BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Budi Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai berikut: Menochilus sp Phylum : Arthropoda Klas : Insekta Sub klas : Pterygota Ordo : Coleoptera Family :Coccinelidae Gambar 1. Menochilus sp Ciri ciri spesimen : memiliki panjang tubuh 5-6mm, merupakan predator dari kutu daun dan kutu hijau berwarna orange kemerahan ada titik hitam, dan punya titik hitam seperti bulan sabit, memiliki sepasang antena.dengan gerak lambat. Mangsa/inang adalah Aphid sp, kutu daun, dan kutu hijau. Capung besar Phylum : Arthropoda Klas : Insekta Ordo : Odonata Famili : Libellulidae
2 Gambar 2. Odonata sp Ciri-ciri spesimen : Memiliki 3 pasang tungkai, jarang berada/jauh dari air, memiliki 2 pasang sayap, memiliki antena kecil, tubuh tersusun atas caput, thoraks, abdomen, dan memiliki mata yang besar. Mangsa/inang adalah walang sangit. Paederus sp Phylum : Arthropoda Klas : Insekta Ordo : Coleoptera Famili : Staphylinidae Gambar 3. Paederus sp Ciri-ciri spesimen : Ukuran Tomcat berkisar antara 1 hingga 35 mm (1,5 inci) dengan bentuk umumnya memanjang. Kepalanya warna hitam, dada dan perut berwarna oranye, dan sayap kebiruan. Warna yang mencolok ini berfungsi sebagai peringatan bagi predatornya. Biasanya, serangga ini terlihat merangkak di kawasan sekelilingnya dengan menyembunyikan sayapnya dan dalam pandangan sekilas ia
3 lebih menyerupai semut. Apabila diganggu, kumbang ini akan menaikkan bagian abdomen (perut) agar ia terlihat seperti kalajengking untuk menakutkan musuh. Stagmomantis sp Phylum : Arthoropoda Klas : Insekta Ordo : Orthoptera Famili : Mantidae Gambar 4. Stagmomantis sp Ciri-ciri spesimen : sepasang kaki depan bersifat seperti menyembah, memiliki 3 pasang kaki. dua pasang kaki belakang di gunakan untuk berjalan sedangkan sepasang kaki depan berguna untuk menangkap mangsa. Tetraganatha sp Phylum : Arthropoda Klas : Arachnida Ordo : Araneae Famili : Tetragnathidae
4 Gambar 5. Tetragnatha sp Ciri-ciri spesimen : panjang tubuh mm, memiliki rahang, tungkai - tungkainya panjang dan dalam keadaan diam / beristrihat sering terjulur dalam satu garis. Rentang hidupnya 150 hari dan jumlah telur yang dihasilkan 120 butir / betina. Kebiasan hidupnya adalah berada pada daun dimana laba - laba tersebut membentuk saranganya. Mangsa/inang adalah wereng coklat,wereng hijau,wereng pungguh putih. lycosa sp Phylum : Artrhropoda Klas : Arachnida Ordo : Araida Famili : Lycosidae Gambar 6. Lycosa sp Ciri-ciri spesimen : Laba - laba ini mempunyai ukuran 7-10 mm, merupakan hewan berbuku-buku,, pada tungkai terdapat duri - duri yang panjang dengan mata berbentuk segi enam, matanya berwarna gelap (hitam). Laba - laba ini merupakan
5 JUMLAH KEHADIRAN laba - laba aktif yang memburu mangsanya. Mangsa/ inang adalah aphid sp dan kutu daun. 4.2 Populasi Predator Intensitas Kehadiran Predator Menochilus Odonata Lycosa Stagmomantis 0 Monokultur Tumpangsari Paederus Tetragnatha POLA TANAM Gambar 7. Intensitas Kehadiran Predator Di Pertanaman Jagung Dengan Sistem Tanam Monokultur dan Tumpangsari Gambar diatas menunjukkan bahwa kehadiran semua jenis predator tidak mempunyai pola baik pada sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari. Kehadiran predator tidak dipengaruhi oleh pola tanam, predator jenis tertentu kadangkadang hadir selalu. Untuk spesies Odonata sp, Stagmomantis sp, dan Tetragnatha sp mempunyai tingkat kehadiran lebih tinggi pada sistem tanam tumpangsari. Sedangkan Paederus sp dan Menochilus sp lebih tinggi pada sistem tanam monokultur. Hal ini disebabkan kelembaban pada setiap kanopi sistem tanam berbeda. Setelah di ukur tingkat kelembaban yang tertinggi yaitu pada sistem tanam monokultur 93% sedangkan pada sistem tanam tumpangsari 90%, keadaan inilah yang membuat kehadiran spesies- spesies predator pada kedua sistem tanam berbeda. Spesies Odonata sp hadir 8 kali pengamatan pada sistem tanam tumpangsari, sedangkan pada sistem tanam monokultur 7 kali. Intensitas kehadiran selanjutnya adalah spesies Menochilus sp, pada sistem tanam monokultur Menochilus sp hadir sebanyak 7 kali, dan pada sistem tanam tumpangsari hadir sebanyak 6 kali
6 pengamatan. Dan untuk spesies Paederus sp hadir 4 kali pada pertanaman monokultur sedangkan pada pertanaman tumpangsari hadir 4 kali selama 8 kali pengamatan. Untuk spesies Lycosa sp muncul 4 kali pada sistem tanam monokultur dan tumpangsari. Dari hasil pengamatan bahwa intensitas kehadiran tertinggi sepanjang pengamatan adalah spesies Menochilus sp dan Odonata sp baik pada sistem pola tanam monokultur maupun tumpangsari. Hal ini diduga karena predator Menochilus sp merupakan predator utama pada tanaman jagung, dan kemungkinan besar ketersediaan mangsa yang banyak dan terjadi melimpah di pertanaman. Menochilus sp merupakan family dari Coccinelidae, sementara Coccinelidae bersifat generalis terhadap semua kutu daun. Menurut Hendrival et.al, (2011) bahwa family Coccinelidae diketahui sebagai predator berbagai jenis serangga hama dan lebih memangsa kutu daun. Sedangkan Odonata sp kemungkinan besar merupakan predator yang berimigrasi ke pertanaman jagung dan diketahui bahwa Odonata sp adalah predator pada tanaman padi sawah. ( Ansori 2009), serta letak lahan penelitian berdekatan dengan pertanaman padi. Sedangkan predator Menochilus sp dan Paederus sp lebih tinggi pada monokultur diduga iklim mikro berupa kelembaban pada tanaman monokultur lebih tinggi dibanding tumpangsari akibat daun jagung saling menyatu pada sistem tanam monokultur. Sedangkan pada sistem tanam tumpangsari masih ada jarak karena ada tanaman kacang tanah diantara tanaman jagung. Kehadiran Stagmomantis sp dan Tetragnatha sp lebih dominan pada tanaman tumpangsari dibanding monokultur, diduga masing-masing spesies ini memiliki habitat dan mangsa tertentu, sehingga kehadiran dari spesies-spesies ini kurang. Meskipun demikian kehadiran predator tersebut dapat menekan populasi hama pada setiap pertanaman.
7 Populasi ekor/m² Fluktuasi Populasi Predator Pada Tanaman Jagung Dengan Sistem Pola Tanam Monokultur Dan Tumpangsari Dari hasil pengamatan jumlah individu predator yang terkoleksi pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari menunjukkan fluktuasi yang berbeda, dapat dilihat pada gambar 7. SISTEM TANAM MONOKULTUR (a) SISTEM TANAM TUMPANGSARI (b) lycosa capung besar menochilus stagmoman tis paederus tetraganath a Waktu Pengamatan (minggu ke) Waktu Pengamatan (minggu ke ) Gambar 7. Fluktuasi Populasi Predator Pada Tanaman Jagung Dengan SistemTanam Berbeda. Monokultur (a) dan Tumpangsari (b) Gambar di atas menunjukkan bahwa pada sistem tanam monokultur Menochilus sp hadir pada pengamatan minggu ke-4, mencapai puncak pada minggu ke-6 dan menurun sampai pada minggu ke-10. Sedangkan pada sistem tanam tumpangsari Menochilus sp hadir pada pengamatan minggu ke-4, mencapai puncak pada minggu ke-6, menurun pada minggu ke-7, dan mencapai puncak kembali pada minggu ke-8. Predator selanjutnya adalah spesies Paederus sp hadir pada vase generatif baik pada sistem tanam monokultur maupun tumpangsari. Pada sistem
8 tanam monokultur Paederus sp muncul pada minggu ke-7 dan mencapai puncak pada minggu ke-9. Sedangkan pada sistem tanam tumpangsari Paederus sp meningkat pada minggu ke-8. Dan untuk predator lain seperti Lycosa sp, Stagmomantis sp, Tetragnatha sp, dan capung besar populasinya merata namun kehadiran predator tersebut dapat menekan populasi serangga hama pada pertanaman jagung. Dari hasil pengamatan bahwa fluktuasi Menochilus sp dua kali mencapai puncak pada pertanaman tumpangsari, diduga keadaan ekosistem pada sistem tanam tumpangsari sangat sesuai dan sangat mendukung untuk perkembang biakan Menochilus sp. Menurut Deptan (2012) bahwa predator Menochilus sp membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk satu siklus hidup. Sementara pada monokultur keadaan ekosistemnya tidak mendukung untuk terjadi pekembang biakan yang maksimal. Tingginya fluktuasi Menochilus sp pada sistem tanam monokultur pada minggu ke-6 diduga karena pada minggu ke-4 dan pada minggu ke-6 sudah meningkat dan selanjutnya mengalami penurunan populasi sampai pada minggu ke- 10. Sedangkan pada tumpangsari daya dukung lingkungan mampu memberikan dukungan kepada Menochilus sp untuk mengalami dua kali siklus yaitu pada minggu ke-6 dan ke-8. Spesies Paederus sp muncul pada vase generatif baik pada sistem tanam monokultur dan tumpangsari diduga karena Paederus sp mulai aktif mencari mangsa apabila tanaman mulai berbunga. Sedangkan tingginya fluktuasi Paederus sp pada sistem tanam monokultur disebabkan karena faktor predator itu berkembang biak karena paederus sp meningkat apabila musim hujan dan keadaan lingkungan yang cukup lembab. Menurut Arifin (2012) bahwa serangga kumbang tomcat bersifat kompolit (berada dimana-mana) dan berhabitat di tanah yang lembab.
9 total populasi Total Populasi Predator Pada Tanaman Sistem Tanam Monokultur Dan Tumpangsari. Total populasi predator pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari dapat dilihat pada gambar Populasi monokultur Populasi Tumpangsari jenis Predator Gambar 8. Total Populasi Predator Pada Sistem Tanam Yang Berbeda. Dari Gambar 8 diatas tampak bahwa populasi predator tertinggi pada kedua sistem tanam adalah spesies Menochilus sp. Total populasinya pada sistem tanam monokultur adalah 42 ekor, sedangkan pada sistem tanam tumpangsari 48 ekor. Tingginya Menochilus sp diduga berkaitan dengan ketersediaan makanan, perkembang biakan predator, serta siklus hidupnya yang pendek. Total populasi paling sedikit pada sistem tanam monokultur dan tumpangsari adalah stagmomantis sp dan tetragnatha sp. Stagmomantis sp merupakan serangga karnivora yang makan segala macam serangga dan terkadang bersifat kanibal. Makanannya adalah jangkrik, ulat, belalang, dan beberapa jenis kutu. Kurangnya populasi Stagmomantis sp kemungkinan karena keadaan ekosistem pertanaman tidak mendukung habitat dari Stagmomantis sp. Diketahui predator Stagmomantis sp merupakan belalang pengembara yang selalu mencari mangsa dari satu tanaman ketanaman yang lainnya (Puslitan, 2012). Sehingga kemungkinan memiliki mobilitas
10 yang tinggi yang artinya ketika pengamatan predator ini sedang berada pada tanaman lain. Sedangkan spesies Tetragnatha sp. Predator ini habitatnya berada pada persawahan. Salah satu sebab munculnya spesies Tetragnatha sp pada tanaman jagung kemungkinan karena spesies tersebut berimigrasi untuk mencari makanannya. Karena ekosistem penelitian ini berdekatan dengan persawahan. Dari hasil pengamatan bahwa total populasi predator tertinggi hampir pada semua Sistem tanam tumpangsari. Tumpangsari merupakan salah satu teknik untuk meningkatkan populasi serangga pada suatu pertanaman. Peningkatan populasi serangga ini merupakan konservasi musuh alami atau peningkatan pada agroekosistem yang menyebabkan interaksi tinggi diantara spesies-spesies yang ada.( Nurindah 2008). Jadi keefektifan predator dalam memangsa sangat bergantung pada kemampuan mencari mangsa dan menanganinya pada keadaan lingkungan tertentu seperti keadaan suhu, kelembaban, umur tanaman, dan kerapatan mangsa. ( Nelly et.al, 2012). 4.3 Kelimpahan Predator Pada Sistem Tanam Monokultur Dan Tumpangsari Pada Gambar 10 dibawah jumlah masing masing predator yang terkoleksi pada sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari selama 8 kali pengamatan pada tanaman jagung monokultur tumpangsari Gambar 10. Kelimpahan Predator Pada Sistem Tanam Berbeda.
11 Hasil identifikasi dan perhitungan kelimpahan predator yang terdapat pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari secara keseluruhan kelimpahan tertinggi pada kedua sistem ini adalah famili coccinelidae, dimana spesies ini memiliki populasi rata-rata kehadiran yang sangat tinggi 44,21 %. Hal ini diduga bahwa famili coccinelidae sangat efektif mencari mangsa pada sistem pola tanam monokultur maupun tumpangsari. Menurut Untung (1993), dalam Udiarto, et al (2010) coccinelidae selain imago, larvanya juga aktif mencari mangsa dan bisasanya lebih rakus daripada imago. Mangsa yang ditangkap akan dihisap cairan tubuhnya, bangkainya akan dibuang dalam keadaan kering. Sedangkan kelimpahan yang paling rendah pada sistem tanam monokultur dan tumpangsari adalah famili Mantidae karena spesies dari famili ini sulit ditemukan pada setiap tanaman karena populasinya mulai sedikit disebabkan karena keseimbangan kondisi alam yang kurang stabil. Sedangkan menjaga keseimbangan alam adalah cara untuk mendukung adanya predator untuk mengontrol lonjokan-lonjokan hama. (Puslittan, 2012). Dengan demikian bertambahnya umur tanaman berarti semakin berkembangnya pertumbuhan tanaman, tajuknya semakin terbuka, kelimpahan populasi artropoda predator yang ditemui semakin meningkat, Hal ini disebabkan pada umur tanaman tersebut semakin banyak relung yang bisa digunakan serangga fitofag yang merupakan mangsa dari artropoda predator. Taulu, et, al (2001) 4.4 Keanekaragaman Hasil pengamatan terhadap keanekaragaman predator seluruh famili pada sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari disajikan pada tabel berikut. Tabel. keanekaragaman predator seluruh famili pada sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari
12 Sistem Tanam Nilai Keanekaragaman (H ) Monokultur 0,6 Tumpangsari 0,5 Dari hasil analisis data diperoleh nilai keanekaragaman (H) familia secara umum termasuk dalam kategori sangat rendah rendah yaitu hanya berkisar dari 0,8-0,9 atau kisaran H<1. Diduga bahwa sistem tanam sistem yang dilakukan yaitu sistem tanam monokultur jagung-jagung-jagung dan sistem tanam tumpangsari jagungkacang tanah-jagung dalam jangka waktu yang lama dan keberadaan predator pada kedua sistem tanam tersebut akan mengalami presaingan, sehingga predator yang akan unggul akan akan lebih potensial daripada yang lain seperti spesies Tetragnatha, Stagmomantis, Lycosa. Sistem tanam monokultur dan tumpangsari merupakan salah satu praktek budidaya suatu agroekosistem yang terdapat keragaman yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan sistem tanam tumpangsari sangat menguntungkan, karena keragaman populasi dan musuh alami (parasitoid dan predator) relatif tinggi. Nurindah (2008). Menurut Pratiwi et.al, (1991) dalam Meidiwarman (2010) ada berbagai faktor yang mempengaruhi keanekaragaman yaitu pola rantai makanan, macam sedimen, kompetisi antar dan intra jenis atau individu. Kesamaan faktor ini merupakan gabungan kompleksitas yang sulit dijabarkan.
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae
Lebih terperinciPREDATOR PADA TANAMAN JAGUNG MANIS ( Zea mays sacchrata Sturt ) DENGAN SISTEM POLA TANAM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI
1 2 PREDATOR PADA TANAMAN JAGUNG MANIS ( Zea mays sacchrata Sturt ) DENGAN SISTEM POLA TANAM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Mansur Djafar, Rida Iswati, Fauzan Zakaria Program Studi Agroteknologi Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dilokasi penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan yakni : 1. Terdapat 6 family predator yang terdapat pada tanaman jagung dengan
Lebih terperinciMUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA ABSTRAK
MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA Abdul Azis Wadia 1), Rida Iswati 2), Wawan Pembengo 3)**) ABSTRAK Abdul Azis Wadia/613408001. Predator Pada Tanaman Padi (Oryza
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutu daun R. maidis mulai menyerang tanaman jagung dan membentuk koloni sejak tanaman berumur
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Serangga Hama pada Tanaman Cabai Berdasarkan hasil pengamatan tanaman Cabai di Tiga Varietas Berbeda selama 10 minggu terdapat 5 famili yakni Famili Aphididae, Famili
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus
TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal
Lebih terperinci1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat
1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama-hama yang ditemukan menyerang pertanaman kedelai edamame pada fase vegetatif umur 24 sampai 31 HST ada empat jenis, yaitu A. glycines,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang sebanyak 19 52 ekor yang berasal dari ordo
Lebih terperinciBIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017
ANALISIS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PREDATOR PADA TANAMAN PADI DI AREAL PERSAWAHAN KELURAHAN TAMALANREA KOTA MAKASSAR ANALYSIS OF BIODIVERSITYOF PREDATOR INSECT IN PADDY FIELD AT TAMALANREA OF MAKASSAR CITY
Lebih terperinciuntuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang
untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciMetamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa
Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa
Lebih terperinciUntuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:
Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies
TINJAUAN PUSTAKA Keragaman dan Keanekaragaman Serangga Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan species dalam komunitas. Keanekaragaman species terdiri dari 2 komponen
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota, berupa kawasan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota, berupa kawasan memanjang berupa jalur, bersifat terbuka tanpa bangunan. Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciFILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI
FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah
Lebih terperinciPENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A
PENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A44101017 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Morfologi Capung Capungdiklasifikasikankedalam kingdom animalia, kelasinsekta, ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies) dansubordozygopteraa (damselflies)
Lebih terperinciIdentifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang
Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan
Lebih terperincibiologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi
23 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri SET 23 ANIMALIA 3 1. Bersegmen metameri 2. Peredaran darah terbuka 3. Tidak punya Hb, tetapi memiliki haemocyanin
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kacang Panjang ( Vigna sinensis L.)
4 TINJAUAN PUSTAKA Kacang Panjang ( Vigna sinensis L.) Kacang panjang adalah tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan. Kacang
Lebih terperinciDESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI
DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI DESIGN OF PREDATOR CONSERVATION AND PARASITOID FOR PEST CONTROL IN RICE FIELD Tamrin Abdullah 1), Abdul Fattah 2),
Lebih terperinciGambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat
16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Capung
TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan, predasi, kompetisi, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dll., dan faktor intrinsik meliputi
Lebih terperinciAGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)
AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Ketinggian wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 215 Kecamatan Jumantono memiliki ketinggian terendah 3 m dpl
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik
TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa
10 I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara agraris di mana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia dan dunia. Produksi padi terus dituntut meningkat untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Tuntutan
Lebih terperincib) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)
Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang
Lebih terperinciPetunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono
Petunjuk Praktikum Entomologi Dasar ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono Laboratorium Entomologi Dasar Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama
SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL 26 Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama Seminar Nasional Biodiversitas 23 April 26 Grand Inna Muara Hotel
Lebih terperinciProgram Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTHROPODA PREDATOR PADA LAHAN PERTANIAN BROKOLI (Brassica oleracea L. var. Italica) MONOKULTUR DAN POLIKULTUR DI DESA SUMBERBRANTAS KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Novika Wahyu
Lebih terperinciSERANGGA-SERANGGA YANG BERASOSIASI PADA PERSEMAIAN PADI SAWAH DI KECAMATAN KOTAMOBAGU TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
8 SERANGGA-SERANGGA YANG BERASOSIASI PADA PERSEMAIAN PADI SAWAH DI KECAMATAN KOTAMOBAGU TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW INSECTS ASSOCIATED IN RICE NURSERY FIELDS IN EAST KOTAMOBAGU SUB DISTRICT, BOLAANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan
Lebih terperinciKeanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo
Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo INDRIYA
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam
Lebih terperinciInventarisasi Predator Serangga Hama Tanaman Padi Sawah di Desa Paya Rahat Kecamatan Banda Mulia Kabupaten Aceh Tamiang
Inventarisasi Predator Serangga Hama Tanaman Padi Sawah di Desa Paya Rahat Kecamatan Banda Mulia Kabupaten Aceh Tamiang Inventory of Insect Pest Predator on Paddy Field in Paya Rahat Village, Banda Mulia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga
Lebih terperinciDAFTAR ISI SAMPUL DALAM...
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... vii TIM PENGUJI... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga
TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pohon batang lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah
Lebih terperinci3. PENGENDALIAN OPT TANAMAN JAGUNG
3. PENGENDALIAN OPT TANAMAN JAGUNG 1. DEFINISI Pengendalian OPT tanaman jagung ditekankan pada Sistem Pengendalian Hama Terpadu PHT. PHT sistem pengendalian OPT dengan mengandalkan komponen ekosistem yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lainnya dan berkaitan dengan lingkungan hidupnya. Dalam komunitas organisme
TINJAUAN PUSTAKA Komunitas Ekosistem Komunitas adalah sistem kehidupan bersama dari sekelompok populasi organisme yang saling berhubungan karena ada saling pengaruh satu dengan yang lainnya dan berkaitan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma Hasil analisis varians menunjukkan bahwa umur tanaman kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap distribusi peletakan telur,
Lebih terperinciInventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb)
INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb) Ria Rosdiana Hutagaol Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : riarose.h@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk
BAB VII PEMBAHASAN UMUM Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk dipahami dalam usaha mengoptimalkan peranan laba-laba sebagai musuh alami yang potensial mengendalikan populasi serangga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa
Lebih terperinciTinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut.
ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini memberikan dasar pengetahuan tentang serangga dan manusia. Selain itu, juga memberikan pengetahuan tentang struktur, anatomi, dan perkembangan serangga, serta siklus
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN HELICOVERPA ARMIGERA
ANALISIS KESTABILAN HELICOVERPA ARMIGERA (HAMA PENGGEREK BUAH) DAN PAEDERUS FUSCIPES SP (TOMCAT) DENGAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DAN RESPON FUNGSIONAL MICHAELIS MENTEN DENGAN METODE BEDA HINGGA MAJU SKRIPSI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
2.1. Pertumbuhan Tanaman Jagung BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tanaman yang banyak ditanam masyarakat yaitu tanaman jagung.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Secara geografis lokasi penelitian 00 0 35 10.0 LU- 123 0 06 55.8 BT. Umumnya di Desa ini masyarakat melakukan aktifitas berkebun.
Lebih terperinciKelimpahan Laba-Laba Pada Padi Ratun Yang Diaplikasikan BioinsektisidaMetarhizium anisopliae dan Bacillus thuringiensis di Sawah Lebak
Kelimpahan Laba-Laba Pada Padi Ratun Yang Diaplikasikan BioinsektisidaMetarhizium anisopliae dan Bacillus thuringiensis di Sawah Lebak Abundance of Spiders in Ratoon Paddy was Applied Metarhizium anisopliae
Lebih terperinciPerkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi
Filum Arthropoda Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi 1. Filum Arthropoda memiliki anggota spesies yang paling banyak dari filum lainnya dalam Kingdom Animalia. 2. Diperkirakan sekitar 1 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Serangga adalah kelompok hewan yang paling sukses sekarang. Meskipun mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah mereka lebih banyak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros adalah sebagai berikut : Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)
TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran
TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia
Lebih terperinciTetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima
Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus
Lebih terperinciALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK
ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK Muhammad Thamrin dan S. Asikin Balai Penelitian Pertanian
Lebih terperinciWaspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)
Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana lazimnya makhluk hidup, tak terkecuali tumbuhan, tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA Sebagaimana lazimnya makhluk hidup, tak terkecuali tumbuhan, tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus,
Lebih terperinciTabel 4.1. Kondisi Rata-Rata Cuaca Selama Penelitian Di Dataran Rendah Suhu Udara Minimum ( o C)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data, yaitu data hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. Kedua pengamatan ini dilakukan dari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk
Lebih terperinciGambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga
Lebih terperinciPENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)
PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) A. Pendahuluan Konsepsi Integrated Pest Control atau Pengendalian Hama Terpadu (PHT) mulai diperkenalkan pada tahun 1959 yang bertujuan agar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik lokasi Penelitian dilakukan di Desa Padajaya Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Lokasi penelitian termasuk dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1300 meter di atas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae
Lebih terperinciSekilas tentang IGTF... 2 Program Kerja... 3 Profil Desa... 4 Pembuatan Lecanicillium...7 Penanaman Refugia... 8 Pembuatan Verticulture...
Sekilas tentang IGTF... 2 Program Kerja... 3 Profil Desa... 4 Pembuatan Lecanicillium...7 Penanaman Refugia... 8 Pembuatan Verticulture... 9 Konsep Agrowisata... 10 Galeri Teman Petani... 11 Pakan Kambing
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di
TINJAUAN PUSTAKA I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insekta atau serangga yang termasuk dalam filum Arthropoda merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah, serangga melebihi semua hewan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroekosistem Perkebunan Kopi Agroekosistem perkebunan merupakan ekosistem binaan yang proses pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia
Lebih terperinci