3 METODOLOGI. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB III METODE PENELITIAN

Penyebaran Kuisioner

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB III METODE KAJIAN

III. METODE PENELITIAN

1. KUESIONER KEPADA MANAJEMEN (MENCARI BOBOT FAKTOR) Responden Yangterhormat, Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN

4 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI KAJIAN

Uji Korelasi Spearman Rank. Uji Korelasi Kendal Tau

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

Ada tiga prinsip dasar dalam proses hirarki analitik, yaitu : secara hirarkis, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah.

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

BAB II LANDASAN TEORI

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB III METODE PENELITIAN. dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain Riset Tujuan Penelitian. Jenis Penelitian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Pengertian Metode AHP

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

METODOLOGI PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

BAB 2 LANDASAN TEORI

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

III. METODE PENELITIAN

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

Bab II Analytic Hierarchy Process

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya metode berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Definisi metode menurut Sugiyono (2008:2) yaitu:

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB 3 METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini yaitu para peternak kerbau di kelompok peternak

Analytic Hierarchy Process

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif

BAB 2 LANDASAN TEORI

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

K O R E L A S I. Referensi :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian

3 METODOLOGI PENELITIAN

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian seperti saat ini, kenyataannya bahwa banyak

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

Transkripsi:

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Februari 006 sampai dengan Juli 006 di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ). Kegiatan penelitian ini meliputi tahap studi pustaka, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penilaian hasil. Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 006. Dasar pertimbangan pemilihan PPSNZJ sebagai lokasi penelitian karena pelabuhan tersebut mempunyai aktifitas kapal panangkapan ikan yang relatife tinggi. PPSNZJ juga merupakan salah satu pelabuhan perikanan tingkat samudera dan terbesar di Indonesia yang memiliki fasilitas yang paling lengkap, sehingga diharapkan data dan informasinya dapat mewakili dan mencerminkan kegiatan pengawasan di pelabuhan lainnya. 3. Metode Pengumpulan Data Berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif studi kasus, dengan harapan dapat menemukan dan mengkaji aspek-aspek pengawasan yang dilakukan di lapangan. Menurut Suryabrata (1995), keunggulan penelitian kasus terutama sangat berguna untuk informasi mengenai latar belakang permasalahan guna perencanaan penelitian yang lebih besar karena intensif sifatnya dan studinya menerangkan variabel-variabel yang penting, proses-proses dan interaksi-interaksi yang memerlukan perhatian lebih luas. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung dihimpun berdasarkan wawancara yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, serta pengamatan langsung terhadap aktivitas pengawasan kapal perikanan secara keseluruhan yang dimulai dari kapal masuk ke pelabuhan sampai dengan kapal keluar dari pelabuhan. Wawancara dilakukan kepada stakeholder yang ada, terutama pengawas perikanan dan nelayan. Jumlah responden sebanyak 8 orang. Responden yang mewakili dan nelayan ditentukan secara purposive sampling. Wawancara terhadap responden dilakukan guna mendapatkan gambaran dan keterangan mengenai aktivitas yang berkaitan dengan proses pengawasan.

Pengamatan terhadap ketika melakukan pemeriksaan terhadap kapal yang akan masuk PPSNZJ dan yang akan keluar PPSNZJ. Pengamatan dilakukan sebanyak delapan kali ulangan (hari) karena data yang didapat sudah mampu menggambarkan keadaan kinerja di PPSNZJ. Pengamatan langsung ini juga sebagai kontrol atau mencocokkan data hasil wawancara dari pihak dan nelayan. Data dan sumber data primer yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel Rincian data primer yang dikumpulkan selama penelitian No Data Sumber 1 Waktu pemeriksaan kapal perikanan - Memeriksa dokumen - Pemeriksaan ikan - Memeriksa fisik kapal - Memeriksa alat tangkap - Memeriksa daerah penangkapan - Memeriksa ABK Kemampuan pengawas dalam pemeriksaan - Kemampuan memeriksa dokumen - Kemampuan pemeriksaan ikan - Kemampuan memeriksa fisik kapal - Kemampuan memeriksa alat tangkap - Kemampuan memeriksa daerah penangkapan - Kemampuan memeriksa ABK 3 Biaya pelaksanaan Pengawasan - Honor pengawas - Biaya pencetakan log book - Biaya koordinasi - Biaya pengawasan ketaatan kapal 4 Sarana pengawasan - Kantor pengawasan - Perlengkapan kantor - Sarana komunikasi atau SSB - Sarana telephon - Alat barcode - Speed boat 5 Waktu pengawasan - Pembagian regu atau plug - Waktu pelayanan 6 Tindakan pengawas tehadap pelanggaran - Pembinaan - Peringatan - Proses hukum 7 Hasil pengawasan - Data ketaatan kapal di pangkalan - Data statistik tentang pelanggaran yang ditemukan - Data statistik tentang jenis dan ukuran kapal masuk dan keluar pelabuhan - Data statistik tentang jenis ikan yang masuk dan keluar pelabuhan Wawancara dengan dan nelayan Pengamatan, pengukuran, wawancara dengan dan nelayan Pengukuran dan wawancara dengan Pengamatan, pengukuran dan wawancara dengan Pengukuran dan wawancara dengan Pengukuran dan wawancara dengan dan nelayan Pengukuran dan wawancara dengan 30

Data sekunder diperoleh melalui pustaka dan data dari PPSNZJ dan DKP. Data ini nantinya digunakan sebagai informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku dan kelembagaan terkait dengan pengawasan perikanan. Data sekunder lain yang diperlukan adalah data statistik. Data dan sumber data sekunder yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Rincian data sekunder yang dikumpulkan selama penelitian No Data Sumber 1 Keragaan pelabuhan perikanan lokasi penelitian - Lembaga pengelola dan status pelabuhan - Fasilitas pelabuhan PPSNZJ dan DKP - Kelembagaan di pelabuhan - Potensi kapal perikanan - Produksi ikan yang masuk pelabuhan Mekanisme pengawasan normatif - Dasar hukum pengawasan kapal perikanan - Prosedur pelaksanaan tugas pengawas - Tatacara pemeriksaan dokumen perizinan - Tatacara pemeriksaan fisik kapal PPSNZJ dan DKP - Tatacara pemeriksaan alat tangkap - Tata cara pemeriksaan hasil kegiatan penangkapan dan pengangkutan - Tatacara pengawasan komposisi ABK 3 Partisipasi Stakeholder - Kesedian nakhoda menerima dan melayani pemeriksaan dokumen - Kesedian nakhoda dan pemilik kapal menerima dan melayani pemeriksaan fisik kapal. PPSNZJ dan DKP - Kesediaan nakhoda mengisi log book - Dukungan POLRI dan WASKI - Dukungan KAMTIB dan WASKI - Dukungan syahbandar 4 Hukum dan kelembagaan - Penugasan aparatur - Keputusan pemberlakuan kebijakan - Pola sosialisasi kebijakan - Koordinasi dengan departemen - Kordinasi dengan kepala pelabuhan - Koordinasi dgn Dinas Propinsi atau Kodya PPSNZJ dan DKP - Koordinasi dengan syahbandar - Kordinasi dengan pengelola TPI - Kordinasi dengan POLRI - Koordinasi dengan HNSI - Kordinasi dengan LSM perikanan lain - Koodinasi dengan koperasi mina 5 Data statistik - Data statistik tentang jenis dan ukuran kapal masuk dan keluar pelabuhan PPSNZJ - Data statistik tentang jenis ikan yang masuk dan keluar pelabuhan 31

3.3 Analisis Data 3.3.1 Penetapan indikator kinerja pengawas Faktor internal yang mempengaruhi kinerja pengawas merupakan faktor yang berasal dari dalam diri pengawas itu sendiri. Berdasarkan tujuan penelitian, faktor internal yang diduga berhubungan dengan kinerja pengawas kapal perikanan adalah 1) kemampuan pemeriksaan dokumen perizinan dan fisik kapal; ) kecakapan pengawas dalam penguasaan pengetahuan dan hukum yang berkaitan dengan perikanan; 3) kecepatan dalam kaitannya waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan kapal perikanan; 4) kualitas hasil pemeriksaan; 5) kesungguhan dalam pemeriksaan. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja pengawas merupakan faktor yang berasal dari luar dimana turut mempengaruhi kinerja dari pengawas. Faktorfaktor tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kinerja dari pengawas. Faktor tersebut adalah 1) Ketersediaan anggaran biaya untuk melakukan pengawasan terhadap kapal perikanan; ) Sarana dan prasarana yang digunakan untuk melakukan pengawasan; 3) Hukum dan kelembagaan; 4) Jumlah pengawas; dan 5) Dukungan stakeholder dan instansi terkait. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja di PPSNZJ dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan penghitungan rata-rata bobot nilai setiap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yang sudah ditentukan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja di PPSNZJ di bagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Setiap faktor tersebut terdiri dari beberapa subfaktor, dimana setiap subfaktor diberi bobot nilai yang akan mencerminkan bobot nilai dari faktor tersebut. Bobot nilai tersebut adalah 1 = tidak baik; = kurang baik; 3 = cukup baik; 4 = baik; 5 = sangat baik. Pemberian bobot nilai dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pengawas dilakukan pengulangan sebanyak delapan kali. Banyaknya pengulangan didasarkan pada data yang diambil sudah mampu menggambarkan kondisi yang ada. Data dari pengulangan tersebut dihitung rata-rata setiap faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pengawas. Nilai rata-rata yang diperoleh akan memberikan keterangan mengenai tingkat kinerja pengawas di PPSNZJ. 3

Tabel 4 Penetapan Bobot Nilai Indikator Kinerja Pengawas Perikanan Ulangan 1 3 4 5 6 7 8 Ratarata Faktor Internal Faktor eksternal X1 X X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Ada kemungkinan terdapat korelasi atau hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pengawas, dimana hubungan antar faktor-faktor tersebut menunjukkan saling berpengaruhnya kedua faktor dalam menentukan tingkat kinerja pengawas. Korelasi atau hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pengawas dapat diketahui dengan menggunakan metode rank spearman. Langkah-langkah penghitungan metode rank spearman adalah sebagai berikut: 1) Pengukuran tingkat kinerja, dimana pengukuran dilakukan pada semua faktor; ) Setiap faktor harus diketahui perbedaannya dengan mengurangkan kedua faktor tersebut; 3) Perbedaan setiap pasang faktor yang telah dihitung dikuadratkan kemudian dijumlahkan. 4) Jika proporsi angka tidak sama dalam pengamatan, rumus yang digunakan adalah : r s = 1 σ N 3 di N Jika dalam penelitian terdapat angka sama maka rumus yang digunakan adalah : r s = x + y + x y d dimana : 33

x = 3 N N 1 T x dan y = 3 N N 1 T y Faktor-faktor korelasi yang berangka sama : T = 3 t t 1 Keterangan : r s = koefesien korelasi x = variabel bebas y = variabel tidak bebas N = jumlah sampel d = selisih antara rank x dan rank y T x = faktor korelasi x T y = faktor korelasi y T = banyak pengamatan yang berangka sama pada suatu rangking tertentu. Statistik uji yang digunakan adalah uji t, yang mana sebelumnya harus di uji homogenitas karena jumlah sampel lebih kecil dari sepuluh maka rumus yang dugunakan adalah : t hit = N 1 r s Wilayah kritis, t hit yang diperoleh dibandingkan dengan t tabel jika : t hit > t tabel tolak H 0 t hit < t tabel ` terima H 0 Hipotesis : H 0 : tidak ada hubungan antara kedua faktor dalam menentukan kinerja pengawas H 1 : kedua faktor ada hubungannya dalam menentukan kinerja pengawas. Tingkat signifikasi yang digunakan adalah 0,05 dengan derajat bebas N- 34

Nilai rs berada pada selang -1<rs<1, tanda negatif menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, sedangkan tanda positif menunjukkan hubungan searah. Untuk menentukan kuat lemahnya korelasi maka ada batasan-batasan yang akan digunakan (J. Champion, diacu dalam Manurung, 1999) : 1. 0.00 0.5 : No associatioan, kondisi ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara kedua faktor;. 0.6 0.50 : Moderately low, kondisi ini menunjukkan hubungan terikat agak lemah kedua faktor; 3. 0.51 0.75 : Moderately, kondisi ini menujukkan hubungan yang agak kuat antara kedua faktor; 4. 0.76 1.00 : High association, kondisi ini menunjukkan hubungan yang kuat kedua faktor. Penggunaan soft ware SPSS 11.0 dapat juga diaplikasikan untuk mendapatkan hasil perhitungan dari metode rank spearman. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Trihendradi, 004): 1. Buka file data yang akan dianalisis (program spss 11.0);. Klik Analyze Correlate Bivariate dimenu, maka kotak Bivariate Correlation muncul; 3. Masukkan variabel (faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pengawas) di kotak variabel, kemudian pilih Spearman di Correlation Coefficient; 4. Klik Ok. Berlaku hipotesis: Ho = kedua faktor tidak ada hubunganya dalam menetukan kinerja pengawas H1 = kedua faktor ada hubungannya dalam menentukan kinerja pengawas Guna mengetahui hipotesis yang berlaku, maka dilihat tabel hasil dari analisis. Di dalam tabel tersebut terdapat nilai sig (-tailled), dimana jika nilai sig (-tailled) < 0,05, maka Ho ditolak (ada hubungan antara kedua faktor) dan sig (- tailled) > 0,05 maka gagal tolak Ho (tidak ada hubungan antara kedua faktor). 35

3.3. Peningkatan kinerja di PPSNZJ Guna meningkatkan kinerja di PPSNZJ digunakan mentode Proses Hierarki Analitik (PHA). Menurut (Saaty, 1991) bahwa pengambilan keputusan dengan PHA dilakukan melalui pendekatan sistem.pendekatan sistem ini berusaha melihat permasalahan yang kompleks menjadi persolaan yang sederhana dengan cara membaginya ke dalam bagianbagian yang lebih kecil. Pemahaman terhadap situasi dan kondisi sistem membantu untuk melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan. Prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan PHA, yaitu 1) menyusun hierarki, ) menetapkan prioritas, dan 3) konsistensi logis. Proses pembuatan PHA dimulai dengan menata elemen suatu persoalan dalam bentuk hierarki. Setelah itu, dibuat perbandingan berpasangan antar elemen dari suatu tingkat sesuai dengan kriteria yang berada setingkat lebih tinggi. Berbagai perbandingan ini akan menghasilkan prioritas yang akhirnya melalui sintesis menghasilkan prioritas yang menyeluruh. Langkah-langkah pembuatan PHA adalah sebagai berikut: 1) Menentukan sasaran atau tujuan menyeluruh dari suatu masalah yang dianalisis (hierarki bagian paling atas); ) Membuat hierarki dimana didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan (bagian tengah merupakan kriteria); 3) Menentukan tindakan terakhir atau rencana alternatif guna mencapai tujuan yang sudah ditentukan; 4) Menetapkan prioritas antara 1-9 terhadap elemen yang sudah ada, dimana skor tersebut menjelaskan tingkat kepentingan elemen terhadap rencana sasaran atau tujuan menyeluruh yang sudah ditentukan; 5) Menguji konsistensi penetapan prioritas yang sudah dilakukan; 6) Melihat nilai tertinggi dari masing-masing tindakan terakhir atau rencana alternatif, dimana nilai tertinggi merupakan rencana alternatif yang direkomendasikan. 36

(1) Menyusun hierarki Dalam menyusun hierarki, harus menyusun rincian relevan yang cukup untuk menggambarkan persoalan dengan sebaik mungkin. Dalam hal ini, rincian relevan yang dimaksud dalam menyusun hierarki tingkat pertama adalah adanya fokus yang akan diidentifikasi yaitu peningkatan kinerja di PPSNZJ. Tingkat kedua adalah pihak yang berkepentingan, dalam hal ini pemerintah sebagai pembuat peraturan dan undang-undang, pengelola PPSNZJ selaku pelaku, nakhoda atau pemilik kapal selaku pihak yang mendukung kelancaran pengawasan, dan syahbandar selaku pihak yang memberikan kontribusi dalam melakukan pengawasan. Tingkat ketiga adalah sumberdaya manusia yang melakukan pengawasan. Dalam hal ini motivasi kerja, penguasaan materi, dan jumlah pengawas. Tingkat keempat adalah program tindakan, yaitu kecakapan pengawas, dukungan stakeholder, kesungguhan pengawas. Peningkatan kinerja pengawas di PPSNZJ Pihak yang berkepentinga n Pemerintah Pengelola PPSNZJ Nakhoda kapal Perum Sumberdaya manusia Motivasi kerja Penguasaan materi Jumlah pengawas Program tindakan Kecakapan pengawas Dukungan stakeholder Kesungguhan pengawas Gambar Hierarki peningkatan kinerja pengawas di PPSNZJ. 37

() Menetapkan prioritas Menetapkan prioritas untuk membandingkan tingkat kepentingan dari berbagai pertimbangan yang ada. Perbandingan dilakukan dengan membuat penilaian tentang kepentingan relatif antara kedua elemen pada suatu tingkatan tertentu berdasar elemen yang ada di satu tingkat diatasnya. Penilaian disajikan dalam bentuk matrik berbanding berpasangan dan dibuat untuk setiap tingkat hierarki. Prioritas setiap elemen diperoleh dengan menghitung berbagai pernyataan yang telah dibuat. Langkah dalam menentukan prioritas yaitu membuat matrik berbanding berpasangan dan mensintesis berbagai pertimbangan. Penjelasan nilai skor yang digunakan untuk menetapkan prioritas antara 1-9 sebagaimana disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Skor penetapan prioritas dalam AHP Intensitas pentingnya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangkan sama besar sifat tersebut 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen lainnya 5 Elemen yang satu sangat penting dari elemen yang lainnya 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lainnya 9 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lainnya,4,6,8 Nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Sumber: Saaty, 1991. Pengalaman dan pertimbangan menyokong satu elemen atas elemen lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasi terlihat dalam praktek Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan (3) Membuat matrik berbanding berpasangan Penilaian tingkat kepentingan diperiksa dari suatu elemen yang berada di sebelah kiri dibandingkan dengan suatu elemen yang berada di baris atas matriks. Penilaian perbandingan berdasarkan pada pertanyaan seberapa kuat suatu elemen berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi atau menguntungkan tujuan yang sudah ditetapkan dalam matrik berbanding berpasangan (Tabel 6). 38

Tabel 6 Matrik berbanding berpasangan C A1 A A3 A4... An A1 1 a1 a13 a14... a1n A 1/a1 1 a3 a4... an A3 1/a13 a/a3 1 a34... a3n A4 1/a14 1/a4 1/a34 1... a4n An 1/a1n 1/an 1/a3n 1/a4n... 1 Keterangan : C : Kriteria atau sifat yang digunakan untuk pembandingan A1, A,...,An : Elemen yang akan dibandingkan, satu tingkat dibawah C. a1, a13,...,1 : Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan Ai terhadap Aj. (4) Mensintesis Berbagai Pertimbangan Prioritas menyeluruh dari berbagai pertimbangan dalam permasalahan pengambilan keputusan, diperoleh dengan cara mensintesis terhadap keseluruhan pertimbangan. Sintesis dilakukan dengan menghitung setiap nilai yang sudah ditetapkan. Penghitungannya sebagai berikut : 1. Formulasi dengan menggunakan rata-rata aritmetik. - Menjumlahkan semua nilai-nilai dalam setiap kolom (NKa) NKa = aij( k) n kj= 1 Keterangan : NKa = Nilai kolom ke-a Aij = Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j N = Jumlah elemen. Membagi entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom untuk memperoleh matriks yang dinormalisasi (Naij) aij Naij = Nkj Keterangan : Naij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j Aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j Nkj : Nilai kolom ke j. 39

Vektor prioritas dari setiap elemen, diperoleh dengan merata-ratakan nilai sepanjang baris (Vpi) n Naij Vpi = n j= 1 j= 1 Naij Keterangan : Vpi : Vektor prioritas dari elemen i Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j.. Konsistensi Dalam persoalan pengambilan keputusan, konsistensi penting untuk diperhatikan. Konsistensi ini bertujuan untuk menilai seberapa besar kekonsistensian penialain satu variabel dengan faktor yang lain. Jika nilai konistensi tinggi, maka penilaian antar variabel sudah baik. Ratio konsistensi dihitung dengan rumus sebagai berikut : (1) Perhitungan akar ciri nilai eigen (eigen value) maksimum dengan rumus : VA = aij x Vp dengan Va = (V aij) Keterangan : VA adalah vektor antara VA VB = dengan VB = V bi VP Dimana : VB adalah nilai eigen Amax = n i=1 VB n () Perhitungan indeks konsistensi (C1), dengan rumus : Cl = λmaks n n 1 (3) Perhitungan rasio konsistensi (CR), dengan rumus : CL CR = RI 40

Mulai - Potensi Sumberdaya Ikan - Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pengawasan Kapal Perikanan - Ruang Lingkup Pengawasan - Standar Operasional Prosedur (SOP) Aktifitas Pengawasan Kapal Perikanan (empiris) Cukup Tidak Ya Faktor Kinerja Pengawas Internal dan Eksternal Analisa Kinerja Pengawas Perikanan - Rank Sparman - Rata-rata - PHA Kinerja Pengawas Perikanan Cukup Tidak - Ketidaktertiban usaha - Illegal fishing meningkat - Potensi SDI rusak Ya Pola Pengawasan Berdasarkan Kinerja Pengawas Perikanan Selesai Gambar 3 Diagram alir pendekatan penelitian. 41