BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang; rumusan masalah; tujuan; serta metodologi penelitian penyusunan landasan konsepsual Museum Nelayan Tradisional Bali di Kabupaten Klungkung. 1.1 Latar Belakang Nelayan merupakan salah satu profesi yang sudah ada di Bali dari jaman dahulu, dimana profesi Nelayan termasuk kedalam bagian salah satu Swagina atau kelompok profesi yang ada di Bali, seperti nelayan, petani, pedagang dan juga pengrajin. Tradisi nelayan yang ada di Bali sudah berkembang dari masa ke masa. Hal itu ditunjukkan dengan adanya permukiman-permukiman nelayan disepanjang pantai yang ada di Bali, dimana masyarakat yang hidup didaerah pesisir pantai menjadikan nelayan sebagai mata pencaharian utama. Selain dari permukiman para nelayan, bukti bahwa adanya tradisi nelayan tradisional di Bali adalah dengan adanya peralatanperalatan tradisional yang digunakan untuk menangkap ikan. Jukung tradisional Museum Nelayan Tradisional Bali 1
merupakan salah satu sarana yang digunakan nelayan berlayar ketengah laut untuk menangkap ikan, jukung tradisional masih menggunakan layar dan memanfaatkan kecepatan angin untuk berlayar. Oleh sebab itu masyarakat nelayan tradisional memiliki pengetahuan cukup tinggi mengenai lautan, baik dari kecepatan angin dan juga arus air laut, karena hal tersebut akan mempengaruhi keselamatan para nelayan dalam berlayar. Selain Jukung juga ada beberapa peralatan tradisional yang digunakan oleh para nelayan yakni seperti dungki dan betekan. Peralatan tersebut merupakan peralatan yang digunakan untuk menaruh hasil tangkapan. Karena masyarakat nelayan menggantungkan kehidupannya dari hasil laut, maka dibuatlah pura yang diusung oleh maysarakat nelayan yakni dengan adanya Pura Segara dan juga Pura Pabean. Pendirian pura tersebut merupakan wujud rasa terima kasih masyarakat kepada Ida Sang Hyang Widhi, dalam manifestasinya dewa penjaga lautan yakni Dewa Baruna karena telah memberikan kehidupan kepada masyarakat nelayan. Hal-hal tersebut merupakan bukti adanya tradisi dari para nelayan tradisional yang ada di Bali. Selain dari kehidupan dan profesi nelayan, adanya tradisi nelayan juga dapat dilihat dalam hal seni dan budaya. Seni dan budaya yang dimaksud adalah adanya Tari Nelayan dan lagu Juru Pencar. Adanya lagu dan tarian tersebut merupakan suatu bukti bahwa adanya tradisi nelayan dari masa ke masa sehingga muncul ide dari seniman untuk mengangkat menjadi karya seni. Tidak hanya nelayan, beberapa kelompok profesi tradisional Bali atau Swagina juga diangkat kedalam karya seni seperti halnya pertanian dengan adanya Tari Nebuk Padi, dan juga pengrajin dengan Tari Tenun. Awal mula kemunculan nelayan tradisional di Bali, tidak dapat dipastikan pada tahun atau abad keberapa, karena tidak ada sejarah pasti yang mencatat hal tersebut. Namun adanya prasasti Gajah Mina merupakan sebuah bukti bahwa ada dan pernah terjadi perkembangan nelayan tradisional yang ada di Bali. Nelayan tradisional tersebar hampir diseluruh kabupsaten atau kota yang ada di Bali dari Kabupaten Karangasem, Klungkung, Gianyar, Badung, Tabanan, Jembrana, Buleleng, dan Denpasar. Hanya Kabupaten Bangli saja yang tidak terdapat nelayan tradisional karena wilayah Kabupaten Bangli tidak terdapat laut. Berdasarkan hasil survey langsung ke lapangan, Museum Nelayan Tradisional Bali 2
adapun ciri-ciri yang membedakan nelayan-nelayan dimasing-masing wilayah adalah dari hasil tangkapan dimasing-masing daerah yang berbeda. Kabupaten Klungkung didominasi dengan tangkapan ikan tongkol dengan menggunakan jaring tokal yang dibuat menggunakan tangan dengan bahan-bahan tradisional, selain itu juga Kabupaten Klungkung merupakan daerah penghasil garam. Kabupaten Gianyar dominan peralatan yang digunakan adalah pancing dengan hasil tangkapan berupa ikan tenggiri dan juga kakap. Kabupaten Badung lebih terkenal dengan jenis jukungan dengan satu kantih pada salah satu bagian sisinya, selain itu juga Kabupaten Badung bagian selatan juga merupakan penghasil rumput laut. Sedangkan di Kabupaten Tabanan lebih terkenal dengan hasil tangkapan udang dengan peralatan yang digunakan adalah bubu. Sebagai wujud rasa terima kasih masyarakat nelayan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya Dewa Baruna, yakni dewa penjaga lautan, maka dibuatkan sebuah pura yakni Pura Segara, selain itu juga dilakukan ritual seperti Nangluk Merana ditengah lautan oleh para nelayan tradisional Bali. Hal-hal tersebutlah yang membedakan nelayan tradisional Bali dengan nelayan modern yang berasal dari luar daerah Bali dilihat dari sudut pandang tradisi dan kepercayaannya. Namun kini profesi nelayan tradisional perlahan-lahan sudah mulai ditinggalkan. Hal tersebut dikarenakan profesi sebagai nelayan tidak terlalu menjanjikan, dan generasi muda lebih memilih profesi yang lebih menjanjikan. Masuknya nelayan-nelayan dari luar daerah Bali dengan peralatan yang lebih modern membuat nelayan tradisional Bali kalah bersaing. Hampir sebagian besar wilayahwilayah yang memiliki perkampungan nelayan didominasi oleh nelayan dari luar daerah Bali, sehingga tradisi dan kepercayaan masyarakat nelayan Bali perlahan-lahan akan hilang, yang disebabkan semakin berkurangnya jumlah nelayan tradisional yang ada di Bali. Oleh sebab itu perlu usaha untuk melestarikan tradisi kelompok profesi tradisional Bali yang perlahan-lahan sudah mulai ditinggalkan. Salah satu usaha yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Bali dalam mempertahankan tradisi kelompok profesi tradisional Bali adalah dalam bidang pertanian. Area persawahan di Bali yang perlahan-lahan kian menyempit dan peralatan tradisional seperti lesung, Museum Nelayan Tradisional Bali 3
tambah,ataupun gedebeg sudah tidak ditemukan lagi disawah. Oleh karena itu maka dibuatlah Museum Subak untuk melestarikan benda-benda dan juga kehidupan para petani. Begitu halnya dengan profesi nelayan. Peralatan-peralatan tradisional nelayan merupakan warisan budaya yang lahir dari aktivitas masyarakat nelayan pada jaman dahulu. Karena seiring berkembangnya jaman maka peralatan-peralatan tersebut akan sulit untuk ditemui, dan generasi selanjutnya tidak akan mengetahui tradisi dari salah satu profesi tradisional yang ada di Bali yakni nelayan. Untuk melestarikan tradisi nelayan juga dapat dilakukan dengan mendirikan museum yang khusus membahas mengenai tradisi nelayan baik dari kehidupan nelayan hingga peralatan yang digunakan nelayan tradisional. Karena tanpa kita sadari peralatan-peralatan yang digunakan nelayan memiliki nilai historisnya tersendiri. Sehingga dengan adanya Museum Nelayan Tradisional Bali diharapkan mampu untuk menjaga tradisi nelayan tradisional yang ada di Bali, dan juga generasi selanjutnya dapat mengetahui tradisi dari nelayan tradisional, karena catatan sejarah mengenai nelayan sangatlah sedikit. Daerah yang cocok dibangun untuk fasilitas Museum Nelayan dan Tradisional Bali adalah daerah yang memiliki tradisi kuat mengenai kehidupan para nelayan dan memiliki nilai histori dibidang nelayan. Dimana pada daerah tersebut berlangsung kegiatan-kegiatan nelayan mulai dari berlayar, menangkap ikan hingga akhirnya hasil tangkapan itu dilelang ataupun langsung diawetkan dan diolah. Sehingga dengan adanya daerah seperti itu membuat Museum Nelayan Tradisional Bali mampu memiliki nilai historis tersendiri yang diwakilkan oleh daerah tempat fasilitas tersebut dibangun. Museum Nelayan Tradisional Bali 4
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah diuraikan diatas maka didapatkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut. a. Apa saja spesifikasi khusus dari Museum Nelayan Tradisional Bali? b. Tema apakah yang cocok digunakan untuk bangunan Museum Nelayan dan Perlayara Tradisional Bali sehingga sesuai dengan fungsi bangunan yang diwadahi? c. Bagaimanakah konsep perancangan yang sesuai agar nantinya mampu menciptakan ruang-ruang yang sesuai dengan kebutuhan aktivitas dan civitas yang ada pada bangunan Museum Nelayan Tradisional Bali? 1.3 Tujuan Tujuan dari perancangan desain Museum Nelayan Tradisional Bali yakni sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Museum a. mampu menciptakan sebuah Museum Nelayan Tradisional Bali yang mampu menciptakan kesan historis dan kebudayaan para nelayan; dan b. mampu menciptakan sebuah Museum Nelayan Tradisional Bali sehingga mampu dijadikan sebagai pusat penelitian dan edukasi bagi masyarakat. 1.3.2 Tujuan Penulisan a. mampu menentukan tema yang akan digunakan untuk bangunan Museum Nelayan Tradisional Bali yang mana nantinya tema tersebut akan muncul sebagai jiwa dari bagi bangunan itu sendiri; b. mampu menentukan konsep perancangan pada bangunan Museum Nelayan Tradisional Bali sehingga nantinya hal tersebut akan berdampak pada kenyamanan civitas didalamnya dalam melakukan aktivitas; c. mampu menentukan batasan-batasan koleksi yang akan ditampilkan dalam museum; dan d. menentukan spesifikasi khusus dari fasilitas Museum Nelayan Tradisional Bali. Museum Nelayan Tradisional Bali 5
1.4 Metode Penelitian Ada beberapa macam metode yang digunakan dalam perancangan desain Museum Nelayan Tradisional Bali yakni sebagai berikut. 1.4.1 Tahap Perumusan Ide Awal Munculnya ide awal dalam merancang fasilitas Museum Nelayan Tradisional Bali dikarenakan belum adanya fasilitas sejenis yang mewadahi benda-benda hasil kebudayaan yang berkaitan. 1.4.2 Tahap Pematangan Ide a. Memastikan isu yang kini sedang berkembang yakni mengenai meningkatnya permukaan air laut yang nantinya akan mengurangi wilayah kampung nelayan yang ada dipesisir pantai. b. Melakukan survey dan pengumpulan data mengenai daerah-daerah yang kini masih memiliki kampung nelayan dan juga pelabuhan tradisional sehingga nantinya dapat memperoleh informasi secara lebih detail mengenai kehidupan dan perkembangan nelayan. c. Menentukan tempat yang dirasa cukup ideal untuk mendirikan fasilitas Museum Nelayan Tradisional Bali. d. Melakukan diskusi dengan kelompok masyrakat setempat mengenai budaya setempat, potensi yang dimiliki serta fasilitas sekitar yang memiliki keterkaitan. e. Melakukan konsultasi dengan mitra dialog dimana dalam hal ini adalah dosen pembimbing. f. Penetapan gagasan desain yang akan dirancang pada lokasi yang sudah dipilih tersebut. 1.4.3 Tahap Pengumpulan Data a. Teknik Studi Pustaka dapat dilakukan dengan memperoleh data daerah, data statistik resmi dari badan pemerintah dan swasta, hasil penelitian, dan rancangan desain serupa. Selain dari pada itu juga dapat dilakukan dengan cara tinjauan dari buku-buku terkait yang membahas mengenai permuseuman dan juga nelayan. Museum Nelayan Tradisional Bali 6
b. Teknik Observasi Lapangan dilakukan dengan melakukan tinjauan langsung ke lokasi dan mengamati secara langsung aktivitas nelayan beserta fasilitasfasilitas dan ruang-ruang yang dibutuhkan. Selain itu juga dilakukan peninjaun terhadap lokasi yang sesuai untuk dibangun fasilitas Museum Nelayan Tradisional Bali. c. Teknik Wawancara dapat dilakukan dengan tokoh masyarakat atau tokoh komunitas yang nantinya mampu memberikan informasi yang dibutuhkan mengenai pembahasan mengenai nelayan. Dalam hal ini tokoh yang diwawancara adalah ketua kelompok nelayan diberbagai daerah yang ada di Bali, yang mana data tersebut dapat berupa gambaran mengenai kehidupan nelayan tradisional. 1.4.4 Tahap Analisa Data Setelah data-data diperoleh dilakukan dilakukan penguraian terhadap data tersebut, data-data yang saling berkaitan nantinya akan dikelompokkan. Produk yang dihasilkan pada proses ini berupa analisa tapak, analisa fungsi, analisa civitas, aktivitas dan juga kapasitas yang diperlukan. 1.4.5 Tahap Sintesis Data Data yang saling berkaitan akan saling didialogkan untuk menghasilkan: spesifikasi desain (lokasi, luas, fungsi, civitas, aktivitas, dan kapasitas); pemrograman bangunan; tema bangunan; konsep perencanaan; konsep perancangan; dan desain skematik (blok plan). Setelah melalui proses tersebut barulah masuk kedalam tahap desain yang nantinya akan dilakukan pada Studio Tugas Akhir. Museum Nelayan Tradisional Bali 7