BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Kinerja Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang dalam bahasa inggris adalah performance. Istilah performance sering diindonesiakan dengan performa, namun dalam hal ini dipakai kinerja yang artinya keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau profesi dalam waktu tertentu (Wirawan, 2009:5). Kinerja menurut Hariandja (2007:194) adalah hasil karya yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam organisasi. Sedangkan menurut Rivai (2009:309) kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja mengacu pada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan pegawai. Kinerja menunjukkan kemampuan pegawai dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas dan mencapai target yang telah ditetapkan (Abdul et al., 2012). Pencapaian kinerja pada akhirnya akan dilihat dari hasil yang dapat dicapai oleh pegawai. Berdasarkan pemahaman para ahli tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja pegawai atau pegawai sesuai dengan perannya dalam suatu perusahaan atau organisasi.
2.1.2 Standar Kinerja Wirawan (2009:66) menyatakan standar kinerja adalah tolak ukur minimal kerja yang harus dicapai pegawai secara individual maupun kelompok pada semua indikator pekerjaan. Standar kinerja dapat diukur sebagai berikut. (1) Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicatat. Ini berkaitan dengan keluaran yang dihasilkan. (2) Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran. (3) Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. (4) Efektivitas penggunaan sumber organisasi, yaitu dalam penggunaan sumber-sumber daya diisyaratkan dalam jumlah tertentu. (5) Cara melakukan pekerjaan, yaitu sikap profesional pegawai dalam melakukan suatu pekerjaan. 2.1.3 Fungsi Standar Kinerja Simamora (2008:147) menyatakan standar kinerja mempunyai dua fungsi sebagai berikut. (1) Menjadi tujuan-tujuann atau sasaran-sasaran dari upaya karyawa. Jika standar kinerja telah terpenuhi, maka pegawai akan merasakan adanya pencapaian dan penyelesaian pekerjaan. (2) Standar kerja merupakan kriteria pengukuran kesuksesan sebuah pekerjaan. Tanpa adanya standar kerja, maka tidak ada sistem pengendalian yang dapat mengevaluasi kinerja pegawai. 1
2.1.4 Metode Penilaian Kinerja Hasibuan (2007:112) menyatakan metode penilaian kinerja merupakan suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk menilai kinerja pegawai menyangkut kelebihan dan kelemahan serta potensi yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan, sehingga diperoleh hasil penilaian yang obyektif terhadap pegawai yang dinilai. Dalam hubungan dengan metode penilaian kinerja, davis,et al (Hasibuan,2007:113) membedakan dua kelompok penilaiian kinerja yakni sebagai berikut. (1) Metode penilaian berorientasi masa lalu (past-oriented apprasial methods) Merupakan metode atau prosedur penilaian kinerja terhadap seluruh aktivitas kerja pegawainya yang telah dilaksanakan dan bagaimana hasil pekerjaannya apakah telah sesuai dengan standar, lebih rendah atau lebih tinggi dari standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Yang termasuk dalam metode ini yaitu sebagai berikut. a) Rating scale method Metode penilaian kinerja yang cenderung sebyektif, mengingat penilaian hanya didasarkan pada pendapat dari penilai saja. b) Checklist method Metode penilaian kinerja yang disusun berdasarkan pernyataanpernyataan yang menggambarkan kinerja dan karakteristik pegawai yang akan dinilai. 2
c) Field review method Metode penilaian kinerja pegawai dimana penilai dibantu oleh suatu tim ahli dan departemen SDM untuk mengadakan penilaian mengumpulkan berbagai informasi tentang kinerja pegawai yang dinilai. d) Performance test and observation Metode penilaian kinerja yang didasrkan pada tes pengetahuan dan keterampilan bagi pegawai yang akan dinilai. (2) Metode penilaian kinerja berorientasi pada masa depan (future oriented apprasial method) Merupakan suatu penilaian kinerja yang didasarkan atas perhatiannya terhadap kinerja pegawai masa mendatang melalui penilaian potensi pegawai atau dengan menetapkan sasaran-sasaran kinerja di masa mendatang (Hasibuan, 2004:117). Yang termasuk kedallam metode ini yaitu sebagai berikut. a) Self Apprasial Metode penilaian kinerja yang dilaksanakan oleh pegawai itu sendiri ( evaluasi diri) atas kinerjanya. b) Management by Objectives Approach Penyelia dan pegawai bersama-sama menyusun dan menetapkan sasaran yang ingin dicapai di masa mendatang. 3
c) Psychological Appraisals Metode penilaian kinerja yang didasarkan atas wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi dan mereview hasil evaluasievaluasi lainnya. d) Assessment center Technique Metode penilaian kinerja yang distandarisasikan sesuai dengan bentuk atau tipe penilaian dan penilai. Mathis dan jackson (2009:387) menyebutkan bahwa penilaian kinerja pegawai dapat dilakukan sebagai berikut. a) Sipervisor melalui bawahan Penilaian secara tradisional atas pegawai oleh supervisor didasarkan pada asumsi bahwa supervisor langsung adalah orang yang paling memenuhi syarat untuk mengevaluasi kinerja karyawn secara realistis dan adil. Untuk mencapai tujuan ini, beberapa supervisor menympan catatan kinerja mengenai pencapaian pegawai mereka. b) Pegawai menilai manajer Evaluasi dari bawahan terhadap atasan dapat memberikan informasi yang tepat dan rinci karena penilai mempunyai kontak langsung dengan yang dinilai. Kerugian utama dari menerima penilaian pegawai adalah reaksi negatif yang ditunjukkan oleh banyak atasan karena harus dievaluasi oleh pegawai. 4
c) Rekan kerja Evaluasi rekan kerja merupakan sumber paling handal dari data penelitian karena rekan sekerja dekat dengan tindakan. Penilaian oleh rekan kerja khususnya berguna ketika para supervisor tidak memiliki kesempatan untuk mengamati kinerja setiap pegawai. d) Menilai diri sendiri Menilai diri sendiri dapat diterapkan dalam situasi-situasi tertentu. Sebagai alat pengembangan diri, hal ini dapat memaksa para pegawai untuk memikirkan mengenai kekuatan dan kelemahan mereka dan menetapkan tujuan untuk peningkatan. Para pegawai yang bekerja dalam isolasi atau mempunyai ketrampilan unik memungkinkan adalah satusatunya yang memenuhi syarat untuk menilai diri mereka sendiri. e) Penilai dari luar Penilaian juga dapat dilakukan oleh orang-orang (penilai) dari luar yang dapat diundang untuk melakukan tinjauan kinerja. 2.1.5 Tujuan penilaian kinerja Tujuan dilakukan penilaian kinerja secara umum adalah untuk memberikan umpan balik kepada pegawai dalam upaya memperbaiki kinerja dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi dan secara khusus kaitanyya dengan kebijaksanaan SDM seperti untuk tujuan promosi, kenaikkan gaji, pendidikan pelatihan, dan lain-lain. 5
Simamora (2008:343) berpendapat bahwa tujuan utama sistem penilaian kinerja adalah untuk menghasilkan informasi yang akurat tentang perilaku dan kinerja anggota. 2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Sedarmayanti (2010:72) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah sebagai berikut. (1) Sikap mental dan etika kerja, karena tenaga kerja itu bersikap mental dan beretika kerja yang pada umumnya mempunyaitanggung jawab dalam bekerja. (2) Pendidikan dan pelatihan, tenaga kerja yang berpendidikan lebih mudah mmengerti tentang hal-hal yang diperintahkan. (3) Keterampilan, makin terampil dalam bekerja maka akan makin cepat mengerjakan suatu pekerjaan. (4) Manajemen, baik buruknya suatu manajemen menentukan betah tidaknya pegawai dalam bekerja. (5) Hubungan Industrial Pancasila (H.P.I), hubungan kerja yang manusiawi dalam perlakuan tenaga kerja akan lebih menjamin dalam ketenangan kerja pegawai. (6) Tingkat penghasilan, semakin tinggi penghasilan maka semakin puas pegawai dalam bekerja. (7) Gizi dan kesehatan, sangat dipentungkan untuk kekuatan fisik dari pegawai dalam bekerja. 6
(8) Jaminan sosial, sesuatu yang dapat menambah pendapatan pegawai dan keluarga. (9) Lingkungan dan iklim bekerja, agar tenaga kerja merasa aman dan nyaman dalam bekerja. (10) Sarana produksi, menunjang pegawai dalam bekerja. (11) Teknologi, mempermudah dan mempercepat pegawai dalam bekerja. (12) Kesempatan berprestasi, kesempatan dari pegawai dalam pembangunan karirnya. Wirawan (2009:7) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut. (1) Faktor internal pegawai, yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang meruoakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika pegawai berkembang. (2) Faktor-faktor lingkungan internal organisasi, seperti strategi organisasi, dukungan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan serta sistem manajemen dan kompensasi. (3) Faktor lingkungan eksternal orgganisasi seperti keadaan, kejadian atau situasi yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawna. Budaya masyarakat juga merupakan faktor eksternalyang mempengaruhi kinerja pegawai. Fany (2015) menjelaskan landasan yang sesungguhnya dalam suatu organisasi adalah kinerja. Jika tidak ada kinerja maka seluruh bagian dan tujuan organisasi tidak dapat tercapai. Kinerja perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi 7
bagi setiap pegawai. Indikator yang mempengaruhi kinerja dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut: (1) Kualitas kerja, adalah tingkat atau hasil dari aktivitas yang mendekati sempurna dengan ketentuan memenuhi tujuan organisasi. (2) Kuantitas kerja, adalah jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dalam bentuk nilai uang. (3) Ketepatan waktu, adalah tingkat dimana suatu aktivitas atau hasil kerja sudah lengkap pada waktu yang paling tepat. (4) Efektivitas, adalah tingkat maksimal untuk menghasilkan pendapatan perusahaan yang tinggi. (5) Kemandirian, adalah tingkat dimana pegawai bisa melakukan fungsi pekerjaan tanpa intervensi. 2.2 Penempatan 2.2.1 Pengertian Penempatan Menempatkan sumber daya manusia adalah proses penentuan lokasi dan posisi seseorang pegawai dalam suatu perusahaan yang dilaksanakan oleh para manajer sumber daya manusia (Ardana,dkk 2012:18). Menurut Ardana, dkk (2012:82) penempatan adalah proses mencocokkan atau membandingkan kualifikasi yang dimiliki dengan persyaratan pekerjaan dan sekaligus memberikan tugas, pekerjaan kepada calon pegawai untuk dilaksanakan. Ketepatan dalam menetapkan pegawai dengan kesesuaian bidang dan keahlian menjadi sebuah keharusan dari sebuah Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya. Hasibuan, 8
(2007:70) mengemukakan penempatan pegawai adalah tindak lanjut dari seleksi yaitu menempatkan calon pegawai yang diterima pada jabatan/pekerjaan yang membutuhkannya. Dari pendapat para ahli dapat dikemukakan penempatan merupakan proses penugasan/pengisian jabatan atau penugasan kembali pegawai pada tugas/jabatan baru atau jabatan berbeda. 2.2.2 Jenis-Jenis Penempatan Ardana, dkk (2012:111) terdapat tiga jenis penempatan, antara lain adalah sebagai berikut. (1) Promosi Promosi merupakan proses penempatan pegawai sebagai penghargaan atau hadiah atas usaha dan prestasinya di masa lampau dengan memindahkannya ke level yang lebih tinggi dari pekerjaan yang sebelumnya. (2) Transfer Transfer adalah proses menempatkan pegawai ke bidang lain yang tingkatannya hampir sama baik dari segi tanggung jawab, tingkatan struktutur, maupun tingkatan gajinya. Transfer akan bermanfaat bagi pegawai karena akan menambah pengalaman kerja mereka dan mempunyai keahlian baru dan dalam perspektif yang berbeda pula, sehingga dapat mmenjadi pegawai yang lebih baik dan dapat menjadi calon yang kuat untuk dipromisikan di masa mendatang. 9
(3) Demosi Demosi merupakan kebalikan dari promosi, dimana demosi menempatkan seseorang pegawai ke posisi lain yang tingkatannya lebih rendah baik dalam tingkatan gaji, tanggung jawab, maupun strukturnya. Biasanya hal tersebut terjadi karena masalah kinerja yang kurang baik dan tingkat absen yang tinggi. Permasalah yang mungkin timbul akibat demosi adalah pegawai mungkin akan kehilangan semangat kerjanya. 2.2.3 Keuntungan Penempatan Ardana,dkk (2012:83) dengan menmpatkan sumber daya manusia yang tepat tidak saja menguntungkan perusahaan, tetapi juga menguntungkan sember daya manusia yang tepat adalah sebagai berikut. (1) Perusahaan dapat mengisi lowongan pekerjaan (2) Perusahaan dapat meningkatkan semangat dan kegairah kerja (3) Perusahaan memperoleh ide-ide baru dalam pengembangan perusahaan (4) Terdapat suasana kerja yang harmonis, karena orang bekerja sesuai dengan bidangnya. Dengan adanya penempatan tersebut banyak terdapat keuntungan yang diperoleh oleh sumber daya manusia, diantaranya: (1) Adanya kepastian waktu untuk memulai kerja (2) Sumber daya manusia diberikan kesempatan untuk bisa mengembangkan pikiran untuk kepentingan perusahaan 10
(3) Mengali potensi diri untu meningkatkan kemampuan (4) Meningkatkan disiplin, loyalitas, dan rasa percaya diri serta tanggung jawab atas pekerjaan yang sesuai dengan kempuan 2.2.4 Proses Penempatan Pada hakekatnya yang menjadi sarana proses pennempatan sumber daya manusia, Ardana, dkk. (2012:82) menyatakan sebagai berikut. (1)Mengisi informasi atau lowongan pekerjaan yang tersedia di perusahaan. (2)Sumber daya manusia yang baru lulus tidak terlalu lama menunggu diangkat dan apa yang akan dikerjakan. (3)Menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat (4)Agar perusahaan dapat bekerja dengan efisien dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang tepat tersebut. Siagian (2007:158) bahwa suatu program penempatan mencakup empat hal yaitu sebagai aspek kehiidupan organisasi, keuntungan bagi pegawai, perkenalan dan berbagai aspek tugas dan mutasi, berarti penempatan mencakup promosi, transfer bahkan demosi sekalipun. 2.2.5 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Penempatan Seorang manejer harus jeli dalam menempatkan tenaga kerjanya dalam tugas danpekerjaan. Ardana,dkk. (2012:83) mengemukakan beberapa faktor yang diperhatikan dalam menempatkan tenaga kerja ditempat bekerja, antara lain sebagai berikut. (1) Latar belakang pendidikan (2) Pengalaman kerja 11
(3) Kesehatan fisik dan mental (4) Status perkawinan (5) Faktor umur (6) Faktor jenis kelamin (7) Minat dan hoby (8) Orientasi sumber daya manusia 2.2.6 Indikator penempatan Ardana, dkk. (2012:83) indikator-indikator yang berhubungan dengan penempatan adalah sebagai berikut. (1) Orientasi/pengenalan terhadap pekerjaan (2) Mutasi yang sesuai dengan keahlian (3) Penyesuaian pendidikan dan kemampuan dengan pekerjaan (4) Penyesuaian ilmu dan kemampuan dengan pekerjaan 2.3 Keadilan Organisasional Keadilan merupakan suatu kondisi sosial yang dapat terjadi di berbagai tempat salah satunya adalah organisasi (Benyamin, 2009). Keadilan menurut Harris (2015) adalah suatu keadaan dimana seseorang mendapatkan apa yang menjadi haknya dan telah sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku. Keadilan organisasional adalah sesuatu yang mendasari persepsi pegawai tentang adanya keadilan di tempat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Wira dan Agoes (2013) menyimpulkan terciptanya persepsi tentang ketidakadilan pada diri seseorang dapat mengancam perasaannya ketika berada 12
pada suatu kelompok. Keadilan organisasional menurut Benyamin (2009) terbentuk dari tiga komponen yang merupakan persepsi dasar pegawai terhadap keadilan di tempat kerja yaitu keadilan distributif, keadilan interaksional, dan keadilan prosedural. Keadilan distributif adalah suatu persepsi mengenai keadilan yang membandingkan antara masukan (input) dengan hasil (outcome) yang di distribusikan antar pegawai (Suhartini dan Maulana, 2008). Keadilan interaksional mencakup berbagai tindakan yang menampilkan kepekaan sosial dalam memperlakukan pegawai dengan menunjukan rasa hormat dan bermartabat. Keadilan prosedural adalah keadilan yang dirasakan oleh pegawai terhadap prosedur dan proses yang dilakukan oleh organisasi dalam melaksanakan kebijakannya (Suhartini dan Maulana, 2008). 2.4 Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah suatu respon umum yang ditunjukan oleh pekerja berupa perilaku positif, dimana perilaku tersebut mengacu pada persepsi dari berbagai hal yang diterima pekerja yang terkait dengan pekerjaannya (Ade et al. 2014). Selly (2014) dengan melihat begitu banyaknya kebutuhan manusia yang cenderung tak terbatas, kepuasan kerja menjadi hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam organisai. Kepuasan kerja dapat dilihat dengan menunjukan rasa nyaman serta memiliki pengalaman yang positif di dalam pekerjaannya (Benyamin, 2009). Kepuasan kerja juga sangat dekat hubungannya dengan produktivitas, dimana hal ini juga berhubungan dengan keuntungan yang didapat perusahaan (Hasan, 2010). Menurut Sutrisno (2012:81) selain berdampak pada 13
produktivitas, kepuasan kerja juga memiliki dampak terhadap ketidakhadiran dan keluarnya tenaga kerja. Kepuasan kerja menurut Mangkunegara (2007:120) memiliki 2 faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dari dirinya sendiri dan faktor dari pekerjaan yang dimiliki pegawai tersebut. Brahmasari (2008) menyebutkan faktor dari diri sendiri berupa kecerdasan, masa kerja, jenis kelamin, umur, kepribadian, kondisi fisik dan pendidikan sedangkan dari faktor pekerjaan adalah jaminan keuangan, hubungan kerja, kedudukan, kesempatan promosi, dan jenis pekerjaan. Menurut Rivai dan Ella (2009:860) untuk melihat dan menilai suatu kepuasan kerja pegawai terdapat beberapa faktor yaitu manajemen, isi pekerjaan, kondisi pekerjaan, supervisi, kesempatan untuk maju, rekan kerja, dan imbalan finansial. 2.5 Hipotesis Penelitian 2.5.1 Pengaruh Penempatan Pegawai pada Kinerja Pegawai Sedarmayanti (2010 : 120) mengatakan bahwa Penempatan adalah penugasan atau penugasan kembali pegawai pada pekerjaan atau jabatan baru. penempatan menjadi salah satu aspek penting karena merupakan proses yang dipersyaratkan, sehingga diharapkan mendapat tenaga kerja yang sesuai dengan jabatan yang didudukinya. Asri et al. (2014) dalam penelitiannya membuktikan penempatan pegawai memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai pada kantor sekretariat Kabupaten gresik. Hal yang sama dibuktikan oleh Fany (2015) penempatan pegawai memiliki hubungan positif terhadap kinerja pegawai di PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor. Helena (2014) membuktikan hal yang 14
sama, dimana penempatan pegawai memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai Negeri Sipil di lingkungan BAPPEDA Kabupaten Flores Timur. Dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H 1 : penempatan pegawai memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai. 2.5.2 Pengaruh Keadilan Organisasional pada Kinerja Pegawai Keadilan menurut Harris (2015) adalah suatu keadaan dimana seseorang mendapatkan apa yang menjadi haknya dan telah sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku, dan dalam penelitiannya menemukan bahwa keadilan organisasional memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Benyamin (2009) dalam penelitiannya membuktikan keadilan organisasional memiliki pengaruh positif terhadap kinerja guru. Hal ini dipertegas oleh Mubashar et al. (2013) membuktikan hal yang sama, dimana keadilan organisasional memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Begitupun dengan Ari and Cristina (2012) keadilan organisasional memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai. Dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H 2 : keadilan organisasional memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai. 2.5.3 Pengaruh Kepuasan Kerja Pegawai pada Kinerja Pegawai Ade et al. (2014) menyatakan kepuasan kerja merupakan suatu konsep tunggal dari diri seseorang, artinya efektivitas atau respon emosional seseorang terhadap berbagai aspek pekerjaan dan dalam penelitiannya menemukan kepuasan kerja memiliki pengaruh positif dengan kinerja dokter di ruang rawat inap RSUD Jayapura. Selly (2014) dalam penelitiannya membuktikan kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai RSUD Kota Semarang. Hal 15
ini dipertegas oleh Benyamin (2009) membuktikan hal yang sama, dimana kepuasan kerja memberikan pengaruh positif terhadap kinerja guru. Dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H 3 : kepuasan kerja pegawai memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai. 2.6 Model Konseptual Gambar 2.1 Model Konseptual Penempatan pegawai H 1 (+) Keadilan Organisasional H 2 (+) Kinerja Pegawai Kepuasan Kerja Pegawai H 3 (+) Sumber: H 1 : Asri et al. (2014), Fany (2015) dan Helena (2014) H 2 : Harris (2015), Benyamin (2009), Mubashar et al. (2013) dan Ari and Cristina (2012) H 3 : Ade et al. (2014), Selly (2014) dan Benyamin (2009) 16