38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Alasan pemilihan lokasi mempertimbangkan beberapa hal antara lain: (1) wilayah tersebut merupakan salah satu sentra produksi dan penyumbang sapi potong, (2) usaha sapi potong merupakan salah satu usaha yang umum dikelola masyarakat, (3) dalam dua tahun terakhir terjadi penurunan jumlah peternak maupun populasi ternak sapi potong yang cukup drastis dan (4) hingga saat ini kompetensi peternak dalam pengelolaan usahaternak sapi potong belum diketahui. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah generalisasi subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan ditetapkan oleh peneliti, dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2000). Berdasarkan penyebaran basis pemeliharaan, generalisasi subyek penelitian dibagi menjadi dua wilayah, yakni: (1) usaha sapi potong berbasis lahan persawahan dan (2) usaha sapi potong berbasis lahan kering. Populasi penelitian pada dua basis pemeliharaan tersebut sebanyak 11.726 jiwa (Disnak Kabupaten Konawe 2008). Berdasarkan karakteristik sistem pengelolaan usaha sapi potong, kedua basis pemeliharaan tersebut pada umumnya memiliki sifat-sifat yang relatif sama di antaranya: (1) pola pemeliharaan ternak bersifat ekstensif, (2) cara pengelolaan (budidaya) berorientasi pada pembibitan dan pembesaran, (3) jenis sapi yang diusahakan adalah sapi bali dan (4) bentuk usahanya adalah cabang usaha atau usaha sambilan. Dengan dasar tersebut, masing-masing wilayah generalisasi dipilih dua kecamatan yang memiliki peternak paling besar dibanding yang lain sebagai representasi pengelolaan usaha sapi potong basis lahan persawahan dan basis lahan kering, sehingga jumlah cluster atau kecamatan yang terpilih sebanyak empat wilayah, tersaji dalam Tabel 1. Selanjutnya dari empat wilayah kecamatan terpilih, masing-masing dipilih dua desa/kelurahan (cluster). Penetapan desa/kelurahan sebagai representasi
39 sistem pengelolaan usaha sapi potong pada dua basis pemeliharaan dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah peternak terbanyak serta jauh-dekatnya aksesibilitas sumber informasi teknologi dibanding yang lain, sehingga jumlah desa/kelurahan terpilih sebanyak delapan dengan rincian masing-masing basis pemeliharaan memiliki dua desa/kelurahan dekat dengan sumber informasi teknologi dan dua desa/kelurahan relatif jauh dari sumber informasi teknologi. Penetapan desa/kelurahan dilakukan di lapangan seperti tersaji pada Gambar 2. Tabel 1 Jumlah peternak dan populasi sapi potong di wilayah kecamatan terpilih Basis lahan sawah Basis lahan kering Kecamatan peternak populasi Kecamatan peternak populasi (jiwa) (ekor) (jiwa) (ekor) Tongauna 1.430 4.872 Sampara 134 1.910 Wawotobi 1.720 3.064 Puriala 734 1.962 Total 3.150 7.936 Total 868 3.872 Sumber: Disnak Kab. Konawe 2008 Langkah berikutnya adalah pengambilan sampel dilakukan pada desa/kelurahan terpilih secara acak dalam batas wilayah administratif desa /kelurahan terpilih, sehingga metode pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Berdasarkan rumus slovin dengan kelonggaran sebesar delapan persen, jumlah sampel penelitian yang representatif sebagai pewakil populasi sebanyak 144 peternak. Dengan kuota yang seimbang, maka sampel penelitian di basis lahan sawah dan lahan kering ditetapkan masingmasing 72 peternak. Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka rancangan penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif korelasional yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menguji hubungan antar variabel-variabel serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian terdiri atas dua variabel antecedent yang diduga berhubungan dengan variabel kompetensi peternak (variabel terikat) dalam pengelolaan usaha sapi potong yakni variabel internal dan variabel ekternal peternak. Selanjutnya dilihat hubungan variabel kompetensi terhadap variabel terikat yakni kinerja
40 peternak. Untuk mengetahui hubungan dilakukan uji statistik dengan pendekatan kuantitatif dan untuk menjelaskan substansi hasil uji statistik digunakan data kualitatif yang diperoleh dari pencatatan lapangan (field notes). Pengelolaan sapi potong basis lahan persawahan Pengelolaan sapi potong basis lahan kering Kec. Tongauna Kec. Wawotobi Kec. Sampara Kec. Puriala Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa. Mekarsari Analahambuti Wawolimbe Ahuawali Anggohu Mario Indah Tabanggele W. Moreme Lokasi pengambilan sampel Gambar 2 Kerangka pengambilan sampel dengan teknik stratified random sampling
41 Data dan Instrumentasi Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data pokok yang diperoleh secara langsung dari sampel penelitian, meliputi: 1) Variabel internal peternak yang terdiri atas umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha, skala usaha, ketersediaan tenaga kerja, motivasi berusaha dan kekosmopolitan. 2) Variabel eksternal peternak yang terdiri atas ketersediaan sarana produksi, layanan penyuluhan, keterlibatan dalam kelompok dan akses kredit. 3) Kompetensi peternak yang terdiri atas variabel kompetensi pengetahuan, sikap, keterampilan dan manajerial. Kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam pengelolaan usaha sapi potong mencakup aspek teknologi: pemilihan bibit, perkandangan, pemberian pakan, penanganan kesehatan ternak, perkawinan ternak dan pemasaran hasil ternak. Sedangkan kompetensi manajerial meliputi aspek kompetensi perencanaan dan evaluasi usahaternak. 4) Kinerja peternak meliputi aspek produktivitas usahaternak dan keuntungan yang diperoleh dalam berusaha sapi potong. Data sekunder adalah data pelengkap berupa keadaan umum daerah penelitian seperti keadaan geografis, iklim, kependudukan, mata pencaharian penduduk pedesaan dan angkatan kerja. Instrumentasi Instrumen atau alat ukur merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian, karena dengan instrumen yang baik akan diperoleh data serta informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Instrumen penelitian dikembangkan menjadi empat bagian. Bagian pertama berisikan pertanyaan menyangkut aspek variabel internal peternak, bagian kedua berisikan pertanyaan tentang variabel eksternal, bagian ketiga berisikan pernyataan yang berhubungan dengan kompetensi peternak dalam mengelola usaha sapi potong dan bagian keempat berisikan pertanyaan tentang kinerja peternak dalam pengelolaan usaha sapi potong.
42 Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah Menurut Kerlinger (2004) definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel. Kemungkinan lain definisi operasional adalah suatu spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasikannya. Oleh karena itu definisi operasional dan pengukuran variabel adalah panduan yang berisi petunjuk bagi peneliti atau peneliti lain dalam melakukan pengukuran serta replikasi dengan cara yang sama atau mencoba untuk mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik. Dalam penelitian ini definisi operasional dari variabelvariabel yang diteliti adalah sebagai berikut: Variabel internal peternak 1. Umur adalah lamanya (tahun) hidup responden, diukur sejak responden dilahirkan sampai dengan wawancara dilakukan menggunakan skala rasio, kemudian data dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu usia produktif dan usia lanjut. 2. Pendidikan formal adalah lamanya (tahun) responden mengenyam pendidikan formal, diukur berdasarkan lamanya responden menempuh pendidikan sekolah hingga wawancara dilakukan menggunakan skala rasio, kemudian data pendidikan dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu pendidikan rendah dan menengah. 3. Pengalaman berusaha adalah lamanya (tahun) responden beternak sapi potong, diukur sejak mulai memelihara sapi potong sampai wawancara dilakukan, diukur menggunakan skala rasio, kemudian data dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu pengalaman rendah dan tinggi. 4. Skala usaha adalah jumlah ternak sapi yang dipelihara dalam satuan ternak (ST), diukur berdasarkan jumlah kepemilikan satuan ternak (setara ternak dewasa) pada saat wawancara dilakukan menggunakan skala rasio, kemudian data dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu skala rendah dan tinggi. 5. Ketersediaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga (orang) dalam keluarga yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha sapi potong, diukur berdasarkan jumlah orang yang terlibat dalam mengelolan usaha sapi potong menggunakan
43 skala rasio, kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu ketersediaan tenaga kerja rendah dan tinggi. 6. Motivasi berusaha adalah dorongan untuk mengembangkan kompetensi berusaha berupa: tingkat keinginan peternak belajar mandiri dari berbagai sumber informasi (radio, televisi, koran, majalah, buku dan lokasi percontohan), tingkat keinginan peternak mengetahui program atau informasi yang terkait dengan usaha meningkatkan produktivitas, tingkat keinginan peternak melakukan uji coba inovasi secara individu maupun berkelompok dan tingkat kepuasan peternak terhadap insentif yang diterima dari usahanya. Diukur menggunakan skala ordinal lalu dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu rendah dan tinggi. 7. Kekosmopolitan adalah tingkat keterbukaan peternak terhadap informasi, melalui hubungan mereka dengan berbagai sumber informasi berupa keaktifan mencari informasi dan bepergian keluar desa dalam rangka mengembangkan kompetensi berusaha. Diukur menggunakan skala ordinal lalu dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Pengukuran variabel dilakukan dengan cara mengukur sejumlah parameter yang terdapat pada masing-masing indikator. Variabel, indikator dan parameter internal peternak sapi potong yang diukur tersaji dalam Lampiran 2. Variabel eksternal peternak 1. Ketersediaan sarana produksi adalah kelengkapan sarana produksi seperti sumber hijauan pakan, konsentrat, obat-obatan, fasilitas inseminasi buatan dan pelayanan kesehatan ternak, diukur berdasarkan tingkat ketersediaan dan cara memperolehnya dengan menggunakan skala ordinal lalu dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. 2. Layanan penyuluhan adalah tingkat interaksi peternak dengan penyuluh dalam sebulan dan kesesuaian materi penyuluhan yang diberikan dengan usaha yang digeluti. Diukur menggunakan skala ordinal, lalu dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. 3. Keterlibatan dalam kelompok adalah tingkat partisipasi peternak dalam pertemuan atau kegiatan-kegiatan kelompok yang diikuti dalam sebulan.
44 Diukur menggunakan skala ordinal, lalu dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. 4. Akses kredit adalah tingkat pemanfaatan layanan kredit usaha dan kemudahan mengaksesnya dari berbagai sumber permodalan dalam setahun. Diukur menggunakan skala ordinal, lalu dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. Pengukuran variabel dilakukan dengan cara mengukur sejumlah parameter pada masing-masing indikator. Variabel, indikator dan parameter eksternal peternak sapi potong tersaji dalam Lampiran 3. Kompetensi peternak 1. Kompetensi pengetahuan adalah kemampuan mengingat materi atau paket teknologi yang telah dipelajari peternak dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan usaha sapi potong, seperti teknologi: pemilihan bibit, perkandangan, pemberian pakan, penanganan kesehatan ternak, perkawinan dan pemasaran hasil ternak. Diukur menggunakan skala ordinal, lalu dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. 2. Kompetensi sikap adalah kecenderungan perilaku evaluatif peternak yang bersifat tetap dan konsisten dalam menerima paket teknologi anjuran pengelolaan usaha sapi potong yang meliputi: pemilihan bibit, perkandangan, pemberian pakan, penanganan kesehatan, perkawinan dan pemasaran hasil ternak. Diukur menggunakan skala ordinal, lalu dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. 3. Kompetensi keterampilan adalah kemampuan peternak melakukan atau mengadopsi paket teknologi pengelolaan usaha sapi potong yang meliputi: pemilihan bibit, perkandangan, pemberian pakan, penanganan kesehatan, perkawinan dan pemasaran hasil ternak. Diukur menggunakan skala ordinal, lalu dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. 4. Kompetensi manajerial adalah kemampuan peternak melakukan manajemen usaha sesuai dengan kaidah-kaidah manajemen profesional yang dinilai dari aspek: kemampuan melakukan perencanaan usaha dan kemampuan melakukan
45 evaluasi usaha. Diukur menggunakan skala ordinal, lalu dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. Pengukuran variabel dilakukan dengan cara mengukur sejumlah parameter pada masing-masing indikator. Variabel, indikator dan parameter kompetensi peternak sapi potong tersaji dalam Lampiran 4. Kinerja Peternak Kinerja peternak adalah hasil kerja atau keberhasilan usaha ternak menghasilkan produk-produk yang berkualitas sehingga diterima konsumen dan mampu memberikan keuntungan yang maksimal kepada peternak. Kinerja peternak diukur berdasarkan tingkat pencapaian produktivitas usahaternak serta keuntungan yang diperoleh. Kinerja peternak diukur dengan menggunakan skala ordinal, lalu dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. Pengukuran variabel dilakukan dengan cara mengukur sejumlah parameter pada masing-masing indikator. Variabel, indikator dan parameter kinerja peternak sapi potong tersaji dalam Lampiran 5. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan untuk menjamin mutu seluruh proses pengumpulan data sejak konsep disiapkan sampai kepada data siap dianalisis. Proses tersebut akan membantu peneliti dalam memberikan kesimpulan ataupun dalam memberi alasan terhadap hubungan-hubungan antar variabel. Dalam penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan cara sebagai berikut: Uji Validitas (Validity test) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Uji validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana instrumen yang digunakan dapat merekam/mengukur apa yang dimaksudkan/diamati dari masingmasing peubah, sesuai dengan isi, kontruksi dan kriterianya (Suryabrata 2006). Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas apabila hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan atau dapat diterapkan pada kelompok atau lingkungan lain. Penelitian ini menggunakan teknik validasi konstruk (construct validity), dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mendefinisikan secara
46 operasional konsep yang diukur, (2) melakukan uji coba koesioner pada 16 responden yang memiliki karakteristik relatif sama dengan calon responden penelitian, (3) menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dan skor total dengan memakai rumus product moment correlations Pearson, (4) membandingkan r-hitung dengan r-tabel. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf nyata 0,05, berarti instrumen yang dibuat memenuhi kriteria validitas dengan hasil sebagai berikut. Tabel 2 Hasil uji validitas instrumen yang digunakan Butir-butir Nilai Hitung r Nilai Tabel r Keterangan Motivasi berusaha 0,4985 0,497 valid Sifat kekosmopolitan 0,8235 0,497 valid Ketersediaan sarana produksi 0,6308 0,497 valid Layanan penyuluhan 0,7410 0,497 valid Keterlibatan dalam kelompok 0,8460 0,497 valid Akses kredit usaha 0,6119 0,497 valid Kompetensi pengetahuan 0,5589 0,497 valid Kompetensi sikap 0,8887 0,497 valid Kompetensi keterampilan 0,5938 0,497 valid Kompetensi manajerial 0,5734 0,497 valid Kinerja peternak 0,6082 0,497 valid Uji Reliabilitas (Reliability test) Uji reliabilitas adalah uji instrumen berupa indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dapat konsisten apabila dilakukan oleh orang lain. Bila suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel. Pengujian reliabilitas, alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah uji reliabiliti teknik belah dua (Split Half) (Ancok diacu oleh Singarimbun & Effendi 2006). Data dari hasil uji coba dihitung dengan membagi belahan skor menjadi dua. Belahan pertama adalah butir-butir jawaban pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner yang bernomor ganjil, sedangkan belahan kedua adalah butir-butir jawaban pertanyaan atau pernyataan yang bernomor genap. Skor total kedua belahan dikorelasikan dengan teknik product moment correlations Pearson. Kemudian nilai korelasi yang diperoleh (r), dikorelasikan kembali untuk mencari nilai korelasi keseluruhan dengan menggunakan rumus:
47 r tot = 2 (r. tt) 1 + r. tt Keterangan: r tot = Angka reliabilitas keseluruhan item r.tt = Angka korelasi kedua belahan. Nilai r tot yang diperoleh dibandingkan dengan nilai r dalam tabel korelasi, apabila nilai r tot lebih besar dari nilai r dalam tabel, maka instrumen dinyatakan reliabel, sedangkan apabila lebih kecil dari nilai r tabel, maka diperlukan perbaikan instrumen yang dipakai dengan hasil uji reliabilitas tersaji sebagai berikut. Tabel 3 Hasil uji reliabilitas instrumen yang digunakan Butir-butir Nilai hitung r Nilai tabel r Keterangan Motivasi berusaha 0,5426 0,497 reliabel Sifat kekosmopolitan 0,7900 0,497 reliabel Ketersediaan sarana produksi 0,7719 0,497 reliabel Layanan penyuluhan 0,7768 0,497 reliabel Keterlibatan dalam kelompok 0,8593 0,497 reliabel Akses kredit usaha 0,6368 0,497 reliabel Kompetensi pengetahuan 0,5691 0,497 reliabel Kompetensi sikap 0,6103 0,497 reliabel Kompetensi keterampilan 0,6217 0,497 reliabel Kompetensi manajerial 0,7080 0,497 reliabel Kinerja peternak 0,8364 0,497 reliabel Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian karena validasi data dapat ditingkatkan jika kualitas pengambilan datanya juga cukup valid. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data digunakan prosedur yang sistematis dan standar untuk pengadaan data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data primer atau data pokok dilakukan dengan menggunakan metode angket (kuesioner) yang dikirim secara tidak langsung kepada responden melalui tenaga enumerator. Pengumpulan data dilakukan atas panduan pertanyaan dan pernyataan yang terdapat dalam kuesioner. Data sekunder adalah data pelengkap yang dikumpulkan dengan cara mencatat segala informasi yang relevan dengan penelitian dengan mendatangi
48 sumber informasi yakni kantor pemerintahan daerah (dinas lingkup pertanian dan kantor statistik). Analisis Data Data yang terkumpul diolah melalui tahapan editing, coding dan tabulasi masing-masing pengukuran yang diperoleh. Setelah keseluruhan data ditabulasi, dilakukan analisis sebagai berikut : 1. Analisis statistik deskriptif berupa frekuensi, sebaran populasi, persentil, rataan skor, total rataan skor, median dan tabulasi silang, untuk mendeskripsikan variabel-variabel internal dan eksternal peternak dalam pengelolaan usaha sapi potong di basis lahan persawahan dan lahan kering. 2. Kemudian dilakukan uji statistik inferensia, berupa uji korelasi rank Spearman (r s ) yakni menganalisis hubungan variabel independen terhadap variabel dependen dengan rumus: r s = 1 6 Ʃ d i N (N 2 1) Keterangan: r s = koefiesien korelasi rank Spearman d i = perbedaan antara kedua ranking N = banyaknya sampel 3. Uji signifikansi untuk menguji hipotesis penelitian pada taraf α = 0,05 atau α = 0,01 (Siegel 1997) Untuk memudahkan pengolahan data digunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Science) versi 15.