I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEHALALAN PRODUK ES KRIM MAGNUM ARIYATI KESUMA H

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang berdiri dengan berbagai produk atau

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan bahwa tahun 2013 diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 250

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Menurut prediksi para ekonom Indonesia, di tengah suasana. perekonomian negara yang masih belum menentu sejak tahun 1997,

I. PENDAHULUAN. mengandung susu tanpa lemak dan lemak susu.

I. PENDAHULUAN 23% 16% 17% 19% 30,025 35,088 41,708 48,585 59,827

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman saat ini menyebabkan makin kompetitifnya persaingan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha Latar Belakang. Persaingan bisnis yang dilakukan antar perusahaan dalam mendapatkan calon

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia bisnis produk semakin ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tinggi setelah tahun lalu tumbuh sebesar 9 % (

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong

PENGARUH PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK ES KRIM MAGNUM WALL S SKRIPSI. UPN Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. harapan konsumen, dengan membangun kepercayaan dalam suatu hubungan

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

BAB I PENDAHULUAN. bisnis bagi setiap perusahaan. Suatu perusahaan mengharapkan agar hasil

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Interaksi tersebut pun dapat mereka lakukan secara verbal maupun

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini dalam persaingan bisnis tidak hanya menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis diwarnai dengan persaingan yang semakin tinggi. Untuk menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. cepat tak terkecuali di Indonesia sendiri. Beragamnya produk yang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan strategi pemasaran untuk mengetahui motif yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar pada saat ini semakin meningkat sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam zaman moderenisasi sekarang ini dunia bisnis terus berjalan,

BAB I PENDAHULUAN. urbanisasi dan peningkatan pendapatan, serta tren kebugaran dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis,

BAB I PENDAHULUAN. banyak industri yang juga mengalami fenomena tersebut. Industri fast moving

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. mengandung nilai gizi yang tinggi. Gizi yang tinggi ini merupakan sumber

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang turut

BAB I PENDAHULUAN. (Handphone). Handphone saat ini sudah menjadi alat komunikasi yang penting dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia usaha umumnya, maka banyak. perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini banyak bermunculan aneka merek yang menyampaikan pesan

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain menciptakan produk yang memiliki keunikan tersendiri dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Salah satu sumber bahan pangan berasal dari hewani, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi dunia semakin meningkat sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

PENDAHULUAN. Latar Belakang. waktu tahun 2010 sampai 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015), disertai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perusahaan dituntut untuk bersaing secara cermat dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per kapita Tahun 1999 dan Jenis komoditas

I. PENDAHULUAN. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung. alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. adalah pasar yang sangat besar dan potensial untuk kegiatan ekonomi dan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. bantuan makanan melalui program PMT (Program Makanan Tambahan). 1)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri keuangan syariah yang meliputi perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dan perilaku konsumen terus berubah. Pemasar perlu bersungguhsungguh

BAB I PENDAHULUAN. membuat persaingan industri tersebut semakin ketat dalam mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BAB I. positif di mata pasar. Dalam tujuan mendapatkan awareness yang tinggi dan juga

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

BAB I PENDAHULUAN. Berikut ini akan dibahas secara lebih detail mengenai hal-hal di atas.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memahami konsumen di seluruh dunia tentang pendapat mereka

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis. Sehingga menimbulkan persaingan-persaingan dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dengan memanfaatkan globalisasi serta

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Makanan olahan cepat saji sosis dan nugget. Daging restrukturisasi (restructured meat) merupakan salah satu bentuk

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis restoran cepat saji. Makanan asing yang disajikan oleh restoran-restoran

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. Pendapatan nasional per kapita masyarakat Indonesia meningkat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

I PENDAHULUAN. Kebutuhan konsumen terhadap minuman siap minum atau dikenal juga dengan

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, Makanan merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang guna kelangsungan hidupnya. Untuk itu sangat penting bagi manusia untuk memperhatikan makanan dan minuman sehat yang sebaiknya dikonsumsi agar tidak mengganggu kesehatan dan keyakinan masyarakat. Salah satu makanan dan minuman yang digemari oleh masyarakat adalah makanan siap saji. Makanan dan minuman siap saji memiliki prospek pasar yang semakin luas karena adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat yang diiringi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Konsumen dengan perkembangan zaman yang semakin pesat harus lebih selektif untuk memilih makanan dan minuman yang dikonsumsi, konsumen harus mengetahui kandungan apa yang terdapat dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237.641.326 jiwa (BPS 2010), jumlah tersebut merupakan peluang yang besar dan potensi pasar yang baik bagi produsen makanan dan minuman siap saji untuk meningkatkan produksinya. Di Indonesia bisnis makanan dan minuman telah mengalami pertumbuhan yang semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir, Berikut merupakan tabel volume penjualan dan pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia beberapa tahun terakhir. Tabel 1. Volume Penjualan dan Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman di Indonesia tahun 2008-2011 Tahun Volume Penjualan (Rp Triliun) Pertumbuhan (%) 2008 505-2009 555 4.71 2010 605 4,31 2011 650 3,58 Sumber: Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa volume penjualan makanan dan minuman mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya, walaupun tingkat pertumbuhan industri makanan dan minuman menurun namun, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia memperkirakan produksi makanan 1

dan minuman naik 10-15 persen seiring peningkatan investasi yang dilakukan tahun 2012. Asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman di Indonesia juga memproyeksikan investasi di industri makanan dan minuman tahun 2012 mencapai Rp 30 triliun, naik 20 persen dibandingkan 2010 sebesar Rp 25 triliun. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat memberikan peluang kepada perusahaan untuk mengembangkan industri makanan dan minuman karena merupakan salah satu konsumsi pokok bagi masyarakat. Perkembangan industri makanan dan minuman secara pesat merupakan gambaran umum bahwa industri ini akan semakin berkembang dengan dinamis dalam beberapa tahun kedepan. Salah satu industry dibidang makanan dan minuman yang memiliki Potensi untuk berkembang adalah industri es krim, hal ini dapat dilihat dengan tingkat konsumsi konsumen terhadap produk es krim. Rata-rata setiap orang di Indonesia mengkonsumsi 0,2 liter es krim per tahun, sekitar 250 mililiter per orang per tahunnya 1. Kecenderungan bertambahnya tingkat konsumsi konsumen terhadap produk es krim dapat disebabkan oleh meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat Indonesia, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh selera dan gaya hidup yang mulai berubah. Berikut merupakan tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk es krim di daerah perkotaan di Indonesia. Tabel 2. Tingkat Konsumsi Masyarakat terhadap Es Krim dari tahun 2007-2010 Tahun Jumlah (satuan mangkuk kecil) 2007 3,50 2008 3,07 2009 3,20 2010 3,36 Sumber : Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2007-2010 Badan Pusat Statistik Indonesia Pada Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2007 ke 2008 konsumsi es krim menurun sedangkan pada tahun 2009 konsumsi es krim mulai mengalami peningkatan dan pada tahun 2010 kembali terjadi peningkatan konsumsi dengan jumlah 3,36 mangkuk kecil. Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi es krim di Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya, namun dengan tingkat konsumsi tersebut merupakan peluang bagi produsen es krim 1 http://www.unilever.co.id/id/brands/foodbrands/walls/ diakses pada [1 Maret 2012] 2

untuk terus meningkatkan produksinya. Hal ini terbukti dengan perkembangan industri es krim di Indonesia yang semakin meningkat dalam lima tahun terakhir, tingkat pertumbuhan pasar es krim di Indonesia meningkat sedikitnya 20 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2007 total pasar es krim sudah mendekati angka 100 juta liter dengan nilai absolut diatas dua trilliun (Majalah SWA, 2008). Pasar potensial es krim salah satunya ditentukan oleh jumlah dan daya beli penduduk tersebut. Jika dilihat berdasarkan hasil riset dari PT Unilever pasar es krim di Indonesia dapat dicerminkan dengan nilai penjualan ritel tumbuh rata-rata 12,4 persen per tahun selama 2004-2009, menurut data Euromonitor. Nilai penjualan ritel es krim di Indonesia mencapai Rp 2,8 triliun pada tahun 2009 2. Industri es krim memiliki cukup banyak pemain, bahkan sampai ratusan merek saling bersaing dalam pasar es krim, namun hanya beberapa produk saja yang mampu menguasai pasar. Pada tahun 2010 terdapat lebih dari 38 perusahaan es krim skala menengah hingga besar yang ada di Indonesia. Namun, diantara 38 perusahaan eskrim tersebut hanya terdapat lima pemain besar di bisnis es krim saat ini yaitu Indoeskrim, Diamond, dan Campina. PT Walls,Unilever tercatat sebagai pemimpin pasar es krim di Indonesia, dengan menguasai sebesar 57,6 persen pangsa pasar nasional pada 2008. Data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 3. Produksi Es Krim Per Liter Menurut Beberapa Perusahaan Es Krim di Indonesia 2006-2008 MEREK Th 2006 (000 Ltr) Th 2007 (000 Ltr) Th 2008 (000 Ltr) WALLS 23.150 30.015 36.918 INDOESKRIM 5.109 7.634 8.005 CAMPINA 8.299 10.914 12.770 DIAMOND 2.621 2.404 2.572 Sumber : PT Indolacto (2009) Dari data tersebut PT Walls, Unilever merupakan pasar yang menduduki peringkat pertama dalam memproduksi es krim. Tahun 2006 nilai produksi es krim per liter nya adalah sebesar 23.150.000 liter dan meningkat menjadi 30.015.000 pada tahun 2007 atau naik sebesar 77,12 persen. Berdasarkan data 2 http://www.indonesiafinancetoday.com//read/14674/unilever-perbesar-pasar-es-krim-untuk- Topang-Pertumbuhan diakses pada [10 Maret 2012] 3

tersebut terjadi peningkatan produksi eskrim yang sangat signifikan. Pada tahun 2008 produksi es krim terus meningkat hingga 36.918.000 liter. Menurut data PT Indolakto, pangsa pasar tersebut diperkirakan belum berubah jauh pada 2009 dan 2010. Salah satu es krim produksi PT Walls yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah es krim Magnum, selain rasanya yang enak dan manis, es krim Magnum memiliki berbagai varian rasa dan simbol tersendiri yaitu Wall s Magnum Classic melambangkan rasa orisinil Wall s Magnum yang mampu memberikan rasa dengan kualitas terbaik lapisan coklat Belgia sampai pada es krim vanilla yang halus. Wall s Magnum Almond, identik dengan es krim vanilla yang halus berlapiskan coklat susu Belgia yang tebal dan renyah ditambah kacang almond, yang ketiga yaitu Wall s Magnum Chocolate Truffle tersedia dengan es krim coklat yang dicampur coklat truffle berlapis coklat Belgia yang tebal dan renyah. Dengan semakin berkembangnya produsen es krim di Indonesia, keamanan pangan menjadi salah satu isu yang menyita perhatian beberapa organisasi kesehatan di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Food and Agriculture Organization (FAO) saat ini memberikan penekanan bagi seluruh negara agar memperkuat sistem keamanan pangan. Negara-negara diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap para produsen dan penjual yang terlibat dalam industri pangan. Salah satu kejadian yang terkait isu keamanan pangan baru-baru ini, seperti temuan lemak babi pada produk makanan dan minuman. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tetapi juga menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak asasi konsumen. Pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun pangan itu menarik, nikmat, tinggi gizinya jika tidak aman dikonsumsi, maka tidak ada nilainya sama sekali. Karena itu, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pangan yang dikonsumsi menjadi hal penting. Pada awal tahun 2011 berkembang isu bahwa es krim Magnum menggunakan bahan tambahan pangan yang berasal dari lemak babi. Adanya isu kandungan lemak babi dalam produk es krim Magnum telah menyebabkan 4

kerugian pada PT Walls, Unilever Indonesia. Kerugian tersebut mengakibatkan hancurnya image yang selama ini dibangun oleh PT Walls. Indonesia merupakan mayoritas pemeluk agama Islam, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang beragama muslim sebesar 209,28 juta jiwa, sekitar 88,10 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Salah satu konsep halal dalam Islam adalah makanan harus tidak mengandung sedikitpun lard atau lemak babi. Kehadiran komponen lemak babi ini, meskipun persentasenya kecil dalam bahan pangan, akan membawa makanan tersebut menjadi haram untuk dikonsumsi. Dengan adanya pemberitaan tersebut membuat masyarakat khawatir akan komposisi es krim magnum. Salah satu cara untuk mengembalikan citra atau atau image perusahaan, PT Walls, Unilever Indonesia mengeluarkan pernyataan dari head of comunications PT Unilever bahwa Kode E471 dan E472 adalah kode internasional untuk bahan pengemulsi untuk mengikat lemak dan air. Hal ini bisa untuk mengemulsi dengan bahan dari nabati atau hewani. Tetapi magnum mengunakan bahan dari nabati, yang berarti berasal dari tumbuh-tumbuhan. MUI juga telah memberikan sertifikat Halal kepada es krim magnum, demikian juga dengan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang telah memberikan ijin edar, sehingga dapat didistribusikan hingga ditangan konsumen. Namun, dengan adanya pemberitaan isu lemak babi telah mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap produk magnum. Faktanya produk magnum produksi dalam negeri yaitu produk magnum yang diproduksi oleh PT Walls, Unilever Indonesia adalah aman untuk dikonsumsi. Adanya pernyataan tersebut dapat menimbulkan suatu persepsi tersendiri terhadap keamanan pangan dengan isu lemak babi. Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya, dan secara substansi bisa sangat berbeda dengan realitas, dengan kata lain persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar juga keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi memiliki sifat subjektif karena setiap orang akan memandang suatu objek atau situasi dengan cara yang berbeda-beda (Setiadi, 2003). 5

Persepsi tentang produk Magnum mengandung lemak babi yang berkembang dimasyarakat sangat penting untuk diperhatikan, persepsi berhubungan dengan pembentukkan pengetahuan konsumen yang kemudian akan mempengaruhi keputusan pembelian, dimana keputusan pembelian tersebut dipengaruhi oleh sikap konsumen dalam mengkonsumsi produk Magnum, sikap berhubungan dengan kepercayaan konsumen dan evaluasi konsumen terhadap produk magnum. adanya isu lemak babi pada produk magnum diduga bisa mengakibatkan konsumen beralih pada produk pesaing magnum yaitu campina bazooka. Dengan menganalisis sikap konsumen terhadap kedua produk ini maka akan didapatkan bagaimana kepercayaan dan evaluasi konsumen terhadap kedua produk es krim ini dan bagaimana perbandingan sikap konsumen terhadap kedua produk es krim ini. Analisis sikap ini juga akan dapat digambarkan bagaimana kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh produk es krim Magnum dan Campina Bazooka. Karena itu, penting untuk dilakukan penelitian mengenai persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. 1.2 Perumusan Masalah Pada Maret 2011 beredar informasi di Indonesia mengenai ingredient makanan dalam bentuk kode-e yang beredar di media elektronik seperti melalui sarana Short Message Service (SMS), Blackberry Messager dan melalui internet seperti facebook. Beberapa orang mengindikasikan bahwa deretan kode-e tersebut bersumber dari babi. Isu tentang kode-e pada salah satu produk yang telah bersertifikat halal telah meresahkan masyarakat yang mengkonsumsi produk tersebut. Kode-E atau E-number menurut UK Food Standard Agency adalah kode untuk bahan tambahan atau aditif makanan yang telah dikaji oleh Uni Eropa 3. Salah satu produk yang telah bersertifikat halal namun dianggap mengandung lemak babi adalah es krim Magnum, Kode E471 dan E472 yang tertera pada produk es krim Magnum adalah kode internasional untuk bahan pengemulsi untuk mengikat lemak dan air. Bahan ini bisa untuk mengemulsi dengan bahan dari nabati atau hewani. Isu yang beredar dimasyarakat adalah es krim Magnum menggunakan pengemulsi dari bahan hewani yaitu babi, dengan 3 http://www.beritaterkini.asia/ 03 Maret 2012 6

adanya isu lemak babi ini, ternyata mengakibatkan keresahan terhadap masyarakat. Pertumbuhan volume penjualan es krim Magnum di Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 1,2 persen dan hasil tersebut tidak sesuai dengan harapan PT Walls, Unilever. Saham Unilever Indonesia sempat jatuh 4,2 persen di bursa saham dan penurunan ini merupakan penurunan yang signifikan sejak 19 Agustus 2011 (Majalah SWA). Dengan pertumbuhan volume penjualan es krim magnum yang tidak sesuai dengan harapan, dapat mengindikasikan bahwa tingkat pertumbuhan es krim Magnum tersebut dipengaruhi oleh adanya isu produk Magnum menggunakan lemak babi. Sehingga hal ini dapat membentuk persepsi konsumen terhadap kehalalan produk magnum untuk dikonsumsi dimana persepsi konsumen mempengaruhi terhadap sikap konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk. Hal ini berkaitan erat dengan keamanan pangan terhadap produk magnum, dengan produk yang berasal dari bahan yang tidak halal tentunya membuat konsumen merasa tidak aman untuk mengkonsumsi produk tersebut. Dampak dari Isu lemak babi pada es krim magnum secara tidak langsung akan membentuk persepsi terhadap keamanan pangan es krim magnum, berbagai macam persepsi akan timbul di dalam masyarakat tentang es krim magnum. Selain itu, karakteristik dari masyarakat yang mengkonsumsi es krim magnum juga akan menimbulkan persepsi internal. Sedangkan faktor yang mempengaruhi persepsi dari faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar. Sehingga ada kemungkinan banyak masyarakat yang terpengaruh dengan isu ini atau bahkan ada masyarakat yang tidak berpengaruh dengan isu tersebut. Banyaknya persepsi terhadap produk Magnum tersebut, dapat menimbulkan sikap yang akan diberikan oleh konsumen terhadap pemilihan produk es krim yang terbaik untuk dikonsumsi. Salah satu jenis es krim yang telah memiliki pangsa pasar yang bagus adalah es krim Magnum, akan tetapi merek es krim tersebut saat ini di isukan mengandung kandungan lemak babi. Dengan adanya isu lemak babi ini akan dilihat juga bagaimana sikap konsumen terhadap produk saingan es krim Magnum yaitu Campina Bazooka produksi PT Campina yang merupakan perusahaan es krim terbesar kedua setelah PT Walls 7

Unilever, hal ini dilakukan sebagai pembanding bagaimana sikap konsumen terhadap kedua produk es krim ini. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana persepsi konsumen terhadap produk Es krim Magnum setelah adanya isu lemak babi? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Es krim Magnum setelah adanya isu lemak babi? 3. Bagaimana sikap konsumen terhadap produk Es krim Magnum dan Es Krim Campina Bazooka dengan adanya isu lemak babi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis persepsi konsumen terhadap produk Es krim Magnum setelah adanya isu lemak babi. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Es krim Magnum setelah adanya isu lemak babi. 3. Menganalisis sikap konsumen terhadap produk Es krim Magnum dan es krim Campina Bazooka setelah adanya isu lemak babi. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi produsen, sebagai bahan pertimbangan dalam memperhatikan mutu keamanan pangan dari produk yang diproduksinya. 2. Bagi pihak lain, Memberikan informasi kepada semua pihak yang membaca penelitian ini, diharapkan mendapatkan informasi mengenai manfaat yang terdapat di dalam produk Es krim Magnum, sehingga dapat menjadi salah satu pertimbangan sebelum memutuskan untuk membeli produk Es krim yang akan di konsumsi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian terkait hanya pada produk magnum yang dipasarkan di pasar Indonesia, penelitian hanya mencoba untuk menyampaikan informasi yang terkait dengan karakteristik konsumen, persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi 8

persepsi dan sikap responden terhadap produk Es krim Magnum setelah adanya isu lemak babi, serta sikap konsumen terhadap dua merek produk es krim yang pangsa pasar nya telah cukup baik yaitu Es Krim Magnum Classic dengan rasa vanila dan Es Krim Campina Bazooka vanila. Alasan pemilihan produk ini karena dari segi segmentasi pasar, kedua produk ini memiliki kesamaan segmentasi pasar yaitu kalangan dewasa dan kalangan menengah keatas, serta dari segi rasa es krim ini cenderung memiliki rasa yang hampir sama. Konsumen yang diteliti adalah konsumen akhir, dari pihak produsen tidak dilakukan penelitian karena adanya keterbatasan penelitian. Batasan penelitian ini penting untuk disampaikan, dengan tujuan agar hasil penelitian dapat diterima dan di mengerti sebagai gambaran informasi mengenai persepsi dan hubungan antara karakteristik dan persepsi serta sikap konsumen dalam mengkonsumsi produk Magnum. 9