STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG"

Transkripsi

1 ISSN Pages pp STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG Budhi Satrya, M. Isya 2, Sugianto 2 ) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Abstract: Sabang as one of the Municipality of Aceh still does not have passenger terminal yet. Public transportations still use the road as a vehicle parking area and place to pick up and drop off the passengers. Therefore, it needs a research to determine the bus terminal area location in Sabang. A mixed method was used in this research, using purposive sampling technique with limited respondents whom related to the problems. To obtain the best location, the analyzing used Analytic Hierarchy Process (AHP) method, as it is a device that can support the process of decision making in complex situations, and work based on the combination of input from a variety of considerations, through the process of structuring a hierarchical network, starting from the goal, criterion and alternatives. Criterions to be considered are the accessibility, availability of transport network, the public transportation route, environmental condition and land acquisition cost. Location alternatives are Centre of Sabang, Balohan Village and Iboih Village. Based on the results of the analysis the best location is Centre of Sabang with a value of.762, followed by Balohan village with the value of.7 and Iboih Village obtained the value of.9. Keywords : passenger terminal, AHP Method, criterion, location alternatives, Sabang. Abstrak: Sabang sebagai salah satu Kota di Provinsi Aceh hingga kini masih belum memiliki terminal penumpang. Angkutan umum penumpang masih menggunakan badan jalan sebagai lahan parkir kendaraan serta tempat menaikkan dan menurunkan penumpang (biasa disebut terminal bayangan). Karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk menentukan lokasi lahan terminal penumpang di Sabang. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode campuran, dengan teknik purposive sampling, dengan membatasi responden hanya dari unsur yang terkait langsung dengan permasalahan. Untuk memperoleh lokasi lahan terbaik digunakan analisis dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) karena metode ini merupakan perangkat yang dapat mendukung proses pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks, dan bekerja berdasarkan kombinasi input dari berbagai pertimbangan, melalui proses penstrukturan jaringan secara hirarki mulai dari tujuan, kriteria dan alternatif. Kriteria yang menjadi pertimbangan adalah aksesibilitas, ketersediaan jaringan transportasi, adanya jalur angkutan umum, kondisi lingkungan sekitar dan biaya pembebasan lahan. Alternatif lokasinya adalah Pusat Kota Sabang, Gampong Balohan dan Gampong Iboih. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa lokasi terbaik adalah Pusat Kota Sabang dengan nilai,766, disusul Gampong Balohan dengan nilai, dan Gampong Iboih memperoleh nilai,88. Kata kunci : terminal penumpang, metode AHP, kriteria, alternatif lokasi, Kota Sabang. Sabang merupakan ibukota salah satu Kota di Propinsi Aceh yang terletak di Pulau Weh. Berdasarkan Rencana Tata Ruang layah (RTRW) Kota Sabang 2-23 arahan pengembangan Kota Sabang secara khusus adalah sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan tujuan penataan ruang wilayah Kota Sabang adalah Mewujudkan Kota Sabang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta menjamin keterpaduan pengembangan Kota Sabang sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas. Dilihat dari sudut pandang transportasi, untuk menjamin tercapainya Volume, No. I, Agustus 22-2

2 keterpaduan pengembangan Kota Sabang sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, perlu didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik. Salah satu prasarana transportasi yang dapat mendukung pengembangan kota adalah terminal penumpang. Sampai saat ini Kota Sabang belum memiliki terminal penumpang. Angkutan umum penumpang yang bergerak dari desa ke pusat kota maupun angkutan bus mini dari pusat kota menuju pelabuhan penyeberangan Balohan masih menggunakan badan jalan sebagai lahan parkir kendaraan dan juga sebagai tempat aktifitas menaikkan dan menurunkan penumpang, sehingga muncul terminal bayangan. Hal ini berakibat kepada terganggunya kelancaran arus lalu lintas dan menimbulkan kesemrawutan kota. Ditinjau dari sisi penataan kota dan dilihat dari tujuan penataan ruang Kota Sabang, tentu saja kondisi diatas merupakan hambatan untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menentukan lokasi lahan terminal di Kota Sabang. Melihat struktur Kota Sabang sebagai suatu kota yang ada di sebuah pulau kecil dan juga jumlah penduduknya yang relatif kecil, maka terminal penumpang yang mungkin dibangun di Kota Sabang adalah terminal penumpang tipe C, yang melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan. METODE PENELITIAN Untuk memilih lokasi lahan terminal yang terbaik terbaik dari beberapa alternatif lokasi digunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode analisa ini merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level, mulai dari tujuan, kriteria dan alternatif (Syaifullah 2). Langkah-langkah dalam analisis metode AHP menurut kajian Suryadi et al. (22) adalah:. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang Volume, No. Agustus 22-22

3 berada di bawahnya yaitu kriteriakriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan). 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan pada matrik dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari sampai 9 yang merupakan skala kuantitatif dan menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen, seperti pada Tabel.. Menghitung nilai eigen (eigen value). 6. Menghitung vektor prioritas dari setiap matriks perbandingan berpasangan, yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada level hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 7. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan %. Untuk menghitung indek konsistensi, Saaty (996) menggunakan rumus: Dari hasil perbandingan tersebut kemudian dibuat matrik perbandingan berpasangan. ( max n) ( n ) (). Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Rumus tersebut menjelaskan bahwa adalah indeks konsistensi; l maks adalah total nilai eigen maksimum dari matrik berordo n; n adalah ordo matrik Volume, No., Agustus 22

4 Saaty (996) menyebutkan apabila bernilai nol, maka berarti matrik konsisten. Batas ketidakkonsistensian yang ditetapkan Saaty, diukur dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi dengan nilai pembangkit random () yang ditabelkan seperti Tabel 2. Bila matrik bernilai CR lebih kecil dari %, ketidakkonsistenan pendapat masih dianggap dapat diterima. Nilai ini bergantung pada ordo matrik n. Rasio konsistensi dihitung dengan rumus: CR. (2) 7 Sangat penting 9 Kepentingan yang ekstrim Nilai tengah diantara dua 2,,6,8 nilai keputusan yang berdekatan Jika aktifitas i mempunyai nilai yang lebih tinggi dari aktifitas j, maka berbalikan j mempunyai nilai berbalikan ketika dibandingkan dengan i Sumber : Suryadi et al. (22). Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan yang kuat atas satu aktifitas lebih dari yang lain Bukti menyukai satu aktifitas atas yang lain sangat kuat Bila kompromi dibutuhkan Rumus tersebut menjelaskan bahwa CR adalah rasio Konsistensi; adalah nilai indeks random (dari Tabel ); n adalah ordo matrik. Tabel. Skala Kuantitatif Tabel 2. Nilai Indeks Random () n R I Sumber : Teknomo et al. (999)... 9 Intensitas dari kepentingan pada skala absolut 3 Definisi Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya Penjelasan Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain HASIL PEMBAHASAN Analisis Kriteria dan Alternatif Lokasi Berdasarkan hasil survey lokasi, pendapat dari stakeholder dan studi literatur disimpulkan bahwa beberapa kriteria/faktor yang menjadi pertimbangan untuk menentukan lokasi lahan terminal bus yang terbaik dari beberapa alternatif lokasi yaitu:. Aksesibilitas dengan pusat kegiatan masyarakat. Aksesibilitas dengan pusat kegiatan masyarakat dijadikan salah satu Volume, No. Agustus 22-2

5 kriteria karena aksesibilitas adalah tingkat kemudahan masyarakat mencapai pusat kegiatan yang dalam hal ini adalah pusat perdagangan, jasa, dan pertokoan yang merupakan kawasan yang potensial bagi masyarakat. 2. Ketersediaan jaringan transportasi. Ketersediaan jaringan transportasi dimasukkan sebagai salah satu kriteria karena untuk menjadikan suatu terminal berfungsi dengan baik haruslah didukung oleh prasarana transportasi yang baik sebagai suatu sistem transportasi. 3. Adanya jalur angkutan umum. Jalur angkutan umum dijadikan salah satu kriteria karena suatu kawasan yang sudah memiliki jalur angkutan umum akan lebih mudah untuk dibangun terminal bus.. Kondisi lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan dimasukkan sebagai salah satu kriteria karena pembangunan suatu terminal akan berpengaruh baik atau buruk terhadap kondisi lingkungan sekitar.. Biaya pembebasan lahan. Biaya pembebasan lahan dimasukkan sebagai salah satu kriteria karena ada kemungkinan diperlukannya biaya untuk pembebasan lahan masyarakat. Alternatif lokasi yang akan di bandingkan dalam penelitian ini juga diperoleh dari studi literatur, survey lokasi dan pendapat dari stakeholder. Ada 3 (tiga) 2 - Volume, No., Agustus 22 lokasi yang paling memungkinkan, yaitu:. Lokasi A yaitu Pusat Kota Sabang, karena lokasi ini merupakan pusat kegiatan masyarakat Sabang. Di lokasi ini terletak pusat perdagangan dan jasa, pasar dan pertokoan, pusat pemerintahan Kota Sabang, kawasan perumahan, kawasan pelabuhan Internasional dan merupakan Ibukota Sabang. 2. Lokasi B yaitu Gampong Balohan, karena lokasi ini merupakan pintu gerbang jalur laut dari Banda Aceh menuju Sabang. Di lokasi ini terdapat kawasan perumahan, pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan dan pelabuhan penyeberangan. 3. Lokasi C yaitu Gampong Iboih yang merupakan pusat wisata bahari terbesar di Kota Sabang, memiliki kawasan perdagangan skala gampong, kawasan perumahan, dan kawasan hutan lindung. Setelah ditentukan kriteria dan alternatif lokasi maka dibuat struktur hirarki menurut metode AHP seperti pada Gambar berikut. LEVEL LEVEL 2 KTER IA LEVEL 3 LOKASI I Pusat Kota Sabang Gambar. TUJUAN Memilih lokasi lahan terminal tipe C di Kota Sabang KTER IA 2 KTER IA 3 LOKASI II Gampong Balohan KTEA A KTEA LOKASI III Gampong Iboih Struktur Hirarki Model AHP

6 Analisis Perbandingan Antar Kriteria dan Perbandingan Antar Alternatif Lokasi Berdasarkan hasil jawaban dari responden diperoleh nilai perbandingan antar kriteria dan nilai perbandingan antar alternatif lokasi lahan berdasarkan kriteria seperti ditampilkan pada Tabel 3 dan. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa perbandingan antara kriteria yang paling tinggi adalah nilai skala perbandingan antara kriteria dengan kriteria yaitu 7,72. Secara umum nilai skala perbandingan antara kriteria dengan kriteria lainnya menunjukkan angka yang lebih dominan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi responden menganggap bahwa sebuah terminal bus harus dekat dengan lokasi yang potensial bagi kebutuhan masyarakat yaitu suatu kawasan yang menjadi pusat kegiatan, seperti perdagangan, jasa, pasar dan pusat pemerintahan. Pada Tabel, berdasarkan kriteria nilai terbesar diperoleh pada perbandingan antara lokasi A (Pusat Kota Sabang) dengan lokasi B (Balohan) yaitu 7,. Kemudian diikuti oleh perbandingan antara lokasi A dengan lokasi C (Iboih) yaitu 6,968. Sedangkan nilai terendah diperoleh pada perbandingan antara lokasi B (Balohan) dengan lokasi C (Iboih) yaitu,77. Ini menunjukkan secara umum berdasarkan kriteria, persepsi responden menganggap sangat penting untuk memilih lokasi A daripada lokasi B atau lokasi C. Pada perbandingan lokasi B dengan lokasi C merupakan nilai terendah yang mendekati, ini menunjukkan bahwa secara umum persepsi responden menganggap kedua lokasi ini sama pentingnya. Pada baris kedua Tabel yaitu berdasarkan kriteria 2 nilai tertinggi diperoleh pada perbandingan lokasi A dengan lokasi B yaitu 6,3. Kemudian diikuti oleh perbandingan lokasi A dengan lokasi C yaitu 6,. Nilai terendah diperoleh pada perbandingan lokasi B dengan lokasi C yaitu,9. Ini menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria 2, secara umum persepsi para responden menganggap sangat penting untuk memilih lokasi A daripada lokasi B atau lokasi C. Karena lokasi A merupakan pusat kota Sabang dan ketersediaan jaringan transportasi untuk mendukung arus angkutan umum sudah pasti ada dan baik. Nilai perbandingan lokasi B dengan lokasi C menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria 2 responden menganggap kedua lokasi ini sama pentingnya, atau sedikit lebih penting memilih lokasi B dari lokasi C. Pada baris ketiga Tabel yaitu berdasarkan kriteria 3 dapat dilihat bahwa perbandingan antara lokasi A dengan lokasi B mendapatkan nilai 6,. Perbandingan antara lokasi A dengan lokasi C mendapatkan nilai 6,8. Sedangkan nilai terendah adalah perbandingan lokasi B dengan lokasi C yaitu 2,2. Secara umum persepsi Volume, No. Agustus 22-26

7 responden menilai berdasarkan kriteria adanya jalur angkutan umum sangat penting untuk ditempatkan terminal bus pada lokasi A karena lokasi A merupakan pusat dari seluruh jaringan transportasi di Sabang dan pusat kegiatan di Sabang. Kondisinya memungkinkan semua arus angkutan umum akan terpusat dan menuju ke lokasi A. Tabel 3. Uraian Nilai Perbandingan Antar Kriteria Perbandingan antar kriteria : 2 : 3 : : 2: 3 2: 2: 3: 3: : Nilai,37 6,62 7,7 7, 3,27 2,37 2,28 2,9 2,,77 perbandi ngan Tabel. Kriteria (Aksesibilitas dengan pusat kegiatan masyarakat) 2 (Ketersediaan jaringan transportasi) 3 (Adanya jalur angkutan umum) (Kondisi lingkungan sekitar) (Biaya pembebasan lahan) Nilai Perbandingan Antar Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Nilai perbandingan antara alternatif lokasi A : B A : C B : C 7, 6,968,77 6,3 6,,9 6, 6,8 2,2,2 7,9 2,9 3,3 6,8 3,7 Pada baris keempat Tabel yaitu berdasarkan kriteria dapat dilihat bahwa nilai tertinggi yaitu 7,9 diperoleh pada perbandingan antara lokasi A dengan lokasi C, kemudian nilai,2 merupakan perbandingan antara lokasi A dengan lokasi B. Nilai terendah yaitu 2,9 diperoleh pada perbandingan lokasi B dengan lokasi C. Ini menunjukkan bahwa jika dilihat dari kriteria persepsi 27 - Volume, No., Agustus 22 responden secara umum menunjukkan sangat penting untuk memilih lokasi A daripada lokasi B dan lokasi C, karena lokasi A merupakan pusat aktifitas masyarakat Sabang dan pusat pemerintahan. Pada Tabel baris kelima yaitu berdasarkan kriteria, menunjukkan bahwa nilai tertinggi yaitu 6,8 diperoleh pada perbandingan lokasi A dengan lokasi C. Kemudian perbandingan antara lokasi A dengan lokasi B dengan nilai 3,3. Nilai terendah yaitu 3,7 diperoleh pada perbandingan lokasi B dengan lokasi C. Persepsi responden menunjukkan sangat penting untuk memiliki terminal bus di lokasi A. Walaupun biaya pembebasan lahan di lokasi A yang merupakan pusat kota akan lebih tinggi dari lokasi lainnya. Lokasi C yang merupakan daerah tujuan wisata serta merupakan kawasan hutan lindung yang perlu dijaga kelestariannya, pembangunan terminal bus dikhawatirkan akan mengganggu kawasan lindung tersebut. Pada perbandingan antara lokasi B dengan lokasi C responden menganggap lebih penting lokasi B karena merupakan pelabuhan laut yang menghubungkan antara Sabang dengan Banda Aceh. Analisis Matrik Kriteria Bentuk matrik awal perbandingan antar kriteria ditampilkan pada Tabel. Pada matrik ini diperoleh perhitungan dari nilai eigen (λi), perhitungan vektor prioritas () dan perhitungan nilai eigen

8 maksimum (λmaks). Pada kolom (vektor prioritas) dapat dilihat bahwa Kriteria adalah kriteria terpenting karena memiliki nilai Xi yang paling besar yaitu,6 (6 %), lalu diikuti oleh kriteria 2, kriteria 3, kriteria dan yang paling rendah kriteria yaitu,9 (,9 %). Persepsi responden berdasarkan hasil tersebut menyatakan bahwa untuk menentukan lokasi lahan terminal maka kriteria terpentingnya adalah aksesibilitas dengan pusat kegiatan masyarakat. Matrik ini diuji konsistensinya dengan menghitung indeks konsistensi () terlebih dahulu menggunakan rumus () kemudian menghitung rasio konsistensi (CR) menggunakan rumus (2). Hasil perhitungan dan yang ditabulasikan adalah seperti pada Tabel 6. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 7 diperoleh nilai CR =,8, yang berarti nilai CR tersebut sudah sesuai dengan persyaratan konsistensi yaitu harus lebih kecil dari, atau lebih kecil dari %. Apabila hasil perhitungan CR mendapatkan nilai lebih besar dari, atau lebih besar dari % maka harus dipelajari kembali mengapa terjadi demikian, apakah terjadi kesalahan pengisian data atau memang persepsi responden yang tidak konsisten, bila persepsi responden yang tidak konsisten maka perlu dilakukan penyesuaian kembali terhadap penilaian atau dengan pengambilan data ulang dari responden. Tabel. Matrik Perbandingan Kriteria Krite- (Vector λ 2 3 λ i ria priori- Maks tas),,37 6,62 7,7 7,,8,6 3, 7 2,, 3,27 2,37 2,28 2,27,7, ,,3, 2,9 2, 3,72,97, 6 3,,2,7,,77,9,73, ,,3,8,6,,2,9, Jumlah 7,69,,2 Tabel 6. Perhitungan CR untuk Matrik Kriteria Kriteria λ i,,37 6,62 7,7 7,,8 7 2,8, 3,27 2,37 2,28,27 6 7,,3, 2,9 2,,72 6 3,3,2,7,,77, ,,3,8,6,, ,6 Jumlah 9 (Vector λ priori- Maks tas),6 3,,7,99,97,,73,38,9,37,,2 Tabel 7. Perhitungan CR untuk Matrik Kriteria λ maks n ( n ) CR,2,,,8 Keterangan : n CR : Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random. : Rasio Konsistensi Analisis Matrik Alternatif Lokasi Selanjutnya adalah melakukan perhitungkan perbandingan antar alternatif lokasi berdasarkan kriteria. Hasil perhitungan tersebut adalah: Volume, No. Agustus 22-28

9 . Hasil perhitungan alternatif lokasi terhadap kriteria ditampilkan ada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa persepsi responden terhadap lokasi A jika ditinjau dari kriteria aksesibilitas terhadap pusat kegiatan masyarakat memperoleh nilai paling tinggi yaitu,776 dan diikuti oleh lokasi B yaitu,32 dan lokasi C yaitu,92 atau dapat dikatakan bahwa responden lebih mengutamakan memilih lokasi A sebagai lokasi lahan terminal dari pada lokasi B dan C. Karena lokasi A berada dikawasan pusat Kota Sabang yang merupakan pusat perdagangan, jasa, perkantoran dan pelabuhan skala regional. Selanjutnya matrik ini juga akan diuji konsistensinya seperti ditampilkan pada Tabel 9. Pada Tabel 9 diperlihatkan nilai CR =,36 <, yang berarti nilai CR tersebut sudah sesuai dengan persyaratan konsistensi yaitu harus lebih kecil dari,. 2. Hasil perhitungan alternatif lokasi terhadap kriteria 2 ditampilkan pada Tabel. Dari Tabel dapat dilihat bahwa persepsi responden terhadap lokasi A jika ditinjau dari kriteria 2 memperoleh nilai paling tinggi yaitu,72 dan diikuti oleh lokasi B yaitu, dan lokasi C yaitu,97. Ini menunjukkan persepsi responden yang lebih mengutamakan memilih lokasi A sebagai lokasi lahan terminal dari pada lokasi B dan C. Karena 29 - Volume, No., Agustus 22 sebagian besar responden menganggap di lokasi A lebih baik jaringan transportasinya. Selanjutnya matrik ini juga akan diuji konsistensinya seperti yang ditampilkan pada Tabel. Pada Tabel diperlihatkan nilai CR =,8 <, yang berarti nilai CR tersebut sudah sesuai dengan persyaratan konsistensi yaitu harus lebih kecil dari, atau lebih kecil dari %. 3. Hasil perhitungan alternatif lokasi terhadap kriteria 3 ditampilkan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa persepsi responden terhadap lokasi A jika ditinjau dari kriteria 3 memperoleh nilai paling tinggi yaitu,77 dan diikuti oleh lokasi B yaitu, dan lokasi C yaitu,88 atau menunjukkan persepsi responden yang lebih mengutamakan memilih lokasi A sebagai lokasi lahan terminal dari pada lokasi B dan C. Karena pada lokasi A terdapat pusat tujuan semua angkutan umum yang ada di Sabang. Selanjutnya matrik ini juga akan diuji konsistensinya yang ditampilkan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 diperlihatkan nilai CR =,9 <, yang berarti nilai CR tersebut sudah sesuai dengan persyaratan konsistensi yaitu harus lebih kecil dari, atau lebih kecil dari %.

10 . Hasil perhitungan alternatif lokasi terhadap kriteria ditampilkan ada Tabel. Dari Tabel menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap lokasi A jika ditinjau dari kriteria memperoleh nilai paling tinggi yaitu,77 dan diikuti oleh lokasi B yaitu,78 dan lokasi C yaitu,76 atau menunjukkan persepsi responden yang lebih mengutamakan memilih lokasi A sebagai lokasi lahan terminal dari pada lokasi B dan C. Tabel 8. Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria AP A B C λ i (Vector prioritas) λ Maks A, 7, 6,968 3,673,776 2,36 B,,,77,626,32,2 C,,72,,3,92,279 Tabel 9. Jumlah,73, 3,37 Perhitungan dan CR untuk Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria λ maks n ( n ) CR 3,37 3 2,9,2,36 Keterangan : n CR : Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random. : Rasio Konsistensi. Tabel. Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria 2 KT A B C λ i (Vector λ Maks prioritas) A, 6,3 6, 3,38,72 2,298 B,9,,9,677,,6 C,63,2,,37,97,296 Jumlah,97, 3, Keterangan : KT : Ketersediaan Jaringan Transportasi. Tabel. Perhitungan CR untuk Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria 2 λ maks n ( n ) CR 3, 3 2,27,2,8 Keterangan: n CR : Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random. : Rasio Konsistensi. Karena lokasi A merupakan pusat perdagangan, jasa dan pertokoan, yang lingkungannya memang sudah cukup ramai. Lokasi B kurang diminati karena tidak di pusat kota, sedangkan lokasi C memiliki kawasan hutan lindung yang luas yang dikhawatirkan akan terganggu kondisinya bila dijadikan lokasi lahan terminal. Selanjutnya matrik ini juga akan diuji konsistensinya seperti ditampilkan pada Tabel. Dari Tabel dapat dilihat bahwa nilai CR =,9 <, yang berarti nilai CR tersebut sudah sesuai dengan persyaratan konsistensi yaitu harus lebih kecil dari,. Hasil perhitungan perbandingan alternatif lokasi terhadap kriteria ditampilkan ada Tabel 6. Dari Tabel 6 menunjukan bahwa persepsi responden terhadap lokasi A jika ditinjau dari kriteria memperoleh nilai paling tinggi yaitu,68 dan diikuti oleh lokasi B yaitu,239 dan yang terendah adalah lokasi C yaitu,8. Ini menunjukkan secara umum persepsi responden lebih mengutamakan Volume, No. Agustus 22-3

11 memilih lokasi A sebagai lokasi lahan terminal dari pada lokasi B dan C. Hal ini disebabkan karena adanya pusat kegiatan masyarakat yang potensial di lokasi A. Sedangkan lokasi C, karena memiliki kawasan lindung yang besar maka sebagian besar responden menganggap tidak mungkin untuk melakukan pembebasan lahan di lokasi C. Selanjutnya matrik ini juga akan diuji konsistensinya seperti ditampilkan pada Tabel 7. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai CR =,7 <, yang berarti nilai CR tersebut sudah sesuai dengan persyaratan konsistensi yaitu harus lebih kecil dari, atau lebih kecil dari %. Tabel 2. Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria 3 Adanya jalur angkutan umum A B C A B C λ i,,6, 6 Jumlah 6,,, 6,8 2,2, 3,7,7 2,,8 7 (Vector priori -tas) λ Maks,77 2,38,,7,88,269, 3, Tabel 3. Perhitungan CR untuk Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria 3 λ maks n ( n ) CR 3, 3 2,2,2,9 Keterangan: n : Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random. Tabel. Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria KS A B C λ i A B C,, 9, 27,2,,3 39 Jumlah 7,9 2,9, 3,6,82,3,63 7 (Vector prioritas) Keterangan KS : Kondisi Lingkungan Sekitar λ Maks,77 2,277,78,3,76,23, 3, Tabel. Perhitungan CR untuk Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria λ maks n ( n ) CR 3, 3 2,2,2,9 Keterangan: n : Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random. Tabel 6. Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria Biaya (Vecλ pembebasan A B C λ i tor Maks lahan prioritas), 3, 6,8 2,8,68 A 2, ,2, 3,7,,23 B,73 C 8, 6 Jumlah,2 67, 8,3 39,2 9,8,,23 3,9 Tabel 7. Perhitungan CR untuk Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria ( n λ maks n CR ) 3,9 3 2,2,2,7 Keterangan: n : Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random. 3 - Volume, No., Agustus 22

12 Analisis Matrik Prioritas Global Setelah diperoleh nilai vektor prioritas () untuk matrik kriteria maupun untuk matrik alternatif lokasi, selanjutnya dilakukan penghitungan prioritas global. Nilai vektor prioritas pada matrik kriteria dan matrik alternatif lokasi berdasarkan kriteria, dimasukkan menjadi bobot pada matrik prioritas global seperti ditampilkan pada Tabel 8. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa lokasi A mendapat bobot tertinggi yaitu,762 (76,2%), kemudian lokasi B yaitu,7 (,7%) dan yang terendah adalah lokasi C yaitu,9 (9,%). Secara umum, persepsi responden lebih memilih lokasi A (pusat Kota Sabang) sebagai lokasi terbaik untuk lahan terminal bus Kota Sabang. Dari hasil pembobotan pada matrik prioritas masih dapat dilihat pengaruh dari perubahan bobot kriteria terhadap alternatif lokasi yaitu dengan analisis sensitivitas. Karena adanya perkembangan kondisi dimasa datang atau dengan adanya informasi baru akan mempengaruhi persepsi masyarakat sehingga akan berpengaruh pula pada hasil penilaian secara keseluruhan. Jika bobot salah satu kriteria berubah naik atau turun maka bobot prioritas alternatif lokasi akan ikut berubah pula. Tetapi karena penelitian ini hanya dibatasi sampai pada pemilihan lokasi lahan saja, maka tidak dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat perubahan kriteria terhadap alternatif lokasinya. Tabel 8. Matrik Prioritas Global Kriteria 2 3 Prioritas Bobot,6,7,97,73,9 global A,776,72,77,77,68,762 B,32,,,78,239,7 C,92,97,88,76,8,9 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:. Kriteria yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi lahan terminal bus Kota Sabang adalah: a. Aksesibilitas dengan pusat kegiatan masyarakat (,6); b. Ketersediaan jaringan transportasi (,7); c. Adanya jalur amgkutan umum (,97); d. Kondisi lingkungan sekitar (,73); e. Biaya pembebasan lahan (,9). 2. Kriteria yang paling berpengaruh menurut persepsi responden adalah kriteria aksesibilitas dengan pusat kegiatan masyarakat, dengan nilai,6 (6 %). 3. Dari 3 (tiga) alternatif lokasi lahan terminal bus, yang merupakan lokasi terbaik adalah lokasi A (Pusat Kota Sabang) dengan nilai,762 (76,2%), kemudian lokasi B (Gampong Balohan) dengan nilai,7 (,7%) dan yang terakhir adalah lokasi C (Gampong Iboih) dengan nilai,9 (9,%). Volume, No. Agustus 22-32

13 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan studi ini, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:. Studi pemilihan lokasi lahan terminal bus ini pada dasarnya masih mengambil unit yang luas, yaitu kawasan atau Gampong. Karena itu perlu adanya studi-studi lainnya sebagai lanjutan untuk menentukan lokasi pertapakan terminal bus Kota Sabang. 2. Perlu adanya studi penunjang lainnya selain studi mengenai pertapakan terminal, misalnya studi mengenai dampak pembangunan terminal terhadap lingkungan. 3. Karena lokasi lahan terminal berada di Pusat Kota maka perlu adanya studi tentang dampak lalu lintas dari pembangunan terminal.. Untuk mengantisipasi perubahan persepsi masyarakat dimasa datang, yang akan berpengaruh terhadap keseluruhan penilaian maka perlu adanya studi mengenai analisis sensitivitas dari perubahan bobot kriteria terhadap alternatif lokasi. DAFTAR PUSTAKA BAPPEDA Kota Sabang, 2. Rancangan Rencana Tata Ruang dan layah Kota Sabang Sabang. Saaty, T.L., 996. Decision Making th Dependence and Feedback, The Analytic Network Process. Pittsburgh: RWS Publications. Syaifullah, 2. Pengenalan Metode Analytic Hierarchy Proses (AHP), /2. diakses tanggal Maret 22. Suryadi, K. dan M A Ramdhani, 22. Sistim Pendukung Keputusan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Volume, No., Agustus 22

IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK

IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT Yustina Meisella Kristania Program Studi Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Lebih terperinci

Penyebaran Kuisioner

Penyebaran Kuisioner Penentuan Sampel 1. Responden pada penelitian ini adalah stakeholders sebagai pembuat keputusan dalam penentuan prioritas penanganan drainase dan exspert dibidangnya. 2. Teknik sampling yang digunakan

Lebih terperinci

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi Program Studi Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia Jalan Dipatiukur 112-116 Bandung Email: gabeinct@yahoo.com

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA)

PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA) PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA) TESIS MEGISTER Oleh : BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process Available online at: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik Teknik, 37(2), 2016, 72-77 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Virgeovani Hermawan 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS

PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS Oscar Bintang Rustomo 1), Dewi Handayani 2), Slamet Jauhari Legowo 3) 1) Mahasiswa S1 Reguler Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PENDUDUK KERJA DI KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK MENUJU TEMPAT KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Sabdo Wicaksono

Lebih terperinci

Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi

Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi Citec Journal, Vol. 2, No. 1, November 2014 Januari 2015 ISSN: 2354-5771 Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi 65 Safrizal Instansi Jurusan Manajemen Informatika,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming. PENENTUAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN PELAKSANA PROYEK Chintya Ayu Puspaningtyas, Alvida Mustika Rukmi, dan Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) Frans Ikorasaki 1 1,2 Sistem Informasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK Siti Komsiyah Mathematics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Penyusunan Hirarki Dari identifikasi dan subatribut yang dominan, dapat disusun struktur hirarki sebagai berikut: Gambar 4.1 Struktur Hirarki Penerima Beasiswa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Sunggito Oyama 1, Ernawati 2, Paulus Mudjihartono 3 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas beberapa teori yang mendukung terhadap studi kasus yang akan dilakukan seperti: Strategic Planning Decision Support System (DSS) Evaluasi Supplier 2.1 Strategic

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA) ANALYSIS AND DESIGN APPLICATION

Lebih terperinci

Alternatif Lokasi Terminal Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

Alternatif Lokasi Terminal Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN Volume 2 Nomor 2, Agustus 2014, 113-128 Alternatif Lokasi Terminal Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Jusmar Effendi Simamora 1

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) Rudi S. Suyono 1) Abstrak Sungai merupakan salah satu prasarana yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI bidang TEKNIK PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI SRI NURHAYATI, SRI SUPATMI Program Studi Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Tujuan dari Perguruan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI PENUMPANG MODA PESAWAT TERBANG RUTE BANDAR LAMPUNG JOGJAKARTA DAN SOLO

IDENTIFIKASI POTENSI PENUMPANG MODA PESAWAT TERBANG RUTE BANDAR LAMPUNG JOGJAKARTA DAN SOLO IDENTIFIKASI POTENSI PENUMPANG MODA PESAWAT TERBANG RUTE BANDAR LAMPUNG JOGJAKARTA DAN SOLO Tas an Junaedi 1) Abstract Movement pattern that done by the resident of Lampung Province to Central Java Province

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA Deni Andrianto 1), Eddie Krishna Putra 2), Fajri Rakhmat

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 213-224. PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain Riset Tujuan Penelitian. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain Riset Tujuan Penelitian. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Secara luas desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Tabel 3.1 Desain Penelitian Desain Riset

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN RANGKING PENGGUNAAN LAHAN

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN RANGKING PENGGUNAAN LAHAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN RANGKING PENGGUNAAN LAHAN Anita Theresia Kurniawati * dan Misbahul Munir Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya *e-mail: anitateku@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 160-171) ISSN : 2450 766X FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) E. Salim 1, S. Musdalifah

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 9 NO. 1 April 2016

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 9 NO. 1 April 2016 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN TIPE RUMAH IDAMAN SESUAI KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN SOFTWARE SUPER DECISION Sri Nadriati 1 ABSTRACT The

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Menurut Churchman (2011) sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan Di Kota Bandung Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan Di Kota Bandung Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Januari 2016 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan Di Kota Bandung Menggunakan Metode Analytic

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Koperasi Serba Usaha Mitra Karya Unit XXIV Medan adalah salah satu instansi atau perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan koperasi usaha untuk

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN Oleh : Manis Oktavia 1209 100 024 Dosen Pembimbing : Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Sidang Tugas Akhir - 2013

Lebih terperinci

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso

Lebih terperinci

AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP (Analytical Hierarchy Process) Pengertian Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016 1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan

Lebih terperinci

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ Performa (2016) Vol. 15, No.2: 154-159 Peralihan Moda Transportasi Jasa Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ Yuliyani Nur Angraini 1), Meilani Rosita 2), dan Amalia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LAPTOP

PENERAPAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LAPTOP PENERAPAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LAPTOP Sylvia Hartati Saragih (0911383) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MCDM (Multiple Criteria Decision Making) Multi-Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : Imam Husni A Abstrak - Penelitian ini mengembangankan Sistem Pendukung

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT ati Putra 1) Septi Arianto 2) STMIK IBBI l. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail:

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA

PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA Sumiyar Pantiharso, Ervina Ahyudanari, dan Hitapriya Suprayitno Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS E-mail : labmk_its@yahoo.com ABSTRAK Untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS INFORMATIKA, Vol.3 September 2016, pp. 200~207 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 200 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ade Mubarok 1,

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI TERMINAL ANGKUTAN BARANG DI KOTA KENDARI DIDASARKAN PADA ANALISIS MULTI KRITERIA

PENENTUAN LOKASI TERMINAL ANGKUTAN BARANG DI KOTA KENDARI DIDASARKAN PADA ANALISIS MULTI KRITERIA PENENTUAN LOKASI TERMINAL ANGKUTAN BARANG DI KOTA KENDARI DIDASARKAN PADA ANALISIS MULTI KRITERIA Edward Ngii email: dwrd.ngii@gmail.com Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan Kusrini dan Ester Sulistyawati STMIK AMIKOM Yogyakarta Jl.Ringroad Utara Condong Catur,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS TATA RIAS KECANTIKAN DI KABUPATAN GARUT

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS TATA RIAS KECANTIKAN DI KABUPATAN GARUT FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS TATA RIAS KECANTIKAN DI KABUPATAN GARUT Rahmat Hidayat 1, Andri Ikhwana 2, Rina Kurniawati 3 Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya dilakukan analisis prioritas terhadap alternatif-alternatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya dilakukan analisis prioritas terhadap alternatif-alternatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seringkali sebuah organisasi dihadapkan dengan suatu masalah dimana organisasi tersebut mengalami kesulitan dalam memilih suatu alternatif dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya 2 Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa Irfan Dwi Jaya IMPLEMENTASI METODE AHP DALAM PERANCANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENENTUAN

Lebih terperinci

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp. 49 58 ISSN 1829-667X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN Nur Heri Cahyana Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir 29 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir Penerapan AHP dalam menentukan prioritas pengembangan obyek wisata dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Dinamika Informatika Volume 5, Nomor, November 05 ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Sunggito Oyama, Ernawati,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih JURNAL INFORMATIKA, Vol.4 No.1 April 2017, pp. 103~107 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 103 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih 1 Sri Hadianti,

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT Yandra Rahadian Perdana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta yrperdana@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Pemanfaatan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Penentuan Kenaikan Jabatan Karyawan

Pemanfaatan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Penentuan Kenaikan Jabatan Karyawan Pemanfaatan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Penentuan Kenaikan Jabatan Karyawan Hartono STMIK IBBI Jl. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail: hartonoibbi@gmail.com

Lebih terperinci

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikulsaleh

Lebih terperinci

PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI

PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI Rahmad Syah Jurusan Teknik Informatika, sekolah tinggi teknik harapan Jln. H.M Joni, Sumatera Utara,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (A HP) Heri Nurdiyanto 1), Heryanita Meilia 2) 1) Teknik

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096 PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) SEBAGAI TEMPAT KERJA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) 1. Permasalahan Pemilihan Perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG Victory Hasan 1, Ria Asih Aryani Soemitro 2, Sumino 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian

Lebih terperinci

DECISION SUPPORT SYSTEMS FOR THE SELECTION OF OUTSTANDING STUDENTS BY USING ANALYTIC HIERARCHY PROSES METHOD (CASE STUDY: LKP El-RAHMA SAMARINDA)

DECISION SUPPORT SYSTEMS FOR THE SELECTION OF OUTSTANDING STUDENTS BY USING ANALYTIC HIERARCHY PROSES METHOD (CASE STUDY: LKP El-RAHMA SAMARINDA) DECISION SUPPORT SYSTEMS FOR THE SELECTION OF OUTSTANDING STUDENTS BY USING ANALYTIC HIERARCHY PROSES METHOD (CASE STUDY: LKP El-RAHMA SAMARINDA) Heliza Rahmania Hatta FKTI Universitas Mulawarman heliza.rahmania@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

Penentuan Kriteria Kendaraan di Area Penyimpanan Studi Kasus Tunas Daihatsu Cilegon

Penentuan Kriteria Kendaraan di Area Penyimpanan Studi Kasus Tunas Daihatsu Cilegon Penentuan Kriteria Kendaraan di Area Penyimpanan Studi Kasus Tunas Daihatsu Cilegon Akhmad Zaenal 1, Hadi Setiawan, Shanti K. Anggraeni 1,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Akhmadzaenal_0861@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. PERUMAHAN Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan(basri,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM MENGANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA KE KAMPUS

PENGGUNAAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM MENGANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA KE KAMPUS PENGGUNAAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM MENGANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA KE Kardi Teknomo Dosen Fakultas Teknik, JurusanTeknik Sipil, Universitas Kristen Petra Hendro

Lebih terperinci