Sekitar Kejurusitaan

dokumen-dokumen yang mirip
Tahap pemanggilan para pihak. 1. Aturan umum

Pengadilan Tinggi Agama Mataram, halaman Sarwohadi,SH.,MH. dkk, Sekitar Kejurusitaan Bimbingan Teknis Jurusita/Jurusita Pengganti Wilayah

MAKALAH : PEMBAHASAN :

SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram )

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JURUSITA / JURUSITA PENGGANTI. pejabat pengandilan yang di tugaskan melakukan penggilan-panggilan dan

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

Pengadilan Agama Atambua MAHKAMAH AGUNG RI

W23-A6/ 7.a /OT.01.3/I/ SOP Pemanggilan Kepada Para Pihak. Tanggal Pembuatan 03 Januari 2017 Tanggal Revisi -

TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PEMANGGILAN Oleh : Dr. Hj. Djazimah Muqoddas, SH.,M.Hum

FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Persiapan Sidang

P U T U S A N Nomor 21/Pdt.G/2011/PTA.Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

K E J U R U S I T A A N Oleh: Drs. H. MASRUM M NOOR, M.H (Hakim Tinggi PTA Banten)

P U T U S A N Nomor 0560/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. Agama yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Berdasarkan hasil. 1. Menurut Hukum Islam, Pengertian Itsbat Nikah ini berasal dari bahasa

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama; Pajak jo Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008; MEMUTUSKAN

MEMUTUSKAN. Menetapkan

E K S E K U S I Bagian I Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya

PUTUSAN. /Pdt.G/2013/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEJURUSITAAN PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

P U T U S A N Nomor 000/Pdt.G/2015/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA

STANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Dra. Hj. Ernida Basry, M.H NIP PANITERA Judul SOP Persiapan Sidang

UPAYA HUKUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon banding:

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

SALINAN PUTUSAN Nomor :18/Pdt.G/2011/PA.NTN. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA LAMONGAN Nomor : W13-A17/4967/KU.03.2/SK/X/2016 TENTANG

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N

PENGADILAN AGAMA SINJAI Jl. Jenderal Sudirman No. 5, Telp. (0482) 21054, Fax SINJAI 92651

P U T U S A N Nomor 6/Pdt.G/2013/PTA. Plk. Bismillahir Rahmanir Rahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Cerai Gugat: Verstek, Tergugat meninggalkan Penggugat 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

BAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0400/Pdt.G/2010/PA.Bn

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

P U T U S A N Nomor : 06/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ; PENGGUGAT ; MELAWAN

Nomor: 0177/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

antara pihak-pihak :

P U T U S A N. Nomor : 87/Pdt.G/2009/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGGUGAT/ KUASANYA. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim, dan Panitera menunjuk Panitera Pengganti. Kepaniteraan

TENTANG DUDUK PERKARANYA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN. Nomor : 0094/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

E K S E K U S I Bagian II Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya

P U T U S A N. Nomor 420/Pdt.G/2014/PA.Ppg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 015/Pdt.G/2014/PA.Mtk

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

P U T U S A N. /Pdt.G/2014/PA.Ppg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN

PUTUSAN. Nomor 0761/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm

P U T U S A N Nomor 0328/Pdt.G/2014/PA.PKP. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 600/Pdt.G/2010/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0507/Pdt.G/2011/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 39/Pdt.G/2012/PA.Ntn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

Cerai Gugat: Verstek. Tergugat meninggalkan Penggugat 2 tahun 2 bulan

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN /Pdt.G/2013/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor 0674/Pdt.G/2013/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

BAB VII PERADILAN PAJAK

P U T U S A N. Salinan. Nomor: 0339/Pdt.G/2011/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

SALINAN PUTUSAN Nomor : 126/Pdt.G/2013/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

P E N E T A P A N. Nomor : XXX/Pdt.G/2011/PA.Ktb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

TEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG

PUTUSAN Nomor 0157/ Pdt.G/ 2014/ PA. Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim

P U T U S A N Nomor : 0328/Pdt.G/2012/PA.SKH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

CARA PENYELESAIAN ACARA VERSTEK DAN PENYELESAIAN VERZET

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PANJAR BIAYA PERKARA PADA PENGADILAN AGAMA MAKASSAR

P U T U S A N Nomor 153/Pdt.G/2014/PA.Mtk

PUTUSAN /Pdt.G/2013/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 214/Pdt.G/2013/PA.Dum

FINAL BUKU JURNAL KEUANGAN PERKARA PERDATA TINGKAT PERTAMA. Nomor Perkara : Pemohon : JUMLAH KETERANGAN NOMOR TANGGAL URAIAN

Transkripsi:

Sekitar Kejurusitaan (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Juru Sita Juru sita adalah salah satu pejabat yang bertugas di pengadilan agama, selain hakim, panitera dan pejabat lainnya. Pada setiap pengadilan agama ditetapkan adanya juru sita dan juru sita pengganti (Pasal 38 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009). Sebelum memangku jabatannya, juru sita dan juru sita pengganti diambil sumpahnya menurut agama Islam oleh ketua pengadilan agama (Pasal 41 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009). Tugas juru sita dan juru sita pengganti sangat berkaitan erat dengan administrasi persidangan dan penyelesaian perkara. Pekerjaan juru sita dan juru sita pengganti diawali sejak masuknya atau diterimanya perkara di pengadilan agama sampai pelaksanaan (eksekusi) putusan hakim. Seorang juru sita dan juru sita pengganti berkedudukan sebagai pejabat umum yang dingkat atas usul ketua pengadilan agama. Juru sita dan juru sita pengganti termasuk pejabat fungsional di pengadilan agama karena tugasnya sesuai fungsinya membantu tugas-tugas administrasi pengadilan dan bagian dari fungsi pengadilan yang bertanggung jawab kepada panitera.

2 Salah satu tugasnya antara lain memanggil para pihak dengan cara yang sah dan patut. Agar panggilannya sah dan patut ia harus pandai mengatur waktu pemanggilan dengan jeda waktu persidangan, disamping itu ia harus pandai bergaul karena tugasnya menghubungi media massa tempat panggilan dimuat, menghubungi lurah/ kepala desa tempat pihak yang dipanggil ketika tidak bertemu dengan yang bersangkutan. Pandai melobi, berkoordinasi dengan petugas keamanan. Disamping itu masih banyak tugastugas lain yang harus dilaksanakan oleh juru sita dan juru sita pengganti antara lain melaksanakan perintah penyitaan, eksekusi dan lelang. B. Tugas Juru sita 1. Tugas-tugas juru sita dan juru sita pengganti terdapat dalam beberapa peraturan perundang-undangan antara lain sebagai berikut : a. Berdasarkan pasal 103 dan pasal 104 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 juru sita bertugas sebagai berikut : 1) Melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh ketua sidang. 2) Menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran, dan pemberitahuan penetapan atau putusan pengadilan menurut cara-cara berdasarkan ketentuan undang-undang. 3) Melakukan penyitaan atas perintah ketua pengadilan. 4) Membuat berita acara penyitaan, yang salinan resminya diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

3 5) Juru sita berwenang melakukan tugasnya di daerah hukum pengadilan yang bersangkutan. b. Berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/055/SK/X/1996 Tentang Tugas Dan Tanggung Jawab Serta Tata Kerja Juru Sita Pada Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Agama pasal 5, juru sita juga mempunyai tugas untuk melakukan pemanggilan, melakukan tugas pelaksanaan putusan pengadilan yang dipimpin oleh ketua pengadilan, membuat berita acara pelaksanaan putusan yang salinan resminya di sampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, melakukan penawaran pembayaran uang, serta membuat berita acara penawaran pembayaran uang dengan menyebutkan jumlah dan uraian jenis mata uang yang di tawarkan. c. Berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/055/SK/X/1996 pasal 8 telah mengatur tanggung jawab juru sita sebagai berikut : 1) Dalam hal ditunjuk melakukan eksekusi, juru sita atau juru sita pengganti bertanggung jawab kepada ketua pengadilan. 2) Dalam melaksanakan perintah pemanggilan atau penyampaian pengumuman, teguran, protes-protes dan pemberitahuan juru sita atau juru sita pengganti bertanggung jawab kepada ketua pengadilan atau ketua sidang. 3) Dalam hal melakukan sita, juru sita atau juru sita pengganti bertanggung jawab kepada ketua pengadilan atau ketua sidang.

4 d. Berdasarkan ketentuan HIR/R.Bg juru sita bertugas sebagai berikut : 1) Pasal 388 (1) HIR/ 716 (1) R.Bg Semua juru sita dan suruhan yang dipekerjakan pada majelis penyidik dan pegawai umum pemerintah mempunyai hak yang sama dan diwajibkan untuk menjalankan panggilan, pemberitahuan dan semua surat juru sita yang lain, juga menjalankan perintah hakim dan keputusan-keputusan. 2) Pasal 388 (2) HIR/ 716 (2) R.Bg Jika tidak ada orang yang demikian, maka ketua majelis pengadilan, yang dalam daerah hukumnya surat juru sita itu harus dijalankan, harus mempunyai seorang yang cakap dan dapat di percaya untuk mempekerjakannya. 3) Pasal 390 (1) HIR/ 718 (1) R.Bg Tiap-tiap surat juru sita, kecuali yang akan disebut di bawah ini, harus disampaikan pada orang yang bersangkutan sendiri di tempat diamnya atau di tempat tinggalnya dan, jika tidak di jumpai disitu, kepada kepala desanya atau lurah Bangsa Tionghoa diwajibkan dengan segera memberitahukan surat juru sita itu pada orang itu sendiri. Dalam terakhir ini tidak perlu pernyataan menurut hukum.

5 4) Pasal 390 (2) HIR/ 718 (2) R.Bg Jika orang itu sudah meninggal dunia, maka surat juru sita itu disampaikan pada ahli warisnya, jika ahli warisnya tidak dikenal maka disampaikan pada kepala desa ditempat tinggal terakhir dari orang yang meninggal dunia itu di Indonesia, mereka berlaku menurut aturan yang disebut di atas ini. Jika orang yang meninggal dunia itu masuk golongan orang asing maka surat juru sita itu diberitahukan dengan surat tercatat pada balai harta peninggalan. 5) Pasal 390 (3) HIR/ 718 (3) R.Bg Tentang orang-orang yang tidak diketahui tempat diam atau tinggalnya dan tentang orang-orang yang tidak dikenal, maka surat juru sita itu disampaikan pada bupati yang dalam daerahnya terletak tempat tinggal tergugat dan dalam perkara pidana, yang dalam daerahnya hakim yang berhak berkedudukan, bupati itu melakukan surat juru sita itu dengan menempelkannya pada pintu umum kamar persidangan dari hakim yang berhak itu. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan juru sita atau juru sita pengganti bertugas sebagai berikut : - Menyampaikan panggilan, pengumuman-pengumuman, teguran-teguran dan pemberitahuan penetapan atau putusan. - Melakukan penyitaan dan membuat berita acara.

6 - Melakukan pelaksanaan putusan (eksekusi) dan membuat berita acara eksekusi. - Melakukan penawaran pembayaran uang. 2. Tugas pemanggilan Pemanggilan atau panggilan, berdasarkan atas perintah ketua pengadilan atau ketua sidang, juru sita bertugas menyampaikan panggilan kepada para pihak atau disampaikan kepada yang berkepentingan untuk menghadiri sidang di pengadilan, tugas juru sita menyampaikan pemanggilan ini termasuk menyampaikan pemberitahuan kepada para pihak atau pihak yang berkepentingan antara lain: a. Pemberitahuan putusan PTA dan MA. b. Pemberitahuan pernyataan banding kepada terbanding. c. Pemberitahuan memori banding dan kontra memori banding. d. Pemberitahuan pernyataan kasasi kepada termohon kasasi. e. Pemberitahuan memori kasasi dan kontra memori kasasi. f. Pemberitahuan pernyataan PK. g. Pemberitahuan memori PK dan kontra memori PK. Pemanggilan para pihak atau yang berkepentingan untuk hadir menghadap di persidangan hanya juru sita atau juru sita pengganti yang berwenang untuk melaksanakan pemanggilan, atas perintah ketua siding. Hal tersebut dijelaskan pada Pasal 103 (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009

7 jo. Keputusan Ketua MA RI No. KMA/055/SK/X/1996. Sedangkan cara pemanggilan dilakukan oleh juru sita atau juru sita pengganti dengan sah dan patut. 3. Melaksanakan tugas pemanggilan secara sah artinya sebagai berikut : Pemanggilan harus diserahkan kepada orang yang bersangkutan sendiri ditempat diamnya atau tempat tinggalnya dan bila yang bersangkutan tidak dijumpai maka panggilan diserahkan melalui kepala desa dengan perintah agar kepala desa segera menyerahkan kepada yang bersangkutan (pasal 390 (1) HIR/ 718 (1) R.Bg). Jika tergugat tidak diketahui alamatnya maka surat panggilan disampaikan kepada bupati dengan jalan menempelkanya pada pintu umum ruang persidangan pengadilan agama, (pasal 390 (3) HIR/ 718 (3) R.Bg). 4. Melaksanakan tugas pemanggilan secara patut artinya sebagai berikut : Pemanggilan dilaksanakan sesuai ketentuan undang-undang, yakni pemanggilan dilaksanakan oleh juru sita ditempat kediaman pihak yang dipanggil (bukan tempat yang lain) dengan memperhatikan tenggang waktu tidak boleh kurang dari 3 hari kerja dengan hari sidang (pasal 122 HIR/146 R.Bg) dan pasal 26 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975. 5. Cara pemanggilan terhadap orang yang diketahui alamatnya sebagai berikut : Juru sita harus menyampaikan panggilan kepada orang yang bersangkutan di tempat kediamannya atau tempat tinggalnya kecuali jika orang tersebut

8 menugaskan kepada kuasanya maka panggilan diserahkan kepada kuasanya. Jika tidak bertemu maka pangilan diserahkan kepada kepala desanya, yang segera memberitahukan panggilan tersebut kepada orang itu sendiri. (Pasal 390 (1) HIR/ 718 (1) R.Bg). 6. Maksud tempat tinggal, kediaman/domisili adalah sebagai berikut : a. Pasal 17 KUH Perdata : Setiap orang dianggap mempunyai tempat tinggalnya, dimana ia menempatkan pusat kediamannya, dalam hal tak adanya tempat tinggal yang demikian, maka tempat kediaman sewajarnya dianggap sebagai tempat tinggal. Bagaimana jika seseorang menunjuk dengan beralamat? Alamat tidak mempunyai kepastian karena seseorang bisa menunjuk alamat (addres) lebih dari satu tempat sehingga dapat berpindah-pindah tidak ada kepastian. b. Pasal 18 KUH Perdata : Perpindahan tempat tinggal dilakukan dengan memindahkan rumah kediamannya ke tempat lain, ditambahkan pada maksud akan menempatkan pusat kediamannya di tempat lain itu. Bagaimana jika seseorang mempunyai tempat tinggal lebih dari satu?

9 Hal tersebut dapat dilihat mana yang lebih menjadi pusat kediamannya seharihari terutama dalam kegiatan kemasyarakatannya. Bagaimana jika seseorang menyatakan pindah tempat tinggalnya dari satu tempat tinggal satu ketempat tinggal yang lain? Hal tersebut dapat dilihat dari bukti apakah yang bersangkutan telah memberitahukan kepada kepala desa/lurah. c. Pasal 19 KUH Perdata : Maksud itu dibuktikan dengan menyampaikan suatu pemberitahuan kepada kepala pemerintah, baik ditempat yang ditinggalkanya maupun ditempat kemana rumah kediamannya itu dipindahkannya, dalam hal tak adanya pemberitahuan bukti tentang adanya maksud itu akan disimpulkan dari keadaan. d. Pasal 20 KUH Perdata : Mereka yang ditugaskan pada jabatan-jabatan umum, dianggap mempunyai tempat tinggal, dimana mereka menunaikan jabatan-jabatan itu. Mana yang lebih utama domisili rumah atau tempat tugas? Jika seseorang mempunyai domisili rumah dan tempat tugas maka domisili rumah yang lebih utama, sedangkan domisili tempat tugas hanya dapat dipergunakan bilamana seseorang domisilinya jauh dan kenyataannya orang tersebut baik siang malam tinggal di tempat tugasnya.

10 e. Pasal 21 KUH Perdata : Seorang perempuan bersuami, dan tidak berpisah meja dan ranjang, tak mempunyai tempat tinggal yang lain, melainkan tempat tinggal suaminya, anak-anak belum dewasa mengikuti tempat tinggal salah satu dari kedua orang tua mereka, atau tempat tinggal wali mereka, orang-orang dewasa yang ditaruh di bawah pengampuan, mengikuti tempat tinggal pengampu mereka. Bagaimana dengan seorang suami yang tidak mempunyai tempat tinggal lain kecuali ia bertempat tinggal ditempat tinggal istrinya? Suami yang demikian domisilinya di tempat tinggal istrinya. f. Pasal 22 KUH Perdata : Dengan tak mengurangi ketentuan dalam pasal yang lalu, para pekerja buruh mempunyai tempat tinggal di rumah majikan mereka, jika mereka ikut diam dalam rumah kediaman si majikan. Bagaimana dengan domisili seorang pembantu rumah tangga? Seorang pembantu rumah tangga domisilinya di rumah majikannya. g. Pasal 23 KUH Perdata : Rumah kematian seorang yang telah meninggal dunia, dianggap terletak dimana si meninggal mempunyai tempat tinggalnya terakhir.

11 Bagaimana cara menentukan kewenangan relatif bagi pengadilan agama apakah tempat pewaris meninggal dunia di tempat pewaris domisili atau tempat pewaris dimakamkan? Untuk menentukan kewenangan relatif pengadilan agama terhadap pewaris dimana akan diajukan gugatan waris ada dimana pewaris meninggal mempunyai tempat tinggalnya yang terakhir, jadi bukan di mana tempat ia meninggal atau bukan di mana ia dimakamkan. 7. Cara pemanggilan terhadap orang yang tidak bertemu langsung : Menurut ketentuan Pasal 390 (I) HIR/718 (I) RBG : Tiap-tiap surat juru sita, kecuali yang akan disebut di bawah ini, harus disampaikan pada orang yang bersangkutan sendiri di tempat diamnya atau tempat tinggalnya dan jika tidak dijumpai disitu, kepada kepala desanya atau lurah Bangsa Tionghoa yang diwajibkan dengan segera memberitahukan surat juru sita itu pada orang itu sendiri, dalam hal terakhir ini tidak perlu pernyataan menurut hukum. Pemanggilan terhadap orang yang tidak dapat bertemu langsung maka juru sita harus menyerahkan surat panggilan tersebut kepada kepala desa/lurah dengan perintah agar kepala desa/lurah segera menyerahkan kepada yang bersangkutan. Bagaimana jika tempat tinggal atau kantor kepala desa/lurah jauh dengan orang yang dipanggil, apakah boleh diserahkan kepada RT/RW?

12 Panggilan harus melalui kepala desa/lurah sesuai peraturan yang berlaku sedangkan melalui RT/RW atau yang lain tidak mengatur demikian. 8. Cara pemanggilan di luar yurisdiksi pengadilan agama atau berada di luar wilayah pengadilan agama lain : Jika pihak atau seseorang yang akan dipanggil berada di luar yurisdiksi relatif, maka pemanggilan dilakukan berdasarkan pasal 5 RV. Yaitu pengadilan agama yang menyidangkan perkara a quo minta bantuan pemanggilan kepada pengadilan agama yang mewilayahi orang yang akan dipanggil tersebut yang demikian disebut tabayun atau minta bantuan pemanggilan. Bagaimana jika juru sita yang berada di wilayah pengadilan agama yang menyidangkan perkara langsung saja melakukan pemanggilan pada wilayah hukum pengadilan agama yang akan dipanggil berada? Pemanggilan yang demikian itu disebut pelanggaran batas wewenang dan akibatnya pemanggilan dinyatakan tidak sah. 9. Cara pemanggilan terhadap orang yang tidak diketahui alamatnya : Menurut ketentuan Pasal 390 (3) HIR/ 718 (3) R.Bg : Tentang orang-orang yang tidak diketahui tempat diam atau tinggalnya dan orang-orang yang tidak dikenal, maka surat juru sita itu disampaikan kepada bupati, yang dalam daerahnya terletak tempat tinggal penggugat dan dalam perkara pidana, yang dalam daerahnya hakim yang berhak berkedudukan bupati

13 itu memaklumkan surat juru sita itu dengan menempelkannya pada pintu umum kamar persidangan dari hakim yang berhak itu. Dalam perkara perceraian, pemanggilan terhadap tergugat yang tidak diketahui alamatnya telah diatur secara khusus oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 27 sebagai berikut: a. Panggilan dilakukan dengan cara menempelkan gugatan pada papan pengumuman di pengadilan dan mengumumkannya melalui satu atau beberapa surat kabar atau media massa lain yang ditetapkan oleh pengadilan. b. Pengumuman melalui surat kabar atau surat-surat kabar atau mass media, tersebut ayat (1) dilakukan sebanyak dua kali dengan tenggang waktu satu bulan antara pengumuman pertama dan kedua. c. Tenggang waktu antara panggilan terakhir sebagai dimaksud ayat 2 dengan persidangan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 bulan. Dalam praktek di pengadilan agama : Panggilan dan gugatan ditempelkan pada papan pengumuman di pengadilan agama, dan bersamaan itu melalui surat kabar atau mass media lainnya dua kali dengan tenggang waktu satu bulan antara pengumuman pertama dengan pengumuman kedua, sedang pelaksanaan untuk sidang pertamanya setidaktidaknya 3 bulan dari pemanggilan kedua. Contoh : Penggugat mengajukan gugatan tanggal 2 Januari 2013, kemudian ketua pengadilan agama menetapkan

14 PMH tanggal 3 Januari 2013, selanjutnya Ketua Majelis menentukan PHS tanggal 5 Januari 2013. Sidang pertama baru akan dilaksanakan setidak-tidaknya tanggal 12 Mei 2013 jadi dengan asumsi juru sita menempelkan panggilan melalui papan pengumuman pada tanggal 8 Januari 2013 kemudian panggilan kedua pada tanggal 9 Januari 2013, sehingga dapat memenuhi maksud pasal tersebut yakni : a. Pemanggilan sebanyak dua kali b. Tenggang waktu panggilan pertama dengan panggilan kedua satu bulan. c. Sidang pertama jarak pemanggilan kedua dengan waktu sidang lebih dari tiga bulan. Bagaimana jika pada sidang pertama tergugat tidak hadir? Hakim dapat memutus perkaranya dengan verstek sesuai pasal 125 HIR/ 149 R.Bg. Atau memanggil sekali lagi untuk memberi kesempatan tergugat, hal ini sesuai pasal 126 HIR/ 150 R.Bg. Bagaimana cara pemanggilan yang kedua yang disebabkan tergugat pada sidang pertama itu tidak hadir? Pemanggilan menggunakan cara-cara yang umum artinya tidak dengan cara yang khusus. Jadi juru sita memanggilnya dengan cara sesuai ketentuan pasal 390 (3) HIR/ 718 (3) R.Bg. Juru sita menyampaikan surat panggilan kepada bupati/walikota yang di daerahnya terletak tempat tinggal penggugat, selanjutnya surat juru sita itu ditempelkannya pada papan pintu umum kamar persidangan.

15 10. Pemanggilan dalam perkara perceraian, tergugat yang beralamat di luar negeri : Pemanggilan terhadap tergugat diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan sebagai berikut : a. Pasal 20 ayat (3) Dalam hal tergugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan perceraian diajukan kepada pengadilan ditempat kediaman penggugat, ketua pengadilan menyampaikan permohonan tersebut kepada tergugat melalui perwakilan republik Indonesia setempat. b. Pasal 28 Apabila tergugat berada dalam keadaaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (3), panggilan disampaikan melalui perwakilam republik Indonesia setempat. c. Pasal 29 ayat (3) Apabila tergugat dalam keadaan seperti tersebut dalam pasal 20 ayat (3), sidang pemeriksaan gugatan perceraian ditetapkan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan terhitung sejak dimasukkannya gugatan perceraian pada kepaniteraan pengadilan. Bagaimana seandainya gugatan penggugat didaftarkan di pengadilan agama pada tanggal 2 Januari 2013? Apabila gugatan didaftar pada tanggal 2 Januari 2013, PMH tanggal 3 Januari 2013 dan PHS tanggal 4 Januari 2013 selanjutnya surat panggilan

16 dikirim oleh juru sita pada tanggal 5 Januari 2013, maka untuk hari sidangnya sekurang-kurangnya pada tanggal 6 Juli 2013. 11. Pemanggilan dalam perkara isbath nikah : Setelah ketua pengadilan agama menetapkan majelis hakim (PMH), selanjutnya ketua majelis hakim memerintahkan kepada juru sita atau juru sita pengganti agar mengumumkan permohonan isbath nikah dengan cara menempelkan permohonan tersebut pada papan pengumuman di kantor pengadilan agama tersebut. Setelah 10 hari sejak tanggal pengumuman tersebut ditempelkan, maka paling lambat 3 hari sejak hari pengumuman berakhir, maka ketua majelis hakim menetapkan hari sidang. Selanjutnya berdasarkan PHS dari ketua majelis hakim, juru sita atau juru sita pengganti yang ditunjuk segera memanggil para pihak dalam perkara isbath nikah dimaksud (lihat Buku II halaman 150 point 12). Untuk mudah dipahami sebagai contoh sebagai berikut : - Permohonan isbath nikah diajukan pada tanggal 2 Januari 2013 - Ketua pengadilan agama menetapkan majelis hakim (PMH) pada tanggal 3 Januari 2013 - Ketua majelis hakim memerintahkan juru sita atau juru sita pengganti untuk menempelkan permohonan isbath nikah pada tanggal 4 Januari 2013 - Juru sita atau juru sita pengganti menempelkan permohonan isbath nikah tersebut pada tanggal 5 Januari 2013 - Berarti terakhirnya pengumuman (10 hari) jatuh pada tanggal 16 Januari 2013 - Kemudian ketua majelis hakim selambat-lambatnya tanggal 20 Januari 2013 menetapkan hari sidang (PHS) yang intinya memerintahkan juru sita atau juru

17 sita pengganti memanggil para pihak untuk menghadiri sidang pertama di pengadilan agama (panggilan sesuai hukum acara). Sebagai contoh sebagai berikut : - Ketua majelis menetapkan hari sidang (PHS) pada tanggal 20 Januari 2013 agar juru sita atau juru sita pengganti memangguil para pihak untuk sidang pada tanggal 29 Januari 2013 - Juru sita atau juru sita pengganti menyampaikan relaas panggilan sekurang-kurangnya tanggal 25 Januari 2013. Ingat bahwa tanggal diserahkan relaas dan tanggal dilaksanakan sidang tidak dihitung dalam pengertian panggilan sekurang-kurangnya 3 hari dari hari persidangan 12. Cara pemanggilan terhadap seseorang yang ternyata orang tersebut telah meninggal dunia: Menurut ketentuan Pasal 390 (2) HIR/ 718 (2) R.Bg : Jika orang itu sudah meninggal dunia maka surat juru sita itu disampaikan pada ahli warisnya, jika ahli warisnya tidak dikenal maka disampaikan kepada kepala desa ditempat yang terakhir dari orang yang meninggal dunia itu di Indonesia, mereka berlaku menurut aturan yang disebut pada ayat di atas ini. Jika orang yang meninggal dunia itu masuk golongan orang asing, maka surat juru sita itu diberitahukan dengan surat tercatat pada balai harta peninggalan, terhadap isi pasal tersebut, apa kepentingan hukumnya terhadap orang yang telah meninggal dunia masih tetap dipanggil keluarga (ahli warisnya)?

18 Ini dapat dijawab sebagai berikut: a. Dalam perkara perceraian : Seorang penggugat/pemohon atau tergugat/termohon ingin bercerai di pengadilan, tiba-tiba sebelum diputuskan/diselesaikan oleh pengadilan, salah satu dari mereka lebih dahulu meninggal dunia, maka dalam hal yang demikian ini perkaranya gugur dengan alasan salah satu pihak meninggal dunia. Lihat pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 137 Kompilasi Hukum Islam, sehingga akibat hukumnya terhadap yang demikian ini dianggap cerai mati. b. Dalam perkara gugatan waris : Apabila salah satu ahli waris yang masih dalam proses penyelesaian hukum di pengadilan tiba-tiba ia meninggal dunia, maka hal tersebut tidak menghilangkan/ tidak menggugurkan hak mereka untuk mendapatkan bagian warisan dan bagiannya akan beralih kepada keturunannya, oleh karena itu surat panggilan dari juru sita tersebut perlu disampaikan kepada ahli warisnya. Bagaimana apabila penggugat meninggal dunia, sedangkan masih dalam proses penyelesaian hukum di pengadilan? Apabila penggugat meninggal dunia, maka ahli waris boleh langsung menggantikan kedudukan penggugat, baik tingkat pertama, banding atau kasasi (hasil Rakernas Mahkamah Agung RI Tahun 2009).

19 13. Tenggang waktu pemanggilan : a. Menurut ketentuan Pasal 122 HIR/ 146 R.Bg : Pada waktu menentukan hari persidangan ketua hendaklah mempertimbangkan jarak antara tempat tinggal atau sebenarnya berdiam para pihak dengan tempat pengadilan bersidang, tenggang waktu antara memanggil kedua belah pihak dengan hari kerja, kecuali dalam hal yang sangat mendesak perkara itu harus segera diperiksa, hal itu harus disebut dalam surat perintah. b. Menurut ketentuan Pasal 391 HIR/ 719 R.Bg : Waktu pemanggilan itu tidak dihitung, demikian pula hari sidang dan hari libur. Mencermati isi pasal 122 HIR, agar panggilan yang disampaikan oleh juru sita kepada para pihak yang dipanggil dapat dipenuhi dengan baik oleh para pihak dan dapat menghadiri di persidangan. Pertama harus mempertimbangkan dari jarak tempat kediaman para pihak dengan letak kedudukan pengadilan yang diselenggarakan sidang sebab masih banyak di daerah-daerah terpencil masih sangat sulit transportasi, ada yang sama sekali tidak terjangkau pelayaran kapal fery, sekalipun tenggang waktu lebih 3 hari kerja belum tentu panggilan tersebut dianggap patut. Oleh karena itu, kepatutan itu ada pada pertimbangan hakim. Kedua, memberi kesempatan kepada tergugat untuk menyiapkan jawaban terhadap apa yang digugatkannya, maka perlunya panggilan terhadap tergugat untuk menghadiri sidang pertama itu dilampirkan salinan gugatan.

20 Ketiga, ketua sidang dalam menentukan penetapan hari sidang harus mempertimbangkan kondisional tempat tinggal para pihak yang sesungguhnya, begitu pula bagi juru sita harus melaporkan kepada ketua sidang terhadap keadaan atau kesulitan dalam pemanggilan. Keempat, jika panggilan diterima melalui kepala desa/lurah ketua, sidang mesti lebih bijaksana. Ketika tergugat pada sidang yang pertama tidak dapat hadir dan sebaiknya dipanggil sekali lagi. Tenggang waktu menurut pasal 391 HIR/ 719 R.Bg, waktu kapan dilaksanakan pemanggilan tidak dihitung demikian pula hari sidang dan hari libur. Sebagai contoh : 1) Juru sita menyampaikan panggilan kepada para pihak pada hari senin tanggal 1 Januari 2013 untuk sidang pada hari kamis tanggal 4 Januari 2013 yang demikian dianggap tenggang waktu panggilan kurang dari 3 hari kerja, sebab hari senin dan kamis tidak dihitung yang dihitung hari selasa dan rabu. Jadi tenggang waktu baru 2 hari kerja. 2) Juru sita menyampaikan panggilan kepada para pihak pada hari rabu tanggal 3 Januari 2013 untuk sidang tanggal 8 Januari 2013 sedangkan hari sabtu tanggal 6 Januari 2013 adalah hari libur yang demikian juga dianggap tenggang waktu panggilan kurang dari 3 hari kerja. Sebab hari rabu, tanggal 3 Januari 2013 hari disampaikannya panggilan belum dihitung juga hari sabtu tanggal 6 Januari 2013 dan minggu tanggal

21 7 Januari 2013, karena hari libur belum dihitung, demikian juga hari senin tanggal 8 Januari 2013 tidak dihitung, jadi yang dihitung mulai hari kamis dan jum at. Jadi tenggang waktu baru 2 hari kerja. Bagaimana menentukan tenggang waktu panggilan yang benar jika pemanggilan dilaksanakan hari senin tanggal 1 Januari 2013 setidaknya sidang dilaksanakan hari jum at tanggal 5 Januari 2013, kemudian jika panggilan dilaksanakan pada hari rabu tanggal 3 Januari 2013 sedangkan hari sabtu tanggal 6 Januari 2013 dan hari minggu tanggal 7 Januari 2103 hari libur, setidaknya sidang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 9 Januari 2013. 14. Sahnya surat panggilan : a. Surat panggilan dianggap sah apabila surat panggilan tersebut telah ditandatangani oleh juru sita yang berwenang. Apakah surat panggilan (relaas) yang hanya ditandatangani oleh juru sita tanpa ditandatangani oleh yang dipanggil dianggap sah? Pada dasarnya surat panggilan yang demikian ini telah sah karena telah dibuat dan ditandatangani oleh pajabat yang berwenang. Akan tetapi lebih baik lagi jika orang yang dipanggil juga ikut menandatangani surat panggilan hal tersebut sebagai bukti bahwa juru sita benar-benar telah menyampaikan surat panggilan tersebut di tempat kediaman yang dipanggil. Bagaimana dengan surat panggilan yang hanya ditandatangani oleh juru sita tetapi tidak di stempel, apakah surat panggilan tersebut sah?

22 Surat panggilan tersebut tetap sah walaupun tidak di stempel karena tanda tangan juru sita tersebut telah dianggap cukup karena dia seorang pejabat yang melakukan pekerjaannya telah disumpah. Namun demikian apabila surat panggilan (relaas) tersebut dibubuhi stempel itu lebih baik. b. Surat panggilan tersebut berisi keterangan yang ditulis tangan oleh juru sita yang menerangkan bahwa panggilan tersebut disampaikan di tempat kediaman yang dipanggil atau melalui kepala desa/lurah. 15. Panggilan dianggap patut : a. Panggilan dilakukan oleh juru sita yang berwenang ditempat tinggal yang dipanggil dengan cara sesuai tata cara yang ditentukan undang-undang. b. Panggilan dilakukan dalam tempo tidak kurang dari 3 hari kerja dengan hari dilaksanakan persidangan. Kesimpulan bahwa panggilan dianggap sah dan patut sebagai berikut : 1) Surat panggilan dilakukan yang ditandatangani oleh juru sita yang berwenang. 2) Surat panggilan berisi ketetapan yang ditulis tangan oleh juru sita menerangkan panggilan disampaikan ditempat kediaman yang dipanggil atau melalui kepala desa/lurah. 3) Panggilan dilakukan dalam tenggang waktu 3 hari kerja dengan hari dilaksanakan persidangan.

23 16. Tugas Penyampaian Pengumuman Misalnya juru sita telah melaksanakan penyitaan maka terhadap harta yang telah disita harus diumumkan agar diketahui oleh orang lain, atau akan dilaksanakan pelelangan terhadap obyek sengketa maka juru sita harus menyampaikan pengumuman, penempelan selebaran tentang akan dilaksanakannya lelang, disamping itu tentu harus ada pengumuman melalui media masa. 17. Tugas Penyampaian Teguran-Teguran Terhadap para pihak yang telah mengadakan perikatan, misalnya dalam perbankkan syari ah, salah satu pihak tidak memenuhi prestasi yang telah disepakati (Wanprestasi) kemudian diajukan gugatan ke Pengadilan Agama maka terlebih dahulu Pengadilan Agama melalui Juru sita menyampaikan teguran (Somasi) agar pihak wanprestasi memenuhi prestasinya.