BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sarana komunikasi, bahasa selalu terkait dengan 3 unsur, yaitu pembicara, mitra wicara, dan isi wicara. Isi wicara juga dapat disebut sebagai informasi. Informasi ini dikemas dalam tuturan. Ada dua cara untuk menganalisis informasi, antara lain (1) berdasarkan pada kedudukannya dalam tuturan dan (2) berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang digunakan itu akan berdampak terhadap persepsi penutur bahasa tersebut terhadap realita. Antropolog bernama Edward Sapir ( ) dan muridnya Benjamin Lee Whorf ( ) melakukan penelitian mengenai hal tersebut yang kemudian menghasilkan sebuah pemikiran yang disebut Hipotesis Shapir-Whorf. Pertama, teori relativitas linguistik menyatakan bahwa tiap-tiap budaya akan menafsirkan dunia dengan cara yang berbeda dan bahwa perbedaan ini akan terkodekan dalam bahasa. Kedua, teori determinisme linguistik menyatakan bahwa bukan hanya persepsi kita terhadap dunia yang mempengaruhi bahasa kita, tetapi bahasa yang kita bahasa yang kita gunakan juga dapat mempengaruhi cara kita berpikir secara sangat mendalam. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan dapat mencerminkan pola pikir penutur bahasa tersebut. 1

2 Penelitian ini akan mengungkap perbedaan pola pikir orang Prancis dan orang Indonesia melalui teks sastra Prancis sebagai teks sumber (TSu) dan teks sastra terjemahan Indonesia sebagai teks sasaran (TSa). Untuk mengungkap perbedaan tersebut dilakukan analisis mengenai penataan informasi dalam wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia. Penataan informasi ini menyangkut status informasi dan urgensi informasi. Status informasi mencakup informasi lama dan informasi baru. Informasi baru merupakan informasi yang disampaikan oleh pembicara kepada mitra bicara untuk pertama kalinya, sedangkan informasi lama merupakan informasi yang telah dibicarakan oleh pembicara dan mitra bicara (Chafe, 1970:210). Pada tataran leksikal, status informasi berkaitan dengan ketakrifan (definitness). Nomina yang berciri taktakrif (indefinite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi baru, sedangkan nomina yang berciri takrif (definite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi lama (Baryadi, 2002: 70-71). Perhatikan contoh kalimat yang mengandung informasi lama (selanjutnya disingkat IL) dan informasi baru (selanjutnya disingkat IB) berikut. (1) La maison brûlait comme une torche. (VVS : 88) IL IB Rumah menyala-nyala bagaikan obor. (KL: 84) IL IB Kalimat (1) terdapat dua satuan informasi pada bahasa Prancis (bp) dan bahasa Indonesia (bi), yaitu informasi lama dan informasi baru. IL pada kalimat tersebut berciri takrif, sedangkan IB berciri taktakrif. 2

3 Untuk mengatur dan menata pengungkapan informasi dalam setiap konstituen tuturan, salah satu caranya adalah ditata menurut urgensinya, yaitu mana informasi yang dipandang penting dan mana informasi yang dipandang kurang penting. Dalam kalimat tunggal, informasi yang lebih penting disebut tema, sedangkan informasi yang kurang penting disebut rema. Dalam kalimat majemuk, informasi yang lebih penting disebut latar depan (foreground), dan informasi yang kurang penting disebut latar belakang (background). Klausa yang menyatakan informasi yang lebih penting dinamakan klausa latar depan, sedangkan klausa yang menyatakan informasi yang kurang penting dinamakan klausa latar belakang (Baryadi, 2002: 89-94). Sama halnya dengan kalimat majemuk, informasi penting dalam wacana disebut juga sebagai latar depan dan informasi yang kurang penting disebut latar belakang. Berikut contoh kalimat yang dipilah berdasarkan urgensi informasinya. (2) Quelques jeunes gens étaient repartis du château en IP IKP maugréant. (RT : 63) Beberapa pemuda meninggalkan istana sambil IP IKP menggerutu. (CT:47) Berdasarkan urgensi informasinya, kalimat (2) dapat dipilah menjadi dua bagian yaitu konstituen yang mengandung informasi penting (selanjutnya disingkat IP) dan informasi kurang penting (selanjutnya disingkat IKP). Pola informasi pada kalimat majemuk dan wacana akan dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya. 3

4 Dalam penelitian ini, sumber data diambil dari dua novel bahasa Prancis dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Kedua novel bahasa Prancis tersebut adalah Vendredi ou la Vie Sauvage karya Michael Tournier diterbitkan oleh Gallimard tahun 1971 dan Le Rocher de Tanios karya Amin Maalouf diterbitkan oleh Grasser & Fasquelle tahun Novel terjemahannya adalah Kehidupan Liar yang diterjemahkan oleh Pustaka Jaya tahun 1992 dan Cadas Tanios yang diterjemahkan oleh Ida Sundari Husen diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia tahun Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah tentang penataan informasi wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yang analisisnya meliputi analisis status informasi dan urgensi informasi. Dari pemaparan latar belakang itu, muncul pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimana pola informasi kalimat bahasa Prancis dan bahasa Indonesia? 2. Bagaimana pola pikir orang Prancis dan orang Indonesia berkaitan dengan pola tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola informasi kalimat bahasa Prancis dan bahasa Indonesia. Tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui 4

5 tentang perbedaan pola pikir orang Prancis dan orang Indonesia berkaitan dengan pola tersebut. 1.4 Tinjauan Pustaka Status informasi pernah diteliti oleh Sajarwa (2000) dan dimuat dalam Jurnal Humaniora dengan judul Status Informasi dalam Kalimat dan Wacana Bahasa Prancis. Artikel penelitian itu menjelaskan tentang ketakrifan, status informasi dalam kalimat tunggal, status informasi dalam kalimat majemuk, status informasi dalam wacana bahasa Prancis. Dalam artikel itu, dipaparkan tentang jenis-jenis takrif dalam bahasa Prancis beserta penanda-penandanya. Selain itu, dalam artikel ini juga dijelaskan tentang status informasi pada tiap tataran kalimat yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk, serta wacana bahasa Prancis. Namun, pembahasan tentang pola informasi kalimat bahasa Prancis dan bahasa Indonesia belum dilakukan. Penelitian mengenai sistem ketakrifan pernah dilakukan oleh Sajarwa (2003) dalam artikelnya di Jurnal Humaniora yang berjudul Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis. Artikel ini menunjukkan tentang takrif berpemarkah dan tak berpemarkah; ketakrifan dan status informasi; berbagai jenis takrif, taktakrif, dan penandanya. Sistem ketakrifan erat hubungannya dengan pola informasi. Tetapi dalam tulisan ini hanya dibahas tentang sistem ketakrifan dalam bahasa Prancis, dan tidak membahas tentang ketakrifan bahasa Indonesia. Novel Le Rocher de Tanios pernah dipakai oleh Siti Hartiti Sastriyani sebagai sumber data untuk penelitian dalam disertasinya yang berjudul Le Rocher 5

6 de Tanios karya Amin Maalouf dan Terjemahannya dalam bahasa Indonesia Cadas Tanios : Tinjauan Resepsi. Disertasi ini membahas tentang: Francophonie dalam dunia sastra, resepsi karya sastra Le Rocher de Tanios dalam bentuk terjemahannya Cadas Tanios dari segi konvensi bahasa, segi konvesi budaya, dan dari segi konvensi sastra. Meskipun novel yang dipakai sama dengan salah satu novel yang digunakan dalam penelitian ini, akan tetapi permasalahan yang diangkat berbeda. Perbedaan lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti Hartiti Sastriyani merupakan penelitian pada bidang sastra, sementara penelitian ini merupakan penelitian pada bidang linguistik. Drewes (1997) dalam artikelnya yang berjudul Penerjemahan Sebagai Dialog Antarbudaya: Beberapa Catatan Mengenai Teori dan Metode Penerjemahan yang dimuat di jurnal Humaniora membahas tentang sejarah penerjemahan, proses penerjemahan. Pada proses penerjemahan, semakin besarnya perbedaan antara dua budaya dan dua bahasa, semakin perlunya perubahan atau penyesuaian tertentu dalam menerjemahkan. Masalahnya ialah batas-batas penyesuaian. Batas itu harus ditentukan melalui analisis yang cermat dari semua faktor yang memainkan peran dalam proses penerjemahan. Perbedaan budaya yang muncul masih terbatas pada terjemahan secara umum, belum sampai pada analisis pola kalimat terjemahan. Dari uraian di atas, berdasarkan penelitian yang sudah ada, penelitian tentang penataan informasi pada wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia belum pernah dilakukan. 6

7 1.5 Landasan Teori Informasi Informasi adalah keseluruhan makna yang menunjang amanat, terutama nampak dalam bagian-bagian amanat tersebut (Kridalaksana, 1983: 65). Informasi merupakan salah satu bagian dari suatu proses komunikasi. Informasi ini dikemas dalam sebuah tuturan. Untuk menganalisis informasi, ada dua cara yang dapat digunakan, yaitu: 1. berdasarkan pada kedudukannya dalam tuturan 2. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Kedudukan informasi dalam tuturan sering disebut sebagai status informasi, sedangkan penting tidaknya informasi itu biasa disebut sebagai urgensi informasi. A. Status Informasi Salah satu fungsi tuturan atau ujaran dalam proses komunikasi verbal adalah sebagai pembawa informasi dalam dari pembaca kepada mitra bicara. Artinya, sebuah tuturan mengandung kesatuan informasi (information unity). Dalam kaitannya dengan hal tersebut, telah diketahui bahwa sebuah tuturan merupakan struktur yang dibangun oleh unsur-unsur sebagai konstituennya. Dengan demikian, konstituen yang merupakan unsur-unsur pembangun tuturan itu juga mengandung informasi. Setiap konstituen dalam tuturan itu berarti mengandung satuan informasi (information units). Dalam hal ini setiap konstituen dalam tuturan juga memiliki kedudukan tertentu sebagai pembawa informasi. 7

8 kedudukan konstituen-konstituen dalam suatu tuturan sebagai pembawa informasi disebut status informasi (Baryadi, 2002: 69). Status informasi mencakup informasi lama dan informasi baru. Informasi baru merupakan informasi yang disampaikan oleh pembicara kepada mitra bicara untuk pertama kalinya. Informasi lama merupakan informasi yang telah dibicarakan oleh pembicara dan mitra bicara (Chafe, 1970:210). Pada tataran leksikal, status informasi berkaitan dengan ketakrifan (definitness). Nomina yang berciri taktakrif (indefinite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi baru, sedangkan nomina yang berciri takrif (definite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi lama (Baryadi, 2002: 70-71). Bahasa-bahasa yang memiliki artikel ketakrifan (definitenes article), nomina takrif dimarkahi dengan artikel takrif (definite article), sedangkan nomina tak takrif dimarkahi dengan artikel tak takrif (indefinite article) 1. Salah satu contohnya adalah bahasa Prancis. Nomina dalam bahasa Prancis mengenal gender (maskulin atau feminin) dan jumlah (tunggal atau jamak). Çvelyne dan Loiseau mengatakan bahwa gender dan jumlah sangat mendasar peranannya dalam bahasa Prancis karena keduanya menimbulkan kaidah konkordansi yang dapat mempengaruhi bentuk dan makna suatu kata. Gender diartikan sebagai kategori gramatikal yang menunjukkan jenis kelamin nomina (maskulin atau feminin), sedangkan jumlah merupakan kategori gramatikal yang menunjukkan bentuk tunggal dan jamak. Bahasa Indonesia juga memiliki konsep jenis gender, bentuk tunggal dan jamak, tetapi tidak mengenal penyesuaian yang terdapat dalam bahasa 1 I. Praptomo Baryadi, 2002, Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa, h.71 8

9 Prancis. Gender dan jumlah dalam bahasa Indonesia tidak tampak secara eksplisit. Bentuk ini hanya ditandai dengan ciri-ciri semantik tertentu yang dapat menunjukkan jenis kelamin, bentuk tunggal, dan bentuk jamak (Tobing, 2012:222). Kembali pada konsep ketakrifan, dalam bahasa Prancis nomina takrif ada yang berpemarkah dan tidak berpemarkah. Penanda nomina takrif berpemarkah antara lain: 1. Artikel takrif (article défini), yaitu artikel defini le untuk nomina maskulin tunggal, la untuk nomina feminin tunggal, dan les untuk nomina maskulin/feminin jamak. 2. Ajektif posesif dan ajektif demonstratif. Selanjutnya, nomina takrif yang tidak berpemarkah adalah nomina nama diri dan pronomina. Nomina tak takrif ditandai dengan artikel tak takrif (article indéfini) yaitu un untuk nomina maskulin tunggal, une untuk nomina feminin tunggal, dan des untuk nomina maskulin/feminin jamak. 2 Dalam bahasa Indonesia ada pengelompokan nomina takrif yang dibagi menjadi tujuh jenis : 1. Nama benda tunggal, contoh: matahari, bulan, bumi. 2. Nama diri, contoh: Rani, Andi. 3. Pronomina persona, contoh: saya, aku, daku, kau, dia, ia, mereka. 4. Nomina diikuti pronomina persona, contoh: mobil saya, mobilmu, mobilnya, mobil kita. 2 Sajarwa, 2000, Jurnal Humaniora, Status Informasi dalam kalimat dan Wacana Bahasa Prancis, h.280 9

10 5. Nomina diikuti pronomina demonstratif, contoh: buku ini, buku itu, buku tersebut. 6. Nomina diikuti nama diri, contoh: pensil Tuti, pensil Joni. 7. Nomina diikuti pembatas, contoh: anak yang menangis tadi. 8. Artikel diikuti nomina, contoh: sang raja, si kancil. Selanjutnya, nomina tak takrif dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua jenis yaitu nomina yang berpemarkah tak takrif seperti suatu dan numeralia diikuti kata satuan seperti seekor, dan nomina yang tidak berpemarkah tak takrif 3. Pengelompokan mengenai macam-macam takrif juga terdapat dalam bahasa Prancis yang dibedakan menjadi enam jenis yaitu : 1. Les noms propre nomina nama diri, contoh : Pierre, Paris. 2. Les pronoms démonstratifes pronomina demonstratif, contoh : celui, celui-ci, celle-ci, ceux-ci. 3. Les grupes nominaux précédes d un démonstratif grup nomina yang didahului demonstratif, contoh : cette voiture, ces choissures. 4. Les pronoms personneles pronomina persona, contoh : je, tu, elle, lui, la. 5. Les groupes nominaux précédes d un article défini grup nomina yang didahului artikel definit, contoh : le roi de France raja Prancis, les livres de Charles buku-buku Charles 3 I.Praptomo Baryadi, op.cit, h

11 6. Les groupes nominaux précédés d un possessif grup nomina yang didahului posesif, contoh : ma mère, mes amis. 4 B. Urgensi Informasi Informasi diatur atau ditata dalam setiap konstituen tuturan. Salah satu cara penataan informasi itu adalah menurut urgensinya, yaitu mana informasi yang dianggap penting dan mana informasi yang dianggap kurang penting. Konstituen yang mengandung informasi penting memiliki ciri lingual yang berbeda dengan konstituen yang mengandung informasi kurang penting. Ciri lingual tersebut terdapat dalam wacana. Ada dua jenis informasi dalam wacana yaitu latar depan dan latar belakang. Latar depan merupakan informasi yang penting, yaitu bagian naratif yang menyajikan hal-hal yang utama yang sesuai dengan tujuan cerita. Latar belakang merupakan bagian naratif yang memperkuat atau mengomentari tujuan cerita. Ciri-ciri lingual yang membedakan latar depan dan latar belakang disebut pelataran. (Baryadi, 2002: 88 dan 96) Sintaksis Definisi sintaksis menurut kamus linguistik yaitu pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini ialah kata (Kridalaksana, 1983: 154). Menurut Verhaar, sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Tata bahasa terdiri atas morfologi dan sintaksis. Morfologi menyangkut struktur gramatikal di 4 Sajarwa, 2000, Jurnal Humaniora Status Informasi dalam Kalimat dan Wacana Bahasa Prancis, h

12 dalam kata, sedangkan sintaksis berkaitan dengan tata bahasa di antara kata-kata di dalam tuturan (Verhaar, 2010:161). Untuk menganalisis suatu kalimat pada tataran sintaksis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu segmentasi dan substitusi. Segmentasi artinya pemotongan atau pemisahan beberapa konstituen dalam suatu kalimat, sementara substitusi atau bisa juga disebut komutasi, merupakan pengujian terhadap terhadap segmensegmen tersebut, apakah sudah terpisah dengan baik dan bisa digantikan dengan konstituen yang setara. Segmentasi pada suatu kalimat pada dasarnya dilakukan dengan membagi dua konstituen utama, yang pertama disebut sintagma nominal (SN) dan sintagma verbal (SV). Sintagma nominal unsur dasarnya adalah unsur nominal, sedangkan sintagma verbal unsur dasarnya adalah verba. Sebagian besar kalimat terdiri dari dua konstituen utama, tapi pada kalimat tertentu terdiri dari tiga konstituen yaitu SN, SV, dan sintagma preposisional (SP). Akan tetapi, SP merupakan pilihan, tidak harus selalu ada di dalam suatu kalimat, dan posisinya dapat berpindah-pindah, sedangkan SN dan SV harus selalu ada di dalam sebuah kalimat. (Dubois, 1975: 74-90) Pola Pikir Perbedaan bahasa dan budaya mempengaruhi perbedaan pemikiran atau persepsi dari masing-masing penutur bahasa tersebut. Mengenai hal ini, Sapir dan Whorf mempunyai sebuah pemikiran yang disebut sebagai Hipotesis Sapir-Whorf. Hipotesis ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu teori relativitas linguistik dan teori determinisme linguistik. Teori relativitas linguistik menyatakan bahwa tiap-tiap 12

13 budaya akan menafsirkan dunia dengan cara yang berbeda-beda dan bahwa perbedaan-perbedaan ini akan terkodekan dalam bahasa. Istilah relativitas ini merujuk pada ide bahwa tidak ada cara yang mutlak atau alami secara absolut untuk memberikan label pada isi dari dunia ini. Pemberian label pada isi dunia ini sesuai dengan persepsi masing-masing individu, dan persepsi ini bersifat relatif, dalam artian berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Teori yang selanjutnya adalah teori determinisme linguistik yang menyatakan bahwa bukan hanya persepsi terhadap dunia yang mempengaruhi bahasa, tapi bahasa yang digunakan juga dapat mempengaruhi cara berpikir secara mendalam. Bahasa dapat dikatakan sebagai kerangka pemikiran, dan menurut teori determinisme linguistik, orang akan sangat sulit untuk bisa berpikir di luar kerangka itu. Berkaitan dengan relativitas dan determinisme bahasa, ada salah satu uraian dari pemikiran Whorf yang dituangkan dalam makalahnya yang ditulis tahun 1939 berjudul The Relation of Habitual Though and Behavior to Language. Whorf memfokuskan pada ciri-ciri tata bahasa, termasuk di dalamnya tenses yang berperan sebagai latar belakang yang tak teramati dalam pemikiran penutur bahasa tentang dunia. 5 Tenses atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai kala merupakan alat kebahasaan yang digunakan untuk menempatkan peristiwa dalam waktu. Dalam bahasa yang memiliki kala, penempatan peristiwa dalam waktu dinyatakan dengan sejumlah proses morfologis, yaitu pada tataran morfo-sintaksis. Bahasa 5 Linda Thomas & Shan Wareing, 2007, Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan (Yogyakarta:Pustaka Pelajar), h

14 Prancis termasuk bahasa yang memiliki kala, sedangkan sejumlah bahasa lain tidak memilikinya. Meski demikian, tidak berarti bahasa yang tidak memiliki kala itu tidak dapat menempatkan peristiwa dalam waktu. Bahasa-bahasa tersebut menempatkan peristiwa dalam waktu dengan alat kebahasaan lain, seperti unsur leksikal dan hubungan antar-kalimat atau hubungan dalam rangka wacana. Bahasa yang tidak memiliki kala, salah satunya adalah bahasa Indonesia. Kala sebagai kategori gramatikal dalam bahasa Prancis terkait pada verba. Kala tersebut mengungkapkan waktu, keaspekan, dan modalitas (Hoed, 1992: 33-34) Terjemahan Definisi secara umum mengenai terjemahan adalah pengalihan pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Terjemahan juga dapat diartikan sebagai reproduksi pesan dari bahasa sumber (selanjutnya disingkat BSu) ke dalam bahasa sasaran (selanjutnya disingkat BSa) dengan kesepadanan yang sealami mungkin, baik itu pada makna maupun gaya bahasa (Nida dan Taber, 1964: 166). Terjemahan bertujuan agar amanat yang ada di dalam suatu bahasa (bahasa sumber, BSu) dapat disampaikan di dalam bahasa lain (bahasa sasaran, BSa). Menurut Catford, terjemahan merupakan proses pemindahan teks dari satu bahasa (bahasa sumber) ke dalam padanannya pada bahasa lain (bahasa sasaran). Proses pemindahan ini meliputi kosa kata, penyesuaian tata bahasa, dan bentuk tulisan. (Catford, 1965: 20). Sebuah teks sumber (TSu) dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor penulis, norma yang berlaku dalam BSu, kebudayaan yang melatari TSu, 14

15 dan hal yang dibicarakan, sedangkan faktor yang mempengaruhi teks sasaran (TSa) antara lain pembaca, norma yang berlaku dalam BSa, kebudayaan yang melatari BSa, dan penerjemah (Newmark, 1988: 4). Terjemahan telah menjadi alat dalam proses transfer budaya yang terkadang bertanggungjawab untuk terjemahan yang menyimpang dan bias, bahkan sejak awal komunikasi antar bangsa dan bahasa. Terjemahan itu tidak hanya sebagai media transfer budaya, tetapi juga sebagai media transfer mengenai fakta-fakta yang ada pada teks BSu. (Newmark, 1988: 7). Secara teoretis penerjemahan itu tidak mungkin dilaksanakan karena bukan hanya dari segi sistem dan strukturnya saja bahasa-bahasa itu berbeda, akan tetapi juga semantiknya serta kebudayaan yang melatarbelakanginya tidak sama. Kegiatan penerjemahan itu dapat dilakukan dengan cara mencari dan menemukan padanan-padanan di dalam BSa, meskipun pada umumnya tidak dapat secara penuh mengalihkan amanat dan BSu-nya (Mounin, 1963: ). Padanan adalah suatu bentuk dalam BSa yang sepadan dengan suatu bentuk dalam BSu, apabila dilihat dari segi semantiknya (Catford, 1965:27). Jadi, betul tidaknya suatu terjemahan didasarkan pada teralihkan atau tidaknya amanat dari BSu ke BSa. Pengalihan amanat bersangkutan dengan pemahaman bentuk BSa itu. Bila suatu bentuk bahasa dalam BSa dipahami sama dengan bentuk bahasa dalam BSu, maka dikatakan kedua bentuk itu sepadan (Hoed, 1992: 80) Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penerjemahan dilakukan untuk mencari dan menemukan padanan-padanan di dalam BSa. Berkaitan dengan kala, menurut Hoed ada dua hal yang menjadi dasar bagi perpadanan fungsi kala dalam novel bahasa Prancis dan bahasa Indonesia, yaitu: 15

16 a. Fungsi kala dalam novel bahasa Prancis Fungsi ini terdiri dari fungsi temporal dan non-temporal. Fungsi temporal kala merupakan fungsi utama, sedangkan fungsi non-temporal merupakan fungsi turunan. Kaitan antara kedua fungsi ini terletak pada (i) oposisi keaspekan (passé simple, passé composé, imparfait) yang menurunkan kontras antara fungsi pelatardepanan (keaspekan perfektif) dan pelatarbelakangan (keaspekan imperfektif) peristiwa; (ii) oposisi distansi temporal yang merupakan oposisi antara peristiwa yang dianggap dekat dengan saat penulisan dan peristiwa yang dianggap jauh dari saat penulisan. Oposisi 6 ini menurunkan oposisi pengalaman (passé composé) dengan kisahan (passé simple). b. Penerjemahan fungsi kala ke dalam bahasa Indonesia Fungsi kala yang diterjemahkan ke dalam bahasa meliputi fungsi kala yang temporal dan non-temporal. Fungsi kala yang temporal dapat diterjemahkan dengan ungkapan waktu atau dengan hubungan dalam rangka wacana, kecuali fungsi keaspekannya. Fungsi temporal yang menyangkut waktu mempunyai padanan pada tataran leksikosintaksis dan tataran wacana. Hubungan antara unsur-unsur pada tataran di luar kalimat juga dapat berperan sebagai pembentuk padanan. Unsur-unsur tersebut adalah urutan peristiwa (di dalam dan di luar batas kalimat), topografi (unsur ruang yang menurunkan penafsiran waktu), dan ungkapan waktu non-deiktis (tanggal, hari, bulan, tahun atau jam, atau peristiwa yang dijadikan rujukan). 6 Oposisi : pertentangan antara dua unsur bahasa untuk memperlihatkan perbedaan arti. 16

17 Sementara itu, fungsi kala non-temporal mendapat padanan yang nontemporal. Dalam bahasa Indonesia, padanan yang non-temporal itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan kewaktuan. Dengan demikian, dalam bahasa Indonesia tidak ada hubungan antara keaspekan (telah, sudah, sedang, atau maka pun lah) dengan pelatardepanan dan pelatarbelakangan. Peristiwa latar depan umumnya diungkapkan dengan pasif, inversi subjek-predikat, dan partikellah, sedangkan peristiwa latar belakang diungkapkan dengan non-pasif (Hoed, 1992: ). 1.6 Metode Penelitian Untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini, terdapat tiga tahap yang dilakukan oleh penulis, yaitu: tahap pengumpulan data, analisis data, dan yang terakhir tahap penyampaian hasil. Dalam tahap pengumpulan data, penulis menggunakan metode simak yaitu berupa penyimakan terhadap novel Vendredi et la Vie Sauvage, Kehidupan Liar, Le Rocher de Tanios, dan Cadas Tanios sebagai obyek material. Setelah itu dilanjutkan dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik pencatatan langsung dari sumber data. Data-data yang terkumpul kemudian diseleksi dan diklasifikasi (Sudaryanto, 1993: 133). Tahap selanjutnya adalah analisis data. Dalam tahap ini, data-data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa (i) teknik hubung banding menyamakan, (ii) teknik hubung banding memperbedakan, (iii) teknik hubung banding menyamakan hal pokok 17

18 yang masing-masing alatnya menggunakan daya banding menyamakan, daya banding memperbedakan, dan daya banding menyamakan hal pokok (Sudaryanto, 1993: 21-27). Setelah itu data akan disajikan menggunakan metode penyajian informal yaitu metode penyajian data yang menggunakan perumusan dengan katakata biasa.(sudaryanto, 1993:145). 1.7 Sistematika Penyajian Hasil dari penelitian ini akan disajikan dalam tiga bab. Bab I yaitu Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berupa pembahasan mengenai penataan informasi kalimat dan wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yang meliputi status informasi kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia; dan urgensi informasi dalam kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia. Bab III berisi tentang kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan. 18

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel

BAB III KESIMPULAN. karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel BAB III KESIMPULAN Skripsi ini membandingkan antara penataan informasi pada bahasa Prancis sebagai BSu dan bahasa Indonesia sebagai BSa yag bersumber dari dua novel berbahasa Prancis dan terjemahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa di setiap wilayah tidak sama, masing-masing memiliki ciri khas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama, memahami pesan bahasa sumber dan kedua, mengungkapkan kembali

BAB I PENDAHULUAN. pertama, memahami pesan bahasa sumber dan kedua, mengungkapkan kembali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerjemahan adalah suatu kegiatan atau proses pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Hal itu mengimplikasikan adanya dua hal, yaitu pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kalimat memiliki unsur-unsur atau satuan yang lebih kecil yang tersusun sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat mendukung terjalinnya komunikasi di antara semua orang dari berbagai belahan dunia yang berbeda. Berbagai macam

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

Jurnal Sastra Indonesia

Jurnal Sastra Indonesia JSI 2 (1) (2013) Jurnal Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA Miftahur Rohim, Suprapti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS  SKRIPSI RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk dengan total 208 kalimat. Metode penerjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

SISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS

SISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS HUMANIORA Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis VOLUME 15 No. 1 Februari 2003 Halaman 1-13 SISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS Sajarwa Pengantar omina (dalam bahasa Prancis nom) dapat dianalisis dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Karya sastra terjemahan merupakan peluang yang menjanjikan di abad ke- ini. Varietas karya sastra terjemahan yang diminati oleh masyarakat Indonesia terdiri atas empat

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik

BAB IV KESIMPULAN. Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik BAB IV KESIMPULAN Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik Animaux memiliki progresivitas informasi jenis Progression Linéaire (PL), Topique Constant (TC), dan Enchaînement à

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

ANALISIS KETERANGAN ASPEK PADA CERPEN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN DESEMBER 2012 (TINJAUAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KETERANGAN ASPEK PADA CERPEN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN DESEMBER 2012 (TINJAUAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KETERANGAN ASPEK PADA CERPEN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN DESEMBER 2012 (TINJAUAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Keberagaman bahasa yang terdapat dalam novel Le Rocher de Tanios

BAB IV KESIMPULAN. Keberagaman bahasa yang terdapat dalam novel Le Rocher de Tanios BAB IV KESIMPULAN Keberagaman bahasa yang terdapat dalam novel Le Rocher de Tanios merupakan salah satu contoh dari adanya kontak bahasa yang terjadi, baik itu yang dialami oleh sang penulis maupun para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode yang tepat akan mengarahkan penelitian pada tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menurut Koentjaraningrat merapakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur yang lainnya adalah sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

Artikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014

Artikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014 Artikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83).

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83). BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa bahasa pronomina persona, jumlah, dan jender merupakan kategori gramatikal yang memarkahi verba. Contohnya pada Bahasa Arab (BA) dan Bahasa Inggris.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik berperan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tidak menggunakan prosedur analisis statistik (Moleong, 2006 : 6).

BAB III METODE PENELITIAN. tidak menggunakan prosedur analisis statistik (Moleong, 2006 : 6). BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia mempunyai cara berbeda-beda untuk mengungkap

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia mempunyai cara berbeda-beda untuk mengungkap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia mempunyai cara berbeda-beda untuk mengungkap masalah kewaktuan. Terdapat bahasa yang mempunyai sistem yang mengungkap masalah kewaktuan secara

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam bermasyarakat hampir tidak akan terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia membutuhkan sarana yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Buku Hukum The Concept of Law karya H.L.A Hart dan terjemahannya Konsep Hukum merupakan buku teori hukum atau jurisprudence, bukan merupakan hukum secara praktek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bahasa sumber terhadap bahasa sasaran bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Seorang penerjemah dikatakan berhasil menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud katakata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB VI

RANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB VI Nama : Meka Sudesti NIM :1402408315 Kelas : 1F RANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB VI Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah (1) struktur sintaksis ; (2) satuan-satuan sintaksis dan (3) hal

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan tahap penelitian yang penulis lakukan dari penentuan masalah dan tujuan hingga analisis data. Hasil dari penelitian ini akan penulis uraikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu negara ke negara yang lain semakin mudah dan berkembang pesat. Akan tetapi, ada satu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam

Lebih terperinci