V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BERITA RESMI STATISTIK

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

V. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO. Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

III. METODE PENELITIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun.

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :


I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

VII. STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN KAJIAN TABEL I-O ANTAR WILAYAH

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

8.1. Keuangan Daerah APBD

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Katalog BPS :

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BERITA RESMI STATISTIK

VI SEKTOR UNGGULAN DAN LEADING SECTOR DI KABUPATEN TTU

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Input-Output (I-O)

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG

BERITA RESMI STATISTIK

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Tabel Input-Output Tabel input-output (I-O) yang dianalisis adalah Tabel I-O Kabupaten Ciamis tahun 2008 dengan menggunakan data transaksi domestik, dengan data ini dapat menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar komoditas perkonomian yang hanya berasal dari produksi dalam negeri atau dengan kata lain transaksi murni dari produksi wilayah Kabupaten Ciamis itu sendiri. Tabel transaksi ini diperoleh dengan memisahkan nilai transaksi barang dan jasa yang berasal dari impor baik transaksi antara maupun permintaan akhir dari tabel transaksi total. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis telah melakukan penyusunan tabel I-O diantaranya pada tahun 1998 dengan 9 x 9 sektor, dan pada tahun 2008 kembali menyusun tabel I-O menjadi 45 x 45 sektor. Untuk kebutuhan analisis dilakukan pengklasifikasian dan pengkodean pada Tabel I-O seperti disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Klasifikasi I-O Kabupaten Ciamis Tahun 2008 No Nama Klasifikasi Kode 1 Padi Pad 2 Jagung Jag 3 Ketela Pohon Ketelph 4 Buah-buahan Buah

5 Sayur-sayuran Sayur 6 Bahan Makanan Lainnya Bamak 7 Kelapa Klp 8 Cengkeh Cengkh 9 Tanaman Perkebunan Lainnya Tanper 10 Ayam Ras Pedaging Ayrasped 11 Sapi Sapi 12 Peternakan Lainnya Peterla 13 Kehutanan Kehut 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya Iknlaut 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya Ikdarat 16 Penggalian Pegali 17 Industri Beras IndBrs Tabel 15. (lanjutan) No Nama Klasifikasi Kode 18 Industri Gula Merah/Kelapa Indgula 19 Industri Makanan, Minuman Lainnya serta Indmak Industri Tembakau 20 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Indteks Kaki 21 Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Furniture Inkayu 22 Industri Kertas dan Barang-barang Kertas, Inker Percetakan dan Penerbitan 23 Industri Kimia, Barang-barang dari Bahan Inkim Kimia, Karet dan Plastik 24 Industri Barang Mineral Bukan Logam Inbamin 25 Industri Logam Dasar Inlogdas 26 Industri Barang Jadi dari Logam dan Industri Inbadilog Mesin serta Perlengkapan 27 Industri Pengolahan Lainnya Inpenlain 28 Listrik Lis 29 Air Bersih Airsih 30 Bangunan/Kontruksi Konst 31 Perdagangan Besar dan Eceran Perbesran 32 Hotel Hotl 33 Restoran Resto 34 Jasa Angkutan Rel Jasangrel 35 Jasa Angkutan Jalan Jasangjal 36 Jasa Angkutan Sungai dan Danau Jasangsudan 37 Jasa Penunjang Angkutan Jaspenang 38 Komunikasi Komunik 39 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Balemkeu 40 Sewa Bangunan Seba

41 Jasa Perusahaan Jasper 42 Pemerintahan Umum Pemum 43 Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasoskemas 44 Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasburek 45 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Jasperrt Sumber: BAPPEDA Kab. Ciamis (2008) Komoditas yang dianalisis secara spesifik terkait dengan penelitian ini adalah kelompok komoditas pertanian yang terdiri dari: kelompok komoditas tanaman bahan makanan, kelompok komoditas perkebunan, kelompok komoditas peternakan dan hasil-hasilnya, komoditas kehutanan dan kelompok komoditas perikanan, dengan rincian seperti tertera pada Tabel 16. Kelompok Sektor Tanaman bahan makanan Tabel 16. Klasifikasi I-O Sektor Pertanian dalam Arti Luas Nama Klasifikasi/Komodias Padi Jagung Ketela Pohon Buah-buahan Sayur-sayuran Bahan Makanan Lainnya Kode Pad Jag Ketelph Buah Sayur Bamak Perkebunan Kelapa Klp Cengkeh Cengkh Tanaman Perkebunan Lainnya Tanper Peternakan dan Ayam Ras Pedaging Ayrasped hasil-hasilnya Sapi Sapi Peternakan Lainnya Peterla Kehutanan Kehutanan Kehut Perikanan Ikan Laut dan hasil laut lainnya Iknlaut Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya Ikdarat 5.1.1. Gambaran Komoditas Pertanian dalam Perekonomian Kabupaten Ciamis Subbab ini mengulas gambaran umum secara deskriptif mengenai peranan komoditas pertanian terhadap perekonomian di Kabupaten Ciamis yang diperoleh dari hasil analisis pada Tabel input-output meliputi: (1) Struktur nilai tambah bruto (NTB), (2) Total output sektoral, (3) Stuktur nilai tambah bruto menurut komponen, dan (4) Struktur permintaan akhir.

a. Struktur Nilai Tambah Bruto (NTB) Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel I-0, maka hubungan nilai NTB dengan output bersifat linier. Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan nilai NTB. Besaran persentase nilai tambah bruto komoditas pertanian selengkapnya disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Urutan Nilai Tambah Bruto Komoditas Pertanian No. Komoditas Nilai Tambah Bruto Persen 1 Padi 2 258 656.6 12.5 4 Buah-buahan 950 035.7 5.3 12 Peternakan Lainnya 505 439.0 2.8 7 Kelapa 363 289.6 2.0 10 Ayam Ras Pedaging 172 777.4 1.0 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat 125 296.0 0.7 lainnya 11 Sapi 105 194.2 0.6 2 Jagung 87 519.9 0.5 6 Bahan Makanan Lainnya 76 700.5 0.4 3 Ketela Pohon 75 310.4 0.4 13 Kehutanan 74 382.5 0.4 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 47 860.5 0.3 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 38 761.6 0.2 5 Sayur-sayuran 23 770.3 0.1 8 Cengkeh 21 454.2 0.1 Jumlah 4 926 448.3 27.3 Berdasarkan hasil analisis pada Tabel I-O Kabupaten Ciamis tahun 2008, Nilai Tambah Bruto (NTB) atau yang disebut juga nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) komoditas pertanian pada Tabel I-O Kabupaten Ciamis adalah sebesar Rp 4 926 448.3 milyar atau komoditas pertanian dengan 15 komoditas mampu menyumbang PDRB Kabupaten Ciamis sebesar 27.3 persen. Dari total 27.3 persen sumbangan komoditas pertanian terhadap PDRB Kabupaten

Ciamis tersebut, sumbangan terbesar diberikan oleh komoditas padi sebesar 12.5 persen, diikut i komoditas buah-buahan sebesar 5.3 persen, komoditas peternakan lainnya sebesar 2.8 persen dan komoditas kelapa sebesar 2.0 persen serta perikanan darat sebesar 1.0 persen sedangkan komoditas lain hanya menyumbang dibawah 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Ciamis secara umum masih didominasi oleh komoditas pertanian, yang didukung oleh potensi sumberdaya alam serta budaya masyarakat yang agraris. b. Total Output Sektoral Total output sektoral adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah dalam suatu periode waktu tertentu (umumnya satu tahun), tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya. Dalam hal ini, pelaku produksi dapat perusahaan atau perorangan milik penduduk maupun asing. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan di wilayah yang bersangkutan maka produk yang dihasilkannya dihitung sebagai dari output wilayah tersebut. Oleh sebab itu, output dari produk tersebut sering disebut sebagai output domestik. Hasil analisis tabel input-output Kabupaten Ciamis, menggambarkan total output sektoral khususnya komoditas pertanian seperti tertera pada Tabel 18. Tabel 18. Urutan Total Output Komoditas Pertanian di Kabupaten Ciamis No. Komoditas Total Output Persen 1 Padi 2 539 532.6 10.7 4 Buah-buahan 1 052 065.4 4.4 12 Peternakan Lainnya 698 136.6 2.9 7 Kelapa 398 758.1 1.7 10 Ayam Ras Pedaging 331 732.5 1.4 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat 248 517.3 lainnya 1.0 11 Sapi 192 940.4 0.8 2 Jagung 122 343.1 0.5 6 Bahan Makanan Lainnya 83 125.6 0.4 3 Ketela Pohon 81 947.3 0.3 13 Kehutanan 79 447.8 0.3

9 Tanaman Perkebunan Lainnya 52 259.7 0.2 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 48 689.3 0.2 5 Sayur-sayuran 25 509.8 0.1 8 Cengkeh 21 921.3 0.1 Jumlah 5 976 926.6 25.1 Sumber : Hasil Analisis (2011) Berdasarkan Tabel 18 di atas total output komoditas pertanian yang terjadi di Kabupaten Ciamis cukup tinggi yaitu sebesar 25.1 persen. Hal ini menunjukkan eksistensi komoditas pertanian di Kabupaten Ciamis jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Nilai total output sebesar 25.1 persen tersebut terdiri dari beberapa komoditas yang cukup menonjol yaitu komoditas padi dengan total output sebesar 10.7 persen, buah-buahan dengan total output sebesar 4.4 persen, peternakan lainnya dengan total output sebesar 2.9 persen, kelapa dengan total output sebesar 1.7 persen, kemudian ayam ras pedaging dengan total output sebesar 1.4 persen dan ikan darat dan hasil perairan darat lainnya dengan total output sebesar 1.0 persen dan komoditas lainnya yang hanya memiliki total output di bawah 1 persen. Sama halnya dengan nilai tambah bruto, komoditas padi, buah-buahan, peternakan lainnya dan kelapa juga mampu menciptakan nilai total output yang besar. Penciptaan total output oleh komoditas pertanian menjadi penyumbang terbesar terhadap nilai output perekonomian Kabupaten Ciamis. Hal ini menunjukkan bahwa potensi komoditas pertanian yang cukup besar di Kabupaten Ciamis. c. Struktur Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen Nilai tambah bruto atau dalam tabel input-output adalah PDRB, yang terdiri dari empat komponen yaitu: upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. 1) Upah Gaji Upah gaji adalah balas jasa yang diberikan kepada tenaga kerja (selain pekerja keluarga yang tidak dibayar) yang terlibat dalam kegiatan produksi. Balas jasa tersebut mencakup semua jenis balas jasa, baik yang berupa uang maupun

barang (BPS, 2008). Pada Tabel 19 diperlihatkan upah gaji yang ditimbulkan oleh komoditas pertanian terhadap perekonomian di Kabupaten Ciamis. Tabel 19. Urutan Komponen Upah Gaji Komoditas Pertanian di Kabupaten Ciamis No. Komoditas Upah dan Gaji (juta Rp.) Persen 1 Padi 389 062.6 8.7 12 Peternakan Lainnya 166 302.5 3.6 4 Buah-buahan 150 640.5 3.2 7 Kelapa 51 049.0 1.1 15 Ikan Darat dan hasil perairan 23 108.6 darat lainnya 0.5 2 Jagung 17 410.5 0.4 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 16 405.7 0.4 Tabel 19. (Lanjutan) No. Komoditas Upah dan Gaji (juta Rp.) Persen 10 Ayam Ras Pedaging 15 095.6 0.3 13 Kehutanan 1 2534.2 0.3 6 Bahan Makanan Lainnya 10 843.8 0.2 14 Ikan Laut dan hasil laut 9 077.9 lainnya 0.2 3 Ketela Pohon 7 366.7 0.2 8 Cengkeh 5 487.8 0.1 5 Sayur-sayuran 3 060.0 0.1 11 Sapi 3 021.7 0.1 880 466.4 18.9 Struktur upah dan gaji yang mampu diciptakan oleh komoditas pertanian yaitu sebesar 18.9 persen yang terdiri dari komoditas padi dengan upah dan gaji sebesar 8.4 persen, peternakan lainnya dengan upah dan gaji sebesar 3.6 persen, buah-buahan dengan upah dan gaji sebesar 3.2 persen dan kelapa dengan upah dan gaji sebesar 1.1 persen sedangkan yang lainnya hanya mampu menciptakan upah dan gaji kurang dari 1 persen. 2) Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewirausahaan dan pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak

penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto (BPS, 2000). Urutan surplus usaha dari komoditas pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Ciamis tertera pada Tabel 20. Tabel 20. Urutan Surplus Usaha dari Komoditas Pertanian terhadap Perekonomian Kabupaten Ciamis No. Komoditas Surplus Usaha (juta Rp.) Persen 1 Padi 1 665 218.1 20.2 4 Buah-buahan 734 461.8 8.9 7 Kelapa 282 967.8 3.4 12 Peternakan Lainnya 183 682.8 2.2 Tabel 20. (Lanjutan) No. Komoditas Surplus Usaha (juta Rp.) Persen 10 Ayam Ras Pedaging 168 649.5 2.0 11 Sapi 93 942.7 1.1 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya 91 552.1 1.1 2 Jagung 77 330.7 0.9 3 Ketela Pohon 65 903.7 0.8 6 Bahan Makanan Lainnya 60 828.1 0.7 13 Kehutanan 52 459.8 0.6 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 22 431.2 0.3 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 18 797.0 0.2 5 Sayur-sayuran 17 936.9 0.2 8 Cengkeh 14 258.6 0.2 3 550 420.8 43.0 Hasil analisis pada Tabel Input-Output menggambarkan kondisi surplus usaha yang ditimbulkan oleh komoditas pertanian secara umum di Kabupaten Ciamis sebagai berikut: komoditas padi dengan surplus usaha sebesar 20.2 persen, buah-buahan dengan surplus usaha sebesar 8.9 persen, kelapa dengan surplus usaha sebesar 3.4 persen, peternakan lainnya dengan surplus usaha sebesar 2.2 persen, ayam ras pedaging dengan surplus usaha sebesar 2.0 persen, sapi dengan

surplus usaha sebesar 1.1 persen, ikan darat dan hasil lainnya, dengan surplus usaha sebesar 1.1 persen, jagung dengan surplus usaha sebesar 0.9 persen. 3) Penyusutan Penyusutan adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam kegiatan produksi. Nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung dengan jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam kegiatan produksi (BPS, 2000). Urutan bersaran penyusutan komoditas pertanian tertera pada Tabel 21. Tabel 21. Urutan Penyusutan pada Komoditas Pertanian No. Komoditas Penyusutan Persen 1 Padi 36 701.1 3.3 13 Kehutanan 5 621.1 0.5 Tabel 21. (Lanjutan) No. Komoditas Penyusutan Persen 12 Peternakan Lainnya 4 637.9 0.4 15 Ikan Darat dan hasil perairan 0.3 darat lainnya 2 888.7 7 Kelapa 2 526.4 0.2 4 Buah-buahan 2 135.4 0.2 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 2 128.1 0.2 14 Ikan Laut dan hasil laut 0.2 lainnya 1 680.3 11 Sapi 755.4 0.1 8 Cengkeh 730.7 0.1 2 Jagung 653.7 0.1 10 Ayam Ras Pedaging 635.8 0.1 6 Bahan Makanan Lainnya 411.9 0.0 3 Ketela Pohon 74.8 0.0 5 Sayur-sayuran 25.3 0.0 Dilihat dari tingkat penyusutan pada komoditas pertanian, komoditas padi menyusut cukup besar yaitu sebesar 3.3 persen, kemudian kehutanan menyusut sebesar 0.5 persen, peternakan lainnya menyusut sebesar 0.4 persen, ikan darat dan hasil lainnya menyusut sebesar 0.3 persen dan kelapa menyusut sebesar 0.2 persen.

4) Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, pajak bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai, dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen untuk menutupi biaya produksi. Dengan demikian subsidi merupakan tambahan pendapatan bagi produsen dan sering disebut sebagai pajak tak langsung negatif (BPS, 2000). Subsidi pada umumnya dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat harga tertentu dari suatu produk. Pada Tabel I-O kabupaten Ciamis tahun 2008, nilai subsisi dan impor adalah nol. Urutan besaran nilai pajak tak langsung netto komoditas pertanian tertera pada Tabel 22. Tabel 22. Urutan Pajak Tak Langsung Netto Komoditas Pertanian No. Komoditas Pajak Tak Langsung Netto Persen 1 Padi 32 067.5 6.9 4 Buah-buahan 5 965.9 1.3 15 Ikan Darat dan hasil 1 987.4 0.4 perairan darat lainnya 13 Kehutanan 1 523.4 0.3 12 Peternakan Lainnya 1 483.5 0.3 7 Kelapa 1 205.5 0.3 6 Bahan Makanan Lainnya 900.6 0.2 2 Jagung 889.0 0.2 9 Tanaman Perkebunan 792.4 0.2 Lainnya 3 Ketela Pohon 489.3 0.1 14 Ikan Laut dan hasil laut 486.1 0.1 lainnya 11 Sapi 413.8 0.1 8 Cengkeh 194.7 0.0 10 Ayam Ras Pedaging 59.3 0.0 5 Sayur-sayuran 23.3 0.0 48 481.8 10.4 Pajak tak langsung yang dapat diciptakan oleh komoditas pertanian secara umum sebesar 10.4 persen. Besarnya pajak tak langsung tersebut bersumber dari komoditas padi yang menyumbang pajak sebesar 6.9 persen, kemudian buah-

buahan menyumbang pajak sebesar 1.3 persen, ikan darat dan hasil lainnya menyumbang pajak sebesar 0.4 persen, kehutanan menyumbang pajak sebesar 0.3 persen, peternakan lainnya menyumbang pajak sebesar 0.3 persen, dan kelapa menyumbang pajak sebesar 0.3 persen. d. Struktur Permintaan Akhir (final demand) Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Sesuai dengan pengertian ini maka permintaan akhir tidak mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan produksi. Permintaan akhir terdiri dari lima bagian: (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga, (2) pengeluaran konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap bruto, (4) perubahan stok, dan (5) ekspor (BPS, 2000). Urutan besaran nilai permintaan akhir komoditas pertanian tertera pada Tabel 23. Tabel 23. Urutan Permintaan Akhir Komoditas Pertanian No. Komoditas Permintaan Akhir Persen 1 Padi 1 906 187.6 10.5 4 Buah-buahan 959 447.0 5.3 12 Peternakan Lainnya 575 951.5 3.2 10 Ayam Ras Pedaging 293 484.8 1.6 7 Kelapa 273 988.9 1.5 15 Ikan Darat dan hasil perairan 209 586.2 1.2 darat lainnya 11 Sapi 148 210.9 0.8 2 Jagung 100 977.7 0.6 3 Ketela Pohon 71 688.2 0.4 6 Bahan Makanan Lainnya 52 713.2 0.3 13 Kehutanan 30 912.6 0.2 14 Ikan Laut dan hasil laut 26 309.5 0.1 lainnya 5 Sayur-sayuran 23 946.6 0.1 8 Cengkeh 21 070.2 0.1 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 19 373.7 0.1 Sumber : Hasil Analisis (2011) Tabel 23 menunjukkan urutan nilai permintaan akhir yang mampu diciptakan oleh komoditas pertanian untuk setiap komoditasnya. Komoditas pertanian yang memiliki nilai permintaan akhir tertinggi adalah komoditas padi

dengan nilai 10.5 persen, diikuti oleh buah-buahan dengan niali 5.3 persen, selanjutnya peternakan lainnya dengan nilai 3.2 persen, ayam ras pedging dengan nilai 1.6 persen, kelapa memiliki niali 1.5 persen, ikan darat dan hasilnya menyumbang sebesar 1.2 persen. Sementara itu komoditas lainnya menyumbang terhadap permintaan akhir dengan nilai di bawah 1 persen. Dalam penciptaan permintaan akhir, komoditas pertanian khususnya komoditas padi masih mendominasi terhadap permintaan akhir yang artinya output komoditas padi cenderung digunakan langsung sebagai konsumsi akhir yang diikuti oleh buah-buahan, peternakan lainya. Hal ini kedepan seyogyanya menjadi bahan perhatian agar selain memenuhi kebutuhan sendiri juga diharapkan mampu menciptakan nilai tambah dengan menciptakan nilai tambah dari komoditas tersebut. 5.1.2. Analisis Keterkaitan Komoditas Pertanian Selanjutnya, dengan menggunakan operasi perkalian matriks dicari nilai koefisien input atau yang disebut matriks invers Leontief dari tabel I-O. Kekuatan peramalan model I-O adalah terletak pada invers matriks Leontief ini. Dengan matriks tersebut kita dapat meramalkan perubahan setiap variabel eksogen dalam permintaan akhir, seperti pengeluaran pemerintah, terhadap sistem perekonomian secara simultan. Matriks invers Leontief (I-A) -1 juga memberikan banyak informasi tentang dampak keterkaitan antar sektor produksi, diantaranya backward linkage effect (dampak keterkaitan ke belakang) dan forward linkage effect (dampak keterkaitan ke depan) sebagai berikut. a. Dampak Langsung ke Belakang dan Dampak Langsung ke Depan DKLBj merupakan dampak langsung ke belakang dari komoditas j yang menunjukkan efek suatu komoditas terhadap tingkat produksi komoditas yang menyediakan input antara bagi komoditas tersebut secara langsung. Hasil perhitungan dengan menggunakan matriks invers Leontief menunjukkan dampak langsung ke belakang dan dampak langsung ke depan dari komoditas pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Ciamis seperti tertera pada Tabel 24. Tabel 24. Dampak Langsung ke Belakang dan Dampak Langsung ke Depan komoditas Pertanian

No Komoditas DKLBj DKLDi 1 Padi 0.1 0.8 2 Jagung 0.1 0.1 3 Ketela Pohon 0.1 0.0 4 Buah-buahan 0.1 0.1 5 Sayur-sayuran 0.1 0.0 6 Bahan Makanan Lainnya 0.1 0.1 7 Kelapa 0.1 0.3 8 Cengkeh 0.0 0.0 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.1 0.1 10 Ayam Ras Pedaging 0.5 0.3 11 Sapi 0.4 0.2 Tabel 24. (Lanjutan) No Komoditas DKLBj DKLDi 12 Peternakan Lainnya 0.3 0.3 13 Kehutanan 0.1 0.1 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 0.2 0.1 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya 0.3 0.1 Tabel 24 menunjukkan bahwa komoditas yang memiliki nilai dampak langsung ke belakang tinggi adalah komoditas ayam ras pedaging sebesar 0.5, peternakan sapi sebesar 0.4, perikanan darat sebesar 0.3, peternakan lainnya sebesar 0.3, perikanan laut dan hasil lainnya sebesar 0.2, jagung sebesar 0.1, padi sebesar 0.1. Hasil penghitungan nilai dampak langsung ke belakang ini menunjukkan bahwa total input antara yang banyak dibutuhkan untuk menghasilkan output komoditas ayam ras pedaging sebesar satu satuan dibutuhkan 0.5 input antara dan sisanya sebesar 0.5 merupakan input primer. Arti yang sama untuk komoditas lain sesuai dengan nilai angka penggandanya. Selanjutnya, dampak langsung ke depan dari komoditas i yang menunjukkan banyaknya output suatu komoditas i yang dipakai oleh komoditas lainnya. Dari hasil pengolahan data menunjukkan komoditas yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan tinggi adalah komoditas padi sebesar 0.8, kelapa sebesar 0.3, peternakan lainnya sebesar 0.3, ayam ras pedaging sebesar 0.3, sapi sebesar 0.2, buah-buahan sebesar 0.1, kehutanan sebesar 0.1, dan tanaman perkebunan sebesar 0.1. Hasil penghitungan nilai dampak langsung ke depan ini

menunjukkan bahwa total output dari komoditas padi paling banyak digunakan untuk permintaan antara yaitu sebesar 0.8, dengan demikian sisanya sebesar 0.2 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Arti yang sama untuk komoditas lain sesuai dengan nilai angka penggandanya. b. Kaitan ke Belakang Langsung dan Tidak Langsung serta Kaitan ke Depan Langsung dan Tak Langsung Kaitan ke belakang langsung dan tidak langsung (KLTBj) menunjukkan pengaruh tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir satu unit komoditas tertentu yang dapat meningkatkan total output seluruh komoditas perekonomian. Kaitan ke depan langsung dan tak langsung (KTLDi) menunjukkan peranan suatu komoditas untuk dapat memenuhi permintaan akhir suatu komoditas perekonomian. Tabel 25. menunjukkan kaitan ke belakang langsung dan tidak langsung serta kaitan ke depan langsung dan tak langsung dari komoditas pertanian di Kabupaten Ciamis. Tabel 25. Kaitan ke Belakang Langsung dan Tidak Langsung serta Kaitan ke Depan Langsung dan Tak Langsung komoditas Pertanian No Komoditas KTLB KTLD 1 Padi 1.1 1.9 2 Jagung 1.2 1.1 3 Ketela Pohon 1.1 1.0 4 Buah-buahan 1.1 1.2 5 Sayur-sayuran 1.1 1.0 6 Bahan Makanan Lainnya 1.1 1.1 7 Kelapa 1.1 1.4 8 Cengkeh 1.0 1.0 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 1.1 1.1 10 Ayam Ras Pedaging 1.8 1.3 11 Sapi 1.5 1.3 12 Peternakan Lainnya 1.4 1.3 13 Kehutanan 1.1 1.1 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 1.3 1.1 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya 1.4 1.1 Hasil analisis pada Tabel input-output menunjukkan nilai keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung dari komoditas pertanian. Komoditas

pertanian yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung tinggi yaitu komoditas ayam ras pedaging dengan nilai sebesar 1.8. Nilai 1.8 untuk komoditas ayam ras pedaging ini artinya jika terjadi permintaan akhir pada komoditas tersebut sebesar 1 rupiah, sementara permintaan akhir pada komoditas lainnya tidak berubah maka output perekonomain wilayah meningkat sebesar 1.8 yang terdistribusi pada komoditas yang menyediakan output bagi komoditas tersebut. Arti yang sama untuk komoditas lain sesuai dengan nilai angka penggandanya, untuk komoditas Sapi dengan nilai 1.5, kemudian komoditas ikan darat dan hasil lainnya sebesar 1.4, komoditas Peternakan lainnya sebesar 1.4, dan komoditas ikan laut dan hasil lainnya sebesar 1.3. Komoditas pertanian dengan nilai keterkaitan kaitan ke depan langsung dan tak langsung tinggi adalah komoditas padi dengan nilai sebesar 1.9. Nilai sebesar 1.9 untuk komoditas padi ini artinya jika terjadi kenaikan permintaan akhir pada komoditas padi sebesar 1 rupiah akan meningkatkan pasokan input antara secara menyeluruh dalam perekonomain Kabupaten Ciamis sebesar 1.9 kalinya. Arti yang sama untuk komoditas lain sesuai dengan nilai angka penggandanya, komoditas kelapa sebesar 1.4, peternakan lainnya sebesar 1.3, ayam ras pedaging sebesar 1.3, dan sapi dengan nilai sebesar 1.3. c. Indeks Daya Penyebaran (Power of Dispersion) Komoditas yang mempunyai daya penyebaran tinggi memberikan indikasi bahwa komoditas tersebut mempunyai keterkaitan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat dibandingkan terhadap komoditas yang lainnya. Sebaliknya, komoditas yang mempunyai derajat kepekaan tinggi berarti komoditas tersebut mempunyai ketergantungan (kepekaan) yang tinggi terhadap komoditas lain. Dengan dianalisis ada suatu pemikiran bahwa komoditas-komoditas yang memiliki koefisien keterkaitan ke belakang dan ke depan paling tinggi dikatakan sebagai komoditas-komoditas yang memiliki basis domestik baik dari sisi input maupun output. Artinya komoditas tersebut lebih banyak menggunakan input antara yang berasal dari produksi domestik, dan lebih banyak menjual outputnya untuk memenuhi kebutuhan input antara dari produksi domestik. Dengan kata lain, lebih sedikit menggunakan input yang berasal dari impor, dan lebih sedikit

digunakan untuk memenuhi permintaan ekspor. Komoditas semacam ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi wilayah yang berkelanjutan. Selain itu, juga indeks daya penyebaran memberikan indikasi bahwa, komoditas yang mempunyai indeks daya penyebaran lebih besar dari 1, berarti daya penyebaran komoditas tersebut di atas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Pengertian yang sama juga berlaku untuk indeks derajat kepekaan. Komoditas yang mempunyai indeks derajat kepekaan lebih dari satu, berarti derajat kepekaan komoditas tersebut di atas derajat kepekaan rata-rata secara keseluruhan. Tabel 26. menunjukkan gambaran nilai indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan komoditas pertanian dari hasil analisis pada Tabel input-output. Tabel 26. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Daya Kepekaan komoditas Pertanian No Komoditas IDP IDK 1 Padi 0.9 1.5 2 Jagung 0.9 0.9 3 Ketela Pohon 0.8 0.8 4 Buah-buahan 0.9 0.9 5 Sayur-sayuran 0.9 0.8 6 Bahan Makanan Lainnya 0.9 0.9 7 Kelapa 0.9 1.1 8 Cengkeh 0.8 0.8 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.9 0.9 10 Ayam Ras Pedaging 1.4 1.0 11 Sapi 1.2 1.0 12 Peternakan Lainnya 1.1 1.0 13 Kehutanan 0.8 0.9 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 1.0 0.8 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat 1.1 0.9 lainnya Daryanto dan Hafizrianda (2010) menyebutkan bahwa komoditas dengan nilai Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Daya Kepekaan (IDK) tinggi merupakan suatu komoditas yang memiliki basis domestik baik dari sisi input maupun output. Artinya adalah lebih banyak menggunakan input antara dari produksi domestik dan sedikit menggunanan input impor, komoditas seperti ini yang dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi wilayah yang berkelanjutan.

Berdasarkan Tabel 26. di atas dapat dikatakan bahwa komoditas tersebut berbasis domestik dari sisi input adalah komoditas ayam ras pedaging dengan nilai IDP sebesar 1.4, sapi dengan nilai 1.2, ikan darat dan hasil perairan darat lainnya sebesar 1.1, peternakan lainnya dengan nilai 1.1, dan ikan laut dan hasil laut lainnya 1.0 karena memiliki nilai IDP di atas satu atau di atas rata-rata yakni sebesar 1.0. Sementara itu, dari sisi output, komoditas yang berorientasi domestik adalah komoditas padi dengan nilai 1.5, komoditas kelapa dengan nilai 1.1, komoditas peternakan lainnya dengan nilai 1.0, komoditas ayam ras pedaging dengan nilai 1.0, dan komoditas sapi dengan nilai 1.0 karena memiliki angka IDK (indeks derajat kepekaan) di atas satu atau di atas rata-rata yaitu sebesar 0.9. Dari hasil membandingkan antara nilai IDP dan Nilai IDK terhadap komoditas pertanian diketahui ada tiga komoditas pertanian yang memiliki nilai IDP dan IDK secara bersamaan diatas 1 yaitu komoditas ayam ras pedaging, komoditas peternakan lainnya dan komoditas sapi. Komoditas yang memiliki nilai IDP dan IDK tinggi berada di kuadran I yaitu komoditas ayam ras pedaging, sapi, dan peternakan lainnya. Namun hal ini belum cukup untuk menyatakan bahwa komoditas dengan nilai IDP dan IDK tinggi merupakan komoditas unggulan, untuk itu akan dianalisis lanjutan dengan analisis multiplier dan kemudian dihitung indeks kompositnya. Kondisi mengenai indeks daya penyebaran dan indeks daya kepekaan dapat juga dijelaskan melalui diagram 4 kuadran seperti pada Gambar 5. Derajat Penyebaran Kuat Derajat Kepekaan Lemah Kuat 1. Ikan darat dan hasil lainnya 1. Ayam Ras Pedaging 2. Peternakan Lainnya 3. Sapi IV I Kuat Derajat Penyebaran III II

Lemah 1. Jagung 2. Ketela Pohon 3. Buah-Buahan 4. Sayur-sayuran 5. Bahan Makanan Lainnya 6. Cengkeh 7. Tanaman Perkebunan Lainnya 8. Kehutanan 9. Ikan Laut dan hasil laut lainnya Lemah Derajat Kepekaan Kuat 1. Padi 2. Kelapa Lemah Gambar 5. Kuadran Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Sektoral Kelompok II (indeks DP lemah dan indeks DK kuat) yaitu: komoditas padi dan komoditas kelapa. Dua komoditas ini dapat dikatakan bahwa komoditas pertanian yang berorientasi domestik dari sisi output yang artinya komoditas ini belum mampu menciptakan output perekonomian yang tinggi karena masih berada di tingkat lokal dalam pemanfaatannya. Kelompok III (indeks DP dan indeks DK lemah) yaitu: komoditas jagung, ketela pohon, buah-buahan, sayur-sayuran, bahan makanan lainnya, cengkeh, tanaman perkebunan lainnya, kehutanan, serta ikan laut dan hasil laut lainnya. Komoditas pada kelompok III ini menunjukkan kondisi lemah dari kedua sisi baik dari sisi input maupun outputnya. Kelompok IV (indeks DP kuat dan indeks DK lemah) yaitu: komoditas ikan darat dan hasil perikanan lainnya. Artinya bahwa komoditas pada kuadran IV ini menunjukkan bahwa dari sisi input komoditas ini kuat mampu mendorong dalam menciptakan input produksi namun dari sisi output tergolong lemah. 5.1.3. Analisis Koefisien Pengganda (multiplier) Analisis selanjutnya yang dapat dilakukan dengan menggunakan Tabel Input-Output adalah analisis angka pengganda (multiplier). Analisis koefisien pengganda terdiri dari: (1) analisis pengganda output (output multiplier), (2) analisis pengganda pendapatan (income multiplier), dan (3) analisis pengganda tenaga kerja (employment multiplier). a. Angka Pengganda Output (Output Multiplier)

Angka pengganda output menunjukkan perubahan nilai total output (produksi) yang dihasilkan oleh perekonomian sebagai akibat dari adanya perubahan permintaan akhir sebesar satu unit uang. Secara rinci, hasil analisis angka pengganda output disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Urutan Angka Pengganda Output Komoditas Pertanian No Komoditas Output Multiplier Keterangan 1 Padi 1.6 Elastis 10 Ayam Ras Pedaging 1.2 Elastis 12 Peternakan Lainnya 1.1 Elastis 4 Buah-buahan 1.1 Elastis 11 Sapi 1.0 In Elastis 7 Kelapa 1.0 In Elastis Tabel 27. (Lanjutan) No Komoditas Output Multiplier Keterangan 8 Cengkeh 1.0 In Elastis 5 Sayur-sayuran 1.0 In Elastis 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat 0.9 lainnya In Elastis 3 Ketela Pohon 0.9 In Elastis 2 Jagung 0.9 In Elastis 6 Bahan Makanan Lainnya 0.7 In Elastis 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 0.6 In Elastis 13 Kehutanan 0.5 In Elastis 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.5 In Elastis Berdasarkan Tabel 27, nampaknya terdapat empat komoditas yang memiliki nilai output miltiplier di atas satu. Komoditas tersebut adalah komoditas padi, ayam ras pedaging, peternakan lainnya dan komoditas buah-buahan. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas tersebut mempunyai respons yang paling besar terhadap perubahan permintaan akhir yang dapat diartikan untuk setiap perubahan permintaan akhir satu satuan akan menaikkan output komoditas sebesar angka pengganda masing-masing komoditas pertanian yang dianalisis. Berdasarkan data hasil analisis pada Tabel 27 angka pengganda output dapat dikatakan bahwa untuk perubahan permintaan akhir sebanyak satu satuan (persen) maka akan menaikkan output komoditas padi sebesar 1.6 persen, kemudian menaikkan komoditas ayam ras pedaging sebesar 1.2 persen, komoditas peternakan lainnya naik sebesar 1.1

persen dan komoditas buah-buahan akan naik sebesar 1.1 persen dan seterusnya untuk komoditas pertanian lainnya. b. Angka Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Nilai dari angka pendapatan menunjukkan jumlah pendapatan total yang tercipta akibat adanya tambahan satu unit uang dari permintaan akhir pada suatu komoditas. Dengan kata lain bahwa, angka pengganda pendapatan mencoba menerjemahkan peningkatan permintaan akhir tersebut dalam bentuk pendapatan rumah tangga. Pada Tabel 28 diperlihatkan angka pengganda pendapatan rumah tangga dari komoditas pertanian di Kabupaten Ciamis. Tabel 28. Angka Pengganda Pendapatan (income multiplier) Komoditas Pertanian No Komoditas Income Multiplier 1 Padi 1.1 2 Jagung 1.2 3 Ketela Pohon 1.1 4 Buah-buahan 1.2 5 Sayur-sayuran 1.1 6 Bahan Makanan Lainnya 1.1 7 Kelapa 1.1 8 Cengkeh 1.0 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 1.1 10 Ayam Ras Pedaging 2.1 11 Sapi 3.7 12 Peternakan Lainnya 1.3 13 Kehutanan 1.1 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 1.2 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya 1.7 Tabel 28 menunjukkan bahwa komoditas yang mampu menciptakan tingginya angka pendapatan rumah tangga adalah komoditas sapi dengan nilai angka pengganda sebesar 3.7, kemudian komoditas ayam ras pedaging dengan nilai angka pengganda sebesar 2.1, kemudian komoditas ikan darat dan hasil perairan darat lainnya dengan nilai angka pengganda sebesar 1.7, komoditas peternakan lainnya dengan nilai angka pengganda sebesar 1.3, dan komoditas ikan

laut dan hasil laut lainnya dengan nilai angka pengganda sebesar 1.2. Hasil dari analisis angka pendapatan rumah tangga dapat memberikan gambaran bahwa komoditas sapi mampu memberikan dampak pengganda pendapatan rumah tangga yang paling tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya, hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi penambahan permintaan akhir komoditas sapi satu satuan akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bergerak pada komoditas sapi ini sebesar 3.7 kalinya. Arti yang sama untuk komoditi ayam ras pedaging dan perikanan darat dengan angka pengganda masing-masing yaitu sebesar 2.1 kali dan 1.7 kali. c. Angka Pengganda Tenaga Kerja (employment multiplier) Analisis angka pengganda lapangan pekerjaan merupakan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan sebagai akibat adanya satu unit perubahan permintaan akhir pada komoditas tertentu. Asumsi yang digunakan dalam analisis pengganda ini adalah bahwa seorang pekerja hanya bekerja di satu komoditas saja, dan tidak ada seseorang yang bekerja di dua komoditas sekaligus. Hasil analisis employment multiplier komoditas pertanian di Kabupaten Ciamis selengkapnya disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Angka Pengganda Tenaga Kerja (employment multiplier) Komoditas Pertanian No Komoditas Employment Jumlah Multiplier tenaga kerja 1 Padi 0.1 137 221 2 Jagung 0.1 6 391 3 Ketela Pohon 0.1 4 660 4 Buah-buahan 0.1 57 718 5 Sayur-sayuran 0.1 1 444 6 Bahan Makanan Lainnya 0.1 4 575 7 Kelapa 0.1 22 071 8 Cengkeh 0.1 1 303 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.1 2 908 10 Ayam Ras Pedaging 0.0 5 317 11 Sapi 0.0 7 612 12 Peternakan Lainnya 0.0 30 707

13 Kehutanan 0.1 4 519 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 0.1 2 355 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat 0.0 10 497 lainnya 299 299 Tabel 29 menunjukkan angka pengganda tenaga kerja dari komoditas pertanian dengan jumlah total tenaga kerja yang terlibat pada komoditas pertanian sebanyak 299 299 orang yang tersebar untuk semua komoditas pertanian. Angka pengganda tenaga kerja yang terbentuk berkisar antara 0.0 sampai dengan 0.1. Bila dilihat dari sebarannya, komoditas padi memiliki sebaran tertinggi sebanyak 137 221 orang dengan nilai pengganda 0.1, kemudian pada komoditas buahbuahan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 57 718 dan angka pengganda tenaga kerja 0.1, diikuti oleh komoditas peternakan lainnya dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 30 707 orang dan nilai angka pengganda sebesar 0.0, kemudian komoditas kelapa dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 22 071 orang dan nilai angka pengganda sebesar 0.1, dan komoditas perikanan darat dan hasil perikanan lainnya dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 10 497 orang dengan angka pengganda tenaga kerja sebesar 0.0. 5.2. Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Ciamis Berdasarkan hasil analisis input-output, maka pada uraian berikut akan ditentukan komoditas yang menjadi komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis dengan menghitung nilai indeks komposit. Hasil yang diperoleh dari perhitungan kriteria komoditas unggulan tersebut bervariasi untuk suatu komoditasnya, sehingga menentukan komoditas unggulan pada penelitian ini dilakukan dengan merata-ratakan nilai masing-masing indeks dan nilai indeks di atas rata-rata dijadikan komoditas unggulan. Indeks komposit komoditas unggulan pertanian Kabupaten Ciamis selengkapnya disajikan pada Tabel 30. Tabel 30. Indeks Komposit Komoditas Unggulan Pertanian Kabupaten Ciamis No Komoditas DKLBj DKLDi IDP IDK Multiplier Output Income Enploy- ment Indeks Komposit Klasifikasi Ranking

1 Pad 0.05 0.32 0.06 0.11 0.12 0.05 0.05 0.75 Tinggi 1 2 Jag 0.06 0.03 0.06 0.06 0.07 0.06 0.05 0.39 Rendah 9 3 Ketelph 0.03 0.01 0.06 0.06 0.07 0.05 0.06 0.33 Rendah 13 4 Buah 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.05 0.06 0.40 Rendah 7 5 Sayur 0.03 0.00 0.06 0.06 0.07 0.05 0.06 0.33 Rendah 14 6 Bamak 0.04 0.04 0.06 0.06 0.05 0.05 0.06 0.36 Rendah 10 7 Klp 0.04 0.12 0.06 0.07 0.07 0.05 0.06 0.47 Tinggi 6 8 Cengkh 0.01 0.00 0.06 0.06 0.07 0.05 0.06 0.30 Rendah 15 9 Tanper 0.03 0.04 0.06 0.06 0.03 0.05 0.06 0.34 Rendah 11 10 Ayrasped 0.21 0.10 0.10 0.07 0.09 0.10 0.02 0.68 Tinggi 2 11 Sapi 0.14 0.09 0.08 0.07 0.07 0.18 0.04 0.67 Tinggi 3 12 Peterla 0.11 0.10 0.08 0.07 0.08 0.06 0.04 0.54 Tinggi 4 13 Kehut 0.03 0.04 0.06 0.06 0.03 0.05 0.06 0.33 Rendah 12 14 Iknlaut 0.08 0.02 0.07 0.06 0.04 0.06 0.05 0.38 Rendah 8 Tabel 30. (Lanjutan) 15 Ikdarat 0.12 0.03 0.08 0.06 0.07 0.08 0.04 0.48 Tinggi 5 Rata-rata 0.45 Keterangan: Pad: Padi; Jag: Jagung; Ketelph: Ketela Pohon; Buah: Buah-buahan; Sayur: Sayur-sayuran; Bamak: Bahan Makanan Lainnya; Klp: Kelapa; Cengkh: Cengkeh; Tanper: Tanaman Perkebunan Lainnya; Ayrasped: Ayam Ras Pedaging; Sapi: Sapi; Peterla: Peternakan Lainnya; Kehut: Kehutanan; Iknlaut: Ikan Laut dan hasil laut lainnya; Ikdarat: Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya. Berdasarkan nilai indeks komposit masing-masing komoditas pertanian, komoditas dengan nilai indeks komposit di atas rata-rata dapat dikatakan sebagai komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis. Adapun komoditas tersebut terdiri dari lima komoditas unggulan pertanian secara berurutan yaitu: komoditas padi, komoditas ayam ras pedaging, komoditas sapi, komoditas peternakan lainnya, komoditas ikan darat dan hasil perairan darat lainnya dan komoditas kelapa. Bila melihat komoditas pertanian yang menjadi komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis terdiri dari kelompok komoditas pertanian tanaman bahan makanan yaitu komoditas padi, selanjutnya adalah kelompok komoditas perkebunan yaitu komoditas kelapa, kemudian kelompok komoditas peternakan dan hasil-hasilnya yang semuanya masuk dalam kategori komoditas unggulan yaitu ayam ras pedaging, komoditas sapi, komoditas peternakan lainnya, dan kelompok komoditas perikanan dimana perikanan darat dan hasil perikanan lainnya juga termasuk kategori tinggi. Komoditas kehutanan tidak termasuk pada

komoditas unggulan di Kabupaten Ciamis dari hasil analisis yang dilakukan pada Tabel Input-Output. Hasil identifikasi komoditas unggulan menggunakan analisis input-output ini, sejalan dengan kebijakan pemerintah daerah dalam hal ini dinas/instansi terkait seperti komoditas padi yang menjadi komoditas unggulan bidang pertanian tanaman pangan menjadi fokus pengembangan bagi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis. Meskipun peringkat pada indeks komposit untuk komoditas padi berada pada peringkat 1, namun dari hasil analisis multiplier menggambarkan bahwa komoditas padi kecil memberikan dampak multiplier. Hal ini karena komoditas padi merupakan komoditas yang menjadi bahan pokok bagi masyarakat sehingga campur tangan pemerintah dalam mengendalikan komoditas ini sangat tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka komoditas padi ini lebih dikategorikan pada komoditas strategis. Kemudian komoditas ayam ras pedaging dan sapi juga menjadi ungulan dan fokus perhatian Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis. Terlebih untuk pengembangan sapi yang diarahkan pada sapi potong/pedaging dengan adanya program swasembada daging sapi tahun 2014 dari Kementrian Pertanian. Hasil paduserasi dengan pemangku kepentingan pembangunan di Kabupaten Ciamis dihasilkan tiga komoditas yang menjadi unggulan dari hasil analisis ini juga menjadi unggulan daerah yaitu komoditas padi, komoditas ayam ras pedaging dan komoditas sapi yang diarahkan pada sapi potong. Namun mengingat bahwa komoditas padi merupakan komoditas yang strategis dimana merupakan komoditas yang memenuhi hajar hidup orang banyak dan tersebar di wilayah Kabupaten Ciamis sehingga untuk padi lebih diarahkan pada komoditas strategis. Tiga komoditas lain yaitu peternakan lainnya, komoditas ikan darat dan hasil perairan darat lainnya dan komoditas kelapa. Salah satu kriteria komoditas unggulan menurut Daryanto dan Hafizrianda (2010) adalah dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase kelahiran, fase pertumbuhan hingga fase kejenuhan atau penurunan. Jika komoditas unggulan yang satu memasuki tahap kejenuhan atau penurunan maka komoditas unggulan lainnya harus mampu menggantikannya. Tiga komoditas lain selain komoditas unggulan pertanian

terpilih merupakan stok bagi Kabupaten Ciamis untuk dikembangkan di masa mendatang dengan mempertimbangkan kemampuan daerah. Tiga komoditas unggulan pertanian terpilih dari hasil paduserasi tersebut, selanjutnya dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh baik dari sisi internal maupun eksternal untuk menyusun strategi pengembangannya. Hasil paduserasi dengan pihak pemangku kepentingan pembangunan di Kabupaten Ciamis yang juga merupakan hasil analisis, selanjutnya direkomendasikan menjadi arahan kebijakan pengembangan komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis, baik itu komoditas strategis maupun komoditas unggulan lainnya. Arahan kebijakan pengembangan komoditas unggulan pertanian bagi Kabupaten Ciamis yaitu: 1. Pengembangan Komoditas Padi 2. Pengembangan Komoditas Ayam Ras Pedaging 3. Pengembangan Komoditas Sapi Dari arahan kebijakan tersebut, lebih lanjut disusun strategi pengembanganannya untuk memberikan gambaran arah kebijakannya yaitu dengan menggunakan analisis A-WOT untuk masing-masing komoditas. 5.3. Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian Terpilih di Kabupaten Ciamis Strategi pengembangan komoditas unggulan pertanian terpilih hasil analisis dari Tabel Input-Output difokuskan pada tiga komoditas yaitu padi, ayam ras pedaging dan sapi. Penyusunan strategi pengembangan untuk ketiga komoditas tersebut dilakukan dengan melihat hasil analisis I-O dan penggalian informasi pada pihak terkait yaitu BAPPEDA, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis untuk menggali informasi yang diperlukan dalam analisis A-WOT. Adapun strategi pengembangan masing-masing komoditas tersebut diuraikan sebagai berikut: 5.3.1. Strategi Pengembangan Padi a. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Strategi pengembangan komoditas padi di Kabupaten Ciamis dalam penyusunannya, diawali dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh baik faktor internal maupun faktor eksternal. Identifikasi faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penggalian informasi kepada pihak yang memahami permasalahan padi di Kabupaten Ciamis. Kemudian hasil identifikasi informasi tersebut diberikan bobot dengan menggunakan bobot skala perbandingan Saaty. Adapun hasil identifikasi setiap faktor baik internal maupun eksternal dan pembobotannya selengkapnya disajikan pada Tabel 31. Tabel 31. Bobot Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengembangan Padi Kekuatan (Strength) Unsur Bobot AHP 1 Adanya lembaga Dinas Pertanian Tanaman Pangan serta UPTD 0.17 Pengembangan Pertanian, UPTD Pembenihan dan UPTD Pemasaran Hasil Pertanian. 2 Lahan sawah seluas 51.689 ha dan lahan kering 192.926 ha dengan 0.52 lokasi tersebar di wilayah Kabupaten Ciamis. 3 Adanya program P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). 0.09 4 Adanya organisasi kelembagaan petani (KTNA, koperasi petani, asosiasi petani, dan kelompok tani). 0.22 Kelemahan (Weaknesses) 1 Kualitas dan kuantitas petugas pertanian tanaman pangan belum 0.09 memadai. 2 Terbatasnya sarana dan prasarana poduksi. 0.18 3 Sering terjadi kelangkaan pupuk dan harga yang cukup mahal. 0.25 4 Komoditas padi kurang memberikan nilai tambah bagi petani 0.48 Peluang (Opportunities) 1 Meningkatnya laju kebutuhan beras seiring dengan laju 0.40 pertumbuhan penduduk. 2 Tersedianya teknologi budi daya dan pengolahan padi. 0.09 3 Meningkatnya minat konsumen terhadap beras organik. 0.26 4 Pemasaran hasil semakin terbuka. 0.15 5 Angkatan kerja yang semakin banyak. 0.06 Ancaman (Threats) 1 Menurunnya minat generasi muda dalam hal budidaya padi dan 0.10 pertanian lainnya. 2 Fenomena musim yang sulit diprediksi. 0.27

3 Merosotnya kualitas sumber daya lahan akibat pola budi daya yang tidak ramah lingkungan. 0.08 4 Adanya serangan hama padi yang bersifat masal. 0.50 5 Adanya alih fungsi lahan sawah untuk bangunan dan peruntukkan lainnya. 0.05 Hasil pembobotan dengan metode AHP menunjukkan bahwa untuk pengembangan komoditas padi di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal kekuatan yang dominan mempengaruhi adalah luas lahan, baik itu sawah maupun lahan kering yang ada di Kabupaten Ciamis yang memiliki luas lebih dari 30 persen dari luas wilayah Kabupaten Ciamis yang didukung dengan produktivitas rata-rata 6.3 ton per hektar (Distan Pangan Ciamis, 2011), kemudian adanya organisasi kelembagaan petani (KTNA, koperasi petani, asosiasi petani, kelompok tani) yang telah ada dan mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Faktor internal berupa kelemahan yang masih ada di Kabupaten Ciamis adalah komoditas kurang memberikan nilai tambah bagi petani dan masih sering terjadi kelangkaan pupuk dan harga yang cukup mahal. Faktor eksternal peluang yang ada yaitu meningkatnya laju kebutuhan beras seiring dengan laju pertumbuhan penduduk baik di Kabupaten Ciamis sendiri maupun di luar wilayah Ciamis, meningkatnya minat konsumen terhadap beras organik. Faktor ancaman yang ada adalah adanya serangan hama padi yang bersifat masal dan musim yang sulit diprediksi. b. Analisis Keterkaitan Antar Faktor Berdasarkan hasil pembobotan masing-masing faktor, selanjutnya disusun matriks SWOT untuk melihat keterkaitan masing-masing faktor dan merumuskannya menjadi strategi pengembangan komoditas padi (Tabel 32). Tabel 32. Matriks SWOT Pengembangan Padi Faktor Ekternal Peluang 1. Meningkatnya laju kebutuhan beras seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. 2. Tersedianya teknologi budi daya dan pengolahan padi. 3. Meningkatnya minat konsumen terhadap beras organik. 4. Pasar semakin terbuka Ancaman 1. Menurunnya minat generasi muda dalam hal budi daya padi dan pertanian lainnya. 2. Fenomena musim yang sulit diprediksi. 3. Merosotnya kualitas sumber daya lahan akibat pola budi daya yang tidak ramah lingkungan. 4. Adanya serangan hama padi

Faktor Internal Kekuatan 1. Adanya lembaga Dinas Pertanian Tanaman Pangan serta UPTD Pengembangan Pertanian, UPTD Pembenihan dan UPTD Pemasaran Hasil Pertanian. 2. Luas Lahan sawah seluas 51 689 ha dan Lahan kering 192 926 ha. 3. Adanya program P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). 4. Adanya organisasi kelembagaan petani (KTNA, Koperasi petani, Asosiasi Petani, Kelompok Tani). Tabel 32. (Lanjutan) Kelemahan 1. Kualitas dan kuantitas petugas pertanian belum memadai. 2. Terbatasnya sarana dan prasarana poduksi. 3. Sering terjadi kelangkaan pupuk dan harganya cukup mahal. 4. Komoditas padi kurang memberikan nilai tambah bagi petani lebar. 5. Angkatan kerja yang semakin banyak. Penggunaan unsur-unsur kekuatan untuk mendapatkan peluang yang ada (SO) 1. Mendorong peningkatan produksi dan kualitas beras. 2. Mendorong terciptanya inovasi pengolahan hasil guna memperoleh nilai tambah (added value). Pengurangan kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada (WO) 1. Membangun usaha agribisnis padi berpola kemitraan. 2. Meningkatkan akses petani terhadap permodalan, teknologi dan pasar. 3. Peningkatan pengetahuan petugas pertanian. yang bersifat masa. 5. Adanya alih fungsi lahan sawah untuk bangunan dan peruntukan lainnya. Penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (ST) 1. Menerapkan pola pemupukan berimbang antara pupuk organik dan anorganik serta pengelolaan lahan secara terpadu ramah lingkungan. 2. Mendorong terciptanya kawasan/sentra komoditas unggulan tanaman pangan. 3. Penyuluhan dan pembianaan kepada masyarakat pertanian. Pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (WT) 1. Menerapkan pola pemupukan berimbang antara pupuk organik dan anorganik serta pengelolaan lahan secara terpadu ramah lingkungan. 2. Membentuk pola pikir petani dari subsisten ke produktif. Analisis keterkaitan antar faktor pada matriks SWOT menghasilkan beberapa strategi pengembangan padi sebagai berikut: 1. Mendorong peningkatan produksi dan kualitas beras. 2. Mendorong terciptanya inovasi pengolahan hasil guna memperoleh nilai tambah (added value). 3. Memperbaiki kualitas sumberdaya lahan dengan penggunaan bahan organik dan pengelolaan lahan secara terpadu ramah lingkungan. 4. Mendorong terciptanya kawasan/sentra komoditas unggulan tanaman pangan. 5. Penyuluhan dan pembianaan kepada masyarakat pertanian. 6. Membangun usaha agribisnis padi berpola kemitraan. 7. Meningkatkan akses petani terhadap permodalan, teknologi dan pasar. 8. Peningkatan pengetahuan petugas pertanian 9. Menerapkan pola pemupukan berimbang antara pupuk organik dan anorganik serta pengelolaan lahan secara terpadu ramah lingkungan.

10. Membentuk pola pikir petani dari subsisten ke produktif. Rumusan strategi pengembangan komoditas padi hasil analisis keterkaitan pada matriks SWOT, selanjutnya dihitung bobot keterkaitannya dari pembobotan hasil analisis AHP. Jumlah bobot tersebut selanjutnya ditentukan ranking dari tertinggi sampai terrendah. Hasil ranking tersebut menentukan strategi prioritas pengembangannya komoditas padi di Kabupaten Ciamis (Tabel 33). c. Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan Padi Penentuan prioritas strategi pengembangan komoditas padi di Kabupaten Ciamis dirumuskan dengan memadukan keterkaitan antar faktor pada matriks SWOT yang kemudian dihitung jumlah bobot keterkaitan pada setiap strategi tersebut, kemudian ditentukan ranking tertinggi dari masing-masing strategi yang dapat dijadikan prioritas strategi pengembangan. Ranking strategi pengembangan komoditas padi selengkapnya disajikan pada Tabel 33. Strategi prioritas berdasarkan hasil ranking dari rumusan strategi bagi pengembangan komoditas padi di Kabupaten Ciamis secara berurutan adalah sebagai berikut: No Unsur SWOT Tabel 33. Ranking Strategi Pengembangan Padi Keterkaitan Jumlah Bobot Ranking setiap strategi Ranking Total Strategi SO 1. SO1 S: 1, 2, 3, 4 ; O: 1, 3 1.75 1 1 2. SO2 S: 1, 4 ; O: 4, 5 0.60 2 6 Strategi ST 1. ST1 S: 2, 3, 4 ; T: 3, 4 1.41 1 3 2. ST2 S: 2, 3 ; T: 5 0.66 3 9 3. ST3 S: 1, 2 ; T: 1,2 1.06 2 10 Strategi WO 1. WO1 W: 2, 3, 4 ; O: 1, 3, 4 1.72 1 5 2. WO2 W: 2, 3 ; O: 4 0.58 3 8 3. WO3 W: 1, 2, 4 ; O: 2, 5 0.90 2 4 Strategi WT 1. WT1 W: 2, 3, 4 ; T: 3, 4 1.32 1 2 2. WT2 W: 1, 4; T :1, 2, 5 1.12 2 7 1. Mendorong peningkatan produksi dan kualitas beras.