BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

Adhyatman Prabowo, M.Psi

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN

REFERAT GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

Nn. S. adalah seorang mahasiswa berusia 25 tahun yang dirujuk untuk evaluasi psikiatri dari Departemen darurat medis di besar berbasis university medi

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami trauma sekunder tidak mengalami langsung kejadian. korban trauma. (Figley, McCann & Pearlman, dalam Motta 2008).

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder)

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

Pendahuluan. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

Faktor Biologis Faktor Kognitif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAKUT YANG TIDAK WAJAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. di lingkungan sekitar kita, seperti gempa bumi yang melanda Yogyakarta,

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada pasien kanker amputasi dilakukan sebagai prosedur menyelamatkan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan. "Respons stres akut" pertama kali dideskripsikan oleh Walter Cannon pada tahun 1920 sebagai sebuah teori bahwa hewan-hewan begangguan terhadap ancaman dengan pembuangan umum dari sistem saraf simpatik. Respons ini kemudian dikenal sebagai tahap pertama dari sindrom adaptasi umum yang mengatur tanggapan stres di antara vertebrata dan organisme lain. Gangguan stres akut ditandai dengan perkembangan kecemasan yang parah, disosiatif, dan gejala lain yang terjadi dalam waktu satu bulan setelah terkena stresor traumatis yang ekstrem (misalnya, menyaksikan kematian atau kecelakaan serius). Sebagai tanggapan terhadap peristiwa traumatik, individu mengembangkan gejala disosiatif. Individu dengan gangguan stres akut mempunyai penurunan respon emosional, seringkali sulit atau tidak mungkin untuk mengalami kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan menyenangkan sebelumnya, dan sering merasa bersalah karena mengejar tugas-tugas kehidupan biasa. Seseorang dengan gangguan stress akut dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi, merasa terlepas dari tubuh mereka, pengalaman dunia sebagai tidak nyata atau mimpi, atau mengalami kenaikan kesulitan mengingat detail spesifik dari peristiwa traumatik (amnesia disosiatif). 1 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gangguan Stres Akut (Acute Stress Disorder/ASD) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan, hasil dari sebuah peristiwa traumatis di mana seseorang mengalami atau saksi suatu peristiwa yang menyebabkan korban/saksi untuk mengalami ekstrim, mengganggu atau tidak terduga takut, stres, (dan kadangkadang rasa sakit) dan yang melibatkan atau mengancam serius, dirasakan cedera serius (biasanya kepada orang lain), atau kematian. Gangguan stres akut adalah variasi dari Post- Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan adalah pikiran dan tubuh terhadap perasaan (baik yang dirasakan dan nyata) yang intens ketidakberdayaan. 1 2.2 Epidemiologi Secara umum, prevalensi seumur hidup gangguan stress akut sebesar 8% sementara 5-15% mengalami bentuk subklinis. Pada kelompok yang pernah mengalami trauma sebelumnya, prevalensinya antara 5-75%. Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi (10-12%) dibandingkan pria (5-6%) pada kelompok usia dewasa muda. 2.3 Etiologi Stresor atau peristiwa traumatis di mana seseorang mengalami atau saksi suatu peristiwa yang menyebabkan korban/saksi untuk mengalami ekstrim, mengganggu atau tidak terduga takut, stres, (dan kadang-kadang rasa sakit) dan yang melibatkan atau mengancam, cedera serius, atau kematian. Walaupun stresor diperlukan, namun stresor tidak cukup untuk menyebabkan gangguan. Faktor-faktor yang harus ikut dipertimbangkan adalah faktor biologis individual, faktor psikososial sebelumnya dan peristiwa yang terjadi setelah trauma. Faktor kerentanan yang merupakan predisposisi tampaknya memainkan peranan penting dalam menentukan apakah gangguan akan berkembang, yaitu : 2

1. Adanya trauma masa anak-anak 2. Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau anti sosial 3. Sistem pendukung yang tidak adekuat 4. Kerentanan konstitusional genetika pada penyakit psikiatrik 5. Perubahan hidup penuh stress yang baru terjadi 6. Persepsi lokus kontrol eksternal 7. Penggunaan alkohol, walaupun belum sampai taraf ketergantungan Jika trauma terjadi pada masa anak-anak maka akan terjadi penghentian perkembangan emosional, sedangkan jika terjadi pada masa dewasa akan terjadi regresi emosional. 1 2.4 Manifestasi Klinis Gejala menunjukkan variasi yang besar, tetapi biasanya mereka menyertakan sebuah keadaan awal dari "linglung", dengan beberapa penyempitan bidang kesadaran dan penyempitan perhatian, ketidakmampuan untuk memahami rangsangan, dan disorientasi. Keadaan ini dapat diikuti baik oleh penarikan lebih lanjut dari situasi sekitarnya, atau dengan agitasi dan overeaktifitas. Tanda-tanda panik otonom kecemasan (takikardia, berkeringat, kemerahan) yang umumnya hadir. Gejala biasanya muncul dalam beberapa menit dari dampak dari stres rangsangan atau aktivitas, dan menghilang dalam waktu 2-3 hari (seringkali dalam beberapa jam). Amnesia sebagian atau lengkap untuk episode mungkin ada. Seseorang dengan Gangguan Stress akut dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi, merasa terlepas dari tubuh mereka, pengalaman dunia sebagai tidak nyata atau mimpi, atau mengalami kenaikan kesulitan mengingat detail spesifik dari peristiwa traumatik (amnesia disosiatif). Peristiwa traumatik yang dialami kembali terus-menerus dalam setidaknya salah satu dari cara berikut: berulang, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik, atau rasa menghidupkan kembali pengalaman atau penderitaan pemaparan pada pengingat dari peristiwa traumatik. 1 2.5 Diagnosis 3

Kriteria diagnostik untuk gangguan stress akut menurut PPDGJ III adalah sebagai berikut : 2 1. Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman stresor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah kejadian. 2. Selain itu ditemukan gejala-gejala : a. Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain gejala permulaan berupa keadaan terpaku (daze), semua hal berikut dapat terlihat : depresi, ansietas, kemarahan, kecewa, overaktif, dan penarikan diri. Akan tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu yang lama. b. Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stresornya, gejala dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam); dalam hal di mana stres menjadi berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru mereda setelah 24-48 jam dan biasanya hampir menghilang setelah 3 hari. 3. Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak dari gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukkan gangguan psikiatrik lainnya. 4. Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya atau beratnya suatu gangguan stres akut. Kriteria diagnostik untuk gangguan stress akut menurut DSM IV adalah sebagai berikut: 3 A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari berikut ini ditemukan: 1. Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau ancaman kepada integritas diri atau orang lain. 2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau horor. 4

B. Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian yang menakutkan, individu tiga (atau lebih) gejala disosiatif berikut : 1. perasaan subyektif kaku, terlepas, atau tidak ada responsivitas emosi. 2. penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya (misalnya, berada dalam keadaan tidak sadar) 3. derealisasi 4. depersonalisasi 5. amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma) C. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali sekurangnya satu cara berikut: bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang rekuren, atau suatu perasaan hidupnya kembali pengalaman atau penderitaan saat terpapar dengna pengingat kejadian traumatik. D. Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan rekoleksi trauma (misalnya, pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat, orang). E. Gejala kecemasan yang nyata atau pengingat kesadaran (misalnya, sulit tidur, iritabilias, konsentrasi buruk, kewaspadaan berlebihan, respon kejut yang berlebihan, dan kegelisahan motorik). F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain, menganggu kemampuan individu untuk mengerjakan tugas yang diperlukan, seperti meminta bantuan yang diperlukan atau menggerakan kemampuan pribadi dengan menceritakan kepada anggota keluarga tentang pengalaman traumatik. G. Gangguan berlangsung selama minimal 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi dalam 4 minggu setelah traumatik H. Gangguan tidak disebabkan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan psikotik singkat dan tidak semata-mata suatu eksaserbasi gangguan Aksis I atau Aksis II dan telah ada sebelumnya. Pasien dengan gangguan disosiatif biasanya tidak memiliki derajat perilaku menghindar, kesadaran berlebih (hiperarousal) otonomik, atau riwayat trauma yang dilaporkan oleh pasien 5

gangguan stress pascatraumatik. Sebagian karena publikasi yang luas dan telah diterima, istilah gangguan stress pascatraumatik dalam berita popular, klinisi harus juga mempertimbangkan kemungkinan suatu gangguan buatan atau berpura-pura. 2.6 Diagnosis Banding 1. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pada PTSD, pasien harus mengalami suatu stress emosional yang besar yang bersifat traumatik bagi setiap orang. Peristiwa trauma tersebut termasuk trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, dan kecelakaan yang serius. PTSD terdiri dari pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran yang membangunkan (waking through), penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan (hyperarousal) yang persisten. Menurut DSM-IV perbedaan antara gangguan stress akut dengan PTSD adalah lamanya gejala berlangsung yaitu pada gangguan stress akut berlangsung 2 hari hingga 1 bulan sedangkan pada PTSD berlangsung lebih dari 1 bulan. 4 2. Gangguan Panik Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak diperkirakan. Gangguan panik ini sering disertai dengan adanya agoraphobia yaitu ketakutan berada sendirian di tempat-tempat publik. Pasien ini dibawa berobat ke rumah sakit dengan keluhan berteriak-teriak ketakutan serta berguling-guling di lantai tempat kerjanya sehingga hal ini mendukung adanya suatu serangan panic yang spontan. Selain itu, pasien juga menghindari tempat-tempat umum atau transportasi umum. 2.7 Penatalaksanaan Gangguan ini dapat diatasi sendiri dengan waktu atau mungkin berkembang menjadi gangguan yang lebih berat seperti PTSD. Namun hasil Creamer, O'Donnell dan Pattison's (2004) penelitian terhadap 363 pasien menunjukkan bahwa diagnosa Gangguan Stres akut hanya memiliki validitas prediktif terbatas untuk PTSD. Namun tidak menemukan bahwa pengalaman kembali peristiwa traumatik dan gairah lebih baik prediktor PTSD. Obat dapat digunakan untuk jangka waktu yang sangat singkat (sampai empat minggu) 6

Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menilai efektivitas konseling dan psikoterapi bagi orang-orang dengan ASD. Terapi perilaku kognitif yang mencakup eksposur dan restrukturisasi kognitif ternyata efektif dalam mencegah PTSD pada pasien yang didiagnosis dengan klinis ASD dengan hasil yang signifikan pada 6 bulan follow-up. Kombinasi relaksasi, restrukturisasi kognitif, imaginal eksposur dan vivo eksposur lebih unggul untuk mendukung konseling. 5 2.8 Prognosis Prognosis untuk gangguan ini sangat baik. Jika berkembang ke gangguan lain (biasanya PTSD), tingkat keberhasilan dapat bervariasi sesuai dengan spesifikasi yang terjadi pada gangguan. 1 BAB III PENUTUP 7

Gangguan Stres Akut (Acute Stress Disorder/ASD) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan, hasil dari sebuah peristiwa traumatis di mana seseorang mengalami atau saksi suatu peristiwa yang menyebabkan korban/saksi untuk mengalami ekstrim, mengganggu atau tidak terduga takut, stres, (dan kadangkadang rasa sakit) dan yang melibatkan atau mengancam serius, dirasakan cedera serius (biasanya kepada orang lain), atau kematian. Gangguan ini dapat diatasi sendiri dengan waktu atau mungkin berkembang menjadi gangguan yang lebih berat seperti PTSD. Prognosis untuk gangguan ini sangat baik. Jika berkembang ke gangguan lain (biasanya PTSD), tingkat keberhasilan dapat bervariasi sesuai dengan spesifikasi yang terjadi pada gangguan. DAFTAR PUSTAKA 1. Kaplan HI. Sadock BJ.Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry.10th ed.new York: Lippincot Williams & Wilkins.2007.pg: 322:28. 8

2. Maslim. Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III: Reaksi Akut Stres. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Atmajaya.2001; pg 53. 3. American Psychiatric association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV). 4th ed.washington,dc:american Psychiatric Association; 2000. 4. Ingram IM. Catatan Kuliah Psikiatri. 6th ed. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran.1995. pg: 28:42. 5. Kapita Selekta Kedokteran. 3th ed. Jakarta : Penerbit Media Aesculapsius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.pg :189:192. 9