BAB I PENDAHULUAN. melalui perusahaan investasi. Terdapat beberapa alasan seseorang me

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat telah mengenal berbagai jenis produk investasi baik investasi yang dikelola langsung oleh orang perorang secara individual maupun dikelola melalui perusahaan investasi. Terdapat beberapa alasan seseorang me lakukan investasi diantaranya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang, mengurangi tekanan inflasi serta dorongan untuk menghemat pajak (Tandelilin, 2010). Reksa dana merupakan salah satu pilihan dalam berinvestasi. Reksa dana berisi portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya. Reksa Dana mulai diperkenalkan di Indonesia ketika PT Danareksa didirikan pada tahun 1976 dimana perusahaan ini dapat menerbitkan sertifikat yang dikenal dengan sertifikat Danareksa I dan II. Reksa dana yang berkembang di Indonesia adalah reksa dana terbuka dimana nilai saham reksa dana ditentukan berdasarkan Nilai Aktiva Bersih (NAB). NAB adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada kemudian dibagi jumlah unit penyertaan. Reksa dana di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik sebagaimana dapat dilihat pada Gambar1.1 dimana reksa dana terus bertumbuh nilainya yang diwakili oleh NAB. Meningkatnya nilai NAB berarti naiknya nilai investasi pemegang saham (Sutedi, 2011). 1

2 Gambar 1.1 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia ,00 NAB (Rp Juta) , , , ,00 0, Sumber : Data diolah Reksa dana diminati oleh investor karena apabila dilihat dari sisi risiko, dengan melakukan penyertaan reksa dana maka investor secara otomatis telah melakukan diversifikasi investasi. Selain itu reksa dana memberikan kemudahan dalam proses investasinya baik dari mulai proses administrasi, pembelian atau penjualan penyertaan serta tidak membutuhkan dana investasi yang terlalu besar dibanding apabila investor langsung berinvestasi di pasar bursa secara individual. Pengelolaan reksa dana oleh manajer investasi secara profesional menjadikan para investor tidak perlu melakukan pemantauan terus menerus terhadap efek-efeknya. Seiring dengan perkembangan reksa dana di Indonesia, tahun 1997 muncul reksa dana syariah sebagai alternatif bagi investor dalam berinvestasi di reksa dana. Pada prinsipnya reksa dana syariah sama dengan reksa dana konvensional namun dalam pengelolaannya tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal. Reksa dana syariah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya seperti terlihat pada Gambar

3 Sebagaimana halnya dengan instrumen investasi lainnya, selain memberikan return, reksa dana pun memiliki risiko diantaranya adalah berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio reksa dana tersebut. Penurunan NAB dapat dipicu oleh kondisi ketidakstabilan kondisi pasar modal. Menurut Hartono (2010) krisis finansial global yang terjadi pada tahun tahun 2008 mempengaruhi kondisi pasar modal di Indonesia, terlihat dari IHSG yang mencapai titik terendah yaitu 1.089,34 pada tanggal 28 Oktober 2008 sehingga mempengaruhi kinerja reksa dana. Perkembangan IHSG dapat dilihat pada Gambar 1.2. Pada bulan Oktober 2008 secara keseluruhan reksa dana mengalami penurunan yakni -0,95%. (Hasudungan dan Manurung, 2009) Gambar 1.2 Perkembangan IHSG Jan-2007 Mei-2007 Sep-2007 Jan-2008 Mei-2008 Sep-2008 Jan-2009 Mei-2009 Sep-2009 Jan-2010 Mei-2010 Sep-2010 Jan-2011 Mei-2011 Sep-2011 Jan-2012 Mei-2012 Sep-2012 IHSG Sumber : Data diolah Reksa dana saham adalah reksa dana yang selalu memiliki porsi paling besar dalam pasar reksa dana seperti dapat dilihat di Gambar 1.3 dan Gambar 1.4 sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai reksa dana saham 3

4 baik konvensional maupun syariah. Selain itu penelitian dilakukan terhadap reksa dana saham didasarkan pada pertimbangan pemilihan pembanding bagi reksa dana saham dimungkinkan diperoleh dari data publik berupa IHSG untuk reksa dana konvensional dan JII untuk reksa dana syariah , , , , , , , ,00 0,00 Gambar 1.3 Proporsi Reksa Dana Konvensional (Rp Milyar) Saham Pasar Uang Mixed Fixed Income Terproteksi Sumber : Data diolah 3000 Gambar 1.4 Proporsi Reksa Dana Syariah (Rp Milyar) Syariah-Saham Syariah-Mixed Syariah Fixed-Income Syariah Terproteksi Sumber : Data diolah Proses keputusan investasi membutuhkan pemahaman hubungan antara return dengan risiko suatu investasi. Alasan investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan namun investor juga harus memahami bagaimana 4

5 risiko yang harus ditanggungnya. Menilai kinerja reksa dana tidak cukup hanya dengan melihat tingkat returnnya saja namun juga harus melihat tingkat risiko dari reksa dana tersebut. Penilaian kinerja reksa dana dapat diukur melalui berbagai macam metode. Berbagai penelitian telah dilakukan dalam menganalisa kinerja reksa dana saham konvensional maupun syariah. Hartono (2010) mengolah reksa dana ekuitas (saham) konvensional dan syariah pada tanggal 28 Oktober 2007 (sebelum krisis global) dibandingkan dengan kinerja tanggal 3 Maret 2009 (setelah krisis global), menyimpulkan bahwa NAB reksa dana ekuitas menurun dengan tajam lebih dari 50% dari nilai sebelumnya pada periode krisis. Demikian juga dengan return yang diberikan turun dengan drastis menjadi bernilai negatif. Hayuningtyas (2012) melakukan penelitian mengenai perbandingan kinerja reksa dana syariah dengan konvensional yang bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja reksa dana saham konvensional dan syariah selama periode Peneliti menggunakan 10 sampel reksa dana syariah dan menyimpulkan tidak terdapat perbedaan nilai rasio Jensen antara reksa dana saham konvensional dengan syariah. Elfakhani dan Hasan (2005) melakukan penelitian mengenai perbandingan kinerja reksa dana syariah dengan konvensional yang bertujuan untuk membuktikan apakah pengaplikasian dari aturan investasi secara Islam pada alokasi aset dan pemilihan portofolio mempunyai efek yang negatif apabila dibandingkan dengan indikator pasar. Elfakhani dan Hasan memilih 46 sampel reksa dana syariah dengan periode penelitian 1 Januari Agusutus

6 dimana periode penelitian dibagi dua periode booming dan krisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja reksa dana syariah justru lebih baik pada saat periode krisis jika dibandingkan dengan periode booming. Mereka menyimpulkan bahwa kinerja dari reksa dana syariah tidak berbeda dari reksa dana konvensional. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dalam hal melakukan analisis kinerja reksa dana saham dalam tiga kondisi yang berbeda yaitu pada periode sebelum terjadinya krisis global, periode saat terjadinya krisis global, serta periode setelah terjadinya krisis global. Selain itu juga melakukan analisis perbandingan kinerja reksa dana saham berdasarkan jenisnya yaitu reksa dana saham konvensional dan reksa dana saham syariah di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Pasar modal Indonesia baik konvensional maupun syariah, pernah dihadapkan pada kondisi krisis global pada tahun Kondisi krisis yang menyebabkan penurunan NAB merupakan hal yang tidak diinginkan oleh investor oleh karena itu perlu diketahui kinerja reksa dana baik konvesional maupun syariah pada saat kondisi krisis. Investor akan mencari reksadana terbaik untuk investasinya. Berdasarkan kinerja historisnya reksadana dapat diukur dan dibandingkan dengan reksadana yang lainnya sehingga investor dapat menilai peluang untuk mendapatkan return. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti menganalisis kinerja reksa dana saham konvensional dan reksa dana saham syariah, serta membandingkan kinerja antara reksa dana konvensional dan reksa dana syariah jenis reksa dana saham 6

7 pada saat terjadi krisis maupun pada saat kondisi tidak krisis. Dalam penelitian ini dinilai kinerja reksa dana berdasarkan metoda Jensen. Alasan peneliti menggunakan metoda Jensen adalah: (1) hasil penelitian dapat mudah diinterpretasikan jika kinerja portofolionya dibandingkan dengan kinerja pasar (Hartono, 2010); (2) metode Jensen hanya dapat diterapkan pada reksa dana saham (Kaaro, 2007); (3) Penggunaan ukuran Jensen sesuai dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) (Husnan, 2001); (4) Metode Jensen dapat membantu investor dalam memilih portofolio yang memberi return harapan terbesar (Basyaib, 2007). 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian dari latar belakang dan perumusan masalah maka disusun pertanyaan penelitian: 1. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham konvensional dan reksa dana saham syariah pra krisis? 2. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham konvensional dan reksa dana saham syariah pada saat krisis? 3. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksa dana saham konvensional dan reksa dana saham syariah pasca krisis? 7

8 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji perbedaan kinerja reksa dana saham konvensional dan reksa dana saham syariah pra krisis. 2. Untuk menguji perbedaan kinerja reksa dana saham konvensional dan reksa dana saham syariah pada saat krisis. 3. Untuk menguji perbedaan kinerja reksa dana saham konvensional dan reksa dana saham syariah pasca krisis. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi praktisi dalam melakukan analisis investasi reksa dana saham baik konvensional maupun syariah sehingga dapat dilakukan pemilihan instrumen investasi secara tepat. 2. Bagi akademisi sebagai referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan reksa dana saham. 1.6 Batasan Penelitian Batasan masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif yang tergolong reksadana saham atau equity fund. Sejumlah reksadana saham dinilai berdasarkan data NAB yang mengacu pada harga pasar penutupan bursa saham untuk setiap bulannya. Peneliti akan melakukan analisis mengenai kinerja reksadana saham dengan metoda yang telah memperhitungkan return dan risiko. Permasalahan dibatasi pada penilaian kinerja reksadana saham dengan menggunakan metoda 8

9 Jensen. Reksa dana yang digunakan adalah reksa dana saham yang tercatat di Bapepam dan masih beroperasi di Indonesia periode Januari 2007 hingga Desember Penelitian dibagi ke dalam tiga kelompok waktu yaitu pra krisis, saat krisis, dan pasca krisis. Krisis yang dimaksud adalah krisis global tahun Patokan krisis yang digunakan oleh peneliti adalah bulan Januari 2008 dimana IHSG mulai mengalami penurunan. Periode pra krisis diambil satu tahun sebelumnya dimulai Januari 2007 hingga Desember Periode krisis dimulai Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 sedangkan untuk periode pasca krisis dimulai Januari 2009 sampai dengan Desember 2009 dimana kondisi IHSG telah mengalami recovery. Reksa dana yang diteliti adalah reksa dana saham konvensional dan syariah. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bagian. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menjelaskan dan membahas secara rinci kajian pustaka yang meliputi hasil landasan teori serta penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian ini serta hipotesis dari penelitian ini. 9

10 BAB III METODA PENELITIAN Memberikan uraian mengenai metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, mencakup sampel, alat penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, dan metoda analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Menyajikan hasil penelitian secara lengkap dan pembahasan berupa penjelasan teoritik secara kuantitatif, kulitatif, dan sistematik. BAB V KESIMPULAN Memaparkan kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan serta mengajukan saran-saran untuk penelitian selanjutnya. 10