1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. Saat ini banyak sekali negara yang menyukai karya sastra negeri lain, salah satunya Indonesia. Banyak orang Indonesia yang menyukai karya sastra asing yang memiliki cerita yang dirasa berbeda. Oleh sebab itu banyak pula karya sastra asing yang dijual di Indonesia. Akan tetapi, tidak semua orang Indonesia mengerti bahasa asing. Untuk itu dibutuhkan proses penerjemahan sebelum akhirnya karya tersebut diterima masyarakat. Proses penerjemahan tersebut tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Agar isi dari karya tersebut dapat tersampaikan dengan baik penerjemah harus mengikuti aturan-aturan yang ada. Menyampaikan pesan dengan baik adalah tujuan utama dalam semua proses penerjemahan karena setiap karya sastra memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada penikmat karya sastra tersebut. Menurut Newmark (1988: 5) dalam bukunya yang berjudul A Textbook of Translation menyatakan bahwa penerjemahan adalah mengungkapkan makna suatu wacana ke dalam bahasa lain seperti wacana yang dimaksudkan oleh penulisnya. Dalam menerjemahkan suatu wacana, penulis akan mengungkapkan makna atau pesan dari bahasa sumber
2 (Bsu) dan menyesuaikannya ke dalam bahasa sasaran (Bsa) sesuai dengan keinginan dari penerjemah. Pesan yang dimiliki setiap karya sastra akan berbeda-beda tergantung dalam isi dari karya sastra itu. Menurut Catford (1965: 4), penerjemahan merupakan kegiatan yang sangat penting di dunia modern dan merupakan subjek yang menarik tidak hanya bagi ahli bahasa, penerjemah dan pengajar bahasa, tetapi juga insinyur dan ahli matematika. Penerjemah akan menulis terjemahan dengan menggunakan pendekatan dari sudut pandang yang berbeda disesuaikan dengan tujuan utama penerjemah yaitu menyampaikan pesannya kepada penerima atau pembaca karya sastra tersebut. Karena dalam menerjemahkan suatu teks wacana atau karya sastra, penerjemah akan mengungkapkan makna dari bahasa sumber (Bsu) dan menyesuaikannya ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Setiap bahasa memiliki struktur dan sistemnya masing-masing. Contohnya, dalam struktur bahasa Indonesia menganut DM (Diterangkan Menerangkan), sedangkan dalam bahasa Prancis menganut sistem MD (Menerangkan Diterangkan). Selain itu, dalam bahasa Prancis, penggunaan kata kerja akan berubah sesuai dengan waktu dan subjeknya. Dalam bahasa Indonesia tidak terjadi perubahan. Oleh sebab itu, dalam penerjemahan biasanya akan terjadi pergeseran. Pergeseran yang terjadi dalam proses penerjemahan adalah pergeseran bentuk dan makna. Menurut Catford (1965: 73), dalam pergeseran bentuk ada dua pergeseran utama, yaitu level shift dan category shift. Sedangkan untuk pergeseran makna terdiri dari dua, yaitu gramatikal dan leksikal. Pergeseran makna gramatikal
3 adalah pergeseran yang terjadi pada konteks pemakaiannya karena adanya proses gramatikal seperti adanya pengimbuhan atau pengulangan. Pergeseran banyak terjadi pada karya sastra yang diterjemahkan. Salah satu contoh karya sastra adalah serial komik. Komik merupakan cerita bergambar yang biasanya terdapata dalam majalah, surat gambar atau dapat berupa buku yang ceritanya lucu dan mudah dimengerti. Salah satu komik yang mengalami pergeseran adalah Les Aventures de Tintin karya Hergé yang dalam bahasa Indonesia berjudul Petualangan Tintin. Komik ini sudah ada sejak tahun 1929 dan sudah terjual lebih dari dua ratus tiga puluh juta kopi. Komik ini telah diterjemahkan lebih dari tujuh puluh bahasa di seluruh dunia. Komik ini sangat terkenal, bahkan komik ini telah dibuat menjadi film. Komik ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Putaka Utama dengan judul Petualangan Tintin. Ada lima judul dari serial komik Les Aventures De Tintin yang dipilih sebagai objek penelitian, yaitu: Tintin En Amerique, Tintin En Congo, Le Trésor de Rackham Le Rouge, Les 7 Boules de Cristal, Coke En Stock. Komik tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Donna Widjayanto dan Dini Pandia dengan judul Tintin di Amerika, Tintin Di Congo, Harta Karun Rackham Merah, 7 Bola Kristal, dan Laut Merah. Pemilihan komik tersebut karena penerjemahan mengunakan metode penerjemahan yang sama dan terdapat banyak pergeseran yang terjadi dalam komik ini yang merupakan salah satu komik terjemahan yang terkenal di Indonesia.
4 1.2 RUMUSAN MASALAH Untuk mendapatkan terjemahan yang baik perlu adanya beberapa penyesuaian agar sesuai dengan Bsa, dan dalam menyesuaikan terjemahan tersebut sering terjadi pergeseran, yaitu pergeseran bentuk dan makna. Dari hal tersebut muncul permasalahan sebagai berikut: 1. Pergeseran bentuk dan makna apa saja yang terjadi dalam terjemahan komik Les Aventures de Tintin? 2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab pergeseran tersebut? 3. Apa implikasinya jika terjadi pergeseran? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pergeseran bentuk yang terjadi dalam terjemahan komik Les Aventures de Tintin dan untuk mengetahui adanya implikasi antara pergeseran bentuk terhadap makna, serta untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab pergeseran tersebut. 1.4 TINJAUAN PUSTAKA Terjadinya pergeseran makna, bentuk, maupun struktur dalam sebuah terjemahan merupakan hal yang biasa. Hal itu terjadi karena adanya penyesuaian dengan aturan-aturan bahasa sasaran. Banyak yang telah meneliti pergeseran yang terjadi dalam suatu terjemahan. Diantaranya sebagai berikut:
5 Denta Yuliansyah (2013) meneliti tentang pergeseran terjemahan berjudul Pergeseran Semantis Penerjemahan Unsur-Unsur Seksual dalam Komik Titeuf. Penelitian tersebut berisi penelitian tentang pergeseran semantis dari kata, frasa atau kalimat yang memiliki makna seksual yang terdapat dalam komik Titeuf dan penerjemahannya dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini bersifat deskriptif. Febita Nur Trisani (2009) menulis dalam penelitiannya dengan judul Pergeseran Terjemahan Nomina Novel L Aube pada Novel Terjemahan Fajar yang berisi analisa dan deskripsi bentuk-bentuk pergeseran dan penyebabnya. Bahrah Naufal (2013) menulis dalam penelitiannya yang berjudul Pergeseran Penerjemahan dalam Teks Komik (seobaibeol, Amajoneso Saranamgi) memfokuskan pada pergeseran bentuk dan makna menggunakan teori pergeseran dari Simatupang. Menurut hasil penelitiannya ditemukan beberapa jenis pergeseran bentuk dan makna. Dari uraian tersebut, penelitian mengenai pergeseran bentuk dan makna pada komik Les Aventures de Tintin dengan menggunakan teori pergeseran bentuk milik Catford dan teori pergeseran makna milik Simatupang belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini layak dilakukan. 1.5 LANDASAN TEORI 1.5.1 Teori Terjemahan Penelitian ini meneliti salah satu bentuk transformasi yang berwujud terjemahan. Pada dasarnya, dalam terjemahan, pesan yang ada dari Bsu diungkapkan kembali ke Bsa.
6 Dalam menerjemahkan, penerjemah harus memperhatikan makna dan gaya bahasa sumber yang kemudian diubah dengan makna dan gaya bahasa yang mirip, seperti yang dikemukakan oleh Nida dan Taber (1964:166), bahwa suatu terjemahan merupakan reproduksi atau pembuatan kembali dari bahasa sasaran dan yang direproduksi adalah makna dan gaya bahasanya. Dalam proses penerjemahan, penerjemah harus membuat bentuk dan makna dari suatu terjemahan semirip mungkin dengan bentuk dan makna dari Bsu walaupun pada akhirnya terjemahan tersebut harus menyesuaikan dengan Bsa. Dalam menerjemahkan ada tahapan-tahapan yang harus dijalani. Menurut Newmark (1988: 144) ada tiga tahapan dalam proses terjemahan: 1) Menganalisa teks dan pesan yang ingin disampaikan dalam Tsu dengan cara memahami gaya bahasa, jenis teks dam maknanya dengan baik. 2) Mencari dan menentukan padanan yang sesuai dengan bidang yang diterjemahkan dan budaya yang dimiliki Bsa. 3) Menyusun kembali teks yang telah diterjemahkan sesuai dengan keinginan penerjemah dan harapan pembaca. Penerjemah melakukan proses penerjemahan dengan menggunakan metode penerjemahan. Metode penerjemahan adalah suatu cara yang teratur dalam penerjemahan untuk mencapai terjemahan yang diinginkan. Penerjemah harus memiliki metode penerjemahan yang baik karena hasil terjemahan dipengaruhioleh metode yang digunakan oleh penerjemah.
7 Metode penerjemahan didasari oleh audien design/needs analysis dengan melihat pembaca yang dituju saat akan melakukan penerjemahan. Menurut Newmark (1988: 45), metode penerjemahan terdiri dari SL (Source Language) Emphasis dan TL (Target Language) Emphasis. SL Emphasis merupakan metode yang dalam penerjemahannya mengacu pada Bsu, sedangkan TL Emphasis lebih mengacu pada Bsa. SL Emphasis TL Emphasis Word-for-word translation Adaptation Literal translation Free translation Faithful translation Idiomatic translation Semantic translation Communicatif translation 1) Word-for-word translation Word-for-word translation yaitu penerjemahan dilakukan kata per kata dan susunan kalimatnya seperti susunan kalimat Bsu. Metode ini tidak mengubah susunan kata dari Bsu dan hanya mencari padanan kata dari Bsu ke dalam Bsa tanpa melihat konteksnya sehingga susunan kata dalam kalimat Bsa akan sama dengan susunan kata dalam kalimat Bsu. 2) Literal translation
8 Literal translation yaitu penerjemahan yang menerjemahkan dulu secara harfiah kemudian disempurnakan. Strukturnya berubah sesuai Bsa, tetapi gaya bahasa di Bsu masih dipertahankan. 3) Faithful translation Faithful translation yaitu mempertahankan aspek format atau bentuk sejauh mungkin sehingga masih dapat terlihat bentuk aslinya. 4) Semantic translation Semantic translation menekankan pada penggunaan istilah atau kata kunci yang sesuai dengan pembaca yang dituju. 5) Adaptation Berbeda dengan metode word-for-word translation, metode adaptation lebih menekankan pada isi pesan dengan tokoh, latar dan konteks yang disesuaikan dengan budaya Bsa. Biasanya, metode ini mengubah budaya yang ada di Bsu dalam suatu terjemahan menjadi budaya yang dimiliki oleh Bsa agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. 6) Free translation Free translation tidak menyesuaikan budaya dan mengungkapkan pesan sesuai kebutuhan pembaca. 7) Idiomatic translation Dalam idiomatic translation, penerjemah berusaha mencari padanan ungkapan, idiom, istilah yang ada di Bsa. 8) Communicatif translation
9 Communicatif translation menekankan pada pesan tanpa menerjemahkan secara bebas. Metode ini mencoba menyampaikan makna dengan tepat dengan cara yang isi dan bahasanya dapat diterima oleh pembaca sehingga pengalihan makna mudah dimengerti. Biasanya metode ini digunakan dalam penerjemahan brosur, pengumuman, atau tulisan populer. Suatu hasil terjemahan merupakan hasil dari pandangan penerjemahnya terhadap makna dan isi dari teks sumber. Dapat dikatakan bahwa cara yang digunakan oleh penerjemah harus sesuai dengan tujuan terjemahannya karena cara tersebut mempengaruhi terjemahannya. Dengan kata lain metode terjemahan menentukan hasil dari suatu terjemahan. Dalam terjemahan, penerjemah harus mempertahankan makna dari bahasa sumber saat diubah ke bahasa sasaran. Tetapi terkadang untuk menyesuaikan dengan Bsa dapat terjadi pergeseran bentuk dan makna. 1.5.2 Pergeseran Bentuk Dalam penerjemahan sering terjadi ketidaksesuaian struktur dan sistem dengan Bsu. Adanya penyempitan dan perluasan dalam terjemahan dapat disebabkan oleh banyak faktor. Perluasan dan penyempitan ini disebut dengan pergeseran. Menurut Catford (1965 :73-82) pergeseran bentuk terdiri dari dua, yaitu : pergeseran tataran dan kategori : struktur, kelas kata, unit dan system. 1) Pergeseran tataran atau level Pergeseran tataran atau level yang terjadi karena penerjemahan yang menghasilkan unsur Bsa yang berbeda tatarannya yang terdiri dari tataran fonologi,grafologi, gramatikal, atau leksikal. Pergeseran tataran yang sering
10 ditemukan dalam terjemahan adalah pergeseran tataran gramatikal ke leksikal begitu juga sebaliknya. 2) Pergeseran kategori Pergeseran kategori menghasilkan struktur yang berbeda dengan unsur Bsa. Dalam penerjemahan ini tidak terlihat seperti terjemahan. Karena harus menyesuaikan Bsa dalam menerjemahkannya diberikan kebebasan. Pergeseran kategori terdiri dari: a) Pergeseran struktur ( category shift ) Pergeseran ini paling sering terjadi dalam kelompok pergeseran kategori. Pergeseran struktur dapat terjadi dalam berbagai tataran seperti kata, frasa, klausa atau kalimat yang tingkatannya sama. Pergeseran struktur merupakan perubahan yang terjadi dalam urutan struktur fungsional. Contohnya dalam b) Pergeseran kelas kata ( class- shift ) Pergeseran kelas kata akan terjadi jika terdapat perbedaan antara kelas kata Bsu dengan Bsa. Contohnya kelas kata adjektif dalam Bsu menjadi kelas kata verba dalam Bsa. c) Pergeseran unit ( unit shift ) Pergeseran unit hampir mirip dengan pergeseran struktur, tetapi tingkatannya berbeda. Contohnya frasa menjadi kata. d) Pergeseran sistem ( intra-system shift ) Pergeseran ini terjadi pada saat terjadi perubahan dari bentuk tunggal ke bentuk jamak begitu pula sebaliknya. 1.5.3 Pergeseran makna
11 Menurut Simatupang (2000 : 78), pergeseran tidak hanya terjadi pada bentuk dari terjemahan, tetapi juga pada maknanya. Pergeseran makna menurut Simatupang adalah sebagai berikut: a) Pergeseran tataran semantik (makna generik ke spesifik dan sebaliknya). Pergeseran ini terjadi pada saat sebuah kata dalam Bsu tidak memiliki padanan yang tepat dalam Bsa. Misalnya, dalam Bsu makna kata yang akan diterjemahkan merupakan makna spesifik, tetapi dalam Bsa tidak ada kata yang memiliki makna spesifik yang sama maka akan digunakan makna generik begitu pula sebaliknya. Contohnya dalam BI, kata beras yang memiliki makna spesifik jika diterjemahkan ke dalam BP akan berubah menjadi le riz yang memiliki makna generik. sebaliknya dalam kata retourner dan revenir dalam bahasa Prancis (BP) yang memiliki makna spesifik diterjemahkan sebagai kembali dalam bahasa Indonesia (BI) yang memiliki makna generik. b) Pergeseran makna akibat perbedaan sudut pandang budaya. Berbeda negara pasti berbeda pula budaya yang dimiliki. Perbedaan sudut pandang budaya juga berpengaruh pada terjemahan. Seperti perbedaan dalam menyatakan waktu. Contoh dalam BP, kalimat Je viendrai te reprendre à 19 heures bila diterjemahkan ke dalam BI menjadi Aku jemput nanti jam 7. Dalam BP biasanya menggunakan sistem waktu 24 jam. Berbeda dengan BI yang hanya menyebutkan sistem waktu hanya 12 jam saja dan bisa dengan menambahkan keterangan seperti pagi, siang, atau malam. 1.5.4 Teori Semantik
12 Dalam meneliti adanya pergeseran makna pada komik Les Aventures de Tintin, maka akan digunakan teori semantik. Menurut Verhaar (1981: 9), semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang meneliti tentang masalah arti atau makna dalam kata atau kalimat yang berhubungan dengan pemakaian bahasa. Semantik dibagi mejadi dua, yaitu semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal merupakan makna yang ada diakibatkan oleh proses gramatikal. Seperti adanya penambahan imbuhan yang dapat memberikan makna yang berbeda. Seperti kata takut apabila diberi imbuhan men- dan -kan akan berubah menjadi kata menakutkan yang memiliki makna membuat jadi. Sedangkan semantik leksikal merupakan hal-hal yang berhubungan dengan konsep dari suatu makna yang dilambangkan oleh kata. 1.5.5 Teori sintaksis Dalam membuat sebuah kalimat yang baik struktur kalimat tersebut haruslah tersusun dengan baik juga agar pesan dari kalimat tersebut dapat tersampaikan. Cabang ilmu linguistik yang mempelajari mengenai susunan kata-kata dalam kalimat adalah sintaksis. Menurut Verhaar (1981: 161), sintaksis merupakan tata bahasa yang membahas mengenai hubungan atau tata bahasa antara kata-kata dalam suatu tuturan dan satuan dari tuturan adalah kalimat. Sintaksis menyusun kata-kata yang berhubungan sehingga menjadi sebuah kalimat. Dengan adanya sintaksis, pesan akan tersampaikan dengan baik. Pembahasan dalam sintaksis mencangkup kalimat, frasa, dan klausa. Kalimat merupakan satuan tuturan yang tersusun dari kumpulan kata dan
13 memiliki pesan. Frasa adalah kelompok kata yang dapat terdiri dari satu kata atau lebih, contohnya rumah besar atau gunung tinggi. Sedangkan klausa merupakan satuan gramatikal berupa susunan kata yang (paling sedikit) terdiri atas subjek dan predikat yang menjadi sebuah kalimat. 1.6 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode simak dalam mengumpulkan data dari komik Les Aventures de Tintin dalam bahasa Prancis juga dalam bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini terdapat tahapan-tahapan. Tahap pertama adalah pengumpulan dan pengelompokan data dari komik Les Aventures de Tintin dalam bahasa Prancis dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Kemudian tahap kedua, yaitu analisis data dengan menggunakan metode padan translasional yang menggunakan bahasa lain sebagai alat penentu dari luar. Tahap terakhir, yaitu penyampaian hasil dalam bentuk kesimpulan yang akan dipaparkan dalam bab terakhir. 1.7 SISTEMATIKA PENYAJIAN Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyajian. Selanjutnya dalam Bab II berisi analisis data yang telah dipilih. Dalam Bab III berisi hasil akhir dan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan.