BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ketiga subyek, mereka memiliki persamaan dan perbedaan dalam setiap aspek yang diteliti. Khususnya dalam penelitian mengenai perilaku seksual itu sendiri. A pernah menjalin hubungan yang serius maupun yang hanya ingin bersenang-senang dengan lawan jenis maupun sesama jenisnya. A hanya 2 kali berpacaran, satu dengan perempuan dan yang satu lagi dengan laki-laki. Dan 4 kali hubungan yang tidak memiliki status, hanya untuk melakukan hubungan seksual saja. 2 kali dilakukan dengan perempuan, dan 2 kali dilakukan dengan laki-laki. A pernah melakukan intercourse pertama kali dengan pacar perempuannya, namun tidak sering melakukan. Sedangkan dengan perempuan yang lain, A melakukan bentuk-bentuk perilaku seksual seperti berciuman, menyentuh pada daerah sensitif perempuan, oral seks, dan saling menggesekkan alat genital mereka. Dengan laki-laki, A tidak pernah melakukan anal seks. A hanya saling bermasturbasi, berpelukkan sambil menggesek-gesekkan alat kelamin mereka, dan melakukan oral seks. Perasaan cinta yang dirasakan oleh A kepada perempuan dan laki-laki cenderung sama. Apabila A sedang merasa nyaman dengan perempuan ataupun sebaliknya, A memiliki rasa cinta dan komitmen yang sama. Namun A mengakui jika dia lebih tertarik dengan
perempuan, karena perempuan lebih sering memberikan perhatian dan terlihat lebih peduli. B lebih banyak memiliki teman perempuan dibanding laki-laki. Tetapi hal ini tidak menyebabkan B mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan dari teman-temannya. Karena B termasuk siswa yang berprestasi, maka temantemannya tetap menghormatinya. Perasaan ketertarikan B sudah muncul saat dia TK dan itu tertuju kepada laki-laki teman bermainnya. B mulai berpacaran dengan seorang perempuan ketika dia SMP. Dari B duduk di bangku SMP sampai kuliah semester 3, B pernah berpacaran 2 kali dengan perempuan dan hampir berpacaran dengan salah satu teman perempuannya di kampus. Setelah hubungan dengan perempuan itu, B selalu memiliki hubungan yang serius maupun tidak serius dengan laki-laki. B menyadari bahwa dia memiliki ketertarikan dengan laki-laki, sehingga dia tidak ingin menjalin hubungan terlebih dahulu dengan perempuan. B melakukan bentuk-bentuk perilaku seksual dengan perempuan sebatas berpegangan tangan, mencium pipi dan kening, dan memeluk. Sedangkan dengan laki-laki, B melakukan hampir semua bentuk-bentuk perilaku seksual, seperti fantasi erotis, saling bermasturbasi, oral seks, saling menggesek-gesekkan alat kelamin, dan bahkan melakukan anal seks. B juga pernah melakukan seks bersama dengan 2 orang laki-laki lainnya sekaligus. Bagi B, hubungan seks dilakukan untuk memutuskan apakah akan melanjutkan hubungan ke tahap berpacaran atau tidak. Sehingga B pernah melakukan hubungan seks dengan banyak laki-laki. Sedangkan dengan perempuan, B tidak ingin melakukannya karena B teringat kepada adik perempuannya, dan membuatnya sangat
menghargai perempuan. Dan menurut B, melakukan hubungan seks dengan lakilaki lebih aman dibandingkan dengan perempuan. C memiliki lebih banyak teman laki-laki dibanding teman perempuan. Bagi C, dia lebih senang berteman dengan laki-laki. teman-teman C mengetahui mengenai orientasi seksual yang dimiliki oleh C, dan mereka menerimanya. Terkadang mereka juga menasihati C untuk kembali normal. C pertama kali mengalami ketertarikkan dengan laki-laki saat dia masih SD. Kemudian C sempat menyukai adik kelas perempuannya ketika dia duduk di bangku SMP. Selama SMP, C sering mengalami ketertarikan dengan sesama jenisnya. Kemudian saat C SMA, dia berpacaran dengan laki-laki dalam waktu yang cukup singkat. Dengan perempuan, C pernah juga berpacaran. Ketika kuliah, C kembali berpacaran lagi dengan seorang laki-laki. C memiliki tujuan untuk merasakan hidup seperti orang biasanya, namun C tetap tidak nyaman jika berpacaran dengan laki-laki. Sehingga C selalu menolak apabila terjadi bentuk-bentuk perilaku seksual yang lebih dari berciuman dengan laki-laki. sedangkan dengan perempuan, C telah melakukan berbagai macam bentuk perilaku seksual. Seperti berciuman, oral seks, menggesek-gesekkan alat kelamin, dan saling meraba. C mengaku bahwa ketika berhubungan seks, dia tidak pernah menggunakan alat bantu atau dildo. C mengaku lebih nyaman melakukan bentuk-bentuk perilaku seksual dengan perempuan, karena tidak merusak dirinya ataupun pasangannya.
5.2 Diskusi Individu yang memiliki orientasi biseksual menarik perhatian peneliti untuk mencari tahu dan membahasnya. Stigma-stigma yang mucul dari masyarakat bahwa seorang biseksual adalah seseorang yang pengecut karena tidak berani mengakui jiwa homoseksual mereka, ataupun biseksual dianggap serakah karena melakukan dengan kedua jenis kelamin, membuat peneliti ingin mengetahui mengenai perilaku seksual biseksual itu sendiri. Kesulitan yang pertama kali ditemukan oleh peneliti adalah ketika mencari subyek. Peneliti telah bertanya ke sebuah lembaga yang menaungi para biseksual, tetapi tidak mendapatkan respon. Kemudian peneliti mencari melalui teman-teman peneliti, dan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan subyek pertama. Namun dari situ lebih mudah menemukan subyek kedua, dan terhambat lagi di subyek ketiga. Karena subyek ketiga awalnya tidak ingin menjadi subyek penelitian, namun peneliti dibantu oleh temannya sehingga dia mau untuk menjadi subyek penelitian. Dalam pengambilan data, kesibukkan para subyek sempat menjadi pengahambat utama bagi penelitian. Waktu janjian yang sudah disepakati, terkadang harus diundur lagi karena kesibukkan subyek. Ataupun terkadang subyek hanya memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan wawancara, sehingga harus ditambah lagi di hari lainnya. Kendala lainnya adalah ketika sedang dilakukan wawancara, HP yang digunakan peneliti tiba-tiba mati sehingga rekaman dengan subyek hilang, dan harus melakukan wawancara ulang.
Keterbatasan penelitian ini, subyek yang kurang beragam sehingga berdampak pada kurangnya data yang terkumpul. Dua dari tiga subyek adalah individu yang melakukan perilaku seksual hanya kepada sesama jenisnya saja. Hal ini menjadi suatu kesulitan, karena kurang mendapat data mengenai perilaku seksual dan aspek-aspek yang mempengaruhinya kepada lawan jenisnya. Selain itu, karena keterbatasan waktu dan kesediaan subyek dalam memberikan informasi, peneliti kurang dapat menggali informasi secara lebih mendalam. Dari penelitian ini terdapat temuan baru terutama dalam aspek yang mempengaruhi perilaku seksual tersebut. Orang biseksual tetap dapat merasakan cinta kepada kedua jenis kelamin, secara berbeda ataupun sama besarnya. Mereka melakukan perilaku seksual kepada orang yang mereka cintai, dan sulit untuk melakukan perilaku seksual kepada orang yang tidak mereka cintai. 5.3 Saran 5.3.1 Saran Teoritis Untuk penelitian selanjutnya diharapkan aspek-aspek yang ada pada penelitian ini dapat di gali lebih dalam. Terutama aspek mengenai perilaku seksual dan biseksual itu sendiri. Pemilihan subyek disarankan yang memiliki ketertarikan yang kurang lebih sama besarnya antara lawan jenis maupun sesama jenisnya. Hal ini diharapkan dapat lebih memudahkan peneliti dalam mengetahui bagaimana perilaku seksual dan aspek-aspek yang mempengaruhi perilaku seksual tersebut.
Pada penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat menghadirkan orang terdekat subyek, dan mengikuti kegiatan subyek sehari-hari. Sehingga peneliti dapat melihat bagaimana keseharian dan reaksi lingkungan subyek. 5.3.2 Saran Praktis Orientasi seksual adalah hak pribadi setiap individu. Sama halnya seperti memilih keyakinan beragama, orang lain tidak berhak untuk menentukan pilihan pribadi orang lain. Sebagai biseksual, tidak perlu memiliki ketakutan dengan opini yang berkembang di masyrakat. Tetap menjadi diri sendiri dan menjalani apa yang sudah diyakini oleh hati. Pro dan kontra memang pasti selalu muncul untuk kaum minoritas, khususnya biseksual. Namun apabila individu sudah dapat menerima sepenuhnya dengan keadaan mereka, maka mereka tidak akan tertekan dengan opini masyarakat lainnya. Sebagian besar manusia mungkin tidak suka apabila pilihan pribadinya ditentang oleh orang lain, maka sebagai kaum mayoritas, khususnya heteroseksual, tidak perlu menganggap bahwa biseksual adalah orang-orang yang tidak merasakan cinta dan pengecut. Biseksual juga merasakan cinta dan memang dapat merasakannya kepada kedua jenis kelamin.