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang mendasari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam bidang studi. Oleh karena itu matematika sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah, memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan dan memiliki peranan strategis dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Terbuka, 2007), h Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Terbuka, 2007), h Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mencakup berbagai hal, salah satunya adalah pendidikan akademik. Dalam pendidikan akademik ada banyak bidang yang telah dipelajari, salah satunya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan. Pendidikan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November http://jurnal.fkip.uns.ac.

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November http://jurnal.fkip.uns.ac. ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGEMPLAK BOYOLALI Sayekti Dwiningrum 1, Mardiyana 2, Ikrar Pramudya

Lebih terperinci

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF. : SMP Pasundan 4 Bandung

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF. : SMP Pasundan 4 Bandung LAMPIRAN A.1 KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF Sekolah Mata pelajaran Pokok bahasan Kelas/Semester : SMP Pasundan 4 Bandung : Matematika : Prisma dan limas : VIII/2 Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan inti kegiatan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Teoretis

BAB II. Kajian Teoretis BAB II Kajian Teoretis A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Menurut Slavin (Rahayu 2011, hlm. 9), Missouri Mathematics Project (MMP) adalah suatu program yang dirancang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama pembelajaran

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK di Kelas VII SMP Muhammadiyah Cirebon) AMELIA ABSTRAK Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kemampuan Penalaran Matematis, Model Penemuan Terbimbing

Kata Kunci: Kemampuan Penalaran Matematis, Model Penemuan Terbimbing 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI SMP NEGERI 1 TAPA KELAS VIII Estikawati Putri, Sarson W. Dj. Pomalato, Karim NakiI Jurusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah 9 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Pemecahan masalah menurut Turmadi (008) adalah proses melibatkan suatu tugas yang metode pemecahannya belum diketahui lebih

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan sebuah negara. Semakin baik kualitas pendidikan di sebuah negara maka semakin baik pula kualitas negara tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin cepat dewasa ini, menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai

Lebih terperinci