BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional dengan lawan jenis. Namun, saat ini lahir suatu hubungan yang dapat dikatakan berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Individu memiliki ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional dengan sesama jenis. Ketertarikan ini dinamakan orientasi seksual. Menurut Galink (2013: 12), Orientasi seksual mengacu pada jenis kelamin dimana seseorang tertarik secara emosional dan seksual. Ketertarikan tersebut berasal dari dalam diri individu dan hanya individu itu sendiri yang dapat merasakannya. Ketertarikan seseorang meliputi ketertarikan kepada heteroseksual (lawan jenis), ketertarikan kepada homoseksual (gay dan lesbian), ketertarikan kepada keduanya (biseksual) dan tidak pada keduanya (aseksual). Istilah orientasi seksual lebih banyak digunakan dalam kelompok non-heteroseksual. Kelompok ini terdiri dari gay, lesbian, biseksual, transgender, interseks, transeksual dan queer. Sedangkan menurut Kistiyanti (2015: 10), Orientasi seksual merupakan ketertarikan, baik secara seksual ataupun secara emosional kepada jenis kelamin tertentu atau gender tertentu. Individu yang memiliki orientasi seksual memiliki perasaan kepada orang lain. Perasaan sayang, cinta, menghargai dan mendukung dalam suatu hubungan. Ketertarikan kepada orang lain bisa melalui penampilan maupun perbuatan. Meskipun ada juga yang tidak terlihat pada beberapa orang. Demartoto (2013: 4) mengemukakan, Orientasi seksual dapat diikuti dengan adanya perilaku seksual atau tidak. Seorang wanita memiliki ketertarikan dengan sesama jenis, tetapi dia belum 7

2 8 pernah melakukan perbuatan seksual dengan sesama jenis, maka dia tetap dapat dikatakan memiliki orientasi seksual sejenis. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa orientasi seksual merupakan ketertarikan dalam diri seseorang, baik secara emosional maupun seksual dengan jenis kelamin dan gender tertentu. Orientasi seksual dapat diikuti dengan perilaku seksual atau tidak. b. Macam-Macam Orientasi Seksual Orientasi seksual tidak bisa dilihat dari penampilan luarnya saja, cara berkomunikasi dengan orang lain, ciri-ciri fisik atau keterbukaan satu sama lain. Namun, orientasi seksual dapat dilihat dari keseluruhan seseorang melihat orang lain dan memiliki rasa ketertarikan yang berbeda pada orang tersebut. Secara umum orientasi seksual dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Kistiyanti (2015: 10-11) membagi orientasi seksual ke dalam tiga jenis, yaitu: 1) Heteroseksual Heteroseksual merupakan ketertarikan secara emosional maupun seksual dengan lawan jenis, baik secara seks atau biologis maupun identitas gender. 2) Homoseksual Homoseksual merupakan ketertarikan secara emosional maupun seksual dengan sesama jenis, baik secara seks atau biologis maupun identitas gender. 3) Biseksual Biseksual merupakan ketertarikan secara emosional dan seksual dengan lawan jenis dan sesama jenis, baik secara seks atau biologis maupun identitas gender meskipun bukan dalam waktu yang bersamaan. Demartoto (2013: 2) juga membagi orientasi seksual menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:

3 9 1) Heteroseksual Heteroseksual merupakan ketertarikan seseorang pada jenis kelamin yang berbeda. Contohnya: laki-laki jatuh cinta kepada perempuan dan sebaliknya. 2) Biseksual Biseksual merupakan ketertarikan seseorang pada semua jenis kelamin. Contohnya: laki-laki jatuh cinta kepada perempuan dan laki-laki serta perempuan jatuh cinta kepada laki-laki dan perempuan. 3) Homoseksual Homoseksual merupakan ketertarikan seseorang kepada jenis kelamin yang sama. Contohnya: waria, yaitu laki-laki yang merasa dirinya perempuan. Secara seksual dan emosional dia tertarik dengan laki-laki. Gay, yaitu laki-laki yang secara emosional dan seksual tertarik dengan laki-laki. Lesbian, yaitu perempuan yang secara seksual dan emosional tertarik dengan perempuan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa macammacam orientasi seksual dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu heteroseksual dimana mereka memiliki ketertarikan dengan lawan jenis, homoseksual dimana mereka memiliki ketertarikan dengan sesama jenis dan biseksual dimana mereka memiliki ketertarikan dengan keduanya, baik laki-laki maupun perempuan. 2. Tinjauan tentang Lesbian a. Pengertian Lesbian Homoseksual berkaitan dengan fenomena orientasi seksual lesbian yang terjadi di masyarakat. Bahkan saat ini terdapat komunias-komunitas yang di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian. Eva (2012: 2) mengemukakan bahwa:

4 10 Kata lesbian berawal dari sebuah nama pulau di Yunani bernama Pulau Lesbos. Pulau Lesbos adalah tempat lahirnya penyair ternama pada zaman Yunani, yaitu Sappho yang diyakini cikal bakal lahirnya wanita pecinta sesama. Sappho lahir 620 SM dan dia begitu terkenal dengan puisi-puisinya yang menceritakan ketertarikannya pada sesama wanita dan pujian-pujian untuk seorang wanita. Bahkan Plato memuji dia dengan mengatakan Dewi Kesenian Kesepuluh karena karyanya. Seseorang yang memiliki orientasi seksual lesbian berhubungan dengan pasangannya seperti pasangan heteroseksual. Mereka membutuhkan rasa nyaman, ingin dilindungi, perasaan aman dan berperilaku seperti pada umumnya. Mereka berperilaku layaknya pasangan normal lainnya, seperti berpegangan tangan, berpelukan, mencium sampai melakukan hubungan seksual. Individu lesbian hanya berbeda pada tingkah laku seksualnya saja, selebihnya mereka sama seperti orang-orang heteroseksual. Menurut Drs. M. Ali Chasan Umar (Tanjung, 2007: 34), Lesbian berupa perbuatan menggesekkan atau menyentuhkan alat vital dan bukannya ejakulasi. Perbuatan tersebut dilakukan antara sesama jenis, yaitu wanita dengan wanita untuk mendapatkan kepuasan secara seksual. Sedangkan Kistiyanti (2015:13) menjelaskan, Lesbian adalah ketertarikan sesama jenis (homoseksual) perempuan, baik perempuan secara seks (biologis) atau gender (perempuan/waria). Individu lesbian menyukai pasangannya, baik secara fisik maupun melalui penyaluran kebutuhan seksual untuk mendapatkan kepuasan dari pasangan sesama jenisnya. Mereka beranggapan bahwa menjadi lesbian sudah sejak lahir, tetapi sebagian berpendapat bahwa menjadi lesbian adalah pilihan mereka sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lesbian adalah suatu ketertarikan yang terjadi pada sesama jenis perempuan, baik secara fisik, gender dan seks. Perempuan lesbian dan pasangannya berperilaku sama seperti pasangan pada umumnya, hanya saja tingkah laku seksual mereka yang berbeda.

5 11 b. Ekspresi Lesbian Individu yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian memiliki ekspresi atau ciri khas yang dapat mengungkap identitas seksual dalam dirinya. Menurut Kistiyanti (2015: 14-15), Ekspresi lesbian yang dapat ditunjukkan adalah 1) Butch; 2) Androgyne dan 3) Femme. Penjelasan dari masing-masing ekspresi tersebut adalah sebagai berikut: a) Butch Butch adalah wanita lesbian yang memiliki ekspresi maskulin. Hal tersebut dapat dilihat dari cara berjalan, berbicara dan berbusana. Pada ekspresi ini, perilaku yang ditunjukkan cenderung menyerupai laki-laki atau berperilaku tomboy. b) Androgyne Androgyne adalah wanita lesbian yang memiliki ekspresi antara maskulin dan feminin. Pada ekspresi ini, terkadang perilaku yang ditunjukkan adalah tomboy. Namun, pada situasi lain, perilaku yang ditunjukkan dapat menjadi feminin. Perilaku ini berada di tengah-tengah. c) Femme Femme adalah wanita lesbian yang memiliki ekspresi feminin. Hal tersebut dapat dilihat dari cara berjalan, berbicara dan berbusana. Pada ekspresi ini, wanita lesbian cenderung berperilaku seperti perempuan pada umumnya. Wanita lesbian memposisikan dirinya menjadi seorang pria dan seorang wanita. Mereka menjalin hubungan layaknya pasangan pada umumnya. Wanita lesbian memiliki identitas seksual yang beragam. Agustine (2005: 20-23) menjelaskan, Identitas seksual wanita lesbian terdiri dari beberapa tipe, yaitu 1) Butch; 2) Soft Butch; 3) Stone Butch; 4) Femme; 5) Androgynous; 6) Transeksual; 7) Transgender dan 8) Biseksual. Penjabaran dari identitas seksual tersebut adalah sebagai berikut:

6 12 a. Butch Butch sering digambarkan sebagai sosok yang lebih dominan pada pasangannya. Butch lebih popular dengan istilah butchy. Tipe butch memiliki gambaran sebagai individu yang berperilaku tomboy, cenderung agresif, aktif dan melindungi pasangannya. b. Soft Butch Soft Butch merupakan wanita lesbian yang memiliki perilaku tomboy. Namun, kesan yang ditampilkan lebih feminin dalam berbusana dan potongan rambut. Secara fisik dan emosional, mereka tidak mencerminkan perilaku yang kuat dan tangguh seperti laki-laki. c. Stone Butch Stone Butch digambarkan wanita lesbian yang cara berpakaian, potongan rambut dan perilakunya benar-benar menyerupai laki-laki. Mereka berpakaian lebih maskulin, potongan rambut seperti laki-laki, bahkan ada yang mengikat tubuhnya menggunakan kain di dalam pakaian dalamnya, sehingga payudara yang dimiliki wanita lesbian tersebut tidak dapat menonjol dan terlihat rata. Tipe stone butch lebih berperan sebagai pasangan laki-laki dalam menjalin hubungan dengan pasangannya. d. Femme Femme atau bisa disebut pemmeh dapat digambarkan sebagai wanita lesbian yang berbusana feminin dan berperilaku seperti wanita pada umumnya. Femme memiliki gambaran hanya menerima perlakuan dari pasangannya, termasuk dalam hubungan seksual. Sehingga, dapat dikatakan bahwa femme memiliki stereotip sebagai pasangan yang pasif. e. Androgynous Androgynous merupakan wanita lesbian yang memiliki pembagian peran yang sama antara pria dan wanita. Dia memposisikan dirinya di tengah-tengah dalam berperilaku.

7 13 f. Transeksual Transeksual merupakan individu yang mengganti beberapa bagian dalam tubuh, baik secara hormon atau melakukan operasi. Operasi yang dilakukan biasanya penggantian alat vital pada tubuh seseorang. Hal tersebut dapat terjadi pada individu transgender. g. Transgender Transgender merupakan individu yang merasakan identitas gendernya berbeda dari jenis kelamin yang mereka miliki. Contohnya adalah individu yang beranggapan bahwa seharusnya dirinya perempuan, tetapi terjebak dalam tubuh laki-laki. Mereka ingin melakukan operasi agar sesuai dengan keinginan identitas gendernya. h. Biseksual Biseksual merupakan individu yang secara perasaan, fisik dan emosional memiliki ketertarikan kepada laki-laki dan perempuan walaupun tidak dalam waktu yang bersamaan. Individu biseksual dapat menjalin hubungan dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa wanita lesbian memiliki ekspresi yang menjadi ciri khas dan melekat dalam dirinya. Ekspresi tersebut dapat berupa butch, soft butch, stone butch, femme, androgynous, transeksual, transgender dan biseksual. Identitas seksual ini menjadikan wanita lesbian dapat berperan sebagai laki-laki dan perempuan dalam menjalin hubungan, baik secara fisik, emosional dan perasaan. c. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Seseorang Memiliki Orientasi Seksual Lesbian Setiap individu tidak ingin dilahirkan menjadi seorang lesbian. Tetapi ada beberapa orang yang menganggap bahwa menjadi lesbian adalah pilihan hidupnya. Pilihan menjadi lesbian tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi. Sifranita (2015: 2) mengemukakan,

8 14 Faktor-faktor penyebab seseorang memiliki orientasi seksual lesbian adalah 1) Faktor genetik; 2) Faktor lingkungan sosial dan 3) Faktor Trauma. Penjabaran dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut: a) Faktor Genetik Faktor genetik merupakan faktor utama seseorang berperilaku lesbian. Faktor ini tidak dapat dihindari dalam diri individu tersebut dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Mereka merasa menjadi seorang lesbian sudah tertanam dalam diri. Mereka memiliki orientasi seksual yang lebih tinggi ketika bersama dengan sesama jenis daripada lawan jenis. b) Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial memiliki peranan besar seseorang menjadi lesbian. Setiap hari mereka bertemu dan bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini tidak menutup kemungkinan membawa pengaruh bagi kehidupan seksual mereka, terutama jika orang-orang yang berada dalam lingkungan tersebut memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian. c) Faktor Trauma Faktor lain yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi lesbian adalah trauma pada masa remaja. Remaja merasa patah hati dan disakiti oleh pasangan lawan jenisnya ketika menjalin hubungan. Hal tersebut dapat juga terjadi dalam kehidupan keluarga yang kurang harmonis. Remaja melihat ayah mereka menyakiti ibu atau sering bertengkar. Keadaan tersebut dapat berpengaruh pada kondisi psikis individu dan pada akhirnya memilih untuk menjadi seorang lesbian. Pendapat lain mengenai faktor-faktor penyebab seseorang menjadi lesbian adalah sebagai berikut: Faktor-faktor penyebab lesbian adalah kekurangan hormon wanita pada saat masa pertumbuhan; mendapatkan pengalaman homoseksual yang menyenangkan pada masa remaja atau sesudahnya; memandang perilaku heteroseksual sebagai sesuatu

9 15 yang aversif atau menakutkan atau tidak menyenangkan dan besar ditengah keluarga dimana ayah dominan sedangkan ibu lemah atau tidak ada (Supratiknya dalam Novena, 2011: 21). Pendapat tersebut bermakna bahwa faktor-faktor penyebab seseorang menjadi lesbian dapat dilihat dari faktor internal maupun faktor eksternal. Pengalaman buruk dan kurangnya keharmonisan keluarga juga dapat menyebabkan seseorang memilih jalan hidupnya menjadi lesbian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian. Faktor keluarga yang kurang harmonis, lingkungan sosial yang mempengaruhi dan faktor utama yaitu genetik dapat mendasari seseorang memiliki orientasi seksual lesbian. d. Dampak yang Dirasakan dari Pilihan Orientasi Seksual Lesbian Orientasi seksual lesbian merupakan suatu hal yang tidak lazim dalam masyarakat. Orientasi ini dapat memunculkan banyak dampak bagi individu tersebut. Penelusuran situs onlinelibrary.wiley.com (Astuti, 2013: 3) menjelaskan bahwa dampak yang dapat terjadi karena perilaku lesbian diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Kelainan Jiwa Kelainan jiwa akibat menyukai sesama jenis akan menimbulkan jiwa yang tidak stabil, tingkah laku yang aneh, pikiran yang tidak sehat dan mempengaruhi kondisi psikis seseorang. 2) Gangguan pada Otak Dampak dari seseorang yang menjadi lesbian selanjutnya adalah terjadi gangguan pada otak yang bisa melemahkan daya pikir, kemauan dan semangat dalam hidupnya.

10 16 3) Respon Masyarakat Masyarakat merasa terganggu dengan tingkah laku mereka yang berperilaku lesbian karena hal tersebut bertentangan dengan norma agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Keresahan dan ketakutan tingkah laku lesbian akan meluas juga menjadikan masyarakat memilih memberantas tingkah laku mereka. 4) Pencemaran Nama Baik Orang yang menjadi lesbian dapat mencemarkan nama baik keluarga terutama orang tua. Keluarga akan menjadi bahan pembicaraan di lingkungan sekitar dan bahkan akan merasa terkucilkan. 5) Respon Teman Sebaya Teman-teman yang mengetahui sahabatnya memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian merasa malu atas tingkah lakunya. Mereka memilih untuk menjaga jarak dan tidak bergaul dengan individu lesbian tersebut. Sedangkan menurut Yusa (2013: 3) mengemukakan bahwa beberapa pengaruh yang berdampak pada seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian adalah a) Penyimpangan seksual semakin banyak: seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian membawa pengaruh buruk di lingkungan masyarakat karena mereka menganggap orang yang berperilaku lesbian merupakan hal yang menyimpang dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku; b) Terkena penyakit: orang yang memiliki hubungan dengan sesama jenis, terutama lesbian lebih rentan terkena penyakit, seperti penyakit AIDS, penyakit kelamin dan rusaknya organ reproduksi yang dapat mengakibatkan kemandulan; c) Prasangka dan determinasi dari dampak sosial: seseorang yang lesbian mendapatkan prasangka buruk dari lingkungan sosial tempat mereka tinggal dan menjadi bahan perbincangan banyak orang dan d) Keadaan psikis: orang yang memiliki orientasi seksual lesbian dapat mempengaruhi keadaan psikis dan membuat jiwa menjadi tidak stabil.

11 17 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian sangat beragam. Hal tersebut berdampak pada diri sendiri, keadaan jiwa, keluarga, lingkungan sosial tempat tinggal dan masyarakat sekitar. 3. Tinjauan Tentang Alternatif Bantuan Suatu permasalahan yang dialami oleh seseorang perlu diselesaikan agar tidak semakin bertambah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Permasalahan yang berkaitan dengan seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian menimbulkan berbagai dampak bagi diri sendiri maupun orang lain karena hal tersebut bertentangan dengan agama dan norma-norma yang berlaku. Berkaitan dengan hal tersebut, terkadang individu tidak mampu menyelesaikan semua permasalahan secara sendiri. Bantuan yang diberikan dirasa sangat perlu untuk menyelesaikan permasalahan dalam diri individu. Permasalahan seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian merupakan masalah kompleks dan perlu mendapatkan penanganan khusus. Salah satu cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan berkaitan dengan seseorang yang memilih menjadi seorang lesbian adalah melalui konseling. Peran konselor sangat dibutuhkan untuk membantu individu tersebut. Menurut Prayitno dan Amti (2008: 105), Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Pendapat ini menegaskan bahwa melalui proses konseling, individu yang memiliki orientasi seksual lesbian dapat mengemukakan permasalahan yang ada secara lebih terbuka tanpa diketahui orang lain. Konselor menciptakan hubungan dan suasana yang akrab kepada klien, agar klien lebih nyaman, aman dan terbuka untuk menceritakan segala permasalahannya.

12 18 Konseling dengan pendekatan yang tepat dapat dilakukan dan disesuaikan dengan permasalahan setiap individu. Seseorang yang memiliki orientasi seksual lesbian dapat diberikan alternatif bantuan berupa konseling REBT (Rational Emotive Behavior Therapy). Jones (2011: 498) mengatakan, REBT melihat tujuan dasar manusia sebagai preferensi atau keinginan dan bukan kebutuhan atau keharusan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki orientasi seksual lesbian dapat kembali kepada jati diri dirinya dengan dibantu menggunakan pendekatan konseling yang tepat dan ada keinginan yang kuat dalam diri untuk berubah menjadi lebih baik. Menghadapi klien dengan permasalahan orientasi seksual sebagai seorang lesbian merupakan tantangan tersendiri bagi konselor yang belum memiliki interaksi dengan klien tersebut. Apalagi dengan dikeluarkannya ketetapan bahwa homoseksual bukanlah sebuah penyakit kejiwaan, tentunya memberi pengaruh pada konselor untuk berhati-hati dalam melaksanakan proses konseling jika menemui klien yang memiliki masalah dengan orientasi seksualnya. Tantangan tersebut dapat berupa kekhawatiran dalam diri konselor jika ada kalimat atau kata yang dapat menyinggung perasaan klien lesbian. Berbagai bantuan melalui Bimbingan dan Konseling diberikan konselor untuk membantu individu yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian. Namun, keberhasilan bantuan tersebut bergantung pada diri individu masingmasing. Hanya individu yang mampu mengambil keputusan dalam hidupnya dan jalan penyelesaian permasalahan yang dihadapi. B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian relevan yang dapat digunakan sebagai acuan peneliti dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dengan judul Perilaku Seksual Penyuka Sesama Jenis Perempuan atau Lesbi di Kota Palembang (Studi Pada Komunitas Lesbi IABSS di Kota Palembang) dilakukan oleh Vindi Septyanti Wulandari pada tahun 2013.

13 19 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi latar belakang seseorang menjadi lesbi. Penelitian ini mengkaji mengenai perilaku seksual yang dilakukan oleh penyuka sesama jenis perempuan atau lesbi di kota Palembang. Penentuan informan dalam penelitian ini ditentukan dengan cara snowball sampling dan disesuaikan dengan kebutuhan data. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 9 orang informan utama dan 1 informan pendukung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi lesbi yakni faktor lingkungan baik dari internal yaitu keluarga, maupun faktor eksternal yaitu pergaulan sesama teman yang menyebabkan seseorang menjadi lesbi dan penelitian ini menunjukkan bahwa 9 orang lesbi yang tergabung di dalam komunitas lesbi Ikatan Anak Belok Sumatera Selatan (IABSS) terlibat dalam praktek seksual. 2. Penelitian dengan judul Gaya Hidup Lesbian (Studi Kasus di Kota Makassar) dilakukan oleh Astry Budiarty pada tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya hidup lesbian di kota Makassar yang meliputi beberapa faktor yakni karakteristik, waktu luang dan tempat menghabiskan waktu, cara berpakaian, teman berinteraksi dan jenis aktifitas yang dilakoni oleh mereka. Subyek dalam penelitian ini adalah 5 orang lesbian yang bertempat tinggal di kota Makassar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati selama melakukan penelitian ini. Dasar penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dimana penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap objek penelitian guna menjawab permasalahan dari peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lesbian dalam hidupnya sehari-hari hampir sama dengan orang-orang yang normal pada umumnya, yang membedakan hanyalah perilaku seksual mereka. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa lesbian jenis Butch semuanya berasal dari keluarga menengah keatas, namun kehidupan keluarga kurang harmonis, sedangkan lesbian

14 20 jenis Femme berasal dari keluarga menengah kebawah dan kehidupan keluarga sangat harmonis. C. Kerangka Berpikir Homoseksual merupakan perilaku menyukai sesama jenis, baik secara fisik, perasaan dan emosional. Homoseksual merupakan sesuatu yang tergolong berbeda dalam masyarakat karena mereka menjalin suatu hubungan dengan sesama jenis dan bukan lawan jenis seperti pasangan pada umumnya. Individu yang memiliki orientasi seksual homoseksual pada wanita disebut lesbian. Saat ini kaum homoseksual, khususnya lesbian dapat ditemukan di berbagai kalangan, mulai dari remaja yang masih sekolah maupun orang dewasa yang sudah bekerja. Bahkan sudah ada organisasi-organisasi yang didalamnya beranggotakan orang-orang homoseksual, khususnya lesbian. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi individu memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian. Alasan tersebut dapat berupa lingkungan sosial tempat mereka tinggal, pengalaman trauma saat remaja dan keluarga yang kurang harmonis. Namun, ada yang beranggapan bahwa menjadi seorang lesbian tidak ada alasan tertentu. Mereka menganggap bahwa mereka menjadi lesbian sudah sejak lahir dan ada juga yang menganggap bahwa menjadi lesbian adalah pilihan hidupnya. Berbagai bantuan dapat diberikan kepada seseorang yang memiliki orientasi seksual lesbian agar kehidupan mereka dapat berubah menjadi lebih baik dan sesuai dengan jati diri yang sebenarnya, yaitu dengan melakukan konseling REBT (Rational Emotive Behavior Therapy). Berdasarkan uraian diatas, dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

15 21 Orientasi seksual merupakan ketertarikan dalam diri seseorang, baik secara emosional maupun seksual dengan jenis kelamin dan gender tertentu. Orentasi seksual dibagi menjadi tiga, yaitu heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Homoseksual untuk perempuan disebut lesbian. Lesbian adalah suatu ketertarikan yang terjadi pada sesama jenis perempuan, baik secara fisik, gender dan seks. Seseorang dapat menjadi lesbian karena dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Alternatif bantuan yang dapat digunakan yaitu Konseling REBT. Konseling REBT merupakan konseling yang dapat membantu mengubah pemikiran-pemikiran irasional individu menjadi pemikiran-pemikiran rasional dengan menekankan pada perubahanan perilaku yang lebih nyata. Akibat seseorang memiliki orientasi seksual lesbian dan menjalin hubungan dengan pasangan lesbian mereka adalah kurang dapat bersosialisasi dengan orang lain, kurang percaya diri saat berkumpul dengan orang-orang heteroseksual dan mempengaruhi keadaan psikis seseorang dikarenakan mendapatkan perlakuan buruk serta respon kekecewaan dari orang lain, terutama keluarga. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Tentang Orientasi Seksual Lesbian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : 5.1.1. Indikator Identitas Diri Menurut subjek SN dan GD memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan kepribadian masing-masing. Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan selanjutnya teori yang telah diuraikan digunakan sebagai acuan pada penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai kesejahteraan subjektif pria dengan orientasi seksual sejenis, didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun keluarga melalui pernikahan lalu memiliki keturunan dan terkait dengan kecenderungan seksual

Lebih terperinci

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : ANDRI SUCI LESTARININGRUM F 100

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengakui setiap perbedaan yang ada pada diri manusia, baik itu perbedaan jenis kelamin, asal ras atau etnis, dan agama, yang pada dasarnya semua perbedaan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah seksualitas masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi sesuatu

Lebih terperinci

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu 63 BAB V PENUTUP 5.1. Pembahasan Identitas seksual adalah apa yang orang katakan mengenai kita berkaitan dengan perilaku atau orientasi seksual kita, kita benarkan dan percaya sebagai diri kita. Jika seorang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis. BAB 2. SEKSUALITAS Apa itu Seks dan Gender? Sebelum kita melangkah ke apa itu seksualitas, pertanyaan mengenai apa itu Seks dan Gender serta istilah lain yang berkaitan dengan nya sering sekali muncul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan pria. Istilah lain waria adalah wadam atau wanita adam. Ini bermakna pria atau adam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada nilai, norma sosial, serta pola interaksi dengan orang lain. Pada perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya. Kehidupan waria sama dengan manusia lainnya. Selaras dengan kodrat manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan manusia lain dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik itu kebutuhan biologis seperti makan dan minum maupun kebutuhan psikologis, seperti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.1 Interaksi Dengan Anggota Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial sekaligus menarik untuk didiskusikan. Di Indonesia sendiri, homoseksualitas sudah meranah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17- Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-21 yaitu dimana remaja tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi seksual dalam kehidupannya dari kecil. Orientasi seksual ada beberapa jenis yaitu heteroseksual,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan. Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ -organ

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan:

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan: 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dunia mempengaruhi banyak bidang kehidupan, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya media Eropa ke Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang

Lebih terperinci

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I : PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keberagaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan di dalam dunia. Terkadang keberagaman menghasilkan sesuatu yang indah, tetapi juga keberagaman dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di Indonesia semakin kompleks dan berkembang dengan cepat, bahkan lebih cepat dari tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum seseorang menjadi waria, atau ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ketiga subyek, mereka memiliki persamaan dan perbedaan dalam setiap aspek yang diteliti. Khususnya dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam proses berkehidupan suatu kelompok masyarakat, dalam hal ini di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam proses berkehidupan suatu kelompok masyarakat, dalam hal ini di Indonesia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses berkehidupan suatu kelompok masyarakat, dalam hal ini di Indonesia, kita banyak diberikan pilihan atas apa yang kita kenakan, apa yang kita makan,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keluarga pada dasarnya adalah suatu kelompok kecil yang berhubungan dan berinteraksi dengan individu sejak dilahirkan. Keluarga juga merupakan suatu kesatuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seksualitas merupakan topik yang sangat menarik bagi remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja mengalami perubahan-perubahan hormonal seksual di dalam diri mereka

Lebih terperinci

PERAN KOMUNIKASI SEKSUAL ORANGTUA-ANAK TERHADAP GANGGUAN IDENTITAS GENDER

PERAN KOMUNIKASI SEKSUAL ORANGTUA-ANAK TERHADAP GANGGUAN IDENTITAS GENDER PERAN KOMUNIKASI SEKSUAL ORANGTUA-ANAK TERHADAP GANGGUAN IDENTITAS GENDER SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : MUNIFAH F 100 040 091 Kepada

Lebih terperinci

KOMUNIKASI NONVERBAL PADA LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan) Nurhasanah Harahap

KOMUNIKASI NONVERBAL PADA LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan) Nurhasanah Harahap KOMUNIKASI NONVERBAL PADA LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan) Nurhasanah Harahap 110904070 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Komunikasi Nonverbal Pada Lesbian (Studi Deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksual merupakan suatu realitas sosial yang semakin berkembang dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan homoseksual telah muncul seiring dengan sejarah

Lebih terperinci

Seks Laki-laki dan Laki-laki, perempuan, interseks, transgender

Seks Laki-laki dan Laki-laki, perempuan, interseks, transgender Dari Suara Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT)- Jalan Lain Memahami Hak Minoritas Konsep tentang Seksualitas Esensialism vs Social Constructionism Memperbincangkan LGBT tak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu bertahan dalam berbagai aspek kehidupan. Individu dituntut mampu menjadi manusia

Lebih terperinci

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA HUBUNGA N ANTARAA KETERBUKAAN KOMUNIKASI SEKSUAL REMAJA DENGAN ORANG TUA DALAM PERILAKU SEKS PRANIKAH SKRIPSII Diajukan Oleh: BUNGA MARLINDA F 100 060 163 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap

Bab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap individu tentunya akan mengalami pertambahan usia. Pertambahan usia setiap individu itu akan terbagi menjadi masa kanak kanak kemudian masa remaja dan yang terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia diatas enam belas tahun berpendapat sama mengenai hubungan sesama jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia diatas enam belas tahun berpendapat sama mengenai hubungan sesama jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Homoseksual (Lesbian) merupakan masalah yang kompleks, menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia baik sosial maupun agama. Hawari (2009) menyatakan bahwa istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia orientasi seksual yang umum dan diakui oleh masyarakat kebanyakan adalah heteroseksual. Namun tidak dapat dipungkiri ada sebagian kecil dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah norma dan nilai sosial didalamnya yang tujuannya untuk menata keteraturan dalam masyarakat

Lebih terperinci

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan dan mengasah keterampilan para siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator dengan menggunakan berbagai media dan sarana sehingga dapat diterima oleh sang penerima pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi oleh manusia adalah kebutuhan untuk mendefinisikan diri sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang

Lebih terperinci

ditawarkan, dimana saja, kapan saja, dan siapa saja tanpa memandang batasan bisa mengakses internet. Kemunculan internet juga membawa kita mengenal me

ditawarkan, dimana saja, kapan saja, dan siapa saja tanpa memandang batasan bisa mengakses internet. Kemunculan internet juga membawa kita mengenal me BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain untuk hidup bersama dalam suatu kelompok atau masyarakat. Setiap orang tidak mampu hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia pada era modern seperti saat ini sangat berbeda jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Masa ini juga sering disebut masa peralihan atau masa pencarian jati diri seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai wadah dari mahasiswa untuk menyalurkan bakat dibidang olahraga. Mahasiswa juga dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pacaran tidak bisa lepas dari dunia remaja, karena salah satu ciri remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai keinginan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti sama.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti sama. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Homoseksual 2.1.1 Pengertian Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti sama. Homoseksual dapat digunakan sebagai kata sifat atau kata benda yang menggambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan

I. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa pemilihan yang akan menentukan masa depan seseorang. Tidak sedikit dari remaja sekarang yang terjerumus dalam berbagai permasalahan.tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh Indonesia, antara lain dengan adanya Peraturan Menteri Sosial No.8 / 2012 yang memasukan kelompok

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai dengan pertengahan abad-21, masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah seksualitas

Lebih terperinci

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai homoseksual dengan pendekatan studi fenomenologi ini, menyimpulkan dan menyarankan beberapa hal. 6.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kita cenderung berpikiran oposisi biner, yaitu hanya mengakui hal-hal yang sama sekali bertentangan, misalnya hitam dan putih, baik dan buruk, kaya dan miskin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan individu tidak lepas dari pencarian identitas dan jati diri. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Mach (2004) mengungkapkan bahwa kasus gangguan perilaku eksternal lebih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani 80 BAB IV ANALISIS DATA Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani Pola Pikir dan Perilaku Lesbian pada Remaja di Jeruk Lakarsantri Surabaya Setelah menyajikan data di lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja atau dikenal dengan istilah adolescene adalah suatu transisi proses pertumbuhan dan perkembangan seorang individu dalam keseluruhan hidupnya. Transisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena dalam hukum negara Indonesia hanya mengakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa

Lebih terperinci