BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang
|
|
- Yuliana Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sarana komunikasi, bahasa selalu terkait dengan 3 unsur, yaitu pembicara, mitra wicara, dan isi wicara. Isi wicara juga dapat disebut sebagai informasi. Informasi ini dikemas dalam tuturan. Ada dua cara untuk menganalisis informasi, antara lain (1) berdasarkan pada kedudukannya dalam tuturan dan (2) berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang digunakan itu akan berdampak terhadap persepsi penutur bahasa tersebut terhadap realita. Antropolog bernama Edward Sapir ( ) dan muridnya Benjamin Lee Whorf ( ) melakukan penelitian mengenai hal tersebut yang kemudian menghasilkan sebuah pemikiran yang disebut Hipotesis Shapir-Whorf. Pertama, teori relativitas linguistik menyatakan bahwa tiap-tiap budaya akan menafsirkan dunia dengan cara yang berbeda dan bahwa perbedaan ini akan terkodekan dalam bahasa. Kedua, teori determinisme linguistik menyatakan bahwa bukan hanya persepsi kita terhadap dunia yang mempengaruhi bahasa kita, tetapi bahasa yang kita bahasa yang kita gunakan juga dapat mempengaruhi cara kita berpikir secara sangat mendalam. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan dapat mencerminkan pola pikir penutur bahasa tersebut. 1
2 Penelitian ini akan mengungkap perbedaan pola pikir orang Prancis dan orang Indonesia melalui teks sastra Prancis sebagai teks sumber (TSu) dan teks sastra terjemahan Indonesia sebagai teks sasaran (TSa). Untuk mengungkap perbedaan tersebut dilakukan analisis mengenai penataan informasi dalam wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia. Penataan informasi ini menyangkut status informasi dan urgensi informasi. Status informasi mencakup informasi lama dan informasi baru. Informasi baru merupakan informasi yang disampaikan oleh pembicara kepada mitra bicara untuk pertama kalinya, sedangkan informasi lama merupakan informasi yang telah dibicarakan oleh pembicara dan mitra bicara (Chafe, 1970:210). Pada tataran leksikal, status informasi berkaitan dengan ketakrifan (definitness). Nomina yang berciri taktakrif (indefinite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi baru, sedangkan nomina yang berciri takrif (definite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi lama (Baryadi, 2002: 70-71). Perhatikan contoh kalimat yang mengandung informasi lama (selanjutnya disingkat IL) dan informasi baru (selanjutnya disingkat IB) berikut. (1) La maison brûlait comme une torche. (VVS : 88) IL IB Rumah menyala-nyala bagaikan obor. (KL: 84) IL IB Kalimat (1) terdapat dua satuan informasi pada bahasa Prancis (bp) dan bahasa Indonesia (bi), yaitu informasi lama dan informasi baru. IL pada kalimat tersebut berciri takrif, sedangkan IB berciri taktakrif. 2
3 Untuk mengatur dan menata pengungkapan informasi dalam setiap konstituen tuturan, salah satu caranya adalah ditata menurut urgensinya, yaitu mana informasi yang dipandang penting dan mana informasi yang dipandang kurang penting. Dalam kalimat tunggal, informasi yang lebih penting disebut tema, sedangkan informasi yang kurang penting disebut rema. Dalam kalimat majemuk, informasi yang lebih penting disebut latar depan (foreground), dan informasi yang kurang penting disebut latar belakang (background). Klausa yang menyatakan informasi yang lebih penting dinamakan klausa latar depan, sedangkan klausa yang menyatakan informasi yang kurang penting dinamakan klausa latar belakang (Baryadi, 2002: 89-94). Sama halnya dengan kalimat majemuk, informasi penting dalam wacana disebut juga sebagai latar depan dan informasi yang kurang penting disebut latar belakang. Berikut contoh kalimat yang dipilah berdasarkan urgensi informasinya. (2) Quelques jeunes gens étaient repartis du château en IP IKP maugréant. (RT : 63) Beberapa pemuda meninggalkan istana sambil IP IKP menggerutu. (CT:47) Berdasarkan urgensi informasinya, kalimat (2) dapat dipilah menjadi dua bagian yaitu konstituen yang mengandung informasi penting (selanjutnya disingkat IP) dan informasi kurang penting (selanjutnya disingkat IKP). Pola informasi pada kalimat majemuk dan wacana akan dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya. 3
4 Dalam penelitian ini, sumber data diambil dari dua novel bahasa Prancis dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Kedua novel bahasa Prancis tersebut adalah Vendredi ou la Vie Sauvage karya Michael Tournier diterbitkan oleh Gallimard tahun 1971 dan Le Rocher de Tanios karya Amin Maalouf diterbitkan oleh Grasser & Fasquelle tahun Novel terjemahannya adalah Kehidupan Liar yang diterjemahkan oleh Pustaka Jaya tahun 1992 dan Cadas Tanios yang diterjemahkan oleh Ida Sundari Husen diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia tahun Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah tentang penataan informasi wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yang analisisnya meliputi analisis status informasi dan urgensi informasi. Dari pemaparan latar belakang itu, muncul pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimana pola informasi kalimat bahasa Prancis dan bahasa Indonesia? 2. Bagaimana pola pikir orang Prancis dan orang Indonesia berkaitan dengan pola tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola informasi kalimat bahasa Prancis dan bahasa Indonesia. Tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui 4
5 tentang perbedaan pola pikir orang Prancis dan orang Indonesia berkaitan dengan pola tersebut. 1.4 Tinjauan Pustaka Status informasi pernah diteliti oleh Sajarwa (2000) dan dimuat dalam Jurnal Humaniora dengan judul Status Informasi dalam Kalimat dan Wacana Bahasa Prancis. Artikel penelitian itu menjelaskan tentang ketakrifan, status informasi dalam kalimat tunggal, status informasi dalam kalimat majemuk, status informasi dalam wacana bahasa Prancis. Dalam artikel itu, dipaparkan tentang jenis-jenis takrif dalam bahasa Prancis beserta penanda-penandanya. Selain itu, dalam artikel ini juga dijelaskan tentang status informasi pada tiap tataran kalimat yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk, serta wacana bahasa Prancis. Namun, pembahasan tentang pola informasi kalimat bahasa Prancis dan bahasa Indonesia belum dilakukan. Penelitian mengenai sistem ketakrifan pernah dilakukan oleh Sajarwa (2003) dalam artikelnya di Jurnal Humaniora yang berjudul Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis. Artikel ini menunjukkan tentang takrif berpemarkah dan tak berpemarkah; ketakrifan dan status informasi; berbagai jenis takrif, taktakrif, dan penandanya. Sistem ketakrifan erat hubungannya dengan pola informasi. Tetapi dalam tulisan ini hanya dibahas tentang sistem ketakrifan dalam bahasa Prancis, dan tidak membahas tentang ketakrifan bahasa Indonesia. Novel Le Rocher de Tanios pernah dipakai oleh Siti Hartiti Sastriyani sebagai sumber data untuk penelitian dalam disertasinya yang berjudul Le Rocher 5
6 de Tanios karya Amin Maalouf dan Terjemahannya dalam bahasa Indonesia Cadas Tanios : Tinjauan Resepsi. Disertasi ini membahas tentang: Francophonie dalam dunia sastra, resepsi karya sastra Le Rocher de Tanios dalam bentuk terjemahannya Cadas Tanios dari segi konvensi bahasa, segi konvesi budaya, dan dari segi konvensi sastra. Meskipun novel yang dipakai sama dengan salah satu novel yang digunakan dalam penelitian ini, akan tetapi permasalahan yang diangkat berbeda. Perbedaan lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti Hartiti Sastriyani merupakan penelitian pada bidang sastra, sementara penelitian ini merupakan penelitian pada bidang linguistik. Drewes (1997) dalam artikelnya yang berjudul Penerjemahan Sebagai Dialog Antarbudaya: Beberapa Catatan Mengenai Teori dan Metode Penerjemahan yang dimuat di jurnal Humaniora membahas tentang sejarah penerjemahan, proses penerjemahan. Pada proses penerjemahan, semakin besarnya perbedaan antara dua budaya dan dua bahasa, semakin perlunya perubahan atau penyesuaian tertentu dalam menerjemahkan. Masalahnya ialah batas-batas penyesuaian. Batas itu harus ditentukan melalui analisis yang cermat dari semua faktor yang memainkan peran dalam proses penerjemahan. Perbedaan budaya yang muncul masih terbatas pada terjemahan secara umum, belum sampai pada analisis pola kalimat terjemahan. Dari uraian di atas, berdasarkan penelitian yang sudah ada, penelitian tentang penataan informasi pada wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia belum pernah dilakukan. 6
7 1.5 Landasan Teori Informasi Informasi adalah keseluruhan makna yang menunjang amanat, terutama nampak dalam bagian-bagian amanat tersebut (Kridalaksana, 1983: 65). Informasi merupakan salah satu bagian dari suatu proses komunikasi. Informasi ini dikemas dalam sebuah tuturan. Untuk menganalisis informasi, ada dua cara yang dapat digunakan, yaitu: 1. berdasarkan pada kedudukannya dalam tuturan 2. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Kedudukan informasi dalam tuturan sering disebut sebagai status informasi, sedangkan penting tidaknya informasi itu biasa disebut sebagai urgensi informasi. A. Status Informasi Salah satu fungsi tuturan atau ujaran dalam proses komunikasi verbal adalah sebagai pembawa informasi dalam dari pembaca kepada mitra bicara. Artinya, sebuah tuturan mengandung kesatuan informasi (information unity). Dalam kaitannya dengan hal tersebut, telah diketahui bahwa sebuah tuturan merupakan struktur yang dibangun oleh unsur-unsur sebagai konstituennya. Dengan demikian, konstituen yang merupakan unsur-unsur pembangun tuturan itu juga mengandung informasi. Setiap konstituen dalam tuturan itu berarti mengandung satuan informasi (information units). Dalam hal ini setiap konstituen dalam tuturan juga memiliki kedudukan tertentu sebagai pembawa informasi. 7
8 kedudukan konstituen-konstituen dalam suatu tuturan sebagai pembawa informasi disebut status informasi (Baryadi, 2002: 69). Status informasi mencakup informasi lama dan informasi baru. Informasi baru merupakan informasi yang disampaikan oleh pembicara kepada mitra bicara untuk pertama kalinya. Informasi lama merupakan informasi yang telah dibicarakan oleh pembicara dan mitra bicara (Chafe, 1970:210). Pada tataran leksikal, status informasi berkaitan dengan ketakrifan (definitness). Nomina yang berciri taktakrif (indefinite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi baru, sedangkan nomina yang berciri takrif (definite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi lama (Baryadi, 2002: 70-71). Bahasa-bahasa yang memiliki artikel ketakrifan (definitenes article), nomina takrif dimarkahi dengan artikel takrif (definite article), sedangkan nomina tak takrif dimarkahi dengan artikel tak takrif (indefinite article) 1. Salah satu contohnya adalah bahasa Prancis. Nomina dalam bahasa Prancis mengenal gender (maskulin atau feminin) dan jumlah (tunggal atau jamak). Çvelyne dan Loiseau mengatakan bahwa gender dan jumlah sangat mendasar peranannya dalam bahasa Prancis karena keduanya menimbulkan kaidah konkordansi yang dapat mempengaruhi bentuk dan makna suatu kata. Gender diartikan sebagai kategori gramatikal yang menunjukkan jenis kelamin nomina (maskulin atau feminin), sedangkan jumlah merupakan kategori gramatikal yang menunjukkan bentuk tunggal dan jamak. Bahasa Indonesia juga memiliki konsep jenis gender, bentuk tunggal dan jamak, tetapi tidak mengenal penyesuaian yang terdapat dalam bahasa 1 I. Praptomo Baryadi, 2002, Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa, h.71 8
9 Prancis. Gender dan jumlah dalam bahasa Indonesia tidak tampak secara eksplisit. Bentuk ini hanya ditandai dengan ciri-ciri semantik tertentu yang dapat menunjukkan jenis kelamin, bentuk tunggal, dan bentuk jamak (Tobing, 2012:222). Kembali pada konsep ketakrifan, dalam bahasa Prancis nomina takrif ada yang berpemarkah dan tidak berpemarkah. Penanda nomina takrif berpemarkah antara lain: 1. Artikel takrif (article défini), yaitu artikel defini le untuk nomina maskulin tunggal, la untuk nomina feminin tunggal, dan les untuk nomina maskulin/feminin jamak. 2. Ajektif posesif dan ajektif demonstratif. Selanjutnya, nomina takrif yang tidak berpemarkah adalah nomina nama diri dan pronomina. Nomina tak takrif ditandai dengan artikel tak takrif (article indéfini) yaitu un untuk nomina maskulin tunggal, une untuk nomina feminin tunggal, dan des untuk nomina maskulin/feminin jamak. 2 Dalam bahasa Indonesia ada pengelompokan nomina takrif yang dibagi menjadi tujuh jenis : 1. Nama benda tunggal, contoh: matahari, bulan, bumi. 2. Nama diri, contoh: Rani, Andi. 3. Pronomina persona, contoh: saya, aku, daku, kau, dia, ia, mereka. 4. Nomina diikuti pronomina persona, contoh: mobil saya, mobilmu, mobilnya, mobil kita. 2 Sajarwa, 2000, Jurnal Humaniora, Status Informasi dalam kalimat dan Wacana Bahasa Prancis, h.280 9
10 5. Nomina diikuti pronomina demonstratif, contoh: buku ini, buku itu, buku tersebut. 6. Nomina diikuti nama diri, contoh: pensil Tuti, pensil Joni. 7. Nomina diikuti pembatas, contoh: anak yang menangis tadi. 8. Artikel diikuti nomina, contoh: sang raja, si kancil. Selanjutnya, nomina tak takrif dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua jenis yaitu nomina yang berpemarkah tak takrif seperti suatu dan numeralia diikuti kata satuan seperti seekor, dan nomina yang tidak berpemarkah tak takrif 3. Pengelompokan mengenai macam-macam takrif juga terdapat dalam bahasa Prancis yang dibedakan menjadi enam jenis yaitu : 1. Les noms propre nomina nama diri, contoh : Pierre, Paris. 2. Les pronoms démonstratifes pronomina demonstratif, contoh : celui, celui-ci, celle-ci, ceux-ci. 3. Les grupes nominaux précédes d un démonstratif grup nomina yang didahului demonstratif, contoh : cette voiture, ces choissures. 4. Les pronoms personneles pronomina persona, contoh : je, tu, elle, lui, la. 5. Les groupes nominaux précédes d un article défini grup nomina yang didahului artikel definit, contoh : le roi de France raja Prancis, les livres de Charles buku-buku Charles 3 I.Praptomo Baryadi, op.cit, h
11 6. Les groupes nominaux précédés d un possessif grup nomina yang didahului posesif, contoh : ma mère, mes amis. 4 B. Urgensi Informasi Informasi diatur atau ditata dalam setiap konstituen tuturan. Salah satu cara penataan informasi itu adalah menurut urgensinya, yaitu mana informasi yang dianggap penting dan mana informasi yang dianggap kurang penting. Konstituen yang mengandung informasi penting memiliki ciri lingual yang berbeda dengan konstituen yang mengandung informasi kurang penting. Ciri lingual tersebut terdapat dalam wacana. Ada dua jenis informasi dalam wacana yaitu latar depan dan latar belakang. Latar depan merupakan informasi yang penting, yaitu bagian naratif yang menyajikan hal-hal yang utama yang sesuai dengan tujuan cerita. Latar belakang merupakan bagian naratif yang memperkuat atau mengomentari tujuan cerita. Ciri-ciri lingual yang membedakan latar depan dan latar belakang disebut pelataran. (Baryadi, 2002: 88 dan 96) Sintaksis Definisi sintaksis menurut kamus linguistik yaitu pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini ialah kata (Kridalaksana, 1983: 154). Menurut Verhaar, sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Tata bahasa terdiri atas morfologi dan sintaksis. Morfologi menyangkut struktur gramatikal di 4 Sajarwa, 2000, Jurnal Humaniora Status Informasi dalam Kalimat dan Wacana Bahasa Prancis, h
12 dalam kata, sedangkan sintaksis berkaitan dengan tata bahasa di antara kata-kata di dalam tuturan (Verhaar, 2010:161). Untuk menganalisis suatu kalimat pada tataran sintaksis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu segmentasi dan substitusi. Segmentasi artinya pemotongan atau pemisahan beberapa konstituen dalam suatu kalimat, sementara substitusi atau bisa juga disebut komutasi, merupakan pengujian terhadap terhadap segmensegmen tersebut, apakah sudah terpisah dengan baik dan bisa digantikan dengan konstituen yang setara. Segmentasi pada suatu kalimat pada dasarnya dilakukan dengan membagi dua konstituen utama, yang pertama disebut sintagma nominal (SN) dan sintagma verbal (SV). Sintagma nominal unsur dasarnya adalah unsur nominal, sedangkan sintagma verbal unsur dasarnya adalah verba. Sebagian besar kalimat terdiri dari dua konstituen utama, tapi pada kalimat tertentu terdiri dari tiga konstituen yaitu SN, SV, dan sintagma preposisional (SP). Akan tetapi, SP merupakan pilihan, tidak harus selalu ada di dalam suatu kalimat, dan posisinya dapat berpindah-pindah, sedangkan SN dan SV harus selalu ada di dalam sebuah kalimat. (Dubois, 1975: 74-90) Pola Pikir Perbedaan bahasa dan budaya mempengaruhi perbedaan pemikiran atau persepsi dari masing-masing penutur bahasa tersebut. Mengenai hal ini, Sapir dan Whorf mempunyai sebuah pemikiran yang disebut sebagai Hipotesis Sapir-Whorf. Hipotesis ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu teori relativitas linguistik dan teori determinisme linguistik. Teori relativitas linguistik menyatakan bahwa tiap-tiap 12
13 budaya akan menafsirkan dunia dengan cara yang berbeda-beda dan bahwa perbedaan-perbedaan ini akan terkodekan dalam bahasa. Istilah relativitas ini merujuk pada ide bahwa tidak ada cara yang mutlak atau alami secara absolut untuk memberikan label pada isi dari dunia ini. Pemberian label pada isi dunia ini sesuai dengan persepsi masing-masing individu, dan persepsi ini bersifat relatif, dalam artian berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Teori yang selanjutnya adalah teori determinisme linguistik yang menyatakan bahwa bukan hanya persepsi terhadap dunia yang mempengaruhi bahasa, tapi bahasa yang digunakan juga dapat mempengaruhi cara berpikir secara mendalam. Bahasa dapat dikatakan sebagai kerangka pemikiran, dan menurut teori determinisme linguistik, orang akan sangat sulit untuk bisa berpikir di luar kerangka itu. Berkaitan dengan relativitas dan determinisme bahasa, ada salah satu uraian dari pemikiran Whorf yang dituangkan dalam makalahnya yang ditulis tahun 1939 berjudul The Relation of Habitual Though and Behavior to Language. Whorf memfokuskan pada ciri-ciri tata bahasa, termasuk di dalamnya tenses yang berperan sebagai latar belakang yang tak teramati dalam pemikiran penutur bahasa tentang dunia. 5 Tenses atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai kala merupakan alat kebahasaan yang digunakan untuk menempatkan peristiwa dalam waktu. Dalam bahasa yang memiliki kala, penempatan peristiwa dalam waktu dinyatakan dengan sejumlah proses morfologis, yaitu pada tataran morfo-sintaksis. Bahasa 5 Linda Thomas & Shan Wareing, 2007, Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan (Yogyakarta:Pustaka Pelajar), h
14 Prancis termasuk bahasa yang memiliki kala, sedangkan sejumlah bahasa lain tidak memilikinya. Meski demikian, tidak berarti bahasa yang tidak memiliki kala itu tidak dapat menempatkan peristiwa dalam waktu. Bahasa-bahasa tersebut menempatkan peristiwa dalam waktu dengan alat kebahasaan lain, seperti unsur leksikal dan hubungan antar-kalimat atau hubungan dalam rangka wacana. Bahasa yang tidak memiliki kala, salah satunya adalah bahasa Indonesia. Kala sebagai kategori gramatikal dalam bahasa Prancis terkait pada verba. Kala tersebut mengungkapkan waktu, keaspekan, dan modalitas (Hoed, 1992: 33-34) Terjemahan Definisi secara umum mengenai terjemahan adalah pengalihan pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Terjemahan juga dapat diartikan sebagai reproduksi pesan dari bahasa sumber (selanjutnya disingkat BSu) ke dalam bahasa sasaran (selanjutnya disingkat BSa) dengan kesepadanan yang sealami mungkin, baik itu pada makna maupun gaya bahasa (Nida dan Taber, 1964: 166). Terjemahan bertujuan agar amanat yang ada di dalam suatu bahasa (bahasa sumber, BSu) dapat disampaikan di dalam bahasa lain (bahasa sasaran, BSa). Menurut Catford, terjemahan merupakan proses pemindahan teks dari satu bahasa (bahasa sumber) ke dalam padanannya pada bahasa lain (bahasa sasaran). Proses pemindahan ini meliputi kosa kata, penyesuaian tata bahasa, dan bentuk tulisan. (Catford, 1965: 20). Sebuah teks sumber (TSu) dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor penulis, norma yang berlaku dalam BSu, kebudayaan yang melatari TSu, 14
15 dan hal yang dibicarakan, sedangkan faktor yang mempengaruhi teks sasaran (TSa) antara lain pembaca, norma yang berlaku dalam BSa, kebudayaan yang melatari BSa, dan penerjemah (Newmark, 1988: 4). Terjemahan telah menjadi alat dalam proses transfer budaya yang terkadang bertanggungjawab untuk terjemahan yang menyimpang dan bias, bahkan sejak awal komunikasi antar bangsa dan bahasa. Terjemahan itu tidak hanya sebagai media transfer budaya, tetapi juga sebagai media transfer mengenai fakta-fakta yang ada pada teks BSu. (Newmark, 1988: 7). Secara teoretis penerjemahan itu tidak mungkin dilaksanakan karena bukan hanya dari segi sistem dan strukturnya saja bahasa-bahasa itu berbeda, akan tetapi juga semantiknya serta kebudayaan yang melatarbelakanginya tidak sama. Kegiatan penerjemahan itu dapat dilakukan dengan cara mencari dan menemukan padanan-padanan di dalam BSa, meskipun pada umumnya tidak dapat secara penuh mengalihkan amanat dan BSu-nya (Mounin, 1963: ). Padanan adalah suatu bentuk dalam BSa yang sepadan dengan suatu bentuk dalam BSu, apabila dilihat dari segi semantiknya (Catford, 1965:27). Jadi, betul tidaknya suatu terjemahan didasarkan pada teralihkan atau tidaknya amanat dari BSu ke BSa. Pengalihan amanat bersangkutan dengan pemahaman bentuk BSa itu. Bila suatu bentuk bahasa dalam BSa dipahami sama dengan bentuk bahasa dalam BSu, maka dikatakan kedua bentuk itu sepadan (Hoed, 1992: 80) Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penerjemahan dilakukan untuk mencari dan menemukan padanan-padanan di dalam BSa. Berkaitan dengan kala, menurut Hoed ada dua hal yang menjadi dasar bagi perpadanan fungsi kala dalam novel bahasa Prancis dan bahasa Indonesia, yaitu: 15
16 a. Fungsi kala dalam novel bahasa Prancis Fungsi ini terdiri dari fungsi temporal dan non-temporal. Fungsi temporal kala merupakan fungsi utama, sedangkan fungsi non-temporal merupakan fungsi turunan. Kaitan antara kedua fungsi ini terletak pada (i) oposisi keaspekan (passé simple, passé composé, imparfait) yang menurunkan kontras antara fungsi pelatardepanan (keaspekan perfektif) dan pelatarbelakangan (keaspekan imperfektif) peristiwa; (ii) oposisi distansi temporal yang merupakan oposisi antara peristiwa yang dianggap dekat dengan saat penulisan dan peristiwa yang dianggap jauh dari saat penulisan. Oposisi 6 ini menurunkan oposisi pengalaman (passé composé) dengan kisahan (passé simple). b. Penerjemahan fungsi kala ke dalam bahasa Indonesia Fungsi kala yang diterjemahkan ke dalam bahasa meliputi fungsi kala yang temporal dan non-temporal. Fungsi kala yang temporal dapat diterjemahkan dengan ungkapan waktu atau dengan hubungan dalam rangka wacana, kecuali fungsi keaspekannya. Fungsi temporal yang menyangkut waktu mempunyai padanan pada tataran leksikosintaksis dan tataran wacana. Hubungan antara unsur-unsur pada tataran di luar kalimat juga dapat berperan sebagai pembentuk padanan. Unsur-unsur tersebut adalah urutan peristiwa (di dalam dan di luar batas kalimat), topografi (unsur ruang yang menurunkan penafsiran waktu), dan ungkapan waktu non-deiktis (tanggal, hari, bulan, tahun atau jam, atau peristiwa yang dijadikan rujukan). 6 Oposisi : pertentangan antara dua unsur bahasa untuk memperlihatkan perbedaan arti. 16
17 Sementara itu, fungsi kala non-temporal mendapat padanan yang nontemporal. Dalam bahasa Indonesia, padanan yang non-temporal itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan kewaktuan. Dengan demikian, dalam bahasa Indonesia tidak ada hubungan antara keaspekan (telah, sudah, sedang, atau maka pun lah) dengan pelatardepanan dan pelatarbelakangan. Peristiwa latar depan umumnya diungkapkan dengan pasif, inversi subjek-predikat, dan partikellah, sedangkan peristiwa latar belakang diungkapkan dengan non-pasif (Hoed, 1992: ). 1.6 Metode Penelitian Untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini, terdapat tiga tahap yang dilakukan oleh penulis, yaitu: tahap pengumpulan data, analisis data, dan yang terakhir tahap penyampaian hasil. Dalam tahap pengumpulan data, penulis menggunakan metode simak yaitu berupa penyimakan terhadap novel Vendredi et la Vie Sauvage, Kehidupan Liar, Le Rocher de Tanios, dan Cadas Tanios sebagai obyek material. Setelah itu dilanjutkan dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik pencatatan langsung dari sumber data. Data-data yang terkumpul kemudian diseleksi dan diklasifikasi (Sudaryanto, 1993: 133). Tahap selanjutnya adalah analisis data. Dalam tahap ini, data-data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa (i) teknik hubung banding menyamakan, (ii) teknik hubung banding memperbedakan, (iii) teknik hubung banding menyamakan hal pokok 17
18 yang masing-masing alatnya menggunakan daya banding menyamakan, daya banding memperbedakan, dan daya banding menyamakan hal pokok (Sudaryanto, 1993: 21-27). Setelah itu data akan disajikan menggunakan metode penyajian informal yaitu metode penyajian data yang menggunakan perumusan dengan katakata biasa.(sudaryanto, 1993:145). 1.7 Sistematika Penyajian Hasil dari penelitian ini akan disajikan dalam tiga bab. Bab I yaitu Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berupa pembahasan mengenai penataan informasi kalimat dan wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yang meliputi status informasi kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia; dan urgensi informasi dalam kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan wacana bahasa Prancis dan bahasa Indonesia. Bab III berisi tentang kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan. 18
BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan
Lebih terperinciBAB III KESIMPULAN. karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel
BAB III KESIMPULAN Skripsi ini membandingkan antara penataan informasi pada bahasa Prancis sebagai BSu dan bahasa Indonesia sebagai BSa yag bersumber dari dua novel berbahasa Prancis dan terjemahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa di setiap wilayah tidak sama, masing-masing memiliki ciri khas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertama, memahami pesan bahasa sumber dan kedua, mengungkapkan kembali
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerjemahan adalah suatu kegiatan atau proses pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Hal itu mengimplikasikan adanya dua hal, yaitu pertama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kalimat memiliki unsur-unsur atau satuan yang lebih kecil yang tersusun sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur
Lebih terperinciBAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat mendukung terjalinnya komunikasi di antara semua orang dari berbagai belahan dunia yang berbeda. Berbagai macam
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)
DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,
Lebih terperinciJurnal Sastra Indonesia
JSI 2 (1) (2013) Jurnal Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA Miftahur Rohim, Suprapti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam
Lebih terperinciRELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI
RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk dengan total 208 kalimat. Metode penerjemahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada
Lebih terperinciIDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)
IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain
Lebih terperinciBAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas
Lebih terperinciSINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
Lebih terperinciSISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS
HUMANIORA Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis VOLUME 15 No. 1 Februari 2003 Halaman 1-13 SISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS Sajarwa Pengantar omina (dalam bahasa Prancis nom) dapat dianalisis dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame
BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Karya sastra terjemahan merupakan peluang yang menjanjikan di abad ke- ini. Varietas karya sastra terjemahan yang diminati oleh masyarakat Indonesia terdiri atas empat
Lebih terperinciSTRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik
BAB IV KESIMPULAN Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik Animaux memiliki progresivitas informasi jenis Progression Linéaire (PL), Topique Constant (TC), dan Enchaînement à
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau
Lebih terperinciRELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN
0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.
Lebih terperinciANALISIS KETERANGAN ASPEK PADA CERPEN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN DESEMBER 2012 (TINJAUAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS KETERANGAN ASPEK PADA CERPEN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN DESEMBER 2012 (TINJAUAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Keberagaman bahasa yang terdapat dalam novel Le Rocher de Tanios
BAB IV KESIMPULAN Keberagaman bahasa yang terdapat dalam novel Le Rocher de Tanios merupakan salah satu contoh dari adanya kontak bahasa yang terjadi, baik itu yang dialami oleh sang penulis maupun para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode yang tepat akan mengarahkan penelitian pada tujuan yang diinginkan.
Lebih terperinciContoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menurut Koentjaraningrat merapakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur yang lainnya adalah sistem pengetahuan,
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK (3):
TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal
Lebih terperinciArtikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014
Artikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep
Lebih terperinciAnak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83).
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa bahasa pronomina persona, jumlah, dan jender merupakan kategori gramatikal yang memarkahi verba. Contohnya pada Bahasa Arab (BA) dan Bahasa Inggris.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik berperan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. tidak menggunakan prosedur analisis statistik (Moleong, 2006 : 6).
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia mempunyai cara berbeda-beda untuk mengungkap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia mempunyai cara berbeda-beda untuk mengungkap masalah kewaktuan. Terdapat bahasa yang mempunyai sistem yang mengungkap masalah kewaktuan secara
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam bermasyarakat hampir tidak akan terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia membutuhkan sarana yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Buku Hukum The Concept of Law karya H.L.A Hart dan terjemahannya Konsep Hukum merupakan buku teori hukum atau jurisprudence, bukan merupakan hukum secara praktek.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bahasa sumber terhadap bahasa sasaran bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Seorang penerjemah dikatakan berhasil menerjemahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud katakata,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai
Lebih terperinciRANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB VI
Nama : Meka Sudesti NIM :1402408315 Kelas : 1F RANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB VI Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah (1) struktur sintaksis ; (2) satuan-satuan sintaksis dan (3) hal
Lebih terperinciPENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI
PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan tahap penelitian yang penulis lakukan dari penentuan masalah dan tujuan hingga analisis data. Hasil dari penelitian ini akan penulis uraikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu negara ke negara yang lain semakin mudah dan berkembang pesat. Akan tetapi, ada satu hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa
Lebih terperinciKAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam
Lebih terperinci