HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

SITTA AZMI FARCHANY A

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

III. METODE PENELITIAN A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

TATA CARA PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Transkripsi:

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam dengan nilai 4.6 dan ph KCl tergolong sangat masam dengan nilai 4.. Rasio perbandingan C/N termasuk sedang yaitu 5. Kapasitas Tukar Kation (KTK) menunjukkan nilai rendah dengan nilai sebesar 8.97 Cmol(+)/kg. Kejenuhan basa yang terkandung pada tanah sebesar 57% sehingga tergolong tinggi. Tekstur tanah termasuk liat dengan komposisi pasir 9%, debu 3%, dan liat 68%. Persiapan penelitian dan penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai dengan pertengahan bulan Mei 20. Selama penelitian berlangsung curah hujan sebesar 6.5 mm/hari sedangkan suhu rata-rata sebesar 25.8 o C dengan intensitas penyinaran sebesar 302 cal/cm 2 /menit (Gambar 2). Hal ini menunjukkan intensitas curah hujan yang cukup tinggi sehingga kelembaban pun tinggi dan menyebabkan tanaman mengalami serangan Psedoumonas sp. Tindakan pencegahan serangan bakteri dengan melakukan perendaman stek batang dengan bakterisida yang mengandung bahan aktif streptomisin sulfat dengan konsentrasi 2 g/l air dan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan konsentrasi 3 g/l air selama 0 detik. Bagian dalam batang tanaman yang mengalami serangan bakteri menunjukkan warna kemerah-merahan. Lambat laun akan mengalami kematian yang juga membuat bentuk daun menggulung ke dalam (Gambar 3). Pencegahan penyebaran penyakit pada tanaman dilakukan dengan cara membuang tanaman yang terkena penyakit.

5 26,5 Suhu Rata-rata ( o C) 26 25,5 25 24,5 2 3 4 5 6 7 8 Minggu setelah tanam (MST) (a) Curah hujan (mm/hari) 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 2 3 4 5 6 7 8 Minggu setelah tanam (MST) (b) Intensitas Penyinaran(cal/cm 2 /menit) 400 350 300 250 200 50 00 50 0 2 3 4 5 6 7 8 Minggu setelah tanam (MST) (c) Gambar 2. (a) Suhu Rata-Rata, (b) Curah Hujan, dan (c) Intensitas Penyinaran Selama Penelitian

6 Gambar 3. Tanaman yang Terserang Psedoumonas sp Gulma yang banyak ditemui di lapangan pada saat penelitian diantaranya Cynodon dactylon dan Axonopus compresus. Penanggulangan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di area penanaman. Penyulaman dilakukan pada saat pembibitan langsung di lapang dengan cara mencabut tanaman yang mati dan menggantinya dengan tanaman kolesom yang ditanam di luar petak percobaan. Pembungaan awal terjadi pada umur 3 MST dan pembungaan 75% terjadi pada saat tanaman berumur 4 MST.

7 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Rekapitulasi Sidik Ragam dapat dilihat pada Tabel 3. Pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3, 4 MST dan lebar tajuk pada 3 MST. Komponen produksi berpengaruh nyata diumur 6 MST terhadap bobot basah batang dan pucuk layak jual. Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi Peubah Umur (MST) Pemupukan Koefisien Keragaman (%) Rasio Bobot Kering 2 tn 28.67 Tajuk/Akar 4 tn 9. 6 tn 24.75 Tinggi Tanaman 2 tn.6 3 tn 6.8 4 * 4.4 5 * 4.58 6 tn 6.4 Lebar Tajuk 2 tn 0.08 3 * 5.36 4 tn 7.66 5 tn 9.72 6 tn 0.08 Jumlah Cabang 2 tn 8.2 3 tn 5.8 4 tn 22.85 5 tn 20.4 6 tn 8.2 Laju Tumbuh Relatif 2-4 tn 27.05 2 4-6 tn 4.94 Laju Asimilasi Bersih 2-4 tn 33.9 4-6 tn 3.4 Bobot Basah Daun 2 tn 7.6 4 tn 34.77 6 tn 7.5 Bobot Basah Akar 2 tn 3.39 4 tn 33.98 6 tn 20.20 Bobot Basah Tajuk 2 tn 33.96 4 tn 8.9 6 tn 9.6 Bobot Basah Batang 2 tn 30.40 4 tn 20.0 6 * 23.23 Bobot Basah Pucuk Layak Jual 2 tn 3.26 4 tn 2.47 Keterangan: (tn) Tidak berbeda nyata; ( ) hasil transformasi x; ( 2 )hasil trasformasi x + 0.5. 2

8 Peubah Pengamatan Umur (MST) Pemupukan Koefisien Keragaman (%) 6 * 5.90 Bobot Kering Daun 2 tn 27.02 4 tn 20.23 6 tn 27.0 Bobot Kering Akar 2 tn 33.23 4 tn 24.35 6 tn 23.8 Bobot Kering Tajuk 2 tn 34.9 4 tn 8.80 6 tn 24.8 Bobot kering Batang 2 tn 2.27 4 tn 8.2 6 tn 3.08 Bobot kering Pucuk 2 tn 26.28 Layak Jual 4 tn 30.5 6 tn 28.96 Keterangan: (tn) Tidak berbeda nyata; ( ) hasil transformasi x; ( 2 )hasil trasformasi x + 0.5. Pengaruh Pupuk Organik terhadap Komponen Pertumbuhan Kolesom Tinggi Tanaman kombinasi pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan lebar tajuk, sedangkan pada peubah rasio bobot kering tajuk/akar, jumlah cabang, laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih kombinasi pemupukan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. Secara keseluruhan tanaman kolesom mengalami peningkatan tinggi selama penelitian. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman menunjukkan beda nyata tertinggi pada umur 4 dan 5 MST. 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 38. kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam memiliki nilai rata-rata nyata tertinggi berturut-turut sebesar.45,.95, 2.32, dan 0.85% dibandingkan dengan perlakuan lain selama pengamatan berlangsung kecuali pada umur 2 MST. Berdasarkan uji Dunnett pada umur 4 dan 5 MST perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 38. kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam tinggi tanaman menunjukkan nyata tertinggi sebesar 5.59 dan 8.03% dibanding kontrol. Hal ini karena tinggi tanaman meningkat dengan semakin banyaknya dosis pemupukan yang diberikan.

9 Tabel 4. Tinggi Tanaman Setiap Minggu Umur 2 3 4 5 Kontrol 2 MST 24.79 27.8 24.89 28.98 26.33 24.90 3 MST 3.4 35.07 33.67 35.50 37.7 34.53 4 MST 40.49c 43.09bc 43.4bc 44.60b 47.89a+ 4.43 5 MST 47.4b 48.93b 49.25b 49.8b 54.85a+ 46.47 6 MST 49.52 53.2a 53.7 56.57 58.73 50.67 Jumlah Cabang Jumlah cabang tertinggi ditunjukkan pada perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 0.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam untuk setiap minggunya kecuali pada umur 4 MST mengalami penurunan. Umur 3 MST semua perlakuan yang mengalami penurunan kecuali perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yang mengalami kenaikan dan menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Walaupun secara statistik peubah jumlah cabang tanaman menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Jumlah cabang mempengaruhi produksi daun, semakin banyak cabang maka semakin banyak daun yang diproduksi dan juga akan berpengaruh terhadap Laju Asimilasi Bersih (LAB) tanaman. Jumlah cabang tanaman mengalami peningkatan pada umur 4-5 MST. Akan tetapi terjadi penurunan dibeberapa perlakuan sebesar 5.38 % pada umur 2-3, 3-4, dan 5-6 MST. Penurunan jumlah cabang diduga karena adanya pembungaan dan pembentukan umbi yang terjadi pada tanaman, sehingga unsur hara yang terserap dialokasikan untuk pembentukan bunga dan umbi.

20 Umur Tanaman Tabel 5. Jumlah Cabang Tanaman Setiap Minggu 2 3 4 5 Kontrol 2 MST 6.33 5.00 6.67 7.33 6.33 5.67 3 MST 6.00 4.67 7.00 7.00 6.00 5.67 4 MST 5.67 5.33 6.00 6.33 5.33 5.67 5 MST 6.67 4.00 6.67 6.67 6.67 5.33 6 MST 6.33 5.00 6.67 7.33 6.33 5.00 Rata-Rata Lebar Tajuk Lebar tajuk tanaman mengalami pertumbuhan maksimal di minggu ke-5. Kombinasi pupuk organik memberikan pengaruh nyata terhadap lebar tajuk tanaman di umur 3 MST pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 38. kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tanaman kolesom setelah umur 5 MST serentak mengalami penurunan lebar tajuk tanaman, hal ini dimungkinkan adanya perbahan tanaman yang diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi (Lampiran ). Tabel 6. Lebar Tajuk Tanaman Setiap Minggu Umur Tanaman 2 3 4 5 Kontrol 2 MST 30.5 30.69 34.2 3.87 34.4 32.59 3 MST 36.89b 40.67ab 43.57a 42.65a 44.03a 4.29 4 MST 50.44 52.64 54.75 52.76 57.53 58.29 5 MST 52.38 62.8 58.95 56.82 60.93 63.24 6 MST 30.5 30.69 34.2 3.87 34.4 63.32 Rata-Rata

2 Laju Asimilasi Bersih (LAB) Pada penelitian ini tidak ada pengaruh nyata antara kombinasi pupuk organik yang diberikan terhadap LAB dan LTR. Akan tetapi LAB mengalami penurunan di minggu 4-6 MST (Gambar 4). Laju asimilasi bersih kontrol menunjukkan nilai paling tinggi di usia 2-4 MST. Hal ini diduga bahwa penyediaan unsur hara oleh pupuk anorganik lebih cepat tersedia. Pada minggu 4-6 MST kombinasi pupuk organik menunjukkan peningkatan dan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Penyediaan hara pupuk organik lebih lambat (slow release) bagi tanaman karena melalui berbagai proses perubahan terlebih dahulu (Yuliarti, 2009).,2 Kontrol 2-4 MST 0,8 0,6 0,4 0,34 0,32 0,58 0,58 0,7 0,72 0,36 0,33 0,33 Kontrol 4-6 MST 0,2 0 2 3 4 5 2-4 MST 4-6 MST Gambar 4. Laju Asimilasi Bersih (g/cm 2 /hari) Laju Tumbuh Relatif (LTR) LTR berfungsi untuk mengukur kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering per satuan bahan kering awal (Sitompul dan Guritno, 995). Pemberian kombinasi pupuk menunjukkan hasil LTR yang berbeda-beda sesuai dengan dosis yang diberikan (Gambar 4). Nilai LTR terendah dimiliki oleh perlakuan.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam diminggu 2-4 dan 4-6 MST. Penurunan nilai LTR terjadi pada semua perlakuan diminggu 4-6 MST.

22 Memperkuat penelitian Susanti et al. (2008), pemberian kandungan hara yang berbeda pada tanaman menyebabkan perbedaan nilai LTR yang dihasilkan. 0, 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,0 0 0,09 0,08 0,07 0,07 0,05 0,04 0,04 0,03 0,02 0,02 2 3 4 5 2-4 MST 4-6 MST Gambar 4. Laju Tumbuh Relatif (g/hari) Kontrol 2-4 MST Kontrol 4-6 MST Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar Pemberian perlakuan kombinasi pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap rasio bobot kering tajuk/akar. Namun dengan demikian pada beberapa perlakuan rasio bobot kering tajuk/akar mengalami kenaikan kecuali pada perlakuan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4. ton/ha abu sekam dan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 0.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam. Pada umur 4 MST rasio bobot kering tajuk/akar menunjukkan rasio tertinggi di perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, hal ini menunjukkan bahwa penyerapan unsur hara optimum digunakan oleh tajuk dibandingkan penyerapan oleh akar. Tanaman yang mempunyai nisbah tajuk/akar yang tinggi dengan produksi biomassa total yang besar pada tanah yang subur secara tidak langsung menunjukkan bahwa akar yang relatif sedikit cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar dalam penyediaan air dan unsur hara (Sitompul dan Guritno, 995).

23 Tabel 7. Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar pada 2, 4 dan 6 MST Umur Tanaman 2 3 4 5 Kontrol 2 MST.35 7.98 4.76 4.46.84 3.75 4 MST 4.44.92 5.9 9.39 4.78 4.80 6 MST 20.52 8.35 5.89 6.88 6.89 2.99 Rata-Rata 5.44 6.08 5.28 3.58 4.50 6.85 Pengaruh Pupuk Organik terhadap Produksi Kolesom Bobot Pucuk Layak Jual Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot pucuk layak jual mengalami penambahan di setiap minggunya, kecuali perlakuan.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam, perlakuan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4. ton/ha abu sekam dan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yang mengalami penurunan bobot di minggu ke-6. pemberian kombinasi pupuk pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 38. kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam di umur 6 MST berpengaruh nyata 34.55% lebih tinggi dibanding perlakuan kontrol dan 79.54% lebih tinggi dibandingkan dengan nilai terendah. Meskipun berdasarkan uji lanjut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tabel 8. Bobot Pucuk Layak Jual pada 2, 4, dan 6 MST Umur Tanaman 2 3 4 5 Kontrol 2 MST 69.46 52.74 56.30 69.56 87.47 52.52 4 MST 30.74 20.98 224.0 0.52 22.06 03.9 6 MST 70.38b 94.0b 08.34b 30.64ab 96.74a 46.22 Total 270.58 267.83 388.74 30.7 406.27 302.65

24 Bobot Basah dan Kering Batang Produksi bobot basah batang (Tabel 9) di umur 6 MST pada perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 0.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam memberikan hasil berpengaruh 73.86% lebih tinggi dibandingkan dengan nilai terendah yaitu perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam. Uji lanjut terhadap produksi bobot basah; akar, daun, dan tajuk serta bobot kering; akar, batang, daun, dan tajuk menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata, namun pada beberapa peubah perlakuan 8.4 ton/ha pupuk kandang + 378 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Tabel 9. Bobot Basah dan Kering Batang pada 2, 4, dan 6 MST Umur Tanaman 2 3 4 5 Kontrol.... Bobot Basah Batang.. 2 MST 25.58 22.9 8.4 22.43 30.28 23.5 4 MST 39.63 44.86 37.90 35.69 44.35 47.44 6 MST 26.75b 26.57b 25.52b 46.5a 45.84a 3.68.... Bobot Kering Batang.. 2 MST 2.56 2.33.84 2.23 2.3 2.86 4 MST 6.33 4.37 3.98 4.3 5.5 4.04 6 MST 3.87 4.4 4.55 5.4 4.30 4.26 Bobot Basah dan Kering Akar Produksi bobot basah akar bertambah pada umur 2 sampai 4 MST di setiap perlakuan kombinasi pupuk organik dan serentak mengalami penurunan di umur 6 MST. Hanya perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 0.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam yang terus bertambah hingga 6 MST. Bobot kering akar yang dihasilkan tidak menunjukkan pola yang sama dengan bobot basah akar, karena kadar air yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah pupuk yang diberikan.

25.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam dan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4. ton/ha abu sekam mengalami penurunan bobot kering akar di umur 6 MST, sedangkan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 0.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam, perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 38. kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam mengalami kenaikan bobot kering akar berturut-turut 47.34, 2.9, dan. %. Tabel 0. Bobot Basah dan Kering Akar pada 2, 4, dan 6 MST Umur Tanaman 2 3 4 5 Kontrol.... Bobot Basah Akar.. 2 MST 2.56 2.33.84 2.23 2.44 2.54 4 MST 4.04 5.5 4.63 3.98 4.38 6.33 6 MST 3.87 4.4 4.04 5.4 4.28 4.26.... Bobot Kering Akar.. 2 MST 0.85 0.60 0.5 0.65 0.88 0.63 4 MST.66 3.00.88 2.05 2.34 2.4 6 MST.63.94 2.77 2.30 2.60 2. Bobot Basah Daun dan Tajuk Bobot basah daun dan tajuk mengalami kenaikan pada minggu ke-4 dan mengalami penurunan pada minggu ke-6. Hanya saja pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 38. kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam bobot basah dan dan tajuk terus bertambah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Produksi total bobot basah daun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 38. kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam, akan tetapi sebenarnya pada perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam memiliki nilai yang mendekati perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano

26 + 5.5 ton/ha abu sekam untuk memproduksi bobot daun sudah dapat menggantikan pemberian pupuk anorganik pada kontrol. Produksi total bobot basah tajuk juga menunjukkan hal yang serupa, bahkan dengan menggunakan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam sudah dapat meningkatkan 6.98% produksi total bobot basah tajuk dibandingkan kontol. Tabel. Bobot Basah Daun dan Tajuk pada 2, 4, dan 6 MST Umur Tanaman 2 3 4 5 Kontrol.... Bobot Basah Daun.. 2 MST 38.42 34.00 48.98 78.70 37. 40.2 4 MST 28.05 229.67 252.9 209.9 266.56 230.42 6 MST 24.9 40.42 66.26 208.89 296.99 205.6 Total 38.38b 404.0b 467.43b 496.78ab 600.66a 476.5.... Bobot Basah Tajuk.. 2 MST 55.4 95.73 09.00 3.8 2.59 94.3 4 MST 460.30 520.80 547.90 464.90 596.50 55.0 6 MST 296.20 343.70 430.40 498.0 702.20 402.00 Total 9.80 960.30 087.30 094.20 50.30 0.40 Bobot Kering Daun dan Tajuk Bobot kering yang dihasilkan umumnya mengalami peningkatan di minggu ke-4 dan ke-6. Hasil tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yaitu sebesar 3.87 % untuk bobot kering akar dan perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 0.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam sebesar 20.65 % untuk bobot kering batang masing-masing pada minggu ke-6. Kenaikan bobot kering daun yang ditunjukkan pada minggu ke-6 tidak terlalu signifikan. Hal ini mendukung penelitian Susanti (2006) bahwa produksi bobot kering daun dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih yang pada penelitian ini menunjukkan penurunan.

27 Tabel 3. Bobot Kering Daun dan Tajuk Umur Tanaman 2 3 4 5 Kontrol.... Bobot Kering Daun.. 2 MST 5.55 4.2 4.96 4.89 6.8 4.78 4 MST 3.9 2.65 4.53.2 4.52 4.94 6 MST.00 3.00 4.65 2.5 5.8 8.05.... Bobot Kering Tajuk.. 2 MST 8.67 6.28 7.52 8.06 9.46 7.52 4 MST 22.5 27.93 29.33 9.20 3.90 3.23 6 MST 32.22 34.79 44.3 38.82 42.72 42.56 Pembahasan Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tumbuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian-bagian (organorgan) tanaman akibat dari pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertumbuhan sel (Sitompul dan Guritno, 995). Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanah yang dapat dipenuhi melalui pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik (kimiawi) ataupun pupuk organik. Penelitian sebelumnya mengenai budidaya kolesom, menggunakan beberapa macam pupuk anorganik dan cara penggunaannya. Pada penelitian ini menggunakan perlakuan kombinasi pupuk organik yang menunjukkan hasil, bahwa pemberian kombinasi pupuk organik memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman, bobot pucuk layak jual, dan bobot basah batang tanaman. Secara keseluruhan pertumbuhan dan produksi kolesom menunjukkan nilai yang lebih baik seiring dengan penambahan dosis kombinasi pupuk organik yang diberikan. Pada tinggi tanaman menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dengan dosis 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 38. kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam menghasilkan tinggi tanaman yang tertinggi dibandingkan

28 dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Penurunan lebar tajuk dialami oleh hampir setiap perlakuan pada umur 6 MST. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan lebar tajuk maksimal terjadi di minggu ke-5. Pada minggu ke-5 mulai adanya pembentukan umbi sehingga terjadi pengalokasian asimilat hara ke bagian tanaman yang berperan sebagai sink (umbi). Laju Asimlasi Bersih berkaitan erat dengan banyaknya jumlah klorofil yang dikandung oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan produk hasil fotosintesis (Loveless, 99). Pada penelitian ini, LAB yang dihasilkan oleh seluruh perlakuan kombinasi pupuk organik cenderung rendah di 2-4 MST. Akan tetapi mengalami peningkatan dan berada di atas kontrol di 4-6 MST. Ini diduga karena faktor dari penyediaan pupuk organik membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menyediakan hara bagi tanaman. Sutanto (2002) menyatakan nitrogen dan unsur hara lain yang dikandung pupuk organk dilepaskan secara perlahanlahan. Penggunaan secara berkesinambungan akan banyak membantu dalam membangun kesuburan tanah, terutama apabila dilaksanakan dalam waktu panjang. Rasio bobot kering tajuk/akar rata-rata mengalami kenaikan pada setiap minggu. Rasio bobot kering tajuk/akar yang tinggi menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman lebih besar kearah tajuk. Pertumbuhan ujung yang baru dirangsang oleh N, merupakan tempat pemanfaatan hasil asimilasi yang lebih kuat dibandingkan dengan akar. Pertumbuhan ujung lebih digalakkan apabila tersedia N dan air yang banyak sedangkan pertumbuhan akar lebih digalakkan apabila faktor-faktor N dan air menjadi terbatas (Gardner et al., 99). Pemanenan destruktif berkala dilakukan pada 2, 4, dan 6 MST. Produksi bobot basah daun pada minggu 4 dan 6 MST dan total bobot basah daun tertinggi dihasilkan oleh perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 38. kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam. Namun sebenarnya pada perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam nilai total bobot basah daun sudah menunjukkan hasil (467.43) yang mendekati kontrol (476.5). Sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan perlakuan kombinasi pupuk 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik (kontrol).