PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 1 P a g e
Periode tahun 2011 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMBANGUNAN BKM ( BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 Dalam proses pengorganisasian masyarakat untuk mengenali persoalan dan melakukan upaya pemecahan persoalan, intervensi yang dilakukan P2KP adalah dengan menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya membangun organisasi masyarakat warga. Organisasi masyarakat yang dimaksud adalah organisasi dan lembaga yang dibangun (ataupun dimampukan) oleh masyarakat yang dibangun berdasarkan kebutuhan untuk menanggulangi persoalan bersama yaitu kemiskinan secara terorganisasi. Penggunaan istilah pembangunan dimaksudkan bahwa organisasi dan lembaga masyarakat dalam P2KP tersebut terbentuk melalui serangkaian proses kegiatan dan kesepakatan yang dilandasi oleh kesadaran kritis masyarakat terhadap persoalan dan potensi mereka serta pemahaman akan makna organisasi masyarakat warga. Pada dasarnya P2KP meyakini bahwa pengorganisasian masyarakat merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran kritis masyarakat akan kondisi yang dihadapi bersama termasuk persoalan, potensi dan peluangnya, sehingga kalau kemudian masyarakat membangun suatu wadah, maka hal tersebut terjadi akibat masyarakat yang berorganisasi dan kemudian muncul kebutuhan akan wadah organisasi. Proses pembangunan kelembagaan masyarakat yang termanifestasikan dalam bentuk Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) sebagai lembaga yang mendapatkan amanah langsung dari masyarakat atau lembaga kepercayaan masyarakat, telah difasilitasi pembentukannya dengan beberapa prasyarat atau indikator kunci baik kuantitatif maupun kualitatif yang telah ditentukan. Uji petik dilaksanakan untuk mengukur pencapaian substansi maupun pemenuhan prasyarat kegiatan yang telah ditetapkan tersebut dengan melakukan pengecekan langsung ke lapangan terhadap kelurahan/desa sampel yang dipilih dengan stratified random sampling (pemilihan sampel acak terstratifikasi). Uji petik merupakan bagian dari kerangka monitoring proyek secara keseluruhan. Hasil uji petik akan menjadi bagian yang saling melengkapi dengan kegiatan monitoring lainnya seperti SIM (sistim informasi manajemen), Quick Status, dan PPM (pengelolaan pengaduan masyarakat). Adapun tujuan dari Uji petik kegiatan Pembangunan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Lokasi baru 2010 adalah: Mengukur pencapaian substansi sesuai dengan indikator kunci kuantitatif dan kualitatif yang telah ditetapkan, dari kegiatan yang dilaksanakan di tingkat kelurahan, baik dalam pelaksanaan pemilihan utusan warga tingkat RT (kelompok basis terkecil) maupun pemilihan anggota BKM di tingkat kelurahan/desa, dengan mendapatkan informasi dari pelaku langsung dan masyarakat (responden) tentang mekanisme pelaksanaan siklus dan hasil yang dicapai. 2 P a g e
Mengetahui pelaksanaan pelatihan khususnya terkait dengan durasi, penayangan VCD, dan peserta yang disyaratkan untuk pelaksanaan pelatihan Mengukur capaian indikator kuantitatif dan kesesuaian data yang dilaporkan di SIM dengan informasi lapangan (akurasi data SIM yang menjadi dasar perhitungan capaian indikator kuantitatif). Mengetahui ketersediaan materi sosialisasi khususnya dari aspek ketepatan waktu, ketepatan jumlah, dan kesesuaian dengan spesifikasi yang disyaratkan 2 CAKUPAN UJI PETIK SIKLUS PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 Materi uji petik ini mencakup aspek-aspek berikut: Pemenuhan substansi proses persiapan dan pelaksanaan pemilihan utusan warga tingkat RT (kelompok basis terkecil), pemenuhan substansi proses persiapan dan pelaksanaan pemilihan anggota BKM di kelurahan/desa, pelaksanaan pelatihan untuk BKM, capaian indikator kuantitatif dan kesesuaian dengan informasi dari lapangan(akurasi data SIM), ketersediaan materi sosialisasi terkait pelaksanaan siklus BKM, ketersediaan pernyataan bersama masyarakat Uji petik pelaksanaan kegiatan pembangunan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Lokasi baru 2010 ini dilakukan selama periode tahun 2011 di 6 kelurahan yang tersebar di 3 propinsi. Pelaksanaan kegiatan pembangunan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) ini sudah berlangsung di tahun 2010 dan uji petik siklus ini juga akan dilakukan pada kelurahan lain untuk mengetahui gambaran lebih utuh tentang pelaksanaan kegiatan pembangunan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Lokasi Baru 2010. Berikut daftar nama kelurahan,kota/kabupaten dan propinsi yang menjadi lokasi uji petik pelaksanaan kegiatan pembangunan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) periode tahun 2011. No Provinsi Kota Kabupaten Kelurahan 1 Bengkulu Kota Bengkulu Rawa Makmur Permai Bentiring Permai Batugaling 2 Lampung Pringsewu Bumiayu 3 Jawa Barat Kota Banjar Sukamukti Jajawar 3 P a g e
III. HASIL UJI PETIK DAN PEMBAHASAN 3.1. Umum Capaian pelaksanaan kegiatan pembangunan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Lokasi Baru 2010 pada kelurahan sasaran yang termasuk dalam secara nasional menunjukkan capaian 72 %. Dapat dikatakan bahwa capaian kegiatan tersebut masuk dalam kategori Cukup, sesuai ketentuan (koridor) yang ditetapkan. Capaian Rata-rata Masing-masing Propinsi 76% 73% 72% 68% Bengkulu Lampung Jawa Barat RERATA 3.2 Khusus 3.2.1 Aspek mengetahui pemenuhan substansi proses persiapan dan pelaksanaan pemilihan utusan warga tingkat RT (kelompok basis terkecil) Dalam pelaksanaan siklus Pembangunan BKM (Badan Keswadayaan Lokasi baru) 2010 seluruh ketentuan (koridor) sesuai pedoman teknis terpenuhi. Capaiannya pada nilai 80%, sehingga dapat dikatakan Cukup. Secara umum capaian kegiatan ini berkisar 4 P a g e
diantara Cukup sampai dengan Baik. Capaian di Jawa Barat (82%), Lampung (81%), dan Bengkulu (78%). Hampir semua ketentuan terpenuhi,hanya ada kasus-kasus tertentu di lokasi Bengkulu yang tidak memenuhi ketentuan ini : Panitia pendirian BKM sudah terbentuk dengan struktur organisasi yang lengkap (3 pokja): pokja pemilihan, pokja pemantau, pokja AD Panitia pembentukan BKM telah meyaksikan VCD "Membangun Tanah Harapan" Dilakukan pembahasan Tatib pemilihan utusan warga tingkat RT (kelompok basis terkecil) dan anggota BKM di semua RW Dilakukan pembahasan draft rumusan AD-BKM di semua RW Waktu pemilihan utusan warga memungkinkan kaum perempuan hadir Penetapan utusan warga tingkat RT (kelompok basis terkecil) langsung dilakukan setelah proses pemilihan selesai Mengetahui pemenuhan substansi proses persiapan dan pelaksanaan pemilihan utusan warga tingkat RT (kelompok basis terkecil) 81% 82% 80% 78% Bengkulu Lampung Jawa Barat RERATA 5 P a g e
Kondisi bahwa masyarakat belum berpartisipasi maksimal dalam proses-proses di atas, teridentifikasi dari beberapa faktor, antara lain: Kelemahan proses kegiatan sebelumnya, di mana pada saat melakukan Kajian Kelembagaan dan Kajian Kepemimpinan dalam siklus Pemetaan Swadaya yang seharusnya dapat menjadi pembelajaran kritis yang bisa menumbuhkan need assessment ( penggalian akan kebutuhan ) akan adanya kepemimpinan dan kelembagaan yang layak untuk tujuan penanggulangan kemiskinan. Sub kegiatan Pemetaan swadaya ini kurang berjalan optimal, dibandingkan dengan sub kegiatan pemetaan kebutuhan yang dalam sementara anggapan masyarakat akan memberikan output pendanaan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat). Keengganan relawan yang sebagian adalah elit masyarakat/ tokoh masyarakat berproses dengan optimal, karena pertimbangan efisiensi dari segi waktu, tenaga dan biaya. Ironisnya kondisi ini terkadang disepakati oleh warga masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang kurang peduli pada proses pemilihan anggota BKM. Bagi mereka, yang terpenting adalah masyarakat menerima bantuan, lepas dari siapapun yang terpilih sebagai perwakilan/ representasi diri mereka. 3.2.2 Aspek mengetahui pemenuhan substansi proses persiapan dan pelaksanaan pemilihan anggota BKM di kelurahan/desa Pada aspek pemenuhan substansi proses persiapan dan pelaksanaan pemilihan anggota BKM di kelurahan/desa, secara umum aspek ini ada pada kisaran Cukup (76%).. Dari 3 ketentuan (koridor) pada aspek ini ketentuan yang tidak dapat dipenuhi dalam hal : Draft AD BKM telah tersosialisasi ke masyarakat lewat media warga (papan informasi P2KP) 6 P a g e
Tidak ada kuota (pembagian komposisi) untuk keanggotaan BKM Tidak ada sistem perwakilan dalam pemilihan anggota BKM Anggota BKM terpilih secara langsung dilantik oleh Panitia Pendirian BKM dan dikukuhkan Lurah/Kades dengan disaksikan masyarakat yang hadir saat itu Kepada anggota BKM terpilih telah diserahkan mandat hasil Pemetaan Swadaya dan AD BKM yang telah disahkan dan ditanda tangani bersama Secara umum di seluruh lokasi uji petik dicapai dengan Baik. Capaian tertinggi ada di Bengkulu (80%), terendah di Jawa Barat (73%) Mengetahui pemenuhan substansi proses persiapan dan pelaksanaan pemilihan anggota BKM di kelurahan/desa 80% 75% 73% 76% Bengkulu Lampung Jawa Barat RERATA Ketentuan yang dapat dipenuhi adalah: 7 P a g e
AD-BKM dan Tatib Pemilihan anggota BKM sudah dibahas secara berjenjang dari RW s.d kelurahan dan disahkan dalam pertemuan pemilihan anggota BKM? Telah dilakukan pemilihan utusan warga di setiap RT (kelompok basis terkecil) serta hasilnya telah disebarluaskan ke seluruh warga masyarakat secara transparan dan benar? Yang ikut memilih dan dipilih sebagai anggota BKM adalah utusan warga tingkat RT? Kriteria anggota BKM yang disepakati adalah berdasarkan nilai universal kemanusiaan? Tidak ada kampanye yang dilakukan seseorang/kelompok dalam pemilihan anggota BKM Tidak ada pencalonan dalam pemilihan anggota BKM (pencalonan = dicalonkan dulu sebelum dipilih) Tidak ada penunjukan dalam pemilihan anggota BKM Pemilihan anggota BKM dilakukan secara langsung dan tertutup 2.1.3 Aspek mengetahui pelaksanaan pelatihan untuk BKM Pada aspek mengetahui pelaksanaan pelatihan untuk BKM, erkait di dalamnya adalah: i) Apakah pelatihan dasar BKM berlangsung selama 4 hari (30 JPL) ii) Apakah dilakukan penanyangan VCD best practice BKM (Membangun Tanah Harapan), VCD "Pembangunan BKM", VCD Mencari Orang Baik dalam pelatihan dasar BKM? iii) Apakah 20% anggota BKM perempuan terpilih mengikuti pelatihan dasar BKM dan ap akah 80% anggota BKM terpilih mengikuti minimal 1x pelatihan Ketentuan yang tidak dapat dipenuhi adalah: 8 P a g e
Dilakukan penanyangan VCD best practice BKM (Membangun Tanah Harapan), VCD "Pembangunan BKM", VCD Mencari Orang Baik dalam pelatihan dasar BKM 20% anggota BKM perempuan terpilih mengikuti pelatihan dasar BKM 80% anggota BKM terpilih mengikuti minimal 1x pelatihan Capaian rata-rata dalam aspek ini adalah 72% (Cukup), di mana Bengkulu sebesar 76%, Lampung 71% dan Jawa Barat 69% Mengetahui pelaksanaan pelatihan untuk BKM 76% 71% 72% 69% Bengkulu Lampung Jawa Barat RERATA 3.2.4 Aspek Mengetahui capaian indikator kuantitatif dan kesesuaian dengan informasi dari lapangan (akurasi data SIM) Dari aspek ini diketahui indikator kuantitatif dan kesesuaian data dengan informasi dari lapangan (akurasi data SIM) 9 P a g e
Capaian pada seluruh lokasi Uji petik menunjukkan kategori Cukup di Jawa Barat (73%), Lampung (70%), dan Bengkulu (60%).. Mengetahui capaian indikator kuantitatif dan kesesuaian dengan informasi dari lapangan(akurasi data SIM) 60% 70% 73% 67% Bengkulu Lampung Jawa Barat RERATA Aspek yang tidak dapat dipenuhi adalah: 2% penduduk dewasa mengikuti pemilihan di tingkat kelurahan Dokumen Akta Notaris tersedia di BKM Data-data yang dilaporkan di SIM terkait dengan point 4.1 s.d 4.4 di atas sesuai dengan data-data yang ada di lapangan (berita acara, absensi, ataupun dokumen-dokumen lainnya) 3.2.5 Aspek mengetahui ketersediaan materi sosialisasi terkait pelaksanaan siklus BKM Aspek mengetahui ketersediaan materi sosialisasi terkait pelaksanaan siklus BKM meliputi : Media sosialisasi BKM tersedia tepat waktu Media sosialisasi BKM tersedia tepat jumlah 10 P a g e
Media sosialisasi tersedia sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan Secara nasional tahun 2010/ 2011, capaian untuk aspek ini tergolong Cukup (69%). Kelemahan umumnya terjadi pada : Media sosialisasi BKM tersedia tepat waktu Media sosialisasi BKM tersedia tepat jumlah Mengetahui ketersediaan materi sosialisasi terkait pelaksanaan siklus BKM 59% 70% 78% 69% Bengkulu Lampung Jawa Barat RERATA 3.2.6 Aspek mengetahui ketersediaan pernyataan bersama masyarakat Aspek mengetahui ketersediaan pernyataan bersama masyarakat meliputi : BA-01 "Pernyataan Kesiapan Masyarakat untuk pelaksanaan pemilihan utusan RT (kelompok basis terkecil) ada dan sudah dipahami serta ditandatangani dengan baik BA-02 "Pernyataan Bersama tentang pelaksanaan proses pembentukan BKM telah dilakukan dengan benar" ada dan 11 P a g e
sudah dipahami serta ditandatangani dengan baik Capaian rata-rata pada seluruh lokasi Uji petik menunjukkan kategori Cukup di seluruh provinsi (67%), Mengetahui ketersediaan pernyataan bersama masyarakat 69% 79% 67% 54% Bengkulu Lampung Jawa Barat RERATA IV. CATATAN UMUM & REKOMENDASI 1. Kondisi bahwa masyarakat belum berpartisipasi maksimal dalam proses-proses persiapan Pembangunan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Lokasi Baru, teridentifikasi dari beberapa faktor, antara lain: Kelemahan proses kegiatan sebelumnya, di mana pada saat melakukan Kajian Kelembagaan dan Kajian Kepemimpinan dalam siklus Pemetaan Swadaya yang seharusnya dapat menjadi pembelajaran kritis yang bisa menumbuhkan need assessment ( penggalian akan kebutuhan ) akan adanya kepemimpinan dan kelembagaan yang layak untuk tujuan penanggulangan kemiskinan. Sub kegiatan Pemetaan swadaya 12 P a g e
ini kurang berjalan optimal, dibandingkan dengan sub kegiatan pemetaan kebutuhan yang dalam sementara anggapan masyarakat akan memberikan output pendanaan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat). Keengganan relawan yang sebagian adalah elit masyarakat/ tokoh masyarakat berproses dengan optimal, karena pertimbangan efisiensi dari segi waktu, tenaga dan biaya. Ironisnya kondisi ini terkadang disepakati oleh warga masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang kurang peduli pada proses pemilihan anggota BKM. Bagi mereka, yang terpenting adalah masyarakat menerima bantuan, lepas dari siapapun yang terpilih sebagai perwakilan/ representasi diri mereka. 2. Draft AD BKM rata-rata belum tersosialisasi ke masyarakat dengan baik, meskipun selain melalui media warga (papan informasi P2KP), sebenarnya media sosialisasi ini bisa juga menggunakan sarana pertemuan rutin masyarakat. 3. Masih ditemukannya pernyataan dan komposisi yang menunjukkan bahwa ada sistem perwakilan dalam pemilihan anggota BKM. Biasanya mewakili wilayah tertentu, misalnya RW atau dusun. Hal ini terkait dengan pemahaman masyarakat bahwa, harus ada perwakilan wilayah tertentu dalam keanggotaan BKM, guna memperjuangkan usulan-usulan kegiatan yang kelak akan didfanai dari sumber BLM (Bantuan Langsung Masyarakat). 4. Mandat hasil Pemetaan Swadaya dan AD BKM yang telah disahkan dan ditanda tangani bersama yang seharusnya diserahkan dalam bentuk final, terkadang masih berwujud draft karena belum semua materi Pemetaan Swadaya tingkat basis terkumpul di tingkat kelurahan 5. Dokumen Akta Notaris yang tersedia di BKM rata-rata masih sebatas pencatatan di Notaris, belum berwujud Akta Notaris. 13 P a g e
Kondisi ini jelas akan menjadi kendala manakala di kemudian hari BKM akan bermitra dengan pihak lain. Adapun penyebab belum terdapat Akta Notaris BKM karena pada saat proses tersebut, masyarakat dan fasilitator sedang memproses persyaratan pemberkasan pencairan dana BLM tahap 1. Sehingga untuk mempercepat, sebagai syarat pemberkasan sekedar mendapatkan pencatatan di Notaris. Sebetulnya proses pngurusan Dokumen Akta Notaris BKM ini bisa dilanjutkan ketika siklus BLM dan pemberkasan sudah selesai, akan tetapi sampai saat ini, belum juga dilakukan 14 P a g e