MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

Oleh Syahnen dan Ida Roma Tio Uli Siahaan. Gambar 1. Ulat api Setothosea asigna Sumber : Purba, dkk. (2005)

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

keja pengendalian gulma secara manual tidak pernah dapat dicapai oleh tenaga kerja, ha1 ini disebabkan oleh kerapatan dan penutupan gulma.

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

KELAPA SAWIT. Oleh: TIM

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

III. BAHAN DAN METODE

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah

I. P E N D A H U L U A N. empat bibit kelapa sawit dibawa dari Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA AREA MARJINAL DI SERAWAK DAMAI ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH WENI RISKA OCTAVIANY A24080130 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA AREA MARJINAL DI SERAWAK DAMAI ESTATE PT. WINDU NABATINDO LESTARI (BGA GROUP), KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) on Marginal Area in Serawak Damai Estate, PT Windu Nabatindo Lestari (BGA GROUP), Kotawaringin Timur,Kalimantan Tengah Weni Riska Octaviany 1, Hariyadi 2 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Abstract Internship has been implemented from February 13 to May 13, 2012 in Serawak Damai Estate, PT Windu Nabatindo Lestari (BGA GROUP), East Kotawaringin, Central Kalimantan. Internship activities aimed to find out, train and understand the management palm oil plantations especially fertilization management. The collection of data and information was carried out by the direct method and the indirect method. The direct method was carried out to obtain primary data in the field through observations ranging from preparation to implementation of cultivating, fertilizing effectiveness and efficiency through the principle of 5T, direct discussion with estate manager (EM) and the assistant as well as employee. The indirect method is performed to obtain the secondary data from the garden office such as general conditions of the corporation, the climate condition and a type of soil, the condition of a plant, the organizational structure, production data and data related to activity of fertilization. Primary and secondary data is analyzed with descriptive and quantitative methods. Implementation of fertilizing in SDME Division 2 is generally pretty good ranging from preparation to implementation of fertilizing. Fertilizing effectiveness and efficiency with the principles of 5T are not good enough. Therefore, supervision and infrastructure improvements should be done correctly to improve the quality of fertilizing. Keyword : Palm Oil, Fertilization Management, Marginal Area, Principle of 5T

RINGKASAN WENI RISKA OCTAVIANY. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Serawak Damai Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Dibimbing oleh HARIYADI). Kegiatan magang telah dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Serawak Damai Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit, memperoleh pengetahuan teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit, serta secara khusus mempelajari manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pemupukan serta memberikan rekomendasi solusi dari permasalahan yang terjadi. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk memperoleh data primer di lapangan melalui pengamatan mulai dari persiapan pemupukan sampai pelaksanaan pemupukan, prinsip 5T (Tepat Jenis, Tepat Waktu, Tepat Dosis, Tepat Cara, dan Tepat Administrasi), kehilangan pupuk akibat pengangkutan, upaya efisiensi pupuk, dan produktivitas kebun. Metode tidak langsung dilakukan untuk memperoleh data sekunder seperti kondisi umum perusahaan, kondisi iklim dan jenis tanah, kondisi tanaman, struktur organisasi, data produksi dan data yang terkait dengan kegiatan pemupukan. Data primer dan sekunder dianalisis dengan metode deskriptif dan kuantitatif. Pelaksanaan pemupukan di Serawak Damai Estate menggunakan Block Manuring System (BMS). Pupuk yang digunakan di Serawak Damai Estate adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk Urea (CO(NH 2 ) 2 ), MOP (KCl), HGFB (B 2 O 3 ), Kieserit (MgSO 4.H 2 O), RP (Ca(PO 4 ) 2 ), Palmo (14-8-21-2), Zn (ZnSO 4. H 2 O), Cu (CuSO 4. 7(H 2 O)), sedangkan pupuk organik yang digunakan adalah janjang kosong kelapa sawit.

Pelaksanaan pemupukan di Serawak Damai Estate (SDME) divisi 2 secara umum belum cukup baik mulai dari pengadaan pupuk sampai pelaksanaan pemupukan. Efektifitas dan efisiensi pemupukan belum sepenuhnya sesuai prinsip 5T. Ketepatan jenis, waktu, dan administrasi pemupukan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan, sedangkan ketepatan dosis dan cara belum mencapai standar yang ditetapkan. Ketepatan dosis pupuk dapat tercapai tepat pada blok tetapi tidak pada setiap pokok kelapa sawit. Selain kondisi lahan yang tergenang dan banyak terdapat gulma, perilaku pemupuk yang tidak standar dalam pelaksanaan pemupukan menyebabkan ketepatan pemupukan tidak tercapai. Oleh karena itu pengawasan yang lebih baik dari mandor pupuk dan asisten kebun harus ditingkatkan guna memperbaiki kualitas pemupukan berikutnya. Kehilangan pupuk HGFB akibat pengangkutan di SDME divisi 2 cukup tinggi karena dari hasil penimbangan bobot akhir di lapangan melebihi batas toleransi yang diberikan yaitu ± 5%. Upaya efisiensi pemupukan sudah dilakukan di SDME divisi 2 yaitu dengan aplikasi bahan organik seperti janjang kosong, penyusunan pelepah hasil penunasan secara U-shape, penanaman Mucuna Bracteata sebagai pencegah gulma, dan pembuatan siltpit untuk menekan run off yang dapat membawa atau mencuci hara yang dibutuhkan tanaman. Produktivitas kelapa sawit di SDME divisi 2 meningkat setiap tahunnya, akan tetapi belum mencapai standar produktivitas Marihat kelas kesesuaian S3. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi pemupukan di SDME divisi 2 belum berjalan dengan baik sesuai dengan rekomendasi pemupukan, sehingga efektivitas dan efisiensi pemupukan belum tercapai.

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA AREA MARJINAL DI SERAWAK DAMAI ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor WENI RISKA OCTAVIANY A24080130 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

LEMBAR PENGESAHAN Judul : MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA AREA MARJINAL DI SERAWAK DAMAI ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH. Nama : WENI RISKA OCTAVIANY NIM : A24080130 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP 19611008 198601 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP 19611101 198703 1 003 Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Weni Riska Octaviany, dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Desember 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Dedi Mulyana dan Ibu Rumsiah. Pada tahun 2002 penulis lulus dari pendidikan Sekolah Dasar di SDN Semplak 2 Bogor, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMAN 5 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian pada tahun 2008. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kepanitiaan yang diselenggarakan di Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB seperti, Festival Tanaman ke-30 dan Festival Tanaman ke-32, dan Masa Perkenalan Departemen (MPD) Agronomi Hortikultura Organik 46. Selain itu penulis mengikuti kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM KM) IPB yaitu IPB Art Contest 2010. Pada Tahun 2011 penulis juga menjadi asisten Mata Kuliah Ekologi Pertanian.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena telah memberikan nikmat iman dan islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan skripsi dengan baik. Penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut membantu dalam pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Papa (Dedi Mulyana) dan mama (Rumsiah) serta adik-adik (Shelly Noviyana dan Alvina M.A) dan keluarga besar penulis atas kasih sayang, doa, bimbingan serta dukungan yang telah diberikan. 2. Bapak Dr. Ir. Hariyadi, MS dan keluarga sebagai pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta dukungan, khususnya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 3. Bapak Rudi Ismanto (Estate Manager), Bapak Najmuddin, SP (Asisten Divisi II), Bapak Gunawan CW.(Asisten Divisi I), Bapak Edwin Pabela, SP (Asisten Divisi III), Bapak Syafrudin (HRD wilayah IV), Bapak Umar Agus S (Asisten Divisi V), Bapak Suyitno (Asisten Kepala) serta Bapak Wahyu dan Bapak Sandhi (Kasie), selaku pembimbing lapang dan manajerial yang telah membimbing dan memberi arahan selama kegiatan magang. 4. Keluarga besar Serawak Damai Estate, PT Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro, yang telah memberikan kasih sayang serta perhatian selama penulis mengikuti kegiatan magang, 5. Teman seperjuangan di IPB dan khususnya di Agronomi dan Hortikultura angkatan 45. Bogor, Juli 2012 Penulis

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit... 3 Ekologi Kelapa Sawit... 3 Sifat Tanah Marjinal... 4 Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit... 5 Manajemen... 6 METODE MAGANG Waktu dan Tempat... 7 Metode Pelaksanaan... 7 Pengumpulan Data dan Informasi... 8 Pengamatan... 8 Analisis Data dan Informasi... 10 KEADAAN UMUM Lokasi dan Letak Geografis... 11 Keadaan Tanah dan Iklim... 11 Luas Area dan Tata Guna Lahan... 11 Kondisi Tanaman dan Produktivitas... 12 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan... 12 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis... 14 Aspek Manajerial... 44 HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip 5T... 48 Kehilangan Pupuk Akibat Pengangkutan... 55 Upaya Peningkatan Efisiensi Pupuk... 56 Produktivitas... 57 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 59 Saran... 59 DAFTAR PUSTAKA... 60 LAMPIRAN... 62

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di SDME... 12 2. Jumlah Staf dan Non Staf di SDME... 13 3. Norma Kerja Manual Piringan dan Jalan Pikul... 20 4. Norma Kerja Manual Gawangan Mati... 20 5. Spesifikasi Jenis Herbisida yang Digunakan... 23 6. Peralatan Kerja Panen di SDME Divisi 2... 30 7. Daftar Basis dan Premi Pemanen... 33 8. Jenis Kesalahan dan Denda Pemanen... 34 9. Rekomendasi Pemupukan TBM Kelapa Sawit Tahun 2012... 38 10. Rekomendasi Pemupukan TM Kelapa Sawit Tahun 2012... 38 11. Hasil Pengamatan Pokok Kelapa Sawit yang Terpupuk... 42 12. Jenis Pupuk yang Digunakan di SDME Divisi 2... 48 13. Rekomendasi Pemupukan Rotasi 1 SDME Divisi 2... 49 14. Realisasi Pemupukan Rotasi 1 SDME Divisi 2... 49 15. Ketepatan Bobot Untilan pada Pupuk HGFB... 50 16. Ketepatan Bobot Untilan pada Pupuk Urea... 51 17. Ketepatan Bobot Untilan pada Pupuk MOP... 51 18. Rata-rata Ketepatan Bobot Untilan Pupuk HGFB, Urea, dan MOP.. 51 19. Ketepatan Dosis Untilan per Pokok... 52 20. Ketepatan Cara Tugal pada Pupuk Palmo dan C. Zincooper... 53 21. Ketepatan Cara Tabur pada Pupuk Urea dan MOP... 54 22. Rata-rata Bobot Kehilangan Pupuk HGFB Akibat Pengangkutan... 56 23. Produktivitas TBS di SDME Divisi 2 Tahun 2008-2011... 57

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pokok Terserang Kumbang Tanduk (a) dan Bekas Geretan Kumbang Tanduk (b)... 15 2. Feratrap Perangkap Kumbang Tanduk... 15 3. Ulat Tirathaba (a) dan Buah Akibat Serangan Tirathaba (b)... 17 4. Aplikasi Janjang Kosong... 36 5. Kegiatan Penguntilan di Gudang Pupuk... 40 6. Pengangkutan Pupuk dari Gudang (a) dan Pengeceran Pupuk di Tempat Peletakkan Pupuk... 41 7. Kegiatan Pengumpulan Karung... 43

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas... 63 2. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor... 64 3. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Asisten... 65 4. Peta Situasi Serawak Damai Estate... 67 5. Peta Jenis Tanah Serawak Damai Estate... 68 6. Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan di Serawak Damai Estate (Tahun 2008-2011)... 69 7. Struktur Organisasi di Serawak Damai Estate... 70 8. Program dan Realisasi Pemupukan di Serawak Damai Estate (Tahun 2008-2011)... 71 9. Gambar Jaringan Jalan di Serawak Damai Estate... 72

PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang mempunyai produktivitas dan keunggulan lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti kedelai dan biji bunga matahari. Indonesia adalah penghasil minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia dengan produksi sekitar 23 juta ton tahun 2011 (Ditjenbun, 2011). Minyak kelapa sawit memiliki banyak produk turunan baik di bidang pangan maupun non pangan, sehingga menjadi sumber penghasil devisa non-migas Indonesia. Kelapa sawit tergolong yang paling efisien dalam penggunaan lahan untuk pembudidayaan, yaitu dari 232 juta ha lahan di seluruh dunia, budidaya kelapa sawit hanya menggunakan 5% untuk memasok 30% pasar minyak nabati dunia, sedangkan kedelai menggunakan 39% lahan untuk memasok 29% kebutuhan minyak nabati atau bunga matahari yang menggunakan 10% lahan untuk memberikan kontribusi 8% dalam pasar minyak nabati dunia (Oil World, 2009). Prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah maupun swasta untuk memacu pengembangan area perkebunan kelapa sawit. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan lahan yang tersedia di Indonesia. Pengembangan area kelapa sawit sudah mengarah ke lahanlahan marjinal yang umumnya berada di daerah luar Pulau Jawa seperti lahan marjinal kering (pasir) dan lahan marjinal basah (lahan gambut, pasang surut, sulfat masam) yang berada di Kalimantan Tengah. Lahan marjinal adalah lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu (Yuwono, 2009). Salah satu lahan marjinal yang terdapat di Kalimantan Tengah adalah lahan marjinal dengan tekstur tanah berpasir. Kelapa sawit yang ditanam di daerah yang mempunyai KTK rendah seperti tanah berpasir memiliki produksi TBS yang rendah. Pada tanah dengan tekstur pasir, daya serap tanah terhadap pupuk rendah, akibatnya pupuk mudah hilang dari tanah dan menyebabkan penurunan produksi (Suwardi dan Sastiono, 2009). Upaya peningkatan produksi

2 lahan marjinal memiliki beberapa keterbatasan yang harus dapat diminimalkan seperti cekaman air, kemasaman tanah, keterbatasan hara tanaman, rendahnya kandungan bahan organik, drainase tidak baik, dan lain-lain (Sudaryono, 2006). Salah satu hal penting yang dapat meningkatkan produksi kelapa sawit pada lahan marjinal adalah pemupukan. Upaya pencapaian produktivitas kelapa sawit melalui penggunaan bahan tanaman berpotensi produksi tinggi harus didukung dengan kemampuan memenuhi persyaratan tumbuh yang lebih baik. Potensi genetik yang baik tidak akan tereksploitasi secara optimal jika persyaratan tumbuhnya tidak terpenuhi. Pemupukan menjadi faktor penting dalam upaya mencapai produktivitas yang tinggi. Unsur hara dari pupuk menjadi tambahan energi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit (Darmosarkoro et al., 2003). Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai kelas kesesuaian lahannya (Sutarta et al., 2003). Biaya pemupukan yang tinggi menuntut pihak perkebunan untuk secara tepat melakukan manajemen pemupukan dengan menerapkan kaidah efektifitas dan efisiensi pemupukan mulai dari penentuan jenis pupuk dan dosis sampai dengan aplikasi di lapangan. Tujuan Kegiatan magang ini bertujuan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit, serta memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai level pekerjaan. Secara khusus mempelajari manajemen pemupukan pada tanaman kelapa sawit pada lahan marjinal, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pemupukan dan memberikan rekomendasi solusi dari permasalahan yang terjadi.

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuartener. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung hara. Akar tertier dan kuarter merupakan bagian perakaran paling dekat dengan permukaan tanah. Kedua jenis akar ini banyak ditumbuhi bulu-bulu halus yang dilindungi oleh tudung akar. Bulu-bulu tersebut paling efektif dalam menyerap air, udara, dan unsur hara dari dalam tanah. Kedua akar ini paling banyak ditemukan 2-2.5 m dari pangkal batang dan sebagian besar berada di luar piringan. Pada bagian ini tanahnya akan lebih remah dan lembab sehingga merupakan lokasi paling sesuai untuk penyebaran pupuk. Sistem perakaran yang paling banyak ditemukan adalah pada kedalaman 0-20 cm, yaitu pada lapisan olah tanah (top soil). Oleh karena itu, jika menemukan sistem perakaran yang dangkal, perlu menjaga ketersediaan unsur hara dan permukaan air tanah yang lebih mendekati permukaan akar tanaman, terutama pada lahan marjinal (Fauzi et al., 2007). Ekologi Kelapa Sawit Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan mamacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu intensitas, kualitas, dan lama penyinaran sangat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Suhu optimum untuk kelapa sawit sekitar 24-28 o C untuk tumbuh dengan baik (Fauzi et al., 2007).

4 Ketinggian tempat di atas permukaan laut untuk kelapa sawit yang optimal adalah antara 0-500 m dpl. Tanaman kelapa sawit yang ditanam lebih dari ketinggian 500 m dpl akan terlambat berbunga satu tahun jika dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Mangoensoekarjo, 2007). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol, alluvial, atau regosol. Namun kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada ph tanah antara 4-6.5, sedangkan ph optimum adalah 5-5.5. Tanah yang memiliki ph rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran. Tanah dengan ph rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut (Fauzi et al., 2007). Sifat Tanah Marjinal Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada tiga faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah. Tanah marjinal lahan kering Kalimantan terbentuk dari batuan sedimen masam. Batuan sedimen masam merupakan batuan permukaan (eksogen) yang menempati volume 5% kerak bumi. Di Kalimantan diperkirakan penyebaran tanah ini mencapai luas 30.15 juta ha atau 57.22% dari luas pulau dengan jenis tanah utama terdiri atas ultisol, inceptisol, dan oxisol (Subagyo et al., 2000). Tanah marjinal memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan reaksi tanah yang masam, cadangan hara dan kejenuhan basa rendah, sedangkan kejenuhan aluminium tinggi sampai sangat tinggi. Tanah marjinal dicirikan oleh tekstur tanah yang bervariasi dari berpasir hingga liat. Hal

5 tersebut dikarenakan batuan sedimen masam di Kalimantan terbentuk dari dua macam bahan induk tanah, yaitu batu pasir yang bertekstur kasar dan batu liat yang bertekstur halus. Adanya keragaman tekstur tanah yang cukup besar pada tanah marjinal dari batuan sedimen masam akan sangat mempengaruhi sifat fisik, kimia, maupun sifat mineraloginya. Tanah bertekstur kasar dicirikan oleh kemampuan meretensi air dan hara yang rendah sehingga tanah rawan kekeringan pada musim kemarau dan pencucian hara dapat terjadi secara intensif saat musim hujan (Suharta, 2010). Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Kesuburan tanah merupakan interaksi berbagai sifat tanah, yaitu sifat kimia, fisik, dan biologi tanah. Pemahaman yang baik terhadap sifat tanah merupakan dasar dalam upaya menjaga kesuburan tanah melalui kegiatan pemupukan (Darmosarkoro et al., 2003). Tanaman memperoleh unsur hara dari beberapa sumber, yaitu tanah, residu bahan organik, dan pupuk buatan yang diberikan pada tanaman. Sumber hara (pupuk) yang umum digunakan pada tanaman kelapa sawit adalah jenis pupuk buatan (Sutarta et al., 2003). Kebutuhan pupuk pada kelapa sawit cukup besar seiring dengan peningkatan luas area perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit memerlukan pupuk dalam jumlah yang tinggi, mengingat bahwa 1 ton TBS yang dihasilkan setara dengan 6.3 kg Urea, 2.1 kg TSP, 7.3 kg MOP, dan 4.9 kg Kieserit (Poeloengan et al., 1995). Tanaman kelapa sawit umumnya menempati tanah-tanah yang bereaksi masam sampai agak masam (marjinal). Tanah-tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan kimia yang rendah, tetapi kesuburan fisiknya cukup baik. Upaya pemupukan yang terus menerus menjadi satu keharusan mengingat kelapa sawit tergolong tanaman yang sangat konsumtif. Kekurangan salah satu unsur hara akan segera menunjukkan gejala defisiensi dan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terhambat serta produksi menurun (Poeloengan et al., 1995). Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS secara maksimum dan ekonomis. Kebutuhan pupuk per hektar di perkebunan kelapa

6 sawit kurang lebih 24% dari total produksi atau sekitar 40-60% dari total biaya pemeliharaan. Manajemen Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Secara umum terdapat empat fungsi manajemen yang sering disebut POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling). Dua fungsi pertama dikategorikan sebagai kegiatan mental, sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik. 1. Fungsi Perencanaan (Planning) Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecendrungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. 2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing) Proses yang menyangkut strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan dirancang dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. 3. Fungsi Pengarahan dan Implementasi (Actuating) Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawab dengan penuh kesadaran. 4. Fungsi Pengawasan (Controlling) Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan, meskipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 13 Februari-13 Mei 2012. Kegiatan magang berlokasi di Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Group, Wilayah IV Metro Cempaga, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Metode Pelaksanaan Kegiatan umum yang dilakukan selama magang yaitu kegiatan kerja langsung di lapangan menyangkut aspek teknis dan aspek manajerial dimulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Kegiatan penulis selama magang dapat dilihat dalam Lampiran 1, 2 dan 3. Pada tiga minggu pertama, penulis melakukan kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL). Selama menjadi karyawan harian lepas, kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan pemupukan, pemanenan, penyemprotan dan perawatan, mencatat prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan kemudian dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan tersebut, serta membuat catatan kegiatan. Pada tiga minggu berikutnya penulis melakukan kegiatan sebagai pendamping mandor. Selama menjadi pendamping mandor kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengawasi karyawan harian, membantu menghitung kebutuhan pupuk, racun, membantu membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya untuk pekerjaan yang akan dilakukan, dan membuat laporan harian mandor (LHM). Selain itu penulis melaksanakan pengambilan contoh pengamatan pada kegiatan pemupukan, melakukan diskusi dengan mandor, asisten divisi, mantri tanaman, manager (Estate Manager), serta membuat catatan dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan. Pada enam minggu berikutnya penulis melakukan kegiatan sebagai pendamping asisten. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu menyusun

8 rencana kegiatan bulanan (RKB), membantu menyusun laporan asisten, serta membuat catatan dari kegiatan yang dilakukan. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah menganalisis manajemen pemupukan pada perkebunan kelapa sawit serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pemupukan Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap semua kegiatan teknis yang dilaksanakan, sedangkan data sekunder diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanaman, iklim dan jenis tanah, luas areal dan tata guna lahan, produksi kebun, norma kerja di lapangan, data rekomendasi dan realisasi pemupukan 2012. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung yang dipusatkan pada kegiatan pemupukan yaitu dari pengadaan pupuk sampai aplikasi di lapangan, prinsip 5T, kehilangan pupuk akibat pengangkutan, upaya efisiensi pupuk dan produktivitas kebun. Penulis melakukan kegiatan di lapangan mulai dari pemupukan, pemanenan, perawatan, pengendalian gulma, dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di SDME. Kegiatan tersebut dilakukan dengan disertai pencatatan alat dan bahan yang digunakan, prestasi kerja, dan informasi yang diperoleh dalam jurnal harian. Informasi dan pengetahuan juga diperoleh dari kegiatan manajerial sebagai pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan dipusatkan pada aspek yang berhubungan dengan kegiatan pemupukan, yaitu: 1. Pengamatan dilakukan pada prinsip 5T Tepat Jenis : Mengamati jenis pupuk yang di aplikasikan dan membandingkan dengan buku rekomendasi pemupukan SDME divisi 2 tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Departemen Riset BGA.

9 Tepat Waktu : Mengamati waktu aplikasi pemupukan yang direkomendasikan dengan realisasi di lapangan berdasarkan curah hujan bulanan pada buku rekomendasi pemupukan SDME divisi 2 tahun 2012. Tepat Dosis : Ketepatan bobot untilan dilakukan pada pupuk HGFBorat, Urea, dan MOP dengan melakukan penimbangan contoh 10 untilan di gudang pupuk yang dilakukan sebanyak tiga kali setiap selesai kegiatan penguntilan, sehingga diperoleh contoh untilan sebanyak 30 untuk setiap jenis pupuk. Ketepatan dosis untilan per pokok dilakukan pada pupuk Palmo, Urea, dan MOP di tiga blok yang berbeda untuk masing-masing jenis pupuk dengan pengambilan contoh masing-masing 10 untilan pada tujuh penabur, sehingga diperoleh contoh 210 untilan untuk setiap jenis pupuk yang diamati. Tepat Cara : Ketepatan cara dilakukan dengan pengamatan pada aplikasi jenis pupuk tabur dan tugal. Pengamatan pupuk dengan cara tabur dilakukan pada pupuk Urea dan MOP pada dua blok yang berbeda untuk masing-masing jenis pupuk, sedangkan pengamatan cara tugal pada pupuk Palmo dan Chelated Zincooper pada dua blok yang berbeda untuk masingmasing jenis pupuk. Ketepatan cara tabur maupun tugal dilakukan dengan pengamatan 20 contoh tanaman untuk masing-masing tujuh penabur, sehingga diperoleh 280 contoh tanaman untuk setiap pupuk yang diamati setiap bloknya. Tepat Administrasi : Pengamatan dilakukan secara langsung mengenai administrasi yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan pemupukan. 2. Kehilangan Pupuk Akibat Pengangkutan Penimbangan dilakukan sebanyak dua tahap, yaitu penimbangan 10 until pupuk HGFB di gudang, dan dari 10 until tersebut diambil lima contoh untuk dilakukan penimbangan akhir di lapangan ketika pupuk sampai di tangan penabur untuk diaplikasi. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali, sehingga diperoleh contoh sebanyak 15 untilan. 3. Upaya Efisiensi Pupuk Melakukan pengamatan terhadap langkah perusahaan dalam upaya mengefisiensikan biaya pupuk dan kehilangan pupuk.

10 4. Produktivitas Kebun Membandingkan data produktivitas selama 4 tahun terakhir dengan produktivitas standar Marihat dengan kelas kesesuaian S3. Analisis Data dan Informasi Data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan magang dianalisis secara kuantitatif seperti nilai rata-rata, persentase dan perhitungan statistik sederhana lalu dijelaskan secara deskriptif dengan membandingkan norma yang berlaku di perkebunan kelapa sawit yang ditetapkan perusahaan. Data tersebut diolah sesuai dengan kebutuhan penulis dan akan disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik maupun diagram.

KEADAAN UMUM Lokasi dan Letak Geografis Serawak Damai Estate (SDME) terletak di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Perbatasan wilayah kebun sebelah utara dengan PT. Bisma, sebelah selatan dan timur berbatasan dengan kebun masyarakat, dan sebelah barat berbatasan dengan Selucing Agro Estate (SAGE). Keadaan Iklim dan Tanah Berdasarkan data stasiun klimatologi Departemen Riset BGA Metro Pundu pada tahun 2011, suhu udara rata-rata di SDME adalah 26.7 o C dengan suhu maksimal mencapai 31.4 o C dan suhu minimal mencapai 23.7 o C. Rata-rata curah hujan pada tahun 2008-2011 di SDME adalah 3298.15 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 108 hari/tahun. Berdasarkan klasifikasi menurut Schmidt Ferguson, tipe iklim di SDME adalah tipe iklim A. Jenis tanah SDME berdasarkan data jenis tanah 2011 terdiri dari tanah inceptisol sebesar 64.7%, entisol sebesar 30.4% dan ultisol sebesar 4.7%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa SDME mayoritas memiliki jenis tanah inceptisol. Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit di SDME termasuk dalam kelas S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir. Luas Area dan Tata Guna Lahan Bumitama Gunajaya Agro (Group) memiliki Sembilan area yang tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Riau. Di Kalimantan Tengah terdapat dua anak perusahaan dari Bumitama Gunajaya Agro (Group) yaitu PT. Windu Nabatindo Abadi dan PT Windu Nabatindo Lestari. PT Windu Nabatindo Lestari terdiri dari tiga kebun yaitu Pelantaran Agro Estate (PAGE), Selucing Agro Estate (SAGE), dan Serawak Damai Estate, sedangkan PT Windu Nabatindo Abadi terdiri dari Sungai Bahaure Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate

12 (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). Penulis melakukan kegiatan magang di Serawak Damai Estate divisi 2. Serawak Damai Estate memiliki luas area sebesar 3765 ha yang dibagi menjadi lima divisi. Divisi 1 memiliki luas areal sebesar 850 ha, Divisi II 756 ha, Divisi III 705 ha, Divisi IV 725 ha, dan Divisi V 730 ha. Setiap divisi dipimpin oleh seorang asisten kebun. Kondisi Tanaman dan Produktivitas Varietas kelapa sawit yang digunakan di Serawak Damai Estate adalah varietas Tenera Marihat yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan populasi per hektar 136 pokok. Tanaman kelapa sawit di Serawak Damai Estate terdiri dari tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Terdapat enam tahun tanam di SDME yaitu tahun tanam 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009. Produktivitas (ton/ha/tahun) TBS kebun SDME dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di SDME Tahun Produksi dan Produktivitas TBS Jumlah Janjang Ton TBS Ton/ha TBS 2008 334 686 1376 2.26 2009 683 590 2897 4.47 2010 1 159 035 5346 7.60 2011 556 729 4497 5.95 Sumber : Kantor Serawak Damai Estate (2012). Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Bumitama Gunajaya Agro memiliki sembilan wilayah yang tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Riau. Wilayah-wilayah tersebut dipimpin langsung oleh seorang General Manager Plantation (GMP). GMP memiliki tanggung jawab terhadap dua wilayah kebun. Masing-masing wilayah

13 dikepalai oleh Kepala Wilayah (Kawil). Kepala Wilayah dibantu oleh Agronomi Controller (AGC), Departement Support (CSR, SDA, dan Akuisi), chief keamanan, Estate Manager, Mill Manager, Kepala Tata Usaha (KTU), dan Kepala Traksi Wilayah. Serawak Damai Estate dipimpin oleh Estate Manager (EM) dan dibantu oleh asisten kepala, asisten divisi, dan kepala administrasi. Asisten divisi dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Mandor 1, mandor dan kerani divisi. Struktur organisasi SDME dapat dilihat pada Lampiran 7. dan jumlah staf dan non staf di SDME dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Staf dan Non Staf di SDME No Status Pegawai KHT KHL Bulanan Jumlah Orang 1 Staff 7 2 Pekerja Langsung Perawatan 157 146-303 Panen 125 71-196 3 Pekerja Tidak Langsung Mandor 16 6 13 35 Kerani Divisi 10 7 5 22 4 Lain-lain 26 15 3 44 Total 607 Sumber: Kantor Serawak Damai Estate (2012).

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Hama Penanaman tanaman yang bermanfaat sebagai inang alternatif agensia pengendali hayati dilakukan untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan hama tanaman kelapa sawit seperti ulat api. Contoh dari beberapa tumbuhan yang digunakan adalah Turnera subulata, Erechites sp., Urena lobata, Casia tora, Antigonon, Euphorbia spp., Displazium asperium, Nephrolepis bisserata, dan Ageratum spp. Di SDME dilakukan penanaman Turnera subulata dan Casia tora dengan perbandingan 60% : 40%, karena Casia tora menyediakan nektar sepanjang hari dan tidak hanya di kelopak saja tetapi di ketiak batangnya, sedangkan Turnera subulata hanya menyediakan nektar sampai siang hari. Tanaman tersebut ditanam di pinggir blok sepanjang jalan CR dan MR. Beberapa hama yang menyerang tanaman kelapa sawit di SDME khususnya divisi 2 yaitu tikus, rayap, Tirathaba, kumbang tanduk, ulat api, dan ulat kantong. Hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) adalah hama yang paling banyak menyerang tanaman kelapa sawit di SDME divisi 2, karena aplikasi janjang kosong yang belum terorganisasi dengan baik. Aplikasi janjang kosong yang tidak tepat (tidak satu lapis) dapat menyebabkan perkembangan serangan Oryctes. Kumbang ini dapat menyerang sejak di pembibitan tanaman muda di lapangan, dan bahkan tanaman dewasa di atas tujuh tahun. Pada tanaman muda, kumbang ini menggerek bagian samping pangkal pelepah terbawah langsung mencapai titik tumbuh, sedangkan pada tanaman yang lebih tua, kumbang menggerek pangkal pelepah yang lebih muda (bagian atas) kemudian meneruskan gerekan kearah bawah menuju ke titik tumbuh, akibatnya dapat mengganggu pertumbuhan vegetatif tanaman. Serangan yang berulang-ulang dapat mengakibatkan kematian tanaman.

15 (a) (b) Gambar 1. Pokok Terserang Kumbang Tanduk (a), Bekas Geretan Kumbang Tanduk (b) Pengendalian hama kumbang tanduk yang dilakukan di SDME divisi 2 yaitu diawali dengan deteksi dini dengan pengambilan contoh pokok yang terserang. Jika serangan baru di atas 5%, maka dilakukan langkah pengendalian. Sensus hama yang dilakukan oleh petugas di SDME divisi 2 dengan mengamati setiap pokok. Serangan baru ditunjukkan adanya gundukan bekas gerekan berwarna putih dan lubang bekas gerekan. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan perangkap ferotrap dengan menggunakan senyawa feromon yang menyerupai hormon yang dihasilkan kumbang jantan untuk menarik kumbang betina. Ketinggian perangkap yaitu 1 m dari kanopi pokok. Penggantian feromon dilakukan setiap dua bulan. Pemasangan perangkap dilakukan pada blok terserang setiap 200 m dipinggir blok. Prinsip kerja perangkap tersebut yaitu kumbang tanduk selalu terbang dengan arah lurus, ketika terbang kumbang tersebut menambrak perangkap, sehingga kumbang jatuh ke lubang yang berada di bawah perangkap. Gambar 2. Ferotrap untuk Perangkap Kumbang Tanduk

16 Hama Rayap. Dua jenis rayap yang sering ditemukan di perkebunan kelapa sawit yaitu Captotermes curvignathus dan Macrotermes gilvus. Hewan dari ordo Isoptera ini umumnya menyerang batang, akar, dan pelepah daun yang telah mati maupun yang masih hidup. Lahan yang beresiko terserang rayap adalah lahan gambut dan pasir. Serangan rayap jenis Captotermes curvignathus merusak jaringan hidup tanaman yang akibatnya mematikan tanaman kelapa sawit. Rayap jenis Macrotermes gilvus mengganggu jaringan akar sehingga tanaman berpotensi tumbang. Koloni rayap ini bergerak di sekitar batang. Jika rayap ini bergerak jauh dari pohon maka tidak akan mematikan jaringan sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida dengan bahan aktif kloripirofos atau dengan manual dengan membongkar sarang utama dan membunuh semua rayap yang ada di dalamnya terutama ratunya. Pengendalian yang dilakukan pihak kebun yaitu aplikasi Fipronil 50 SC atau Curbix 100 EC dengan dosis 5 ml per pokok yang disiramkan mengelilingi pokok. Fipronil bekerja dengan cara mengganggu sinyal rayap tersebut untuk kembali pada ratu mereka. Cara semprotnya yaitu setengah larutan semprot di kawasan pucuk dan setengah larutan disemprot keliling pangkal pokok. Hama Tirathaba. Hama yang sedang menyerang hampir di seluruh divisi di SDME adalah hama Tirathaba. Terdapat dua jenis Tirathaba, yaitu hama Tirathaba mundella dan Tirathaba rufivena. Stadia hama yang merugikan adalah pada stadia ulat yang menyerang adalah bunga dan buah, terutama yang masih muda. Apabila buah muda mendapat serangan dari hama ini maka buah akan terlambat tumbuh. Jika menyerang bunga dapat menyebabkan kerontokan bunga. Gejala yang nampak dari serangan Tirathaba adalah terdapat gumpalan kotoran ulat yang bercampur dengan sisa-sisa makanan yang menempel pada buah kelapa sawit dan terdapat bekas gerekan atau alur-alur pada permukaan atas buah. Pada serangan berat dapat menyebabkan lubang pada pangkal buah, sehingga menyebabkan busuknya brondolan. Pada serangan yang ringan dapat menyebabkan buah kering berwarna kecoklatan di bagian ujung akibat dari lapisan atas yang dimakan ulat. Tempat yang menjadi pilihan hama ini adalah daerah yang lembab. Kelembaban dapat disebabkan terlambatnya sanitasi dan kastrasi pokok.

17 Pengendalian yang terpenting dilakukan adalah menjaga kebersihan pokok dengan melakukan kebijakan kastrasi dan sanitasi pada tanaman belum menghasilkan dengan tepat waktu dan mempertahankan agar musuh alami hama Tirathaba yaitu ulat Braconidae, parasit pupa Ichneumonidae dan Chelisoches moris dapat berperan mengontrol perkembangan hama Tirathaba. Langkah pertama yang dilakukan adalah deteksi dini di TPH dengan menghitung persentase jumlah janjang yang terserang. Apabila serangan kurang dari 5%, dilakukan tindakan kontrol dan jika serangan di atas 5%, dilakukan tindakan selanjutnya yaitu sensus terhadap pokok dari asal buah tersebut. Jika hasil sensus menunjukkan serangan di atas 5%, maka dilakukan tindakan penyemprotan Bacillus turingiensis dengan konsentrasi 1g/1l air. Petugas yang melaksanakan penyemprotan adalah petugas yang melakukan sensus serangan Tirathaba sebelumnya. Hal ini dilakukan agar penyemprotan yang dilakukan lebih tepat sasaran. (a) Gambar 3. Ulat Tirathaba (a), Buah Akibat Serangan Tirathaba (b) (b) Hama Tikus. Pada tanaman belum menghasilkan (TBM), tikus memakan pangkal pelepah daun, sedangkan pada tanaman menghasilkan (TM) menyerang buah baik buah mentah maupun buah masak. Bekas gigitan dari hama tikus terlihat lebih rapi dari gigitan hewan lainnya seperti tupai. Langkah awal yang dilakukan adalah deteksi dini dari buah yang terserang di TPH. Jika persentase diatas 5% dilakukan sensus terhadap pokok sawit tersebut. Pengendalian hama tikus yaitu dengan rodentisida yang dilakukan serentak karena untuk hama tikus harus dilakukan satu blok satu hari. Rodentisida yang dipakai adalah Durat atau

18 Klerat RMB dengan dosis 0.7 kg/ha/rotasi. Selain itu secara alami pengendalian serangan tikus yaitu dengan pengembangbiakan burung hantu Tyto alba. Hama Ulat Kantong. Jenis hama ulat kantong yang menyerang adalah Metisa plana, Mahasena corbetti, Crematosphisa. Penyebaran hama ini sangat cepat, karena sifatnya yang mudah berpindah dari satu daun ke daun lain atau dari satu pohon ke pohon lain. Pada setiap perpindahan, ulat betina akan membentuk kantong-kantong. Setelah terbungkus kantong, ulat hanya bergerak dan memakan daun dengan cara mengeluarkan kepala dan tungkai depannya (Fauzi et al., 2007). Hama Ulat Api. Ulat Api merupakan ulat pemakan daun kelapa sawit. Di SDME keberadaan ulat api masih dalam keadaan normal, sehingga tidak menyebabkan kerugian. Jenis ulat api yang terdapat di divisi 2 adalah jenis Setora nitens, Setothosea asigna Van Eecke, dan Darna trima Moore. Gejala serangannya yaitu daun berlubang bekas gigitan, dan dalam serangan berat daun kelapa sawit hanya tersisa tulang daun saja. Populasi ulat api dapat stabil secara alami di lapangan dengan adanya musuh alami predator dan parasitoid. Predator ulat api yang sering ditemukan adalah Eochantecona furcellata dan Sycanus leucomesus, sedangkan parasitoid ulat api adalah Trichogrammatoidea thoseae, Brachimeria lasus, Spinaria spinator, Apanteles aluella, Chlorocryptus purpuratus, Fornicia ceylonica, Systropus roepkei, dan Dolichogenidae metesae. Parasitoid tersebut diperbanyak dan dikonservasi dengan menyediakan makanan bagi imago parasitoid tersebut seperti tanaman Turnera subulata, Turnera ulmifolia, dan Cassia tora. Penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit di SDME divisi 2 yaitu busuk pucuk, busuk akar, dan marasmius. Busuk pucuk disebabkan oleh jamur Erwinea. Pada tingkat TBM pengendalian dilakukan dengan mencabut semua pucuk yang sudah busuk kemudian menghamparnya di sinar matahari atau membakarnya agar tidak menular ke pokok yang lain dan pada batang yang terkena serangan disemprot atau disiram dengan Dithane. Penyakit marasmius dapat menyerang buah dan jika tidak dikendalikan, penyakit ini dapat menyebabkan busuk pada semua buah. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan membuang semua buah busuknya.

19 Pengendalian Gulma Gulma adalah tanaman yang tidak diharapkan keberadaannya pada suatu tanaman produksi. Gulma yang tumbuh di sekitar pokok tanaman kelapa sawit perlu dikendalikan karena dapat menyebabkan kerugian bagi tanaman kelapa sawit sehingga dapat menghambat pekerjaan pemupukan dan panen TBS. Gulma menjadikan tanaman utama berkompetisi dalam memperoleh air, unsur hara, cahaya maupun CO 2. Selain itu gulma juga dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit. Gulma yang sering ditemukan di perkebunan kelapa sawit diantaranya adalah Mikania micrantha, Ageratum conizoides, Glichenia linearis, Chromolaena odorata, Imperata cylindrical, dan lain-lain. Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat yang tidak merugikan tanaman utama. Tujuan pengendalian gulma adalah menjaga piringan, jalan pikul, jalan tengah, jalan kumis, dan TPH bersih sepanjang tahun, sehingga dapat mempermudah pekerjaan panen dan pemupukan. Pada dasarnya terdapat tiga cara pengendalian gulma yaitu secara manual, kimiawi dan biologis (Fauzi et al., 2007). Di SDME pengendalian gulma dilakukan dengan ketiga cara tersebut. Langkah awal pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit seperti di SDME dilakukan dengan cara biologi, yaitu penanaman LCC (Legum Cover Crop) di gawangan mati dan diantara pokok dalam baris tanaman setelah tahapan Land Clearing dilakukan. Penanaman bibit kelapa sawit baru dilakukan apabila penutupan dari LCC tersebut sekitar 40% dari area yang akan ditanam. Di Serawak Damai Estate, jenis LCC yang digunakan adalah MB (Mucuna bracteata). Pengendalian Gulma Secara Manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan terhadap gulma yang tidak bisa dikerjakan dengan penyemprotan. Kegiatan manual ini dilakukan untuk membersihkan gulma pada gawangan mati, apabila ketinggian gulma sudah melebihi 1,5 m, sedangkan untuk piringan dan jalan pikul, pengendalian gulma secara manual disebabkan karena posisi gulma terlalu dekat dengan kelapa sawit terutama pada TBM, Mucuna bracteta yang melilit ke pokok dan ketebalan gulma sudah tidak memungkinkan lagi untuk

20 langsung disemprot. Kegiatan yang dilakukan adalah membersihkan pokok kelapa sawit dari kacangan yang melilit dan dongkel anak kayu tumbuhan pengganggu di gawangan. Norma kerja untuk pengendalian gulma secara manual disesuaikan berdasarkan tiga kondisi area, yaitu ringan, sedang, dan berat. Tabel 3. Norma Kerja Manual Piringan dan Jalan Rintis Umur Tanaman Ringan Sedang Berat (hk/ha/rotasi) TBM I 2 3 4 TBM II dan III 2 3 4 TM 1 2 3 Sumber : Pedoman Teknis BGA (2012). Tabel 4. Norma Kerja Manual Gawangan Mati Umur Tanaman Ringan Sedang Berat (hk/ha/rotasi) TBM I - - - TBM II dan III 2 3 4 TM - 2 4 Sumber : Pedoman Teknis BGA (2012). Pengendalian Gulma Secara Kimia. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara kimia membutuhkan biaya yang cukup besar, oleh karena itu penggunaan herbisida dan aplikasi yang tepat dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan. SDME memiliki dua tim semprot yaitu Tim BGA Spraying System dan tim Semprot Divisi. a) Tim BSS BSS bertugas menyemprot gulma di piringan, jalan pikul, TPH, dan melakukan rehabilitasi terhadap area yang sudah clean weeding yaitu dengan penanaman Nephrolepis biserrata dan Mucuna bracteata. Di SDME terdapat dua BSS yaitu BSS Rayon A dengan area kerja divisi 1, 2, 3, dan BSS Rayon B dengan area kerja divisi 4 dan 5.

21 Metode Pelaksanaan. Tim BSS menggunakan satu unit truk yang dilengkapi dengan tangki berkapasitas 2500 l untuk kebutuhan air penyemprot. Truk tersebut juga digunakan untuk membawa para pekerja ke area kerja. Pengisian air dalam tangki dilakukan pada sore hari sehari sebelum penyemprotan, sedangkan pencampuran racun dilakukan pada pagi hari sebelum berangkat ke lapangan. Pengadukan larutan harus dilakukan secara merata dan menggunakan pengaduk yang disediakan dalam tangki. Pengisian larutan dilakukan oleh satu orang yang bertugas sebagai tenaga pengairan. Tim BSS menggunakan sistem hancak giring, yaitu sistem hancak yang dilakukan dengan pemberian hancak tertentu kepada penyemprot setiap hari tetapi perpindahan dari hancak satu ke yang lain dilakukan giring. Tugas mandor semprot yaitu menentukan hancak untuk setiap tenaga semprot berdasarkan kelompok kerja semprot. Pembagian hancak tersebut dilakukan agar kegiatan penyemprotan pada blok menjadi terfokus, sehingga memudahkan kegiatan semprot, mobilisasi kendaraan dan pengawasan. Mandor semprot harus melaksanakan survey kondisi sebaran dan kerapatan gulma sehari sebelum penyemprotan dilakukan. Adapun sistem pengancakan kerja untuk alat semprot yang hanya dapat mengerjakan jalan pikul dilakukan dari CR menuju jalan tengah. Pada saat penyemprotan jalan pikul, posisi nozzle dengan gulma kurang lebih 30-40 cm, dan untuk penyemprotan piringan dilakukan dengan memutar pokok kelapa sawit dengan jarak 2 m dari pangkal. Setelah pekerjaan selesai, semua perlengkapan dibersihkan dan dikembalikan di gudang penyimpanan dan diperiksa oleh mandor. Pada apel sore pukul 15.00, asisten dan mandor berkumpul di kantor divisi untuk menyelesaikan laporan realisasi kerja semprot dan hasil pemeriksaan Quality Check semprot. Selain itu melaksanakan rencana kerja besok hari berdasarkan Rencana Kerja Bulanan dan Rencana Kerja Harian sebelumnya dan melakukan evaluasi. Kalibrasi bertujuan mengetahui kondisi alat terutama nozzle semprot, mengetahui volume semprot yang diperlukan per satuan luas tertentu, mengetahui rata-rata kecepatan jalan yang diperlukan, dan mengetahui kondisi peralatan yang saatnya mendapatkan penggantian. Kalibrasi dilakukan satu minggu sekali sebesar 10% dari seluruh jumlah tenaga kerja semprot. Kalibrasi dilakukan oleh mandor

22 semprot setiap satu minggu sekali. Volume semprot dihitung berdasarkan hasil perlakuan kalibrasi yaitu luas area 1 ha dikalikan dengan flow rate atau output semprot rata-rata (liter/menit), kemudian dibagi dengan hasil perkalian jarak jalan (meter) oleh operator selama 1 menit dengan lebar semprotan rata-rata (meter). Tenaga Kerja dan Alat Pelindung Diri. Tim BSS SDME Rayon A terdiri dari 24 orang tenaga wanita (karyawan harian tetap) dengan satu orang tenaga pengairan. Tenaga penyemprot tidak boleh diganti-ganti dalam rangka mengembangkan profesionalisme dan tanggung jawab alat semprot yang digunakan. Untuk pemeliharaan piringan dan jalan rintis terdapat tiga kondisi kerapatan gulma di lapangan, yaitu kondisi ringan dengan persentase gulma menutup 0-30%, kondisi sedang 31-75%, dan kondisi berat di atas 75%. Untuk tanaman belum menghasilkan (TBM), hari kerja semprot untuk kondisi ringan, sedang, dan berat adalah 0.5, 0.5, dan 0.8 hk/ha/rotasi, sedangkan untuk tanaman menghasilkan hari kerja semprot untuk kondisi ringan, sedang, dan berat adalah 0.3, 0.4, dan 0.5 hk/ha/rotasi. Pada prinsipnya, area berat pada kondisi awal akan menjadi ringan jika rotasi dilaksanakan dengan konsisten dengan teknis yang benar. Di SDME tim BSS dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron, masker, sepatu boot, sarung tangan karet, topi, dan kacamata. Pihak perusahaan berkewajiban memenuhi perlengkapan pelindung yang diperlukan karyawan untuk meningkatkan kinerja penyemprot. Pemberian extra fooding untuk penyemprot setiap enam hari sekali diberikan dengan tujuan menetralkan racun dalam darah. Alat dan Bahan. Tim BSS menggunakan knapsack sprayer jenis SA 15 dengan kapasitas 15l dengan nozzle VLV yellow deflactor dan sprayer jenis CIJ dengan kapasitas 16l. SA 15 merupakan modifikasi sprayer gendong yang dilengkapi dengan pengatur tekanan (L dan H) sehingga didapatkan tekanan yang konstan, dan merupakan alat semprot yang paling ideal dalam pemakaian nozzle jenis VLV (Very Low Volume) seperti VLV 200, 100 dan 50. Alat semprot CIJ menggunakan nozzle VLV yellow deflactor dan nozzle cone.

23 Herbisida yang digunakan merupakan herbisida sistemik yaitu gliphosat dan metil metsulfuron. Berikut spesifikasi jenis herbisida yang digunakan di Serawak Damai Estate. Tabel 5. Spesifikasi Jenis Herbisida yang Digunakan Bahan Aktif Gliphosat Metil metsulfuron Jenis Herbisida Nama Dagang KleenUp 480 AS Metaprima 20 WDG Kandungan Bahan Aktif Sumber : Pedoman Teknis BGA (2012). Sifat Gulma Sasaran 480 g/l Sistemik Alang-alang, rumputrumputan dan gulma daun lebar 20% Sistemik Pakis-pakisan, gulma daun lebar Keterangan Herbisida purna tumbuh. Kurang efektif bila air permukaan tanah tinggi dan daya racun terganggu. Herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh. Dapat dicampur dengan herbisida lainnya. Konsentrasi yang digunakan di lapangan yaitu 80cc untuk gliphosat, dan 3g untuk metil per kap. Prinsip kerja yang dilakukan tenaga semprot adalah menyemprot dengan ketinggian nozzle kurang lebih 40 cm dari permukaan gulma. Pada penyemprotan TBM, pekerja membelakangi tanaman agar tidak terkena tanaman. Selain itu peralatan yang menunjang kegiatan penyemprotan adalah sabun, kotak P3K, bendera merah dan kuning. Bendera merah untuk batas hancak (mulai semprot) dan bendera kuning untuk batas akhir semprot. b) Semprot Divisi Tim semprot divisi bertugas menyemprot alang-alang, dan gawangan mati (anak kayu, Crhomolaena odorata, Melastoma malabatricum, Stenocleana, Gleichenia linearis). Semprot divisi terdiri dari tujuh tenaga wanita. Hari kerja semprot untuk tanaman belum menghasilkan dalam kondisi ringan, sedang dan berat yaitu 0.5, 1, dan 1.5 ha/ha/rotasi. Hari kerja semprot untuk tanaman

24 menghasilkan dalam kondisi ringan, sedang, dan berat yaitu 0.3, 0.5, dan 1 hk/ha/rotasi. Bahan yang digunakan oleh tim semprot divisi adalah paraquat, metil, dan triclopyr. Komposisi bahan dapat berubah sesuai gulma dominan pada area yang akan disemprot. Untuk area dengan gulma dominan berdaun lilin, dan berdaun sukulen, pada penyemprotan di musim hujan ditambahkan zat perekat dengan konsentrasi 0.1-0.2 % larutan. Alat semprot yang digunakan tim semprot divisi adalah jenis Solo. Premi basis yang diterapkan bagi mandor semprot adalah Rp 400,000/ bulan, sedangkan premi yang diterima karyawan adalah Rp 2,500/hari. Selain itu diberikan extra fooding berupa susu kaleng setiap enam hari kerja. Perawatan Perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukan pada tanaman, tetapi juga pada media tumbuh (tanah). Walaupun tanaman dirawat dengan baik, tetapi perawatan tanah tidak dilakukan maka tidak akan memberikan manfaaat yang maksimal. Kegiatan perawatan yang dilakukan di SDME diantaranya: Rawat Jalan. Tujuan dari kegiatan rawat jalan adalah melakukan pemeliharaan terhadap jalan, baik Main Road, Collection Road maupun jalan akses sehingga mempermudah proses evakuasi dan transportasi TBS. Prinsip utama dari kegiatan rawat jalan adalah segera memperbaiki jalan yang berpotensi rusak (genangan air, lubang) sebelum kegiatan evakuasi TBS dilakukan pada blok tersebut. Kegiatan rawat jalan diantaranya membuang air yang tergenang di sekitar jalan MR atau CR terutama setelah turun hujan, sehingga memperlancar aliran drainase jalan. Pembuatan Titi Panen, TPH, Gawangan dan Jalan Pikul Pemasangan titi panen pada parit di tengah blok dibuat setiap jalan rintis, dan pemasangan titi panen di pinggir CR yang terdapat parit diberikan setiap TPH dengan asumsi tiga jalan pikul satu TPH. Panjang titi

25 panen disesuaikan dengan lebar parit dengan menambah 30 cm pada masing-masing tepi parit. Pembuatan TPH harus rata dan bersih dari gulma apapun, agar mempermudah penempatan dan pengangkutan buah ke unit. Untuk TPH yang datar pada kondisi menampung 100-110 pokok, sedangkan untuk TPH yang berbukit dapat menampung 70-80 pokok. Konservasi Tanah dan Air Konservasi tanah dan air merupakan langkah penting yang harus dilakukan pada perkebunan kelapa sawit terutama pada lahan marjinal. Konservasi Tanah Penanaman Mucuna Bracteata Salah satu upaya yang dilakukan di SDME dalam meningkatkan produktivitas pada lahan marjinal adalah dengan penenaman LCC (Legume Cover Crop). Penanaman LCC pada area kelapa sawit bertujuan untuk mencegah terjadinya erosi dan menambah bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan aerasi pada jangka waktu yang panjang, menjaga kelembaban atau iklim mikro tanah, menghambat pertumbuhan gulma dan inang hama, meminimalkan terjadinya pencucian pupuk, menambah kesuburan tanah dengan peningkatan fiksasi unsur nitrogen, dan membantu proses pelapukan. Di SDME jenis LCC yang ditanam adalah jenis Mucuna Bracteata, karena jenis LCC seperti Pueraria javanica, Calopagonium caeruleum, Calopagonium mucunuides dan Centrocema pubescent belum mampu menekan pertumbuhan gulma secara optimal karena keterbatasan umur dan ketidaktahanan terhadap naungan, sehingga gulma Asystasia gangetica dan Mikania micranta cenderung meningkat saat memasuki tahun pertama tanaman menghasilkan. Mucuna bracteata memiliki keunggulan diantaranya pertumbuhan sangat cepat, lebih mudah tumbuh dan lambat dalam memasuki masa generatif, memiliki toleransi yang tinggi terhadap cuaca panas, tahan terhadap naungan, memproduksi perbanyakan (stek) yang lebih banyak, lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, mempunyai perakaran yang dalam sehingga lebih baik dalam

26 mempertahankan erosi tanah. Perbanyakan MB dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Di kebun SDME perbanyakan dilakukan secara vegetatif yaitu stek dan merunduk. Bahan stek diambil dari batang sulur MB yang tidak terlalu tua, dan untuk sistem merunduk bahan diambil dari batang sulur MB yang masih tumbuh di lapangan. Penanaman Nephrolepis biserrata Gulma yang tumbuh pada tanaman kelapa sawit dapat bersaing dengan tanamaan kelapa sawit untuk memperoleh hara. Akan tetapi pada gulma-gulma tertentu dipertahankan karena memiliki kegunaan lain, contohnya adalah Nephrolepis biserrata. Gulma ini dipertahankan dan diperbanyak untuk menjaga kelembaban sekitar pokok kelapa sawit. Penanaman N.biserrata dilakukan dengan mengambil bibit yang menempel pada pokok kelapa sawit. Terdapat tiga orang karyawan yang bertugas dalam penanaman N.biserrata. Tanamaan Nephrolepis tersebut ditanam di sekitar piringan pokok kelapa sawit berbentuk U-shape, dengan prioritas pada area yang sudah cleen weeding. Prestasi kerja karyawan yaitu 0.8-1 ha /hk. Alat yang digunakan adalah cangkul kecil dan arit. Front Stacking Front stacking adalah penempatan pelapah pada antar pokok dalam baris atau di gawangan mati. Fungsi dari penyusunan pelepah ini adalah sebagai mulsa bagi tanah sehingga dapat menahan laju aliran permukaan, menjaga kelembaban tanah, menghambat pertumbuhan gulma, dan menambah hara tanah melalui proses pelapukan. Metode penyusunan pelepah ditentukan berdasarkan topografi lahan tersebut. Untuk area dengan kemiringan >5% maka penyusunan dilakukan secara melintang, sedangkan untuk area datar <5% dilakukan penyusunan secara U-shape. Pelepah hasil penunasan semester 1 disusun merata di antar pokok dalam baris, dan untuk semester 2 disusun merata di gawangan mati. Konservasi Air Konservasi air pada perkebunan kelapa sawit sangat penting dilakukan, mengingat kebutuhan air untuk tanaman sawit per hari sekitar + 70 liter per

27 pokok. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber air yang ada sangat diperlukan, terutama pada tanah-tanah marjinal (pasir, kaolin). Beberapa usaha yang dilakukan untuk konservasi air di SDME antara lain: Parit Discontinue Parit discontinue dibuat pada area berpasir dengan tujuan untuk menampung air yang melimpah pada saat musim hujan dan menyimpannya untuk kebutuhan tanaman kelapa sawit di sekitarnya, karena daya simpan air pada tanah dengan tekstur berpasir kurang baik. Parit discontinue dibuat dengan lebar 1 m dengan kedalaman 60 cm. Parit discontinue dibuat di gawangan mati dengan rasio 4:1 (4 baris tanaman terdapat satu parit discontinue) atau 8:1 (delapan baris tanaman terdapat satu parit discontinue) sesuai dengan kebutuhan. Siltpit Siltpit dibuat pada area-area miring dan juga area datar dengan tujuan dapat menampung sementara air sebelum diserap oleh tanaman. Selain itu, siltpit juga berfungsi menampung pupuk dan bahan organik yang tercuci akibat aliran permukaan pada saat hujan. Rasio kebutuhan siltpit/ha adalah 34 unit dengan lebar 60 cm, panjang 400 cm dan kedalaman 50 cm. Road side pit Road side pit adalah lubang yang dibuat di pinggir jalan baik CR (Collection Road) maupun MR (Main Road) pada area-area miring dan berbukit dengan tujuan untuk mengurangi laju air yang dapat merusak permukaan jalan. Selain itu juga untuk sebagai tempat penyimpanan air sementara yang dapat diserap oleh tanaman. Ukuran dan jumlah kebutuhan road side pit ditentukan dari kemiringan jalan. Semakin besar kemiringannya, maka kebutuhan pembuatan road side pit semakin banyak. Sekat air Sekat air dibuat pada parit-parit dengan aliran yang tidak deras. Tujuan pembuatan sekat air adalah untuk mempertahankan ketinggian air antara 30 60 cm. Pada saat musim hujan air tidak terbuang semua dan pada musim kemarau, masih terdapat cadangan air yang dapat diserap oleh

28 tanaman. Keuntungan lain dari sekat air adalah dapat mencegah erosi parit, terutama pada area-area berpasir. Selain itu di Serawak Damai Estate dilakukan Water Management seperti pembuatan drainase alur, drainase primer, drainase sekunder, dan drainase lapangan. Drainase alur adalah pembuangan air yang berlebih dari dalam kebun ke luar kebun. Drainase primer adalah parit penampungan dari parit-parit sekunder dan mengalirkannya ke outlet dengan ukuran 4 m x 4 m. Drainase sekunder adalah parit yang langsung menampung air dari permukaan lapangan terutama bagian-bagian yang rendah dan mengalirkannya ke parit primer dengan ukuran 2 m x 2 m dengan dasar 1 m, dan drainase lapangan adalah parit cabang yang dibuat untuk membantu mengalirkan air pada tanah rendahan ke parit sekunder dengan ukuran 1 m x 1 m dengan dasar 1 m. Pencucian atau pendalaman parit dimulai dari parit outlet yang berbatasan dengan alur pembuangan kebun dan keluar menuju ke parit di dalam area perkebunan. Norma kerja untuk pemeliharaan parit berukuran 1 m x 1 m adalah 20 m/hk, dan parit berukuran 2 m x 2 m adalah 15 m/hk yang dilakukan secara manual. Untuk parit berukuran 4 m x 4 m menggunakan alat Exavator PC200 dengan norma 30 m/hm (Hour Machine), dan 4 m/hk jika dilakukan secara manual. Pemanenan Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pokok kelapa sawit ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan dari TPH akan diangkut ke pabrik dalam kondisi yang sesegar-segarnya untuk mencegah meningkatnya Asam Lemak Bebas (ALB) yang mengakibatkan turunnya kualitas CPO. Kegiatan potong buah ini dilakukan pada buah yang sudah matang (dua brondol/kg berat tandan) seperti jumlah brondolan yang keluar secara alami. Pemanenan merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, oleh karena itu pengelolaan panen harus dilakukan dengan baik mulai dari persiapan panen, pelaksanaan panen, kehilangan buah, administrasi dan pengawasan, pengangkutan, serta kegiatan di PKS. Pelaksanaan pemanenan tidak

29 dilakukan secara sembarang, akan tetapi perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu, karena tujuan panen kelapa sawit adalah mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik (Fauzi et al., 2007). a) Persiapan Panen Keberhasilan kegiatan panen dipengaruhi oleh kegiatan persiapan panen. Untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas tinggi harus dilakukan persiapan panen yang baik. Persiapan Area Panen. Kondisi areal panen yang baik dapat mempermudah kegiatan potong buah sehingga jumlah buah yang dihasilkan maksimal. Persiapan yang dilakukan meliputi pembuatan jalan pikul, TPH, jalan tengah, sanitasi pokok, pembuatan titi panen, rawat jalan, dan jembatan. Kastrasi adalah kegiatan yang dilakukan sebelum tanaman beralih dari TBM ke TM. Kastrasi dilakukan jika dalam satu blok terdapat lebih dari 50% pokok kelapa sawit yang sudah mengeluarkan bunga (jantan atau betina). Kastrasi dilakukan dengan memotong dan membuang bunga jantan maupun bunga betina sebelum area tersebut dipolinasi. Kastrasi dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga yang pertama yaitu umur 12 bulan setelah tanam sampai tanaman berumur 33 bulan atau selambatnya enam bulan sebelum panen pertama (Fauzi et al., 2007). Tujuan dari kastrasi adalah mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif. Pokok kelapa sawit yang telah dikastrasi cenderung lebih kuat dan seragam dalam pertumbuhannya, menghasilkan buah yang lebih besar dan seragam beratnya, serta menghambat perkembangan hama penyakit. Dengan dilakukan kastrasi yang baik, diharapkan pada saat panen pertama, buah yang dihasilkan memenuhi kriteria panen yang diinginkan sehingga menghasilkan rendemen minyak yang tinggi. Norma kerja untuk kegiatan kastrasi adalah 2 hk/ha/rotasi. Peralatan panen. Salah satu yang menjadi kelengkapan kegiatan pemanenan adalah peralatan panen. Peralatan panen digunakan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan panen, sehingga pemanenan dapat dilakukan secara maksimal. Peralatan panen tersebut digunakan sesuai dengan tinggi tanaman kelapa sawit.

30 Berdasarkan pengamatan lapang penulis di Serawak Damai Estate pada kegiatan pemanenan, alat-alat yang digunakan diantaranya: Tabel 6. Peralatan Kerja Panen di SDME Divisi 2 No. Nama Alat Fungsi 1. Dodos Memotong pelepah dan janjang buah 2. Gancu Memuat dan membongkar TBS dari dan ke angkong serta membersihkan brondolan pada ketiak pokok 3. Sogrok Mengorek brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah. 4. Angkong Wadah untuk membawa TBS dan brondolan ke TPH 5. Karung goni Alas brondolan 6. Tojok Memindahkan TBS dari TPH ke unit transport 7. Cap dan Bantalan Stempel Memberikan cap sebagai identitas pemanen Sumber : Pengamatan di Lapangan (2012). Kebutuhan Tenaga Pemanen. Jumlah tenaga pemanen harus disiapkan berdasarkan kebutuhan pada panen puncak. Perhitungan kebutuhan tenaga pemanen yang akan dialokasikan setiap harinya harus berpedoman kepada hasil sensus atau taksasi kerapatan buah. Selanjutnya dibandingkan dengan output ratarata tenaga potong buah yang dapat dicapai setiap hari pada bulan berjalan (Pedoman Teknis BGA, 2012). Pada divisi yang memiliki luas area di atas 750 ha, maka jumlah tenaga potong buah per mandoran setiap harinya antara 10-20 orang. Jumlah kemandoran per divisi maksimum dua kemandoran. SDME divisi 2 memiliki dua kemandoran dengan masing-masing 20 karyawan. Setiap mandor panen akan dibantu oleh seorang kerani buah yang bertugas untuk memeriksa kualitas dan menghitung buah tenaga potong buah setiap mandoran. Kerani transport bertugas menghitung dan memastikan semua buah yang ada di TPH terangkut ke PKS. Sensus Produksi. Sensus produksi merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Hasil sensus produksi memiliki manfaat dalam mengestimasi produksi TBS enam bulan kedepan, mengestimasi

31 jumlah uang yang dihasilkan dan dikeluarkan perusahaan, mengestimasi penjualan, perencanaan potong buah, transport dan mengetahui losses di lapangan. Di Serawak Damai Estate, sensus produksi dilakukan dua kali dalam setahun yaitu bulan Juni dan Desember. Kerapatan dan Taksasi Panen. Kerapatan panen merupakan sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu area. Tujuannya dalah mendapatkan minimal satu janjang yang matang panen. Angka kerapatan panen digunakan untuk menghitung taksasi dan estimasi buah yang akan dipanen besok hari. Kegiatan ini dilakukan sehari sebelum kegiatan panen pada blok yang akan dipanen. Berikut cara perhitungan untuk mengetahui angka kerapatan panen: Angka Kerapatan Panen = jumla h janjang matang jumla h janjang diperiksa 100% Area yang diamati adalah area seksi potong buah yang jatuh pada hari besok dan area sisa panen hari ini. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati 15% dari pokok produktif pada area yang akan dipanen besok hari. Taksasi jumlah janjang yang dipanen diperoleh dari persentase kematangan buah dikalikan dengan pokok produktif pada areal yang akan dipanen besok hari: Taksasi panen = jumlah janjang matang 100% jumlah pokok per ha luas lahan blok jumlah pokok diperiksa Dari hasil taksasi panen tersebut dikalikan dengan BJR (Berat Janjang Rata-rata dalam blok) maka taksasi panen pada blok yang akan dipanen akan diperoleh dengan satuan kg atau ton. b) Pelaksanaan Panen Sistem Panen. Sistem panen yang diterapkan SDME yaitu Block Harvesting System (BHS). BHS merupakan sistem panen yang penyelesaian panennya setiap hari kerja, sehingga terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah ditentukan. BHS memiliki ciri-ciri diantaranya divisi atau kebun memiliki enam seksi panen, setiap hari menyelesaikan satu seksi panen, pemanen mendapatkan hancak tetap, kegiatan

32 panen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama. Pemanen diberi hancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah-pindah. Hal ini dilakukan untuk menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal dan rendemen minyak yang dihasilkan pun tinggi. Kriteria Matang Panen. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA) minimal (Fauzi et al., 2007). Mutu dan jumlah minyak yang dihasilkan kelapa sawit bergantung dari berbagai faktor, salah satunya adalah kematangan buah pada saat panen dan penanganannya sampai ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit). Kriteria panen yang diberlakukan di Serawak Damai Estate divisi 2 adalah dua brondolan/kg TBS. Untuk mempermudah para pemanen di lapangan, kriteria buah yang layak potong ditetapkan adalah lima brondolan yang lepas dari tandan secara alami dan 8-10 brondolan sampai di TPH. Penunasan. Tujuan dari penunasan adalah untuk mempermudah aktivitas panen dan memperlancar penyerbukan. Mulai panen sampai ketinggian pohon 90 cm dari buah matang terendah, pemanen tidak dibenarkan memotong pelepah sewaktu memanen. Setelah mencapai ketinggian ini harus dilakukan penunasan dengan sistem songgo dua hingga umur tanaman mencapai 10 tahun. Penyusunan pelepah harus dilakukan dengan rapi, yaitu membentuk U-shape di gawangan mati. Kehilangan Hasil. Kehilangan hasil atau Losses fruit disebabkan oleh buah mentah yang dipanen, buah tinggal, buah yang sudah dipanen tetapi tidak diangkut ke TPH, buah di TPH yang tidak terangkut ke unit buah, dan semua buah atau brondolan yang tidak sampai ke loading ramp. Selain itu banyaknya brondolan yang tersangkut di pokok tanaman, brondolan tidak dikutip di piringan, brondolan jatuh di jalan pikul, brondolan yang tidak terangkut di TPH, dan brondolan yang jatuh di jalan utama. Basis Panen. Basis panen ditentukan berdasarkan berat janjang rata-rata dan topografi yang dikelompokkan pada golongan panen. Daftar basis panen dapat dilihat dari Tabel 7.

33 Tabel 7. Daftar Basis dan Premi Pemanen Tahun Tanam BJR Basis Premi (Rp) 2004 10.2 130 272 2005 9.8 150 240 2006 8.0 160 240 2007 4.5 170 227 Sumber : Pengamatan di Lapangan (2012). Pemberian premi potong buah dapat memacu semangat pemanen untuk lebih meningkatkan kinerja mereka, sehingga meningkatkan produksi perusahaan. Sistem premi bertujuan meningkatkan output kg/hk tenaga kerja potong buah, sehingga apabila output kg/hk meningkat maka biaya panen akan menurun. Untuk memotivasi tenaga kerja pemanen, perusahaan menetapkan sistem premi potong buah yang meliputi premi siap borong dan premi lebih borong. Premi lebih borong diberikan kepada pemanen potong buah berdasarkan janjang yang sudah melebihi basis borong. Premi panen diberikan secara perorangan dan ditentukan berdasarkan tahun tanam yang berkaitan dengan produktivitas dan topografi. Contoh perhitungan premi pemanen: A = jumlah janjang yang dipanen B = basis borong C = rupiah janjang lebih tahun tanam 2005 D = premi siap borong Premi lebih borong = (C x (A-B)) + D A = 163 janjang B = 150 janjang C = Rp 240 D = Rp 8,500 Premi lebih borong = (Rp 240 x (163-160)) + 8500 = Rp 11,620 Selain itu, perusahaan menetapkan denda sebagai salah satu bentuk sangsi untuk pemanen yang melakukan pelanggaran dari apa yang ditetapkan perusahaan. Premi lebih borong yang diperoleh pemanen akan dikurangi dengan denda dari kesalahan yang dilakukan. Berikut daftar kesalahan dan denda

34 pemanen di SDME. Jenis kesalahan dan denda pemanen dapat dilihat dari Tabel 8. Tabel 8. Jenis Kesalahan dan Denda Pemanen Jenis Kesalahan Denda (Rp) Memotong Buah Mentah 5,000 Memotong Buah Kurang Matang (<6 brondol) 2,500 Tangkai Panjang 500 Pelepah Sengkleh 2,500 Brondolan Tinggal 50/butir Sumber : Pengamatan di Lapangan (2012). Pengumpulan TBS di TPH. Untuk mempercepat keluarnya TBS, pemanen harus segera mengeluarkan TBS yang telah dipotong setiap setengah jalan pikul dan tidak diperkenankan pindah ke jalan pikul disebelahnya sebelum selesai. Buah disusun rapi di TPH dengan kelipatan lima dan brondolan ditumpuk sesuai dengan takaran beralaskan karung goni yang dipisah dengan tandan. Tugas mandor panen yaitu memastikan bahwa semua hancak dibawah pengawasannya telah dipanen, semua brondolan telah dikutip, pelaksanaan panen telah dilakukan sesuai standar, pelepah telah disusun sesuai ketentuan dan hasil panen telah dikumpulkan di TPH. Mandor panen harus melakukan pemeriksaan setiap hari sebelum panen selesai terhadap minimal satu pemanen. Mandor 1 dan asisten melakukan pengecekan panen lima kali per minggu bersama mandor panen terhadap kebersihan hancak, meliputi buah tinggal, brondolan tidak dikutip, kesalahan pemotongan pelepah, dan memastikan seluruh hancak telah dipanen. Pengawasan di TPH. Kerani buah bertugas menghitung, memeriksa dan mencatat semua hasil panen di TPH. Jika dalam pemeriksaan ditemukan hasil panen dengan kualitas tidak sesuai dengan standar seperti buah mentah, dan gagang panjang maka akan diberikan denda. Kerani buah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua tandan sudah diperiksa, dicatat dan siap dimuat telah memiliki identifikasi yang cukup sesuai dengan buku penerimaan buah. Jumlah kerani transport satu orang tiap divisi yang bertugas untuk memastikan TBS yang dikirim ke PKS sudah diperiksa dan diberi tanda oleh kerani buah.

35 Pemuatan TBS minimal membutuhkan dua orang pemuat per kendaraan. TBS dan brondolan diangkut secara bersamaan tidak tercampur dengan sampah. c) Pengangkutan TBS ke Pabrik Kelapa Sawit TBS yang telah diangkut ke dalam unit truk oleh tenaga bongkar muat buah, harus segera dikirim ke pabrik. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga berpengaruh terhadap mutu minyak yang dihasilkan. Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dengan menggunakan unit yang baik. Pemupukan Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit (Sutarta, 2001). Di Serawak Damai Estate, pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemupukan organik dilakukan dengan mengaplikasikan janjang kosong pada pokok kelapa sawit, sedangkan pemupukan anorganik dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk Urea (CO(NH 2 ) 2 ), RP (Ca(PO 4 ) 2 ), MOP (KCl), HGFB (B 2 O 3 ), Zn (ZnSO 4.H 2 O), Cu (CuSO 4. H 2 O), Palmo (14-8-21-2),dan Kieserit (MgSO 4.H 2 O). Aplikasi Janjang Kosong Janjang kosong merupakan limbah padat dari pabrik kelapa sawit yang dapat digunakan untuk bahan pembenah tanah dan penyedia unsur hara bagi tanaman. Janjang kosong kelapa sawit mengandung 42.8 % C, 2.90% K 2 O, 0.80% N, 0.22% P 2 O 5, 0.30% MgO dan unsur-unsur mikro antara lain 10 ppm B, 23 ppm Cu, dan 51 ppm Zn (Darmosarkoro et al., 2003).

36 Pemanfaatan janjang kosong sebagai bahan pembenah tanah dan sumber hara ini dapat dilakukan dengan cara aplikasi langsung sebagai mulsa. Aplikasi janjang kosong sangat efektif sebagai mulsa, karena dapat menurunkan temperatur tanah, mempertahankan kelembaban tanah dan mengurangi dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan dan produksi pada musim kemarau. Untuk area dengan curah hujan tinggi, janjang kosong dapat mengurangi kehilangan nutrisi melalui proses pencucian dan aliran permukaan. Prioritas aplikasi janjang kosong dibagi menjadi empat yaitu proritas pertama pada TBM area marjinal (pasir dan kaolin), TM area marjinal (pasir dan kaolin), TBM area mineral, dan TM area mineral. Hal ini dikarenakan persediaan janjang kosong hasil pengolahan PKS belum mencukupi. Komponen biaya terbesar pada aplikasi janjang kosong sebagai mulsa adalah biaya pengangkutan dan penebaran di gawangan. Di SDME divisi 2 aplikasi janjang kosong dilakukan secara borongan. Biaya yang dibutuhkan untuk aplikasi janjang kosong yaitu Rp 929,714/ha (Rp14.38/kg) yang terdiri dari biaya transport Rp 544,000 (Rp 20/kg) dan biaya aplikasi sebesar Rp 100,000 setiap satu rit. Alat yang digunakan menyusun janjang kosong adalah gancu dan angkong. Aplikasi janjang kosong dilakukan satu kali per tahun pada area yang sama dengan metode mulching yang disebar merata satu lapis untuk menghindari berkembangnya hama Oryctes rhinoceros. Pada tanaman belum menghasilkan (TBM) disebar mengelilingi pokok 30 cm dari pangkal pokok. Pada tanaman menghasilkan diaplikasikan di gawangan mati atau di antara dua pokok dalam barisan tanaman dengan dosis 200 kg per pokok. Gambar 4. Aplikasi Janjang Kosong

37 Permasalahan yang terjadi adalah truk yang membawa janjang kosong sering kali melebihi kapasitas, sehingga menyebabkan janjang tersebut tercecer di sepanjang jalan. Oleh karena itu pengawasan mandor dan asisten harus lebih ditingkatkan, agar aplikasi janjang kosong dapat terlaksana dengan baik tanpa menimbulkan masalah lainnya. Pemupukan Anorganik Rekomendasi pemupukan di SDME diberikan oleh Departemen Riset BGA berdasarkan hasil analisis daun yang dilakukan tahun 2011. Faktor yang mempengaruhi rekomendasi pemupukan diantaranya kehilangan hara tanah akibat panen, dan konservasi tanah. Jenis pupuk yang direkomendasikan adalah pupuk tunggal, dan pupuk majemuk (Pedoman Teknis BGA, 2012). Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu jenis hara utama, sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang memiliki lebih dari satu unsur hara utama. Pupuk tunggal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hara N, P, K, Mg, Ca adalah pupuk Urea (CO(NH 2 ) 2 ), MOP (KCl), HGFB (B 2 O 3 ), RP (Ca(PO 4 ) 2 ), dan Kieserit (MgSO 4.H 2 O), sedangkan pupuk majemuk yang digunakan perusahaan yaitu Palmo (14-8-21-2) dan Chelated Zincooper (khusus area pasir). Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan 100-300 atau pada kondisi lembab. Berdasarkan rekomendasi pemupukan yang diberikan Departemen Riset BGA, jika terjadi kemarau atau tidak hujan berturut-turut selama 14 hari maka seluruh aplikasi pemupukan dihentikan. Khusus untuk pupuk yang bersifat higroskopis yaitu Urea, dan MOP jika dalam waktu tujuh hari berturut-turut tidak hujan maka aplikasi dihentikan. Pupuk dapat dilakukan kembali jika turun hujan minimal 25 mm/hari. Jenis dan dosis rekomendasi yang diberikan disesuaikan dengan umur tanaman dan defisiensi hara. Data rekomendasi pemupukan pada TBM dan TM kelapa sawit tahun 2012 di SDME divisi 2 dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.

38 Tahun Tanam Tabel 9. Rekomendasi Pemupukan TBM Kelapa Sawit Tahun 2012 Rotasi Palmo 14-8-21-2 Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pokok) C.Zincooper HGFB Urea MOP RP Kieserit 2009 I 1.16 0.066 0.10 0.34 0.5 1.00 0.5 II 1.16 0.066 0.10 0.25 0.5 1.00 - Sumber : Buku Rekomendasi Pemupukan SDME (2012). Tahun Tanam Tabel 10. Rekomendasi Pemupukan TM Kelapa Sawit Tahun 2012 Rotasi Palmo 14-8-21-2 Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pokok) Zincooper HGFB Urea MOP RP Kieserit 2004 I - 0.059 0.130 1.250 1.250 2.500 1.000 II - 0.059 0.100 1.000 1.250 - - 2005 I - 0.014 0.100 1.250 1.290 2.00 1.000 II - 0.014 0.100 1.150 1.250 - - 2006 I - 0.044 0.120 1.250 1.360 2.50 1.220 II - 0.044 0.100 1.250 1.250 - - 2007 I 1.86 0.114 0.117 0.170 0.430 2.00 0.670 II 1.86 0.083 0.100 0.170 0.430 - - 2008 I - 0.100 0.115 0.540 0.820 2.150 0.680 II - 0.100 0.100 0.430 0.630 - - Sumber : Buku Rekomendasi Pemupukan SDME (2012). 1) Pengadaan dan Distribusi Pupuk Proses pengadaan pupuk untuk perkebunan kelapa sawit disesuaikan dengan waktu aplikasi di lapangan. Kebijakan pengadaan pupuk dengan memperhatikan sarana dan prasarana transportasi, ketersediaan tenaga kerja dan waktu aplikasi di lapangan. Pemesanan pupuk yang dibutuhkan oleh kebun dilakukan oleh Asisten Koordinator Pupuk ke gudang wilayah. Pemesanan dilakukan minimal sehari sebelum pengiriman pupuk. Pupuk yang telah dipesan disimpan di gudang transit untuk dilakukan penguntilan. Lokasi gudang kebun berada di sekitar kantor divisi 1 dan 2 SDME. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan kegiatan bongkar muat pupuk dari gudang ke lapangan. Gudang pupuk yang baik mampu menyimpan pupuk dalam jangka waktu tertentu.

39 Pupuk tersebut disusun di atas palet yang terbuat dari papan kayu. Hal ini dilakukan untuk menghindari kondisi lembab jika terjadi hujan yang mengakibatkan pupuk yang berada paling bawah akan cepat rusak karena lembab. Penempatan pupuk diatur dengan rapi sehingga pada saat pengeluaran pupuk dilakukan secara First In First Out (FIFO) untuk setiap jenis pupuk. Kegiatan pencatatan informasi mengenai keadaan pupuk dalam gudang dilakukan oleh mandor until. Informasi yang umumnya dicatat pada gudang yaitu tanggal masuk dan keluar gudang untuk setiap jenis pupuk, jenis pupuk, blok yang akan diaplikasi, jumlah untilan, dan stok pupuk yang ada di gudang setiap bulan. 2) Persiapan Pemupukan Persiapan pemupukan diantaranya adalah persiapan area dan organisasi pemupukan. Persiapan area pemupukan adalah melakukan pembenahan piringan, jalan pikul, tapak timbun (jika piringan tergenang), dan lain lain. Organisasi pemupukan merupakan suatu sistem kerja yang mengatur kegiatan pemupukan tanaman kelapa sawit termasuk letak lokasi, tenaga kerja, pengaturan transport, dan cara kerja. Tujuannya agar semua anggota yang terlibat pelaksanaan pemupukan dapat memahami dan mematuhi disiplin kerja yang sudah ditetapkan, sehingga dapat berjalan dengan lancar, efisien dan efektif (Suyatno, 2010) Organisasi pemupukan di SDME yaitu BMS (Block Manuring System). BMS adalah suatu sistem kerja pemupukan yang terintegrasi dari proses pengadaan pupuk, penguntilan pupuk, pengangkutan sampai aplikasi pupuk sehingga pupuk terjamin sampai ke setiap pokok kelapa sawit secara tepat. Untuk mencapai standar pemupukan yang ditetapkan dan mencapai produktivitas dibutuhkan organisasi kerja pemupukan yang efektif, tepat guna dan mudah diimplementasikan. Oleh karena itu terdapat KKP (Kelompok Kerja Pemupukan) untuk mempermudah pelaksanaan pemupukan. Penguntilan. Penguntilan merupakan kegiatan pengemasan ulang pupuk dengan membagi pupuk menjadi beberapa bagian dari standar atau berat tertentu sesuai dengan kelipatan dosis per pokok tanaman kelapa sawit. Perusahaan menggunakan sistem penguntilan secara manual. Alat yang digunakan yaitu

40 takaran until yang terbuat dari wadah bekas herbisida dan diberi label yang jelas. Penguntilan pupuk dilakukan di atas lantai beralaskan terpal untuk mempermudah proses penguntilan pupuk. Penguntilan dilakukan sehari sebelum kegiatan pemupukan dilaksanakan. Terdapat tiga karyawan yang melakukan penguntilan, yaitu satu orang bertugas membuka sak pupuk dengan pisau dan mengeluarkan pupuk ke atas terpal. Satu orang bertugas sebagai penakar dan memasukkan pupuk ke dalam karung untilan. Satu orang bertugas sebagai pengikat karung untilan dan menyusun sesuai dengan kelompok untilan. Setiap jenis pupuk memiliki bobot untilan tertentu yang telah ditetapkan. Penentuan bobot untilan berdasarkan jumlah pokok dalam satu baris dan jumlah baris dalam satu TPP (Tempat Peletakan Pupuk). Norma penguntil manual 2 3 ton kg/hk tergantung jenis dan dosis yang digunakan. Gambar 5. Kegiatan Penguntilan di Gudang Pupuk Uji berat untilan dilakukan setiap hari oleh mandor untilan untuk mengetahui keseragaman berat untilan. Contoh yang digunakan minimal 10 untilan. Kemudian dihitung rata-rata persentase selisih berat untilan apabila terdapat selisih diluar ± 5% maka semua untilan dalam satu kelompok tersebut dilakukan penakaran ulang. Pengangkutan dan Pelangsiran. Pengangkutan dan pelangsiran pupuk dilakukan setelah apel pagi dilaksanakan yaitu pada pukul 05.30. Pengangkutan pupuk dari gudang ke unit truk dilakukan oleh dua orang tenaga bongkar muat. Pupuk tersebut diangkut sesuai dengan kebutuhan pupuk pada blok yang akan dipupuk. Kemudian pupuk diletakkan oleh tenaga pelangsir di tempat peletakkan

41 pupuk. Norma prestasi pelangsiran adalah 3 ton/hk, tergantung jarak dari gudang ke area aplikasi. (a) (b) Gambar 6. Pengangkutan Pupuk dari Gudang (a), Pelangsiran Pupuk di Tempat Peletakan Pupuk (b) Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pengangkutan dari gudang sampai ke tempat peletakan pupuk adalah ketersediaan unit truk yang tidak selalu tepat waktu, sehingga menghambat waktu pengangkutan. Oleh karena itu kendaraan pengangkut pupuk harus dipastikan kesiapannya sehari sebelum kegiatan pemupukan. Selain itu juga tergantung dari kondisi jalan, apabila terjadi hujan pada malam hari, maka akan menghambat proses pelangsiran pupuk disebabkan kondisi jalan yang licin. Pengeceran. Pengeceran pupuk di lapangan menggunakan tenaga pengecer yang terdapat dalam satu KKP sesuai dengan jenis pupuk. Untilan pupuk yang telah diletakkan oleh tenaga pelangsir diecer ke jalan pikul. Cara ini cukup efisien dari segi waktu dan tenaga karena penabur tidak perlu membawa untilan tersebut. Norma prestasi pengecer adalah 1.7-2 ton/hk, tergantung dosis dan topografi. Pengeceran sangat mempengaruhi ketepatan dosis yang dilakukan oleh tenaga penabur. Oleh karena itu, pengawasan di lapangan harus dilakukan dengan ketat, sehingga pelanggaran-pelanggaran akan dapat diminimalisasi. Penaburan pupuk. Penaburan pupuk merupakan bagian penting dalam organisasi pemupukan. Keberhasilan kegiatan pemupukan tergantung dari keterampilan seorang penabur, karena ketepatan dosis per pokok ditentukan oleh tenaga penabur. Oleh karena itu harus dilakukan simulasi dan pengarahan oleh

42 asisten mengenai cara aplikasi dan dosis untuk setiap jenis pupuk. Takaran pupuk yang digunakan penabur harus seragam dan sesuai dengan dosis per pokok yang telah ditentukan di buku program pemupukan. Norma prestasi penabur adalah 300-400 kg/hk tergantung dosis per pokok, topografi dan keterampilan penabur. Penaburan pupuk dilakukan dengan menggunakan takaran yang berbeda untuk setiap jenis pupuk. Penulis mengamati perilaku tujuh penabur dalam melakukan penaburan pada seluruh pokok yang ada dalam blok tersebut. Pengamatan dilakukan dengan mengamati dua baris tanaman untuk setiap penabur untuk pokok yang dipupuk dan yang tidak dipupuk. Jenis Pupuk Tabel 11. Hasil Pengamatan Pokok Kelapa Sawit yang Terpupuk Blok Penabur 1 2 3 4 5 6 7 Setiap Blok Rata-Rata Setiap Jenis Pupuk %. Palmo A26 98.80 100.00 98.67 100.00 100.00 95.00 98.63 98.73 97.48 A33 94.29 93.42 98.67 95.00 97.62 98.81 95.89 96.24 Zincooper A30 95.83 100.00 96.08 100.00 100.00 97.96 100.00 98.55 96.89 A31 96.00 93.26 88.89 93.59 96.10 100.00 98.77 95.23 HGFB C36 100.00 94.34 96.77 100.00 96.61 100.00 100.00 98.25 98.93 B32 100.00 98.57 100.00 100.00 98.67 100.00 100.00 99.61 Urea B25 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 B24 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 MOP C35 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 C38 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Total Rata-Rata 98.66 98.66 Sumber: Pengamatan Penulis (2012). Berdasarkan Tabel 11. terlihat bahwa dari tujuh penabur diperoleh 98.66% untuk pokok yang terpupuk. Pencapaian yang tidak 100% dikarenakan akses dan kondisi area yang akan dipupuk seperti pokok tersebut dalam kondisi yang tergenang. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku pemupuk untuk penabur setiap pokok yang ada sudah baik. Pengumpulan Karung Bekas Untilan. Pengecer dan penabur bertanggung jawab untuk mengumpulkan karung pupuk yang telah ditabur. Tenaga penabur atau pengecer mengeluarkan karung untilan menuju pokok terakhir di ujung piringan mengarah CR. Karung tersebut disusun dan digulung 10 lembar oleh tenaga pengumpul karung. Tenaga pengumpul karung mengecek

43 apakah jumlah karung yang telah digunakan sama dengan jumlah yang ada. Setelah digulung karung tersebut dibawa ke gudang untuk dicuci. Karung tersebut digunakan kembali untuk penguntilan pupuk. Kegiatan pengumpulan karung dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Kegiatan Pengumpulan Karung 3) Pelaksanaan dan Pengawasan Pemupukan Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan, diantaranya adalah daya serap akar tanaman, cara pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk, karena ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman mengalami gejala defisiensi hara. Pelaksanaan pemupukan tidak terlepas dari perlengkapan yang harus digunakan oleh seluruh tenaga pemupuk. Alat pelindung diri tersebut adalah sarung tangan karet, rompi pupuk (apron), sepatu boot, masker dan kacamata pelindung. Pemupukan dimulai pukul 06.00 setelah pupuk dilangsir. Sebelum memulai pemupukan, tenaga pemupuk melakukan sarapan pagi di lahan. Setelah itu mandor pupuk bertugas membagi KKP, nomor KKP, dan bendera KKP. Kegiatan pemupukan berlangsung sampai pukul 10.00. Setelah itu istirahat pada pukul 10.00-10.30 dan melanjutkan kembali kegiatan pemupukan sampai pukul 13.00. Pengawasan dalam aplikasi pupuk merupakan kunci akhir dari keberhasilan pemupukan setelah tahapan lainnya berjalan dengan baik (Mangoensoekarjo, 2009). Oleh karena itu pengawasan harus dilakukan oleh asisten kebun atau staf kebun dan mandor pupuk untuk memastikan bahwa semua

44 pokok telah dipupuk dengan baik. Tim BMS memiliki dua orang mandor, yaitu mandor gudang pupuk dan mandor lapangan. Pengawasan di lapangan dilakukan pada saat kegiatan pemupukan berlangsung. Pemeriksaan kualitas pupuk dilakukan oleh asisten divisi dan mandor pupuk. Kegiatan ini dilaksanakan untuk melihat kualitas pekerjaan dan mengoreksi pekerjaan yang belum sesuai standar kebun. Hasil dari pemeriksaan ini dijadikan bahan untuk evaluasi dan perbaikan pekerjaan pemupukan berikutnya. Pengawasan oleh asisten akan lebih efektif dibandingkan hanya dengan pengawasan mandor. Aspek Manajerial Pada kegiatan magang yang dilakukan, penulis tidak hanya melaksanakan kegiatan teknis di lapangan, tetapi mengikuti kegiatan manajerial kebun seperti pendamping mandor dan pendamping asisten kebun. Kegiatan menjadi pendamping mandor dilaksanakan selama tiga minggu, sedangkan kegiatan menjadi pendamping asisten dilaksanakan selama enam minggu. Pendamping Mandor Pupuk Mandor pupuk bertanggung jawab dalam memastikan semua pupuk digunakan sesuai dosis yang ditentukan dan diaplikasikan dengan benar. Tugastugas seorang mandor pupuk diantaranya mengabsen karyawan yang bekerja pada hari tersebut, membagi hancak karyawan sesuai lokasi yang akan dikerjakan, membuat bon permintaan barang (pupuk), menyiapkan alat atau bahan untuk pemupukan, mengawasi penguntilan pupuk, mengawasi ecer pupuk di blok yang telah ditentukan, mengawasi pelaksanakan pemupukan sesuai rencana yang ditentukan, mengisi LHM (Laporan Harian Mandor), melakukan koordinasi dengan bagian traksi untuk pengangkutan pupuk, mengecek pekerjaan yang telah dilaksanakan, membuat rencana besok hari, dan menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan. Selama menjadi pendamping mandor pupuk, kegiatan yang dilakukan penulis diantaranya membantu membagi hancak karyawan pada blok yang akan dikerjakan, mengawasi penguntilan pupuk, mengawasi pelaksanaan pemupukan

45 sesuai rencana yang ditentukan, membantu membuat LHM, dan membuat Quality Check pemupukan. Pendamping Mandor Perawatan Mandor perawatan bertanggung jawab dalam memastikan semua pekerjaan perawatan dilakukan dengan benar dan tepat waktu sesuai ketentuan yang ditetapkan. Tugas-tugas mandor perawatan diantaranya adalah mengabsen karyawan, menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk kegiatan perawatan seperti rawat jalan, sekat air, dan lain-lain, memeriksa hasil pekerjaan karyawan, mencatat hasil kerja karyawan, memeriksa kelengkapan peralatan karyawan, membuat LHM, dan menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping mandor perawatan yaitu membantu mengawasi karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan, dan membantu membuat LHM. Pendamping Mandor Panen Mandor Panen bertanggung jawab dalam memastikan semua buah matang dipotong dan diangkut ke TPH dari piringan, jalan pikul beserta berondolannya. Tugas-tugas mandor panen diantaranya adalah mengabsen karyawan panen dan membagikan buku saku pemanen, membagi hancak pemanen, memeriksa hancak panen, memeriksa buku saku pemanen, membuat LHM (Laporan Harian Mandor), membuat taksasi panen, melakukan koordinasi dengan kerani panen untuk pengecekan buah, melaporkan hasil pemeriksaan mutu buah dan mutu hancak kepada Asisten Divisi, mengecek peralatan panen dan menerima tugastugas lain yang diberikan atasan. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping mandor panen adalah membantu memeriksa hancak pemanen, membuat LHM, dan membantu membuat Quality Check panen.

46 Pendamping Kerani Divisi Kerani divisi bertanggung jawab dalam membuat dan menyajikan administrasi divisi yang akurat, tepat dan benar. Tugas-tugas kerani divisi diantaranya adalah mengabsen karyawan saat apel pagi di Kantor Divisi, mengisi papan rencana kerja harian atau mingguan, memeriksa buku penerimaan buah dan mencatat hasilnya ke buku produksi buah (Crop Book), memeriksa laporan potong buah dari kerani panen, memeriksa LHM & mencatat ke buku prestasi kerja, mengisi formulir potong buah, mengisi formulir produksi dan biaya, membuat grafik produksi, memeriksa dan merekap premi potong buah, mendistribusikan surat pengantar buah ke sopir, merekap premi transport, merekap pengangkutan janjang kosong, setiap tengah bulan membantu memberikan beras karyawan, membantu pembayaran gaji, membuat BPB (Bon Permintaan Barang), melayani pengeluaran barang yang diperlukan para mandor, mengisi pengeluaran bahan ke dalam kartu gudang, mengisi data curah hujan, mengerjakan buku evalusi karyawan, mengarsipkan surat-surat, mencatat karyawan berobat, menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping kerani divisi yaitu mengabsen karyawan saat apel pagi, membantu memeriksa LHM dan mencatat ke buku prestasi kerja, membantu pembayaran gaji, dan membantu membuat surat pengantar sakit. Pendamping Kerani Buah Kerani buah bertanggung jawab dalam menghitung dan mencatat semua buah yang ada di TPH serta memeriksa kualitas buah yang secara benar. Tugastugas kerani buah adalah memeriksa buah di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan memberi cap sebelum diangkut ke pabrik, mencatat hasil pemeriksaan buah di TPH ke dalam buku penerimaan buah, mengisi buku saku pemanen, mengisi laporan potong buah, mengisi daftar premi potong buah, mengisi daftar buah mentah, mengecek buah sisa (restan), melakukan koordinasi dengan bagian traksi untuk transport buah, mengisi buku mutu buah, merekap laporan potong buah,

47 melakukan koordinasi mandor panen jika dalam pemeriksaan ditemukan buah mentah. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping kerani buah adalah membantu melakukan grading buah di TPH, membantu mengisi buku saku pemanen dan mengisi daftar premi potong buah pemanen. Pendamping Asisten Divisi Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada asisten kepala dan Estate Manager dalam menjalankan tugasnya. Selama menjadi pendamping asisten, kegiatan yang dilakukan penulis diantaranya bersama dengan asisten mengawasi pembuatan siltpit oleh operator alat berat (excavator), mengecek mutu hancak panen dan mutu buah, mengawasi kegiatan pemupukan dan membuat Quality Check pupuk, mengawasi kegiatan perawatan, mengawasi pembuatan box culvert, dan belajar membuat RKB (Rencana Kegiatan Bulanan) untuk bulan Mei 2012. Selain itu penulis juga mengikuti kegiatan field visit dan simulasi pemupukan bersama Estate Manager (EM), asisten divisi, mandor dan mandor panen.

PEMBAHASAN Prinsip 5T Pemupukan yang efektif dan efisien dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa hal yaitu jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu, dan administrasi pemupukan. Tepat Jenis Strategi dalam menentukan jenis pupuk diwarnai oleh pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomis. Pertimbangan teknis meliputi sifat pupuk dan sifat tanah, sebab pupuk yang diaplikasikan akan sangat menentukan efisiensi pemupukan (Pahan, 2010). Pupuk yang digunakan di Serawak Damai Estate adalah pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal yang digunakan yaitu Urea, MOP (Muriate of Potash), HGFB (High Grade Fertilizer Borate), RP (Rock Phosphate) dan Kieserit. Pupuk majemuk yang digunakan yaitu Palmo (14-8-21-2) dan Chelated Zincooper (Zn dan Cu). Jenis pupuk yang digunakan di Serawak Damai Estate divisi 2 sesuai dengan rekomendasi yang diberikan Departemen Riset BGA. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pemupukan di kebun SDME telah memenuhi prinsip tepat jenis. Jenis pupuk yang digunakan di Serawak Damai Estate dapat dilihat pada Tabel 12. Unsur Hara Tabel 12. Jenis Pupuk yang Digunakan di SDME Divisi 2 Jenis Pupuk Rumus Kimia Kadar Hara Utama Bentuk Warna N Urea (NH 2 ) 2 CO 42-46 % N Kristal dan Butir Putih P RP Ca 3 (H 3 PO 4 ) 2 25-38 % P 2 O5 Tepung Abu-abu K MOP KCl 60-62% K 2 O,47% Cl Kristal Merah,putih,kotor Kristal, Mg Kiserit MgSO 4.H 2 O 27%MgO, 23%S Putih abu-abu Tepung B HGFB Na 2 B 4 O 7.5H 2 O 45%B 2 O 5 Kristal Putih kotor Cu Cooper CuSO 4. 7(H 2 O) 25.5%Cu, 12.5% S Kristal Biru Zn Zinc ZnSO 4. H 2 O 36% Zn Kristal Biru Sumber : Pengamatan Penulis (2012).

49 Tepat Waktu Ketepatan waktu aplikasi sangat menentukan efisiensi pemupukan. Waktu aplikasi pupuk didasarkan pada pola curah hujan di daerah tersebut. Pada curah hujan kurang dari 60 mm/bulan, urea tidak tepat diaplikasikan karena memiliki penguapan yang tinggi. Pada curah hujan lebih besar dari 300 mm/bulan, pupuk yang mudah larut seperti Urea, MOP, C.Zincooper dan HGFB tidak diaplikasikan karena berpotensi hilang melalui proses pencucian, aliran permukaan maupun pembekuan. Pada umumnya semua pupuk tepat diaplikasikan pada bulan dengan curah hujan cukup yaitu 100-300 mm/bulan. Tabel 13. Rekomendasi Pemupukan Rotasi 1 Divisi 2 SDME Jenis Bulan Aplikasi Pupuk Pupuk RP HGFB Zincop Palmo MOP Urea Curah Hujan (mm/bulan) Jan 316 Feb 258 Mar 375 Apr 441 Mei 221 Sumber : Departemen Riset BGA (2012). Tabel 14. Realisasi Pemupukan Rotasi 1 Divisi 2 SDME Jenis Bulan Aplikasi Pupuk Pupuk RP HGFB Zincop Palmo MOP Urea Curah Hujan (mm/bulan) Jan 316 Feb 258 Mar 375 Apr 441 Mei 221 Sumber : Pengamatan Penulis (2012). Berdasarkan Tabel 14. waktu pemupukan yang dilakukan di SDME divisi 2 sudah cukup tepat dari rekomendasi yang diberikan oleh Departemen Riset BGA. Akan tetapi pada pupuk Urea dan MOP tidak tepat diaplikasikan pada bulan April, karena curah hujan rata-rata di atas 300 mm yang berpotensi losses tinggi melalui proses pencucian, aliran permukaan dan erosi. Untuk menghindari pencucian pupuk, waktu pemupukan ditentukan berdasarkan distribusi curah

50 hujan bulanan. Pemupukan dilakukan pada bulan dengan curah hujan >60 mm /bulan, namun tidak pada puncak musim hujan (Darmosarkoro et al., 2003). Di lapangan, aplikasi pemupukan dapat terhambat atau berubah disebabkan oleh pengadaan pupuk dan persiapan lapangan, serta curah hujan yang tidak dapat diprediksi. Hal tersebut menentukan tingkat penyerapan hara pupuk dan kemungkinan kehilangan hara. Tepat Dosis Jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman adalah jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman dikurangi oleh jumlah yang disediakan oleh tanah. Setiap pupuk yang diberikan harus dapat diserap tanaman secara maksimal. Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk untuk mengimbangi kekurangan hara dalam tanah diantaranya hasil analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya, data curah hujan selama minimal lima tahun sebelumnya, dan hasil pengamatan lapang seperti kultur teknis (Winarma et al., 2003). Dosis aplikasi pupuk di SDME ditetapkan oleh Departemen Riset BGA berdasarkan hasil analisis daun yang dilakukan setahun sebelumnya. Setiap blok memiliki dosis yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Pengamatan ketepatan bobot untilan dilakukan pada pupuk HGFB, Urea, dan MOP dengan melakukan penimbangan contoh 10 untilan di gudang pupuk yang dilakukan sebanyak tiga kali setiap selesai kegiatan penguntilan, sehingga diperoleh contoh untilan sebanyak 30 untuk setiap jenis pupuk. Tabel 15. Ketepatan Bobot Untilan pada Pupuk HGFB Hari Untilan Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata- Rata (kg) Tepat Dosis Untilan (%) (Kg).. 1 13.19 14.68 14.01 13.50 13.60 13.40 13.72 11.53 13.45 15.00 13.61 100.07 2 13.67 11.56 11.33 11.07 11.60 12.95 11.77 11.83 11.50 12.95 12.02 88.38 3 14.90 13.07 15.55 13.29 14.60 13.80 14.00 14.01 14.10 15.80 14.31 105.22 Sumber : Pengamatan Penulis (2012). Rata-rata 97.89

51 Tabel 16. Ketepatan Bobot Untilan pada Pupuk Urea Hari Untilan Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata- Rata (kg) Tepat Dosis Untilan (%) (Kg).. 1 10.70 10.50 10.68 10.57 10.80 10.50 10.91 10.78 10.70 10.68 10.68 100.75 2 11.49 11.20 11.01 10.96 11.01 11.33 10.40 11.46 11.03 11.30 11.11 104.81 3 10.64 10.87 10.40 11.26 10.57 10.46 10.48 10.42 10.94 10.58 10.66 100.56 Sumber : Pengamatan Penulis (2012). Rata-Rata 102.04 Tabel 17. Ketepatan Bobot Untilan pada Pupuk MOP Hari Untilan Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata- Rata Tepat Dosis Untilan (%) (Kg).. 1 13.87 13.21 14.44 13.52 14.01 14.21 14.10 13.69 13.90 14.37 13.93 98.88 2 13.70 13.59 14.73 13.74 13.43 13.78 14.30 14.21 14.67 14.55 14.07 99.78 3 13.49 13.68 13.34 13.56 14.64 13.81 14.20 14.52 14.60 14.89 14.07 99.80 Rata-Rata 99.46 Sumber : Pengamatan Penulis (2012). Tabel 18. Rata-rata Ketepatan Bobot Untilan Pupuk HGFB, Urea, dan MOP Penguntilan Ke- Rata-rata Ketepatan Bobot Untilan Jenis Pupuk 1 2 3 (%) HGFB 100.07 88.38 105.22 97.89 13.60 Urea 100.75 104.81 100.56 102.04 10.60 MOP 98.88 99.78 99.80 99.46 14.10 Rata-rata 99.9 97.65 101.86 99.79 Sumber : Pengamatan Penulis (2012). Bobot yang Ditetapkan (Kg) Berdasarkan Tabel 18. terlihat bahwa persentase ketepatan bobot untilan dari ketiga jenis pupuk adalah 99.79%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh masih dalam batas toleransi yang ditetapkan pihak kebun yaitu ±5% atau 95-105%. Penetapan toleransi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal seperti ketelitian takaran pupuk ataupun timbangan dan kehilangan pupuk dari mulai pengangkutan sampai diaplikasikan ke pokok kelapa sawit. Oleh karena itu penguntilan dapat dikatakan baik, sehingga diharapkan dapat mencapai ketepatan dosis per pokok di lapangan.

52 Ketepatan dosis untilan per pokok dilakukan pada pupuk Palmo, Urea, dan MOP di tiga blok yang berbeda untuk masing-masing jenis pupuk dengan pengambilan contoh masing-masing 10 untilan pada tujuh penabur, sehingga diperoleh contoh 210 untilan untuk setiap jenis pupuk yang diamati. Tabel 19. Ketepatan Dosis Untilan per Pokok di SDME Divisi 2 Jenis Pupuk Blok Rata-rata Standar Jumlah Ketepatan Pokok/Until Dosis/pokok (%) A25 6.30 6 95.23 Palmo A33 7.50 7 92.33 A27 6.70 6 89.55 B24 10.2 8 77.84 Urea B25 10.2 8 77.84 B36 12.1 8 66.11 C35 11.0 11 100.00 MOP C37 12.5 11 88.00 C38 8.30 11 75.45 Rata-rata 84.70 Sumber : Pengamatan Penulis (2012). Perhitungan ketepatan dosis dilakukan berdasarkan bobot untilan setiap jenis pupuk dan dosis per pokok setiap blok. Contoh pada pupuk palmo di blok A25 dan A27, dosis yang diberikan adalah 2.25 kg per pokok, sehingga satu untilan dengan bobot 12.5 kg dapat diaplikasikan untuk enam tanaman. Pada blok A33, dosis yang direkomendasikan adalah 1.75 kg per pokok, sehingga satu untilan dapat diaplikasikan untuk tujuh pokok tanaman. Berdasarkan Tabel 19. terlihat bahwa secara keseluruhan diperoleh ketepatan dosis untilan per pokok sebesar 84.70%. Pemberian dosis pupuk per pokok di divisi 2 sudah cukup baik, akan tetapi belum mencapai standar yang ditetapkan kebun yaitu di atas 90%. Permasalahan yang terjadi di lapangan diantaranya dosis yang diberikan pada tanaman di awal dan akhir baris lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang berada di tengah. Hal ini dikarenakan masih terdapat pengecer yang meminta penabur untuk menghabiskan pupuk pada pokok-pokok awal baris untuk megurangi beban pengecer. Selain itu pada blok tanaman belum menghasilkan (TBM) seperti pada blok A33, akses lahan yang masih dipenuhi kacangan menyulitkan penabur untuk menjangkau pokok kelapa sawit yang akan dipupuk.

53 Tepat Cara Cara pemupukan dapat menentukan hara yang diserap oleh tanaman. Agar dapat diserap oleh tanaman, unsur-unsur hara tersebut harus berhubungan dengan permukaan akar tanaman. Penempatan pupuk pada area perakaran aktif akan meningkatkan efisiensi pemupukan. Setiap jenis pupuk memiliki cara masingmasing dalam aplikasinya. Di Serawak Damai Estate digunakan dua cara pemupukan, yaitu cara tabur dan cara tugal (lubang). Pupuk yang diaplikasikan dengan cara tabur diantaranya Urea, MOP, RP, HGFB, dan Kieserit, sedangkan pupuk Palmo dan C. Zincooper diaplikasikan dengan cara tugal (lubang). Penulis mengamati ketepatan cara tugal pada pupuk Palmo dan C. Zincooper dengan 280 contoh tanaman dari tujuh orang penabur pada dua blok yang berbeda. Masing-masing blok terdapat 140 contoh tanaman dari tujuh penabur dengan 20 contoh tanaman untuk setiap penabur. Ketentuan yang ditetapkan untuk cara aplikasi pupuk Palmo (14-8-21-2) dan C. Zincooper adalah dengan dibuat empat lubang pada masing-masing sisi pokok kelapa sawit. Jenis Pupuk Palmo C.Zincooper Tabel 20. Ketepatan Cara Tugal pada Pupuk Palmo dan C. Zincooper Blok Penabur 1 2 3 4 5 6 7 Rata-Rata Jumlah Lubang Ketepatan Cara A25 3.30 3.25 3.45 3.30 3.40 3.55 2.45 3.24 81.07% A27 3.60 3.00 3.10 3.25 2.55 3.40 3.30 3.17 79.29% A33 3.30 3.25 3.30 3.25 3.30 3.35 3.55 3.32 83.21% A30 3.30 3.10 3.25 3.00 3.40 3.25 2.95 3.17 79.46% Rata-Rata 80.76 % Sumber: Pengamatan Penulis (2012). Berdasarkan Tabel 20. diperoleh ketepatan cara tugal secara umum dari kedua pupuk tersebut sebesar 80.76%. Hal tersebut belum menunjukkan ketepatan cara yang baik dalam pemupukan, karena masih di bawah 90%. Permasalahan yang terjadi di lapangan diantaranya adalah masih ditemukan dalam satu KKP tidak terdapat kerja sama yang baik. Sering terjadi antara pencangkul dan penabur berjarak terlalu jauh, sehingga lubang yang dibuat tidak terlihat oleh penabur yang mengakibatkan tidak dipupuk oleh penabur

54 dengan alasan lubang tidak terlihat. Selain itu seorang penabur tidak teliti dalam mencari lubang yang telah dibuat. Pupuk HGFB, Borat, Urea, dan MOP diaplikasikan dengan cara tabur. Penaburan pupuk untuk masing-masing pupuk berbeda satu sama lain sesuai dengan posisi perakaran yang aktif menyerap hara tersebut. Penulis mengamati ketepatan cara tabur pada pupuk Urea dan MOP dengan 280 contoh tanaman dari tujuh orang pemupuk (masing-masing 20 contoh tanaman) pada setiap jenis pupuk di dua blok yang berbeda. Ketentuan yang ditetapkan adalah memupuk dengan U-shape. Tabel 21. Ketepatan Cara Tabur pada Pupuk Urea dan MOP Jenis Penabur Ketepatan Blok Pupuk 1 2 3 4 5 6 7 Cara (% U-Shape) B24 35 55 85 65 100 95 95 75.71 Urea C32 40 75 35 60 50 60 60 54.29 C38 95 35 85 65 60 25 40 57.86 MOP C37 65 45 70 55 45 60 70 58.57 Rata-rata 61.60 Sumber : Pengamatan Penulis (2012). Berdasarkan Tabel 21. rata-rata ketepatan cara untuk pupuk Urea dan MOP hanya 61.60 %. Sebagian besar penabur hanya melakukan penaburan pada sisi kanan dan kiri pokok kelapa sawit. Pada pokok-pokok dengan kondisi piringan yang bersih dan tanaman cukup tinggi pun masih banyak penabur yang tidak menabur secara U-shape. Penaburan secara U-shape dilakukan pada pokokpokok awal dan akhir. Permasalahan lain yang terjadi adalah kondisi lahan seperti kacangan yang tebal atau melilit ke pokok kelapa sawit, lahan rawa atau tergenang, dan gulma yang banyak menyebabkan ketepatan cara pemupukan (tugal dan tabur) tidak tercapai dengan baik. Dari semua jenis pupuk yang diamati penulis dalam ketepatan cara, hanya diperoleh ketepatan cara sebesar 71.1%. Hal ini menunjukkan bahwa tim BMS divisi 2 belum cukup baik dalam pelaksanaan cara pemupukan, karena standar yang ditetapkan kebun adalah di atas 90%.

55 Pengawasan asisten divisi dan mandor pupuk perlu ditingkatkan untuk dapat meningkatkan kualitas cara pemupukan di lapangan. Tepat Administrasi Sebelum melakukan pemesanan pupuk di gudang wilayah. Setiap divisi atau kebun harus memastikan bahwa area yang akan dipupuk telah dilaksanakan pemeliharaan piringan dan jalan pikul. Informasi tersebut dapat diperoleh dari hasil pencatatan realisasi kerja di BGA Plantation System (BPS). Bagi mandor until diwajibkan membawa Bon Permintaan dan Pengeluaran barang (BPPB) asli dari divisi sebagai tanda bahwa pupuk akan diambil. Pada apel sore pukul 15.00 asisten, mandor pupuk berkumpul di kantor divisi untuk menyelesaikan administrasi laporan realisasi kerja pemupukan sesuai dengan program dan dicatat di buku rekomendasi dimana dituliskan bulan aplikasi dan hasil pemeriksaan Quality Check pupuk. Blok yang telah diaplikasi pupuk diberi tanda dengan warna biru atau merah. Selain itu pada apel sore mandor pupuk membuat rencana kerja untuk besok hari seperti jumlah untilan yang dibutuhkan pada blok yang akan diaplikasi, dan jumlah tenaga kerja. Asisten divisi membuat Rencana Kerja Harian (RKH) pupuk dan diserahkan kepada Estate Manager dan bagian traksi. Kehilangan Pupuk Akibat Pengangkutan Kehilangan pupuk akibat pengangkutan dapat terjadi mulai dari setiap proses dalam kegiatan pemupukan mulai dari kegiatan penerimaan pupuk di gudang, penguntilan pupuk, pengeceran, pelangsiran dan penaburan pupuk. Kehilangan pupuk tersebut jika dibiarkan terus menerus dapat merugikan perusahaan, karena biaya terbesar perusahaan berasal dari pupuk. Pengamatan kehilangan pupuk akibat pengangkutan dilakukan sebanyak dua tahap, yaitu penimbangan 10 until pupuk HGFB di gudang, dan dari 10 until tersebut diambil lima contoh untuk dilakukan penimbangan akhir di lapangan ketika pupuk sampai di tangan penabur untuk diaplikasi. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali, sehingga diperoleh contoh sebanyak 15 untilan. Penimbangan dilakukan dengan timbangan elektrik (Portable Electric Scale).

56 Tabel 22. Rata-Rata Bobot Kehilangan Pupuk HGFB Akibat Pengangkutan Hari Ke- Bobot awal Bobot akhir Kehilangan pupuk. (kg).... 1 13.796 10.720 3.076 2 11.846 11.298 0.548 3 14.282 12.874 1.408 Rata-Rata 1.677 Sumber : Pengamatan Penulis (2012). Berdasarkan Tabel 22. dapat dikatakan bahwa kehilangan pupuk HGFB akibat pengangkutan cukup besar yaitu 1.677 kg dari rata-rata bobot awal. Hal tersebut melebihi toleransi yang ditetapkan yaitu ± 5%. Proses yang terjadi dari mulai penguntilan pupuk sampai kegiatan pengeceran menyebabkan kehilangan pupuk tersebut cukup besar. Pada kegiatan penguntilan, pupuk yang dituangkan ke terpal tercecer ke lantai tanah, sehingga pupuk tersebut tertinggal dan tersapu. Pada saat pelangsiran pupuk ke tempat peletakkan pupuk, kehilangan pupuk terjadi saat untilan dari kendaraan dilemparkan. Selain itu, untilan tersebut terlempar ke parit sehingga pupuk tidak dapat digunakan dengan utuh. Pada saat pengeceran pupuk pun terjadi kehilangan pupuk karena pengecer yang kurang hati-hati dalam menumpahkan pupuk ke wadah. Kehilangan pupuk dapat diminimalisasi dengan adanya kontrol pada setiap kegiatan yang dilakukan. Upaya Peningkatan Efisiensi Pupuk Peningkatan efisiensi ketepatan pupuk dapat dilakukan dengan aplikasi bahan pembenah tanah, pengendalian gulma dan pembuatan siltpit. Salah satu yang berpengaruh terhadap efektivitas pemupukan adalah kapasitas tukar kation tanah. Semakin tinggi KTK tanah maka semakin tinggi kemampuan tanah untuk memegang hara yang diberikan. Salah satu cara untuk meningkatkan KTK tanah adalah dengan aplikasi bahan organik (Pedoman Teknis BGA, 2012). Selain meningkatkan ph tanah, bahan organik juga berperan memperbaiki struktur tanah. Sumber bahan organik yang digunakan di kebun ini yaitu janjang kosong dan pelepah hasil penunasan. Pertumbuhan gulma yang tidak terkendali akan menjadi saingan bagi tanaman dalam penyerapan unsur hara, sinar matahari dan air. Pengendalian

57 gulma dapat dilakukan dengan tanaman penutup tanah seperti Mucuna Bracteata. Kondisi piringan yang bersih dari gulma atau semak dapat meningkatkan efisiensi pemupukan dengan kualitas penaburan, sehingga penabur tidak memiliki alasan untuk tidak menabur dengan baik. Pada tekstur tanah berpasir sifat fisik tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah tekstur kasar pada sebagian tanah sehingga menurunkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan hara (Suharta, 2010). Pengelolaan lahan dengan sistem konservasi sangat diperlukan untuk mempertahankan kesuburan tanah dan mencegah erosi. Pembuatan siltpit seperti di SDME dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Silpit dibuat dengan tujuan menangkap atau menahan run off yang membawa kandungan pupuk. Produktivitas Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya (Sutarta et al., 2003). Produktivitas TBS per tahun tanam di SDME divisi 2 dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Produktivitas TBS di SDME Divisi 2 Tahun 2008-2011 Tahun Tanam Umur Tan. Produktivitas TBS (Ton/ha/tahun) 2008 2009 2010 2011 Real. Std.Mar Umur Real. Std.Mar Umur Real. Std.Mar Umur Real. Std.Mar S3 Tan. S3 Tan. S3 Tan. S3 2004 4 7.9 13.0 5 10.2 16.0 6 15.7 19.0 7 18.2 23.0 2005 3 2.4 6.0 4 6.3 13.0 5 12.3 16.0 6 15.5 19.0 2006 2 - - 3 0.7 6.0 4 9.8 13.0 5 14.3 16.0 2007 1 - - 2 0.1-3 3.6 6.0 4 11.2 13.0 2008 - - 1 0.1-2 - - 3 28.8 6.0 2009 - - - 1 - - 2 - - Ratarata 3.5 9.5 4.1 11.7 8.7 13.5 12.0 15.4 Sumber :Pengamatan Penulis dari Kantor Kebun SDME (2012).

58 Berdasarkan Tabel 23. produktivitas di SDME divisi 2 masih di bawah standar produktivitas Marihat kelas lahan S3. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi pemupukan di SDME divisi 2 belum berjalan dengan baik sesuai dengan rekomendasi pemupukan, sehingga efektivitas dan efisiensi pemupukan belum tercapai. Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi belum tercapainya produktivitas pada standar Marihat adalah losses, pengawasan, dan kondisi lahan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pelaksanaan pemupukan di Serawak Damai Estate divisi 2 secara umum belum cukup baik dari mulai pengadaan pupuk sampai pelaksanaan pemupukan. Ketepatan jenis, waktu, dan administrasi pemupukan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan, sedangkan ketepatan dosis dan cara belum mencapai standar yang ditetapkan. Ketepatan dosis pupuk dapat tercapai tepat pada blok, tetapi tidak pada setiap pokok kelapa sawit. Kehilangan pupuk HGFB akibat pengangkutan di SDME divisi 2 cukup tinggi, karena dari hasil penimbangan bobot akhir melebihi batas toleransi yang diberikan yaitu ± 5%. Upaya efisiensi pemupukan sudah dilakukan di SDME divisi 2 yaitu dengan aplikasi bahan organik seperti janjang kosong, penyusunan pelepah hasil penunasan secara U-shape, penanaman Mucuna Bracteata sebagai pencegah gulma, dan pembuatan siltpit untuk menekan run off yang dapat membawa atau mencuci hara yang dibutuhkan tanaman. Produktivitas kelapa sawit di SDME divisi 2 meningkat setiap tahunnya, akan tetapi belum mencapai standar produktivitas Marihat kelas kesesuaian S3. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi pemupukan di SDME divisi 2 belum berjalan dengan baik, sehingga efektivitas dan efisiensi pemupukan belum tercapai. Saran Pemupukan sebaiknya dilakukan dengan metode pengeceran pupuk ke dalam jalan pikul secara tuntas oleh pengecer, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penaburan. Dengan demikian diharapkan dapat meminimalisasi pelanggaran yang dilakukan pengecer maupun penabur, sehingga pemberian pupuk pada setiap pokok kelapa sawit dapat mencapai ketepatan dosis per pokok. Peningkatan kualitas pemupukan dapat tercapai dengan didukung pemberian alat pelindung diri yang lengkap, perbaikan infrastruktur dan akses jalan, extra fooding yang tepat waktu dan pengecekan kesehatan yang rutin serta pengawasan oleh asisten divisi dan mandor pupuk yang lebih ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Definisi manajemen menurut para ahli. ( http :// geraldadhytia. wordpress. com/2010/10/12/definisi-manajeman-menurut-para-ahli/). [Diunduh 26 Agustus 2012]. Anonim. 2010. Fungsi manajemen poac. (http :// mdm 2010. wordpress. com / 2010 /10/04 /fungsi-manajemen-poac/). [Diunduh 26 Agustus 2012]. Anonim. 2012. Hama rayap berpotensi hambat pertumbuhan hohon sawit. (http:// Sawitindonesia.com/sawit/17-hama-rayap-berpotensi-hambat pertumbuhan -pohon- sawit-14k). [Diunduh 25April 2012]. Anonim. 2010. Kelapa sawit. (http://elaeisjack.blogspot.com/2010/12/syarattumbuh-kelapa-sawit.html). [Diunduh 1 Mei 2011]. Darmosarkoro, W., Winarma, dan E.S. Sutarta. 2003. Teknologi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Prosiding Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan. 109-128. Ditjenbun. 2011. Luas perkebunan dan produksi kelapa sawit di Indonesia.(www.ditjenbun.deptan.go.id/index.php/teknik-budidaya.html. [Diunduh 1 Juli 2012]. Fauzi,Y., Y.E Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2007. Kelapa Sawit. Jakarta. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 408 hal. Oil World. 2009 dalam Purwanto. Indonesia dan energi dunia.(indonesia-danenergi-dunia.html).[diunduh 1 Juli 2012] Poeloengan, Z., M.L.Fadli, Winarma, S. Rahutomo, dan E.S. Sutarta. 2003. Permasalahan Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Lahan dan pemupukan Kelapa Sawit. Medan. 65-78. Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2000. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. Dalam Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. 21-65. Sudaryono. 2006. Pengaruh pemberian lapisan lempung terhadap peningkatan lengas tanah pada lahan marginal berpasir. Pusat teknologi Lingkungan Bdan pengkajian dan penerapan teknologi. 7: 198-205. Suharta, N. 2010. Karakteristik dan permasalahan tanah marginal dari batuan sedimen dikalimantan. Jurnal Litbang Pertanian. 29:139-146.

61 Sutarta, E.S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarma. 2003. Peranan Unsur Hara dan Sumber Hara Pada Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Prosiding Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan. 79-90. Suyatno, R. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta Suwardi, A. dan Sastiono. 2009. Peningkatan Produksi Kelapa Sawit pada Tanah- Tanah Bermasalah dengan Aplikasi Asam Humat dan Zeolit.Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB.Bogor.526-532. Winarma, W. Darmosarkoro, dan E.S. Sutarta. 2003. Teknologi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Prosiding Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan. 109-128. Yuwono, N.W. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9:137-141..

LAMPIRAN

63 Tanggal 13-02-2012 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas Kegiatan Orientasi Kebun Prestasi Kerja (Satuan/hk) Penulis Karyawan Standar 14-02-2012 Pemupukan 2.5 ha/hk 2ha/hk 15-02-2012 Pemupukan 2.5ha/hk 2ha/hk 16-02-2012 Panen 3ha/hk 3ha/hk 17-02-2012 Panen ITM 3ha/hk 3ha/hk 18-02-2012 Penyemprotan 1.25 ha/hk 1.25ha/hk 19-02-2012 Libur 20-02-2012 21-02-2012 22-02-2012 23-02-2012 Tanam Nephrolepis bisserata Piringan Manual Rawat Jalan Pikul Tanam Turnera 0.003 ha/hk Lokasi Kantor Kebun Blok A30 dan A48 Blok A27 dan A47 Blok E34 dan F48 Blok A33, 34,35,36 Blok B35, 36 0.8ha/hk 1 ha/hk Blok C37 1ha/2hk 1ha/2hk Blok B37 0.5ha/hk 0.5ha/hk Blok C33 0.5ha/hk 0.5ha/hk Blok B34 24-02-2012 Pemupukan 2.5ha/hk 2ha/hk Blok C30 25-02-2012 Penguntilan Pupuk 26-02-2012 Libur 2.5ton/hk 2.5ton/hk Gudang Pupuk 27-02-2012 Pemupukan 17 pokok 2.5ha/hk 2ha/hk Blok B31 28-02-2012 Penyemprotan 1.25ha/hk 1.25ha/hk Blok B44,45 29-02-2012 Panen 3ha/hk 3ha/hk Blok B37 1-03-2012 Administrasi 2-03-2012 Pengangkutan Buah Kantor Kebun PKS

64 Tanggal Lampiran 2. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor Kegiatan Jumlah KH yang Diawasi (orang) Luas Area yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 4-03-2012 Libur 5-03-2012 Pendamping Mandor Pupuk 24 22.77 7 A27 6-02-2012 Pendamping Mandor Pupuk 24 23.27 7 A33 7-03-2012 Pendamping Mandor Pupuk 24 25.38 7 A26 8-03-2012 Pendamping Mandor Pupuk 20 60.33 7 A30 dan 31 9-03-2012 Pendamping Krani Divisi 7 Kantor Divisi 10-03-2012 Pendamping Krani Divisi 7 Kantor Divisi 11-03-2012 Libur 12-03-2012 Pendamping Mandor Pupuk 36 37.20 7 A25 13-03-2012 Pendamping Krani Divisi 7 Kantor Divisi 14-03-2012 Melihat Pembuatan Silt 2 7 B37 Pit 15-03-2012 Administrasi Kantor Divisi 16-03-2012 Kunjungan Dosen Metro Pundu 17-03-2012 Kunjungan ke Riset BGA 5 Metro Pundu 18-03-2012 Libur 19-03-2012 Pendamping Mandor Pupuk 8 33.6 7 A29 20-03-2012 Pendamping Mandor 21 42.9 7 C34 Semprot 21-03-2012 Pendamping Mandor Pupuk 15 74.02 7 B29, 30 22-03-2012 Pendamping Mandor Pupuk 8 41.67 7 B36,C36 23-03-2012 Libur 24-03-2012 Administrasi 7 Kantor Divisi 25-03-2012 Libur

65 Tanggal Lampiran 3. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Asisten Kegiatan Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) Luas Area yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 26-03-2012 Diskusi Kantor Divisi 27-03-2012 Diskusi Kantor Divisi 28-03-2012 Kunjungan ke PKS 7 PKS 29-03-2012 Pengecekan Mutu Hancak 7 B34 30-03-2012 Diskusi Kantor Divisi 31-03-2012 Cek Rawat Jalan 1 7 B34 1-04-2012 Libur 2-04-2012 Pemupukan 2 73.49 7 B32,B33 3-04-2012 Diskusi Kantor Divisi 4-04-2012 Administrasi Kantor Kebun 5-04-2012 Pemupukan 2 37.2 7 A25 6-04-2012 Membantu Menyusun Kantor Kebun RKB 7-04-2012 Pemupukan 2 37.03 7 B34 8-04-2012 Libur 9-04-2012 Pemupukan 2 57.4 7 C34,C35 10-04-2012 Pemupukan 2 67.38 7 B24,B25 11-04-2012 Pemupukan 2 82.09 7 B37,B38 12-04-2012 Administrasi Kantor Kebun 13-04-2012 Pemupukan 2 79.6 7 C37, C38 14-04-2012 Simulasi Pengendalian A36 Tirathaba 15-04-2012 Supervisi Dosen Metro Pundu 16-04-2012 Supervisi Dosen Metro Pundu 17-04-2012 Administrasi Kantor Kebun 18-04-2012 Field Visit Divisi 5 19-04-2012 Diskusi Kantor Divisi 20-04-2012 Diskusi Kantor Divisi 21-04-2012 Administrasi Kantor Kebun

66 Tanggal Kegiatan Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) Luas Area yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 22-04-2012 Libur 23-04-2012 Administrasi Kantor Divisi 24-04-2012 Administrasi Kantor Kebun 25-04-2012 Pemupukan 1 28.59 7 C35 26-04-2012 Diskusi Kantor Divisi 27-04-2012 Diskusi Kantor Divisi 28-04-2012 Penguntilan Gudang 1 7 Pupuk Pupuk 29-04-2012 Libur 30-04-2012 Penguntilan Gudang 1 Pupuk Pupuk 1-05-2012 Administrasi Kantor Kebun 2-05-2012 Administrasi Kantor Kebun 3-05-2012 Penguntilan Gudang 1 Pupuk Pupuk 4-05-2012 Penguntilan Gudang 1 Pupuk Pupuk 5-05-2012 Pembagian Gaji Karyawan Kantor Kebun 6-05-2012 Libur 7-05-2012 Administrasi Kantor Kebun 8-05-2012 Administrasi Kantor Kebun 9-05-2012 Administrasi Kantor Kebun 10-05-2012 Administrasi Kantor Kebun 11-05-2012 Leaf Sampling Unit B24 Kunjungan ke 12-05-2012 SD, TPA, dan Sungai Klinik dengan Cempaga CSR BGA

67 Lampiran 4. Peta Situasi Serawak Damai Estate Sumber : Kantor Serawak Damai Estate

68 Lampiran 5. Peta Jenis Tanah di Serawak Damai Estate Sumber : Kantor Serawak Damai Estate