BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pertumbuhan tingkat perekonomian Indonesia yang tinggi maka kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat. Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2011 2015 tingkat perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 5,6% (BPS 2015). Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut berdampak pada peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia. Semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat masyarakat sudah mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada sebagian kelompok masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi selain mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka juga mampumemiliki kelebihan dana. Kelebihan dana tersebut akan meningkatkan peluang permintaan akan investasi dari kalangan investor domestik. Didukung dengan semakin meningkatnya tingkat literasi keuangan pada masyarakat maka peluang investasi oleh investor domestik di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia juga disebabkan oleh stabilitas politik dan perolehan rating investment grade. Pada tahun 2011 Fitch memberikan rating BBB- dengan outlook stabil terhadap foreign currency long-term senior debt Indonesia (BI 2011). Hal tersebut akan menarik peluang akan investasi di Indonesia bagi investor asing karena akan memperoleh tingkat return yang menarik. Investasi merupakan komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang (Tandelilin 2010, 1). 1
Investasi dapat dilakukan dengan investasi riil maupun investasi finansial. Investasi finansial salah satunya dapat dilakukan pada pasar modal. Melakukan investasi di pasar modal dapat menghasilkan tingkat return yang tinggi tetapi memiliki tingkat risk yang tinggi. Semakin meningkatnya tingkat literasi keuangan pada masyarakat Indonesia maka meningkatkan minat masyarakat akan investasi pada aset keuangan. Investasi pada aset finansial dapat dilakukan dengan melakukan investasi langsung maupun investasi tidak langsung. Menurut Hartono (2010) investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara sebaliknya (Hartono 2010, 7). Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portfolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain (Hartono 2010, 10). Salah satu cara melakukan investasi tidak langsung yang dapat dilakukan oleh investor adalah dengan membeli reksadana yang diterbitkan oleh sekuritas penerbit yang resmi tercatat di BAPEPAM-LK. Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat (27), reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi (OJK 1995). Melalui Kep. Menkeu RI No.KMK 606/KMK.01/2005 memutuskan penggabungan antara unit eselon I Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan unit eselon I Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (DLJK). Gabungan ini menjadi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM- LK). BAPEPAM-LK memiliki tugas untuk mengatur, mengarahkan, dan 2
mengawasi kegiatan sehari-hari pasar modal (Hartono 2010, 89-90). BAPEPAM- LK juga mempunyai tugas merumuskan kebijakan di bidang lembaga keuangan, seperti misalnya membuat dan meyakinkan pelaksanaan peraturan, kebijakan, standar, norma, dan pedoman kriteria dan prosedur di bidang pasar modal dan menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan bagi Emiten dan Perusahaan Publik (Hartono 2010,89-90). Sejarah perkembangan awal reksa dana dimulai pada awal 1996, BAPEPAM mengeluarkan peraturan kontrak investasi kolektif, pada tahun 1996 reksa dana berkembang pesat hingga memiliki total aset kelolaan sebesar Rp 2,78 trilliun (Pratomo dan Nugraha 2001, 113). Pada penelitian ini penulis mengawali periode penelitian pada tahun 2011. Pada periode tahun awal penelitian skripsi tahun 2011 nilai aset kelolaan atau disebut juga Net Asset Value seluruh reksa dana di Indonesia sebesar Rp 163,86 trilliun. Perkembangan pada industri keuangan khususnya reksa dana berlangsung sangat pesat. Bila dihitung dari permulaan perkembangan 1996 hingga 2011 (16 tahun) maka pertumbuhan Net Asset Value selama periode tersebut adalah sebesar 5794% dalam 16 tahun atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 362% per tahun dalam kurun waktu 16 tahun. Tetapi pada proses perkembangannya industri reksa dana juga pernah mengalami penurunan tajam ketika krisis finansial asia 1997-1998 dan krisis sub-prime mortgage 2008. Pada periode tahun 2013-2014 terjadi kenaikan signifikan pada Net Asset Value reksa dana hal ini terjadi dikarenakan terdapat efek jokowi dimana Bapak Ir Joko Widodo memenangkan pemilihan umum presiden 3
Net Asset Value Indonesia. Pada grafik 1.1 penulis akan menampilkan perkembangan nilai Net Asset Value pada industri reksa dana pada periode penelitian. Grafik 1.1 Perkembangan nilai Net Asset Value pada industri reksa dana di Indonesia periode 2011 sampai 2015 300,000,000,000,000 250,000,000,000,000 200,000,000,000,000 150,000,000,000,000 100,000,000,000,000 Net Asset Value 50,000,000,000,000 0 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : BAPEPAM-LK, 2016 Pada grafik 1.1 menunjukan bahwa perkembangan Net Asset Value reksadana berada pada trend naik. Pada periode pengamatan selama 5 tahun dari tahun 2011 sampai tahun 2015 terjadi pertumbuhan nilai Net Asset Value sebesar 58,36%. Selama periode pengamatan terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar 11,67% per tahun. Terjadi peningkatan nilai Net Asset Value yang signifikan pada tahun 2014. Pada tahun tersebut nilai Net Asset Value mengalami peningkatan sebesar 22,97%. Hal ini terjadi dikarenakan pada tahun 2014 dikarenakan terdapat efek jokowi, dimana pada tahun 2014 Bapak Ir Joko Widodo memenangkan pemilihan umum presiden Indonesia. Bapak Ir Joko Widodo menjadi kandidat presiden pilihan pelaku pasar. Sehingga terdapat euforia sentimen positif atas terpilihnya 4
Presiden Joko Widodo. Berdasarkan data historis tersebut menunjukan bahwa industri reksa dana berkembang baik di Indonesia. Reksa dana dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana campuran dan reksa dana terproteksi. Investor dapat memilih jenis reksa dana sesuai dengan tujuan investasi masing-masing investor (Tandelilin 2010, 51). Berdasarkan data dari BAPEPAM-LK jenis reksa dana yang paling banyak diminati oleh pelaku pasar adalah reksa dana saham. Reksa dana saham menarik bagi para pelaku pasar karena mampu memberikan potensi tingkat return yang paling tinggi dibandingkan jenis reksa dana lainnya. Tetapi investor reksa dana saham juga menanggung risiko yang paling besar dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya. Dengan potensi pertumbuhan yang cukup tinggi ini, reksa dana saham juga memiliki resiko yang lebih tinggi (Jones 2004, 98). Reksa dana saham adalah reksa dana yang mengalokasikan investasi dana kelolaan minimal sebesar 80% dari portofolio kelolaan pada efek ekuitas (saham). Sebelum memutuskan untuk menginvestasikan dana pada reksa dana saham investor sebaiknya mengevaluasi kinerja reksa dana saham tersebut. Evaluasi kinerja reksa dana saham dapat dilakukan dengan mengukur tingkat return dan tingkat risk pada reksa dana saham tersebut. Dengan mengetahui hasil evaluasi tersebut diharapkan investor dapat berhasil mendapatkan imbal hasil yang optimal antara return yang didapat dan risk yang ditanggung. Setelah mengukur performa maka sebaiknya investor melihat tingkat persistensi kinerja reksa dana tersebut. 5
Metode evaluasi yang dapat digunakan investor untuk mengevaluasi kinerja reksa dana saham adalah dengan menggunakan data historis reksa dana saham tersebut. Walaupun kinerja historis tidak selalu mampu memprediksi kinerja masa depan akan tetapi hal tersebut dapat dijadikan tolak ukur (benchmark) bagi kinerja reksa dana saham pada masa depan. Dengan menggunakan data historis dapat mengetahui tingkat return dan risk produk reksa dana tersebut di masa lalu. Pengukuran tingkat return reksa dana dapat dilakukan dengan menghitung selisih Net asset Value, Money weighted Return, dan Time Weighted Return. Penggunaan Time weighted Return lebih disarankan dikarenakan pada metode ini aliran dana yang berasal dari deposite dan withdrawal tidak diperhitungkan. Untuk mengevaluasi performa portfolio manajer investasi metode Time Weighted Return direkomendasikan untuk dipakai karena cara ini mengontrol terjadinya deposits dan withdrawal yang dilakukan oleh klien (Jones dkk. 2008, 630). Dalam proses evaluasi kinerja reksa dana saham tingkat risk yang ditanggung adalah faktor yang harus diperhatikan. Pendekatan yang tepat untuk dapat mengakomodasikan return dan risk dari reksa dana tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan Risk Adjusted Performance. Pada pendekatan Risk Adjusted Performance metode yang penulis pakai adalah Sharpe ratio, Treynor ratio dan Alpha Jensen index. Faktor lain yang harus investor perhatikan adalah persistensi kinerja reksa dana saham tersebut. Hal ini dilakukan supaya investor dapat menghasilkan imbal hasil yang stabil pada periode jangka panjang. Salah satu pengukuran tingkat persistensi dapat dilakukan adalah dengan menggunakan matriks transisi dari 6
ranking kinerja reksa dana saham setiap tahun. Pada metode ini investor dapat melihat tingkat stabilitas ranking kinerja reksa dana saham dengan melihat berapa jumlah reksa dana saham yang mempu mempertahankan peringkatnya pada suatu periode. Oleh karena latar belakang tersebut maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai kinerja reksa dana saham pada periode 5 tahun. Penulis ingin memberikan gambaran mengenai ranking kinerja reksa dana saham danpersistensi hasil ranking kinerja reksadana saham manajer reksa dana saham di Indonesia dengan metode perhitungan return portfolio Time Weighted Return pada pendekatan Risk Adjusted Performance. Penelitian yang dilakukan berjudul Analisis Kinerja dan Persistensi Reksa Dana Saham dengan Time Weighted Return (Studi Empiris pada Periode 2011 sampai 2015) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, masalah diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja tahunan reksa dana saham di Indonesia dengan metode perhitungan tingkat return Time Weighted Return pada metode Sharpe ratio, Treynor ratio dan Alpha Jensen Index antara tahun 2011 sampai 2015? 2. Apakah terdapat persistensi kinerja reksa dana saham di Indonesia dengan metode perhitungan tingkat return Time Weighted Return pada 7
metode Sharpe ratio, Treynor ratio dan Alpha Jensen Index antara tahun 2011 sampai 2015? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kinerja reksa dana saham di Indonesia dengan menggunakan perhitungan tingkat return Time Weighted Return pada metode Sharpe ratio, Treynor ratio dan Alpha Jensen Index pada tahun 2011 sampai 2015. 2. Menganalisis persistensi kinerja reksa dana saham di Indonesia dengan menggunakan perhitungan tingkat return Time Weighted Return pada metode Sharpe ratio, Treynor ratio dan Alpha Jensen Index pada tahun 2011 sampai 2015. 1.4 Batasan Penelitian Pada penelitian ini penulis membatasi cakupan penelitian sesuai dengan topik. Penelitian ini hanya dilakukan pada reksa dana saham yang masih aktif, memiliki data historis NAB bulanan per unit lengkap dan terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) pada periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Peneliti menggunakan periode pengamatan selama lima tahun dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif metode evaluasi dan hasil analisis kinerja dan persistensi kinerja reksa dana saham kepada pelaku pasar modal. 8
2. Manfaat Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif metode evaluasi hasil kinerja dan persistensi kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metode perhitungan return reksa dana saham Time Weighted Return pada metode Sharpe ratio, Treynor ratio dan Jensen Alpha Index. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori yang mencakup pemahaman teoritis, penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan kerangka penelitian, BAB III : Metode penelitian, terdiri dari pemilihan sampel penelitian, sumber dan jenis data dan metode pengolahan data. BAB IV : Analisis Data, yang berisi hasil pengolahan data dan intrepretasinya. BAB V : Kesimpulan, yang berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran. 9