PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

Transkripsi

1 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA BOJONGGENTENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BOJONGGENTENG Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan pembangunan di Desa Bojonggenteng perlu adanya peran serta masyarakat dan lembaga kemasyarakatan dalam merencanakan, menggerakan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan; b. bahwa untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 9 tahun 2015 tentang Desa dan Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 59 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan di Kabupaten Sukabumi, maka Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah ada perlu diadakan penyesuaian; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan b di atas maka perlu menetapkan Perubahan Peraturan Desa tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di desa Bojonggenteng. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara tahun 1950); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4773); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan; 7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 77/HUK Tahun 2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik IndonesiaNomor 1Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga ( Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Tahun2013 Nomor 60); 1

2 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik IndonesiaNomor 111Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 9 Tahun 2015 tentang Desa. 11. Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 59 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan di Kabupaten Sukabumi Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BOJONGGENTENG dan KEPALA DESA BOJONGGENTENG MEMUTUSKAN Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA BOJONGGENTENG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan : 1. Desa adalah Desa BojonggentengKecamatan JampangkulonKabupaten Sukabumi 2. Kepala Desa adalah Kepala Desa BojonggentengKecamatan JampangkulonKabupaten Sukabumi 3. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Desa. 4. Lembaga Kemasyarakatan Desa selanjutnya disingkat LKD atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat Desa. 5. Pembangunan adalah upaya untuk melakukan proses perubahan sosial ke arah yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat disegala bidang di Desa 6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistim Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintah Desa atau yang disebut nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Desa. 8. Perangkat Desa adalah unsur Pembantu Kepala Desa yang bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya yang jumlah dan sebutannya disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. 9. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 10. Dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintah Desa. 11. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa yang selanjutnya disingkat LPMD adalah wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan; 12. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Desa untuk selanjutnya disebut TP PKK Desa adalah Lembaga Kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainya, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing jenjang pemerintahan untuk terlaksananya program PKK. 13. Karang Taruna adalah Lembaga Kemasyarakatan yang merupakan wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggungjawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Pemerintah Daerah. 2

3 14. Rukun Warga selanjutnya disingkat (RW) atau sebutan lain adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah, wilayah kerjanya ditetapkan oleh Desa. 15. Rukun Tetangga selanjutnya disingkat (RT) atau sebutan lain adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh desa;. 16. Posyandu adalah Lembaga Kemasyarakatan yang merupakan wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. 17. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan umum, dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa. Pasal 1a Peraturan Desa Bojonggenteng Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa Bojonggenteng dirubah sebagian dan/atau seluruhnya, sehingga berbunyi sebagai berikut: BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan mempunyai maksud untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Pasal 3 Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan bertujuan : a. Mendukung kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah Desa dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat; dan b. Memelihara dan melestarikan nilai nilai kegotongroyongan, menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan BAB III PEMBENTUKAN DAN JENIS LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Bagian Kesatu Pembentukan Pasal 4 (1) Di Desa dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan. (2) Pembentukan lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dibentuk atas prakarsamasyarakat yang difasilitasi Pemerintah Desa melalui musyawarah dan mufakat sebagai berikut : a. Kepala Desa mengundang perangkat Desa dan tokoh masyarakat desa dalam musyawarah membahas rencana pembentukan Lembaga Kemasyarakatan; b. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a dituangkan dalam berita acara; c. Berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud pada huruf b, kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa untuk dilakukan pembahasan bersama dengan BPD dan selanjutnya ditetapkan menjadi peraturan Desa. (3) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat : a. Nama lengkap Lembaga Kemasyarakatan Desa yang dibentuk; b. Maksud dan tujuan; c. Tugas, fungsi dan kewajiban; d. Keanggotaan dan susunan kepengurusan; e. Masa bhakti kepengurusan; f. Memberhentikan dan penggantian kepengurusan; dan g. Sumber dana. 3

4 Bagian Kedua Jenis Lembaga Kemasyarakatan Desa Pasal 5 Jenis Lembaga Kemasyarakatan Desa terdiri dari : a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) atau sebutan nama lainnya; b. Lembaga Adat; c. Tim Penggerak PKK Desa; d. RT / RW; e. Karang Taruna; dan f. Lembaga kemasyarakatan lainnya. 4

5 Bagian ketiga Tata Cara Pembentukan Pasal 6 Pembentukan LPMD diatur dengan tata cara sebagai berikut : a. LPMD dibentuk melalui musyawarah dan mufakat. b. Pembentukan LPMD sebagaimana dimaksud pada huruf a. dapat difasilitasi pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Desa; dan c. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a. dituangkan dalam berita acara dan disampaikan Pasal 7 Pembentukan lembaga adat diatur dengan tata cara sebagai berikut : a. Lembaga adat dibentuk melalui musyawarah yang difasilitasi kepala Desa, dihadiri lembaga kemasyarakatan desa serta tokoh dan pemangku adat yang ada di Desa; dan b. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a. dituangkan dalam berita acara dan disampaikan Pasal 8 Pembentukan tim penggerak PKK Desa diatur dengan tata cara sebagai berikut : a. Tim penggerak PKK Desa dibentuk melalui musyawarah yang difasilitasi kepala Desa, dihadiri tokoh masyarakat, Kader PKK; dan b. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a. dituangkan dalam berita acara dan disampaikan Pasal 9 Pembentukan Rukun Tetangga diatur dengan tata cara sebagai berikut : a. RT dibentuk melalui musyawarah dan / atau pemilihan oleh para kepala keluarga atau yang mewakili dan dihadiri ketua RW setempat / perangkat Desa yang ditunjuk oleh kepala Desa; b. Musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a. melalui forum forum resmi yang dihadiri paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah kepala keluarga dalam satu RT; c. Setiap RT paling sedikit terdiri dari 30 kepala keluarga dan paling banyak 150 kepala keluarga untuk Desa; d. Bagi wilayah pemukiman yang kepadatan penduduknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf b. dan mempunyai jarak yang cukup jauh dari RT terdekat, dapat disesuaikan dengan keadaan setempat setelah mendapat persetujuan dari RW; e. Nama nama RT diberi nomor berdasarkan nomor urut pembentukan di setiap RW dan diikuti dengan nama RW; dan f. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a. dituangkan dalam berita acara dan disampaikan Pasal 10 Pembentukan Rukun Warga diatur dengan tata cara sebagai berikut : a. RW dibentuk melalui musyawarah dan / atau pemilihan oleh ketua RT, RW setempat dan tokoh yang difasilitasi oleh kepala Desa ; b. Setiap RW paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) RT untuk Desa; c. Bagi wilayah pemukiman yang kepadatan penduduknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf b. dan mempunyai jarak yang cukup jauh dari RW terdekat, dapat dibentuk RW yang terdiri dari paling sedikit 2 (dua) RT; d. Nama nama RW diberi nomor berdasarkan nomor urut pembentukan di setiap Desa dan diikuti nama Wilayah, nama perumahan, komplek, asrama atau sejenisnya; dan e. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a. dituangkan dalam berita acara dan disampaikan Pasal 11 Pembentukan Karang Taruna diatur dengan tata cara sebagai berikut : a. Karang Taruna dibentuk melalui musyawarah dan / atau pemilihan yang difasilitasi oleh kepala Desa, dihadiri tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan Pengurus Karang Taruna Kecamatan; dan b. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a. dituangkan dalam berita acara dan disampaikan 5

6 Pasal 12 Pembentukan lembaga kemasyarakatan lainnya diatur dengan tata cara sebagai berikut : a. Lembaga masyarakat lainnya dibentuk melalui musyawarah dan / atau pemilihan yang difasilitasi oleh kepala Desa, dihadiri tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan profesi lainnya yang mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya pemberdayaan masyarakat; dan b. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a. dituangkan dalam berita acara dan disampaikan BAB IV KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Bagian Kesatu Kedudukan Pasal 13 Lembaga kemasyarakatan mempunyai kedudukan sebagai pendukung mitra kerja pemerintah Desa dalam pemberdayaan masyarakat sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya masing masing. Bagian Kedua Tugas dan Fungsi Paragraf 1 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Pasal 14 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a. mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan secara partisipatif, menggerakan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. Pasal 15 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 mempunyai fungsi : a. Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan; b. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; d. Penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil hasil pembangunan secara partisipatif; e. Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat; f. Penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumberdaya alam serta kesenian lingkungan hidup; dan g. Penyelarasan berbagai kegiatan dibidang pendidikan, kesehatan, perekonomian, keagamaan, kepemudaan dan keolahragaan. Paragraf 2 Lembaga adat Pasal 16 lembaga adat sebagaiman dimaksud dalam pasal 15 huruf b, mempunyai tugas untuk membina dan melestarikan budaya dan adat istiadat serta hubungan antara tokoh adat dengan pemerintah Desa. Pasal 17 Lembaga adat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 mempunyai fungsi : a. Penampung dan penyalur pendapat atau aspirasi masyarakat kepada pemerintah Desa maupun Pemerintah Daerah; b. Mediator penyelesai perselisihan dan konflik yang menyangkut hukum adat, adat istiadat dan kebiasaan kebiasaan masyarakat; c. Pelestarian, pengembangan serta pendayagunaan adat istiadat dalam rangka memberdayakan masyarakat dan melestarikan kebudayaan lokal; d. Penciptaan hubungan yang demokratis dan harmonis serta obyektif antara kepala adat / pemangku adat / ketua adat atau pemuka adat dengan aparat pemerintah Desa; dan 6

7 e. Pemberian dukungan dalam rangka penyusunan kebijakan dalam rangka mewujudkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan. Paragraf 3 Tim penggerak PKK Desa Pasal 18 (1) Tim penggerak PKK Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c, mempunyai tugas membantu pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. (2) Tugas tim penggerak PKK Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Menyusun rencana kerja PKK Desa; b. Melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang disepakati; c. Melakukan penyuluhan dan menggerakkan kelompok kelompok PKK RW, RT dan dasa wisma agar dapat mewujudkan kegiatan yang telah disusun dan disepakati; d. Menggali, menggerakkan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan; e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga keluarga yang mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga sejahtera; f. Mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenao pelaksanaan program kerja; g. Mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program kerja; h. Berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga di Desa; i. Melaksanakan tertib administrasi; j. Mengadakan konsultasi dengan ketua dewan penyantun tim penggerak PKK setempat; dan k. Penyampaian informasi program pemerintah / pemerintah daerah / pemerintah Desa / program swasta kepada masyarakat. Pasal 19 Tim penggerak PKK Desa dalam melaksanakan tugas sebagaiman dimaksud dalam pasal 18, mempunyai fungsi : a. Penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan program PKK; b. Fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, Pembina dan pembimbing gerakan PKK; c. Penggali, menggerakkan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan d. Partisipasi dalam pelaksanaan program pemerintah yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga. Paragraf 4 Rukun Tetangga / Rukun Warga Pasal 20 RT / RW sebagaiman dimaksud dalam pasal 5 huruf d, mempunyai tugas membantu pemerintah Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pasal 21 RT / RW dalam melaksanakan tugas sebagaiman dimaksud dalam pasal 20, mempunyai fungsi : a. Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya; b. Pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga; c. Pembuatan gagasan dlam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; d. Penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat diwilayahnya; dan e. Penyampaian informasi program pemerintah / pemerintah daerah / pemerintah Desa / program swasta kepada masyarakat. Paragraf 5 Karang Taruna Pasal 22 Karang taruna sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf e, mempunyai tugas pokok secara bersama sama dengan pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten serta masyarakat lainya menyelenggarakan pembinaan generasi muda dan kesejahteraan sosial. 7

8 Pasal 23 karang taruna dalam melaksanakan tugas sebagimana dimaksud dalam pasal 22, mempunyai fungsi : a. Mencegah timbulnya masalah kejahteraan sosial, khususnya generasi muda; b. Menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi, perlidungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan diklat setiap anggota masyarakat terutama generasi muda; c. Meningkatkan usaha ekonomi produktif d. Menumbuhkan, memperkuat dan memelihara kesadaran dan tanggung jawab sosial setiap anggota masyarakat terutama generasi muda untuk berperan secara aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial; e. Menumbuhkan, memperkuat dan memelihara kearifan local; dan f. Memelihara dan memperkuat semangat kebangsaan, bhineka tunggal ika dan tegaknya Negara kesatuan republik Indonesia. Paragraf 6 Lembaga Kemasyarakatan Lainnya Pasal 24 (1) Lembaga kemasyarakatan lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf f, mempunyai tugas membantu pemerintah Desa untuk melaksanakan tugas lain yang belum dilaksanakan oleh lembaga kemasyarakatan yang telah ada. (2) Lembaga kemasyarakatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai fungsi mengoptimalkan kemajuan sosial dan ekonomi, masig masing Desa dengan melakukan integrasi kelembagaan sosial ekonomi yang ada, agar lebih memiliki efektifitas dan efesiensi dalam mengelola urusan sosial kemasyarakatan, pemerintahan dan pembangunan. Pasal 25 Lembaga Kemasyarakatan lainnya dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 dibantu kader pemberdayaan masyarakat. BAB V HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 26 Hak Lembaga Kemasyarakatan meliputi : a. Mengajukan usulan tentang aspirasi masyarakat dalam musyawarah pembangunan ditingkat Desa; dan b. Menyampaikan saran saran dan pertimbangan kepada pemerintah Desa dalam membantu kelancaran tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pasal 27 Lembaga Kemasyarakatan mempunyai kewajiban : a. Berperan aktif melaksanakan hal hal yang menjadi tugas dan fungsi lembaga kemasyarakatan; b. Berperan aktif melaksanakan program dan kegiatan pemerintah Desa; c. Menyampaikan hal hal yang terjadi dalam masyarakat yang dianggap perlu mendapatkan penyelesaian kepada kepala Desa; dan d. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dalam musyawarah setiap tahun. BAB VI KEPENGURUSAN Bagian Kesatu Persyaratan Pengurus Pasal 28 (1) Persyaratan pengurus lembaga kemasyarakatan adalah : a. Warga Negara rapublik Indonesia; b. Penduduk setempat; c. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian; dan d. Dipilih secara musyawarah dan mufakat. 8

9 (2) Pengaturan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kepada masing masing Desa untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi Desa yang bersangkutan. Pasal 29 Pengurus lembaga kemasyarakatan sebagaiman dimaksud dalam pasal 28 tidak boleh merangkap jabatan pada lembaga kemasyarakatan lainya. Bagian kedua Pengangkatan pengurus Paragraf 1 Lembaga pemberdayaan masyarakat Desa Pasal 30 (1) Pengangkatan pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat Desa (LPMD) diatur dengan tata cara sebagai berikut : a. Calon pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat Desa (LPMD) diusulkan oleh anggota LPMD, pengurus RW dan dihadiri oleh tokoh masyarakat Desa yang bersangkutan; b. Pemilihan pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat Desa (LPMD) dilakukan secara musyawarah dalam rapat yang difasilitasi oleh kepala Desa; c. Nama nama pengurus yang terpilih dalam rapat sebagaimana dimaksud pada huruf b, ditetapkan dengan keputusan kepala Desa. (2) Susunan pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat Desa (LPMD) terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; dan d. Seksi seksi. (3) Seksi seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d terdiri dari : a. Seksi keagamaan dan kesejahteraan sosial; b. Seksi keamanan dan ketertiban; c. Seksi pendidikan dan kesehatan; d. Seksi lingkungan hidup; e. Seksi perekonomian dan pembangunan; f. Seksi kependudukan dan keluarga berencana; dan g. Seksi budaya, pemuda dan olahraga. (4) Setiap seksi sebagaiman dimaksud pada ayat (2) terdiri ketua dan 2 (dua) orang anggota. (5) Masa bakti pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat Desa selama 5 (lima) tahun dan lembaga terhitung sejak pengangkatan dan dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya. Paragraf 2 Lembaga Adat Pasal 31 (1) Pengangkatan pengurus lembaga adat diatur dengan tata cara sebagai berikut : a. Calon pengurus lembaga adat diusulkan oleh pemangku adat dan dihadiri oleh unsure pemerintah, lembaga kemasyarakatan Desa yang bersangkutan; b. Pemilihan lembaga adat dilakukan secara musyawarah dalam rapat yang difasilitasi oleh kepala Desa; c. Nama nama pengurus yang terpilih dalam rapat sebagaiman dimaksud pada huruf b, ditetapkan dengan keputusan kepala Desa. (2) Susunan pengurus lembaga adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan. (3) Masa bakti pengurus lembaga adat ditentukan berdasarkan kesepakatan dalam musyawarah lembaga adat di Desa. Paragraf 3 Tim Penggerak PKK Desa Pasal 32 (1) Pengangkatan pengurus tim penggerak PKK Desa diatur dengan tata cara sebagai berikut : 9

10 a. Ketua tim penggerak PKK Desa ditetapkan oleh kepala Desa melalui mekanisme musyawarah yang dihadiri oleh masyarakat; b. Ketua tim penggerak PKK Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilantik oleh ketua tim penggerak PKK kecamatan serta dikukuhkan oleh kepala Desa sebagai dewan penyantun; c. Calon anggota pengurus tim penggerak PKK Desa dipilih dari kader bersama ketua tim penggerak PKK Desa yang bersangkutan; d. Pemilihan pengurus tim penggerak PKK Desa dilakukan secara musyawarah dalam rapat yang difasilitasi kepala Desa; dan e. Nama nama pengurus yang terpilih dalam rapat sebagaimana dimaksud pada huruf d, ditetapkan dengan keputusan kepala Desa. (2) Susunan pengurus tim penggerak PKK Desa terdiri dari : a. Ketua : Istri kepala Desa b. Wakil ketua I, II, III : laki laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan Dan IV, sekretaris, peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili Bendahara, kelompok sesuatu organisasi, lembaga dan partai politik Kerja (Pokja) dan anggota (3) Pokja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari : a. Pokja I (penghayatan dan pengamalan Pancasila serta Gotong Royong); b. Pokja II (pendidikan, keterampilan dan pengembangan kehidupan berkoperasi); c. Pokja III (pangan, sandang, perumahan dan tata laksana rumah tangga); dan d. Pokja IV (kesehatan, lingkungan hidup dan perencanaan sehat). (4) Setiap Pokja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari ketua, sekretaris dan paling sedikit 2 (dua) anggota. (5) Apabila kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, seorang perempuan atau tidak mempunyai isteri, ketua tim Penggerak PKK Desa ditunjuk oleh pejabat yang bersangkutan. (6) Masa bakti pengurum tim penggerak PKK Desa di Desa disesuaikan dengan masa bakti kepala Desa yang bersangkutan. Paragraf 4 Rukun Tetangga dan Rukun Warga Pasal 33 (1) Pengangkatan pengurus RT dan RW diatur dengan tata cara sebagai berikut : a. Calon pengurus RT dan RW dipilih oleh dan dari warga RT dan RW yang bersangkutan; b. Pemilihan pengurus RT dan RW dilakukan secara musyawarah dan atau dengan pemungutan suara oleh warga RT dan RW yang bersangkutan dalam suatu rapat yang difasilitasi oleh kepala Desa atau perangkat Desa lainnya yang ditunjuk; dan c. Nama nama pengurus RT dan RW yang terpilih dalam rapat sebagaimana dimaksud huruf b, ditetapkan dengan keputusan kepala Desa. (2) Susunan pengurus RT dan RW terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; dan d. Seksi seksi (3) Jumlah seksi pengurus RT dan RW sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, disesuaikan dengan kebutuhan RT dan RW setempat. (4) Basa bakti pengurus RT dan RW di Desa selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya. Paragraf 5 Karang Taruna Pasal 34 (1) karang taruna dipilih secara musyawarah dan mufakat oleh warga karang taruna setempat dan memenuhi syarat syarat untuk diangkat sebagai pengurus karang taruna yaitu : a. bertakwa kepada tuhan yang maha esa; b. setia dan taat sepenuhnya kepada pancasila dan undang undang dasar 1945; c. memiliki pengalaman serta aktif dalam kegiatan karang taruna; 10

11 d. memilki pengetahuan dan keterampilan berorganisasi, kemauan dan kemampuan, pengabdian dikesejahteraan sosial; dan e. berumur 17 (tujuh belas) tahun sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun. (2) Susunan pengurus karang taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan. (3) Kepengurusan karang taruna Desa dipilih, ditetapkan dan disahkan dalam musyawarah warga karang taruna di Desa dan dikukuhkan oleh kepala Desa setempat, dengan masa bakti 3 (tiga) tahun. Paragraf 6 Lembaga kemasyarakatan lainnya Pasal 35 (1) Pengangkatan pengurus lembaga kemasyarakatan lainnya diatur dengan tata cara sebagai berikut: a. Calon pengurus lembaga kemasyarakatan lainnyadiusulkan oleh tokoh masyarakat Desa yang bersangkutan ; b. Pemilihan pengurus lembaga kemasyarakatan lainnya dilakukan secara musyawarah dalam rapat yang difasilitasi oleh kepala Desa dan dihadiri oleh tokoh masyarakat; dan c. Nama nama pengurus yang terpilih dalam rapat sebagaimana dimaksud pada huruf b, ditetapkan dengan keputusan kepala Desa. (2) Susunan pengurus lembaga kemasyarakatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan. (3) Masa bakti pengurus lembaga kemasyarakatan lainnya didesa selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya. Bagian ketiga Pemberhentian Pasal 36 (1) Pengurus lembaga kemasyarakatan berhenti atau diberhentikan karena : a. Meninggal dunia; b. Atas permintaan sendiri; c. Pindah tempat tinggal dan menjadi penduduk di wilayah lain; d. Tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut turut selama 6 (enam) bulan; dan e. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang undangan. (2) Apabila terdapat pengurus lembaga kemasyarakatan yang berhenti atau diberhentikan sebelum masa baktinya berakhir, kepala Desa menetapkan keputusan kepala Desa tentang pemberhentian pengurus lembaga kemasyarakatan Desa. (3) Pengurus lembaga kemasyarakatan Desa yang telah diberhentikan sebelum habis masa baktinya, paling lambat dalam kurun waktu 1 (satu) bulan harus dilakukan penggantian pengurus. (4) Penggantian pengurus lembaga kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan mengadakan musyawarah pengurus lembaga kemasyarakatan Desa, untuk menentukan calon pengganti pengurus yang diberhentikan. (5) Calon pengganti pengurus sebagaimana dimaksu pada ayat (4) diusulkan oleh ketua lembaga kemasyarakatan Desa kepada kepala Desa untuk ditetapkan menjadi lembaga kemasyarakatan Desa. (6) Berdasarkan usulan calon pengganti pengurus lembaga kemasyarakatan Desa sebagaiman dimaksud pada ayat (5) kepala Desa menetapkan keputusan kepala Desa tentang pengangkatan pengganti pengurus lembaga kemasyarakatan Desa. (7) Masa bakti pengurus yang baru menyesuaikan dengan masa bakti pengurus lama. BAB VII TATA HUBUNGAN KERJA Pasal 37 (1) Hubungan kerja lembaga kemasyarakatan dengan pemerintahan Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. (2) Hubungan kerja lembaga kemasyarakatan dengan lembaga kemasyarakatan lainnya di Desa bersifat konsultatif dan koordinatif. (3) Hubungan kerja lemabaa kemasyarakata dengan pihak ketiga di Desa bersifat kemitraan (4) Hubungan kerja lemabaga kemasyarakatan dengan lembaga lainnya bersifat konsultatif, koordinatif dan kolaboratif. 11

12 BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 38 (1) Pemerintah Daerah dan pemerintah desa wajib membina lembaga kemasyaratan. (2) Pemerintah kabupaten, Camat, dan Pemerintah Desa wajib melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga kemasyarakatan. Pasal 39 Pembinaan pemerintah sebagaimana dimaksud dengan pasal 38 ayat (1), meliputi : a. Memberikan pedoman dan standar pelaksanaan lembaga kemasyarakatan; b. Memberikan pedoman pendidikan dan pelatihan; c. Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; d. Memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi terhadap lembaga kemasyarakatan; dan e. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan lembaga kemasyarakatan. Pasal 40 Pembinaan pemerintahan Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (1), meliputi : a. Memberikan pedoman dan standar pelaksanaan lembaga kemasyarakatan; b. Memberikan pedoman pendidikan dan pelatihan; c. Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; d. Memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi terhadap lembaga kemasyarakatan; dan e. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan lembaga kemasyarakatan. Pasal 41 Pembinaan dan pengawasa pemerintah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (2), meliputi : a. Memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan lembaga kemasyarakatan; b. Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; c. Memberikan bimbingan, supervise dan konsultasi pelaksanaan serta pemberdayaan lembaga kemasyarakatan; d. Melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan lembaga kemasyarakatan; e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pengurus lembaga kemasyarakatan; dan f. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan lembaga kemasyarakatan. Pasal 42 Pembinaan dan pengawasan camat sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (2) meliputi : a. Memfasilitasi penyusunan peraturan Desa yang berkaitan dengan lembaga kemasyarakatan; b. Memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban lembaga kemasyarakatan; c. Memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; d. Memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat; e. Memfasilitasi kerjasama antar lembaga kemasyarakatan dan kerjasama lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga; f. Memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan; dan g. Memfasilitasi koordinasiunit kerja pemerintahan dalam pengembangan lembaga. Pasal 43 Pembinaan dan pengawasan pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (2) meliputi : a. Memfasilitasi pembentukan lembaga kemasyarakatan; b. Memfasilitasi pembentukan pengurus lembaga kemasyarakatan; c. Membuat peraturan Desa bersama BPD tentang pembentukan lembaga kemasyarakatan; d. Memelihara keharmonisanhubungan dalam dan antar lembaga kemasyarakatan; e. Memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban lembaga kemasyarakatan; f. Memfasilitasi penyelenggaraan kerjasama antar lembaga kemasyarakatan dan kerjasama lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga; g. Memfasilitasi penyelenggaraan bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan; dan h. Memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan. 12

13 BAB IX SUMBER DANA Pasal 44 Sumber dana kegiatan lembaga kemasyarakatan dapat bersumber dari : a. Swadaya masyarakat; b. Anggaran pendapatan dan belanja Desa; c. Anggaran pendapatan dan belanja Daerah kabupaten atau anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi; d. Bantuan pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten; dan e. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 45 (1) Lembaga kemasyarakatan yang sudah ada sebelum ditetapkannya peraturan Desa ini tetap diakui keberadaannya. (2) Pengurus lembaga kemasyarakatan di Desa yang sudah ada pada saat diberlakukannya peraturan Desa ini tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai berakhir masa baktinya. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 47 Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa Bojonggenteng. Ditetapkan di :Bojonggenteng Padatanggal : 9 Maret 2017 Kepala Desa Bojonggenteng ttd E N D A N S. Diundangkan di : Bojonggenteng Pada Tanggal : 9 Maret 2017 Sekretaris Desa, ttd INDRA GUNAWAN LEMBARAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 8 TAHUN