2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Burung Hantu ( Tyto alba ) dan Pemanfaatannya Partisipasi Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Produktivitas Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produktivitas

Gambar 3. Peta Wilayah Desa Tlogoweru Sumber: Arsip Desa, 2015

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah:

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Literatur. Survei Lokasi. Pengumpulan Data

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Wilayah Pesisir

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Air Bersih di Kelurahan Cihaurgeulis

BAB II LANDASAN TEORI. ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IITINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi Berasal dari Bahasa Inggris yaitu Participation yang artinya

TINJAUAN ANALYTICAL SCALE OF PARTICIPATION TERHADAP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI INDONESIA

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Di Daerah Irigasi Way Umpu Kabupaten Way Kanan

Pola Aktivitas HarianPasangan Burung Serak Jawa (Tyto alba) di Sarang Kampus Psikologi Universitas Diponegoro Tembalang Semarang.

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

PARTISIPASI PEMILIK RUMAH KOS DALAM IMPLEMENTASI PERDA KOTA SEMARANG NO. 3 TAHUN 2011 DI KELURAHAN TEMBALANG. Oleh : Mey Prastiwi, Tri Yuniningsih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi berasal dari bahasa latinpartisipare yang mempunyai arti dalam

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI KANIA DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL

BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung serak jawa (Tyto alba javanica) pertama kali dideskripsikan oleh

PENGARUH LAMA TINGGAL TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan

PARTISPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI NON HIBRIDA

BAB II KONSEP TEORITIS. Inggris participation yang berarti pengambilan bagian, melalui pikiran atau langsung dalam bentuk fisik. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Aspirasi, Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat

PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS. Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPP Jambi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

II. TINJAUAN PUSTAKA. ton/hektar turun sekitar 0,13 ton/hektar menjadi 6,17 ton/hektar di tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Kawasan Konservasi Perairan menurut IUCN (Supriharyono,

PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS. Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPPP Jambi

Lampiran 1. Hasil Input Data

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris participation yang berarti

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

ASPEK NON TEKNIS PENGELOLAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Konseppartisipasiataupun partnership dan participationini pertama kali

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

Para Hadirin yang saya hormati, Pemimpin adalah orang yang diberi wewenang untuk mengelola organisasi dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

Judul merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian. Judul

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

ekonomi Kelas X MANAJEMEN K-13 A. Pengertian Manajemen Tujuan Pembelajaran

ANALISIS PARTISIPASI PETANI DALAM PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) DI DESA TLOGOWERU KABUPATEN DEMAK

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII MANAJEMEN,DAN KEPEMIMPINAN DALAM BISNIS. Copyright 2005 by South-Western, a division of Thomson Learning, Inc. All rights reserved.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

PENGEMBANGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI DESA BABAHAN DAN SENGANAN, PENEBEL, TABANAN, BALI

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Jombang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN PEDURUNGAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 21. KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 21.2

ASPEK MANAJEMEN & ORGANISASI

PEMANFAATAN BURUNG HANTU UNTUK MENGENDALIKAN TIKUS DI KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

BAB IV ANALISA TERHADAP PERAN PARSITIPASI KIAI NU DALAM PROSES LEGISLATIF DRAFTING UU PERKAWINAN NO.1 TAHUN 1974

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

Nama : Yohanna Enggasari. Pertanyaan :

(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU. Dhamayanti A.

MASYARAKAT RESTI TARYANIA

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations sangat berkembang saat ini dalam suatu perusahaan atau organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK KADER

BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL

VII. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI PULAU LOMBOK 7.1. Bentuk, Tipe dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

Pengertian Kepemimpinan, Pemimpin dan Pimpinan

PENGENDALIAN HAMA TIKUS DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN BURUNG HANTU (Tyto alba) Sylvia Madusari. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Partisipasi masyarakat lokal..

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

Tugas : e Learning Administrasi Bisnis Nama : Erwin Febrian Nim :

II. PENDEKATAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. penelitian ini baik tentang Tanah Lot ataupun perempuan. Penelitian tersebut

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM UMKM PT ITP DI DESA LULUT, KLAPANUNGGAL, BOGOR DWI YUNI ATIK

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Faktor manusia sebagai faktor modal merupakan sumber daya yang sangat

LAPORAN AKHIR. IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM)

HAKEKAT PENGENDALIAN MANAJEMEN

JARINGAN KOMUNIKASI. Pokok Bahasan 1. Jaringan Komunikasi Organisasi. Dr. Inge Hutagalung, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

Transkripsi:

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Burung Hantu (Tyto alba) dan Pemanfaatannya Burung hantu (Tyto alba) pertama kali dideskripsikan oleh Giovani Scopoli tahun 1769. Nama alba berkaitan dengan warnanya yang putih. Burung Tyto alba termasuk dalam famili Tytonidae yang memiliki 25 genus yang terdeskripsi dan untuk spesies Tyto yang sudah terdeskripsikan terdapat 17 jenis burung (Lewis, 1998). Menurut Setiawan (2004), Tyto alba mempunyai ciri-ciri khusus seperti kepala besar dan membulat, wajah berbentuk hati berwarna putih dengan tepi kecoklatan, mata menghadap ke depan sehingga mudah dikenali, iris mata berwarna hitam, paruh tajam menghadap kebawah dan warna keputihan. Pada sayap dan punggung terdapat tanda mengkilap. Sayapnya didominasi warna kelabu, sawo matang dan berwarna putih. Kakinya panjang dan sangat kokoh serta mempunyai daya cengkeram yang kuat untuk mencengkram mangsanya. Burung Tyto alba merupakan burung pemangsa tikus yang memiliki peran penting bagi lingkungan (Bachynski dan Harris, 2002). Perannya sebagai pemangsa puncak (top predator) menjadikannya sebagai salah satu komponen keseimbangan dalam rantai makanan. Kebutuhan konsumsi mampu mencapai sekitar 1/3 dari berat tubuh. Untuk burung berumur 2-4 minggu, rata-rata konsumsinya sekitar 2-4 ekor tikus per malam. Sedangkan umur 3-5 minggu, mampu mengkonsumsi hingga 5-10 ekor per malam (Anonim, 2014). Pemanfaatan Tyto alba sebagai musuh alami terhadap hama, khususnya tikus telah lama diterapkan di berbagai belahan dunia. Tidak terkecuali di Tlogoweru, masyarakat juga sudah memulai gerakan untuk memanfaatkan burung hantu. 2.1.2 Partisipasi Masyarakat Davis dalam Septiany Irma (2012) menyatakan bahwa partisipasi adalah keadaan mental dan emosional dari lingkungan seseorang yang membuatnya berani/yakin untuk berkontribusi dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Di dalam pengertian ini, terdapat 3 hal yang penting apabila seorang pemimpin ingin menerapkan seni partisipasi, yakni : 5

6 a. Unsur pertama adalah terdapat keikutsertaan serta keterlibatan secara mental / perasaan dan jasmaniah b. Unsur kedua adalah bersedia memberi suatu sumbangan secara ikhlas untuk mencapai tujuan kelompok. c. Unsur ketiga adalah adanya sense of belongingness/rasa memiliki di dalam keanggotaan. Partisipasi juga merupakan pengikutsertaan masyarakat untuk terlibat langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pelaksanaan (Actuating) sampai kepada monitoring dan evaluasi (Controlling). 2.1.2.1 Bentuk Partisipasi Partisipasi menjadi berkembang bukan hanya mengenai keterlibatan fisik, pikiran dan perasaan saja. Bentuk keterlibatan bisa menjadi lebih bervariasi seperti yang berikut ini, merupakan beberapa bentuk partisipasi masyarakat : 1. Pikiran (Psychological Participation); 2. Tenaga (Physical Participation); 3. Pikiran dan tenaga (Psychological and Physical Participation); 4. Keahlian (Participation with skill); 5. Barang (Material Participation) dan; 6. Uang (Money Participation). (Septiany Irma, 2012) 2.1.2.2 Tingkat Partisipasi Arnstein (1969) menformulasikan peran serta masyarakat sebagai bentuk kekuatan rakyat (citizen participation is citizen power). Terjadi pembagian kekuatan (power) yang memungkinkan masyarakat yang sekarang dikucilkan untuk terlibat dimasa yang akan datang. Singkat kata, peran serta masyarakat menurut Arnstein adalah cara masyarakat terlibat dalam perubahan sosial yang memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan dari kelompok yang berpengaruh. Lewat tipologi yang dikenal dengan Delapan Tangga Peran Serta Masyarakat (Eight Rungs on the Ladder of Citizen Participation), Arnstein menjabarkan peran serta masyarakat yang didasarkan pada kekuatan masyarakat.

7 Citizen Control-Pengawasan Masyarakat Delegated Power-Pendelegasian Kekuasaan Citizen Power Partnership-Kemitraan Placation-Peredaman Consultation-Konsultasi Tokenism Gambar 2. Tangga Partisipasi Publik Sumber: Data Primer 2015 Arnstein mencoba mengelompokkan delapan anak tangga menjadi tiga bagian. Bagian kesatu, Nonparticipation (Tidak Ada Partisipasi) berjenjang dari Manipulation dan Therapy. Pada bagian ini, otoritas yang berkuasa sengaja menghapus segala bentuk partisipasi publik. Di level Manipulation, mereka memilih dan mendidik sejumlah orang sebagai wakil dari publik. Fungsinya, ketika mereka mengajukan berbagai program, maka para wakil publik tadi harus selalu menyetujuinya. Sedangkan publik sama sekali tidak diberitahu tentang hal tersebut. Pada level Therapy, mereka sedikit memberitahu kepada publik tentang beberapa programnya yang sudah disetujui oleh wakil publik. Publik hanya bisa mendengarkan. Informing-Menyampaikan Informasi Therapy-Terapi Manipulation-Manipulasi Bagian kedua, Tokenism (Delusif) yang memiliki rentang dari Informing, Consultation dan Placation. Dalam Tokenism, otoritas yang berkuasa menciptakan citra dan tidak lagi menghalangi partisipasi dari publik. Namun pada akhirnya pihak otoritas akan mengabaikan partisipasi yang dilakukan oleh publik dan mereka tetap mengeksekusi rencananya semula. Ketika berada di level Informing, mereka menginformasikan macam-macam program yang akan dan sudah dilaksanakan. Namun hanya dikomunikasikan searah, publik belum dapat melakukan komunikasi umpan-balik secara langsung. Nonparticipation Untuk level Consultation, mereka berdiskusi dengan banyak elemen publik tentang berbagai agenda. Semua saran dan kritik didengarkan, tetapi mereka yang kuasa memutuskan apakah saran dan kritik dari publik dipakai atau tidak. Lalu pada level Placation, mereka berjanji melakukan berbagai saran dan kritik dari publik. Namun janji tinggal janji, mereka diam-diam menjalankan rencananya semula.

8 Partnership, Delegated Power dan Citizen Control merupakan jajaran tingkatan di bagian ketiga, Citizen Power (Publik Berdaya). Saat partisipasi publik telah mencapai Citizen Power, maka otoritas yang berkuasa sedang benar-benar mendahulukan peran serta publik dalam berbagai hal. Saat tiba di level Partnership, mereka memperlakukan publik selayaknya rekan kerja. Mereka bermitra dalam merancang dan mengimplementasi aneka kebijakan publik. Naik ke level Delegated Power, mereka mendelegasikan beberapa kewenangannya kepada publik. Contoh, publik punya hak veto dalam proses pengambilan keputusan. Level tertinggi yaitu Citizen Control. Publik yang lebih mendominasi ketimbang mereka. Bahkan sampai dengan mengevaluasi kinerja mereka. Partisipasi publik yang ideal tercipta di level ini. 2.1.3 Faktor-faktor yang Berperan dalam Partisipasi Petani 2.1.3.1.Faktor Internal Angell dalam Heri Susanti (2013) mengatakan bahwa, partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Umur Faktor usia merupakan faktor yang berperan dalam sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas, dengan keterikatan moral dan norma yang mantap cenderung lebih banyak berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya. 2. Tingkat Pendidikan Dianggap sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat berperan dalam sikap hidup seseorang terhadap lingungannya. Suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. 3. Jenis Pekerjaan Pekerjaan seseorang dianggap berperan dalam penghasilan yang diperoleh untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, sehingga dapat mendorong seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

9 4. Lamanya Tinggal Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut, akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungannya. 5. Jumlah Fasilitas Kepercayaan untuk memiliki dan menjaga lebih dari 1 fasilitas (yang dapat memberikan manfaat), cenderung akan meningkatkan partisipasi orang tersebut. 2.1.3.2.Faktor Eksternal Pangestu dalam Susanti Heri (2013) juga menyatakan bahwa faktor-faktor eksternal yang dapat berperan dalam partisipasi petani. Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yakni: 1. Faktor Kepemimpinan Kelompok Di dalam menggerakkan partisipasi, sangat diperlukan adanya pimpinan dan kualitas kepemimpinan. 2. Faktor Komunikasi Petani Gagasan gagasan, ide, kebijakan dan rencana-rencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dikomunikasikan kepada masyarakat khususnya dalam hal ini adalah petani. 3. Proses Belajar Petani dapat merasakan manfaat dari proses pembelajaran dan hal tersebut berpengaruh terhadap keterlibatan mereka dalam kegiatan. Petani juga dapat menilai dan menemukan langsung potensi maupun kesalahan selama mengikuti proses pembelajaran (Girsang, 2011). 2.2 Hipotesis Tingkatan dan bentuk partisipasi masyarakat petani padi di Desa Tlogoweru dapat digambarkan. Faktor internal yang diduga mempengaruhi partisipasi petani di Desa Tlogoweru adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan sampingan, lamanya tinggal dan jumlah kepemilikan rubuha. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kepemimpinan, komunikasi dan proses pembelajaran.