BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga perantara (intermediasi) antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal menyediakan alternatif investasi bagi investor. Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2000 : 4). Namun berinvestasi di pasar modal memerlukan dana yang besar dan memerlukan analisis yang tepat. Hal inilah yang menjadi kendala bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal secara langsung. Salah satu instrumen pasar modal yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah Reksa Dana. Reksa Dana merupakan salah satu instrumen investasi yang masih tergolong baru di pasar modal Indonesia. Reksa Dana diperkenalkan mulai tahun 1996, tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini, Reksa Dana semakin diminati para pemilik dana yang berlebih. Menurut UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio oleh Manajer Investasi. Mekanisme berinvestasi di Reksa Dana yaitu Manajer Investasi mengumpulkan dana dari masyarakat, kemudian dana tersebut dikelola untuk mendapatkan hasil seoptimal mungkin. Manajer Investasi menginvestasikan dananya pada surat berharga, misalnya obligasi, saham dan 1

2 valuta asing. Kumpulan portofolio dalam Reksa Dana dibagi-bagi lagi menjadi satuan unit penyertaan yang bernilai kecil-kecil, tujuannya supaya investor yang memiliki dana kecil bisa juga memiliki sekumpulan surat berharga meski tidak secara langsung. Selain menghasilkan return tertentu, Reksa Dana juga memiliki risiko yang patut diperhitungkan, tetapi risikonya relatif lebih kecil karena investasi yang dilakukan dapat didiversifikasi. Menurut Wahyudi (2005) berbagai peristiwa yang menimbulkan risiko bagi Reksa Dana bisa berbentuk peristiwa politik atau peristiwa ekonomi seperti tingginya angka inflasi (inflation risk), tingginya tingkat suku bunga (interest rate risk), melemahnya kurs rupiah (foreign exchange risk), maupun penurunan kinerja bisnis (business risk). Salah satu jenis Reksa Dana yang diminati di Indonesia adalah Reksa Dana Saham (RDS). RDS adalah Reksa Dana yang melakukan investasi berupa efek bersifat ekuitas (saham). Efek saham pada umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham juga memberikan hasil lain berupa dividen. Pasar saham yang sangat fluktuatif memang membuat banyak investor merasa takut untuk berinvestasi pada saham. Tidak sedikit masyarakat memiliki persepsi bahwa investasi pada saham lebih cenderung spekulatif, atau bahkan berjudi. Investasi saham merupakan investasi pada perusahaanperusahaan, yang dalam jangka panjang akan memberikan hasil investasi yang lebih besar daripada deposito maupun obligasi. Namun, dalam jangka pendek, terdapat risiko karena harga-harga saham yang selalu berfluktuasi. Jadi berdasarkan pengalaman yang sudah dibuktikan di seluruh pasar modal, investasi 2

3 saham adalah jenis investasi jangka panjang yang sangat menjanjikan ( Pratomo dan Nugraha, 2005 : 72). Suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui hasil dari Reksa Dana adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). Besarnya Nilai Aktiva Bersih per sertifikat/unit adalah total nilai pasar dari sekuritas-sekuritas yang tergabung di portofolio dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi dan dibagi dengan jumlah sertifikat yang diedarkan (Jogiyanto,2000:10). Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana dihitung oleh Bank Kustodian yaitu lembaga keuangan yang khusus menangani dan mencatat aset-aset Manajer Investasi, untuk kemudian diumumkan ke publik. Besarnya NAB dapat berfluktuasi setiap hari tergantung dari perubahan nilai efek dalam portofolio. Informasi Nilai Aktiva Bersih khususnya bagi Reksa Dana Terbuka mempunyai arti yang sangat penting bagi pemodal karena sangat menentukan investasi pemodal. Informasi Nilai Aktiva Bersih diperlukan pemodal untuk mengetahui berapa harga yang harus dibayarkan untuk membeli saham/unit penyertaan dan untuk memperkirakan berapa nilai yang diterima bagi pemodal yang ingin menjual kembali (redeem) saham/unit penyertaan yang dimilikinya (Usman dkk, 1997 : 31). 3

4 Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Reksa Dana, Pemegang Saham/Unit Penyertaan, Nilai Aktiva Bersih/NAB, dan Jumlah Saham/Unit yang Beredar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun Tahun Jumlah Reksa Dana Pemegang Saham/ Unit penyertaan Nilai Aktiva Bersih/NAB ( Jutaan Rupiah) Jumlah Saham/Unit yang Beredar , , , , , , Sumber : Statistik Pasar Modal, Riset Biro PIR Bapepam, 2008 Dari Tabel 1.1 di dapat pada tahun 2000 sampai tahun 2007 jumlah Reksa Dana, pemegang saham/unit penyertaan, Nilai Aktiva Bersih, dan jumlah saham/unit yang beredar di Bursa Efek Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya investor yang mulai mengalihkan instrumen investasinya ke Reksa Dana dan pengetahuan investor tentang Reksa Dana yang semakin berkembang. Kinerja Reksa Dana dapat diketahui melalui return yang diperoleh dari perkembangan Nilai Aktiva Bersih. Makin tinggi Nilai Aktiva Bersih pada Reksa Dana, maka semakin tinggi pula return yang didapat oleh para investor karena return Reksa Dana adalah selisih antara NABt dan NAB-t dibagi NAB-t. Tingginya tingkat return Reksa Dana maka akan mempengaruhi keputusan para investor untuk berinvestasi pada Reksa Dana. Pertumbuhan Reksa Dana juga dipengaruhi beberapa faktor-faktor makro ekonomi, telah terbukti secara empiris bahwa variabel ekonomi makro berpengaruh signifikan terhadap return saham pada emiten yang terdaftar di 4

5 Bursa Efek Indonesia (Lestari, 2005). Pada penelitiaannya Rusli (2002) menemukan bahwa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih per unit Reksa Dana Pendapatan Tetap. Apabila tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia tinggi maka investor akan cenderung berinvestasi dalam bentuk deposito daripada berinvestasi di Pasar Modal. Pola pergerakan angka inflasi saat ini hampir sama dengan pola pergerakan suku bunga. Artinya bila suku bunga turun, maka pergerakan angka inflasi pun cenderung turun. Pada kondisi seperti ini orang yang mempunyai penghasilan lebih berpikiran bahwa berinvestasi di pasar uang seperti deposito dinilai kurang menarik, sehingga perhatian mereka beralih ke investasi pasar modal seperti Reksa Dana, obligasi atau ke financial asset. Kurs merupakan Kurs mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Di Indonesia Kurs Dollar AS terhadap Rupiah menggambarkan kestabilan ekonomi di Indonesia. Semakin tinggi Kurs Dollar AS terhadap Rupiah, maka semakin rendah tingkat kestabilan ekonomi di Indonesia. Menurut Manurung (2007 : 49) Kurs Dollar AS terhadap Rupiah memiliki hubungan yang positif terhadap return saham perusahaan yang bergerak dibidang ekspor dan berdenominasi valuta asing artinya apabila semakin tinggi nilai Dollar AS maka semakin tinggi nilai return saham yang diterima oleh investor. Selain pengetahuan tentang variabel makro di atas, tambahan pertimbangan lain bagi investor adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan sampai tanggal 5

6 tertentu. Indeks Harga Saham Gabungan digunakan untuk mengetahui perubahanperubahan harga saham setiap saat terhadap harga tahun dasarnya dari sebagian atau seluruh saham yang tercatat di bursa. Indeks Harga Saham Gabungan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di Bursa efek (Sunariyah, 2003 : 126). Lohanto (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa Reksa Dana Saham dipengaruhi secara statistik oleh IHSG. Indeks Harga Saham Gabungan berhubungan positif dengan return saham, dalam arti makin tinggi nilai IHSG makin tinggi pula return yang dihasilkan karena IHSG menunjukkan semakin stabilnya Bursa. Variabel-variabel yang disebutkan di atas yaitu tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kurs Dollar AS berhubungan langsung dengan kinerja Reksa Dana, artinya terjadinya perubahan-perubahan pada variabel ekonomi tersebut akan membuat kinerja Reksa Dana bisa meningkat atau menurun. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam usulan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kurs Dollar AS secara simultan terhadap kinerja Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode ? 2) Bagaimana pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kurs Dollar AS secara parsial terhadap 6

7 kinerja Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode ? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalahsebagai berikut. 1) Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kurs Dollar AS, secara simultan terhadap kinerja Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ) Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kurs Dollar AS, secara parsial terhadap kinerja Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, pemahaman, dan wawasan yang lebih luas tentang Reksa Dana dan pengaruh dari perubahan variabel tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Kurs Dollar AS secara simultan dan dan untuk mengetahui hubungan secara parsial terhadap kinerja Reksa Dana Saham. 7

8 2) Kegunaan Praktis Bagi investor, diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja Reksa Dana Saham, sehingga dapat membantu pertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasi. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan serta gambaran tentang Reksa Dana bagi masyarakat sebagai calon investor yang ingin berinvestasi di Reksa Dana Saham. 1.4 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara terperinci dan sistematis. Untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan tentang skripsi ini, sistematika dari masing-masing bab dapat diperinci sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan beberapa teori yang akan mendukung analisis data, yang meliputi: persepsi, pendidikan akuntansi, peran pendidikan akuntansi, profesi akuntan, pendidikan profesi akuntan di Indonesia, profesionalisme akuntan dan mahasiswa akuntansi. 8

9 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis data yang meliputi: lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variable, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, responden penelitian, metode penentuan sample, metode pengumpulan data, pengukuran data, dan teknik analisis data. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan, antara lain: gambaran umum perusahaan, serta deskripsi hasil penelitian. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang mengemukakan simpulan akhir dari pembahasan yang menjadi jawaban dari permasalahan dan saransaran kepada perusahaan dan penelitian berikutnya yang memiliki keterkaitan terhadap penelitian ini. 9