17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 2 08 LU dan 3 02 LS serta di antara 108 30 BT dan 114 10 BT. Provinsi Kalimantan Barat terbagi menjadi 14 wilayah Kabupaten/kota yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong utara, Kabupaten kubu Raya, Kota Pontianak, Kota Singkawang. Persiapan data dan pengolahan citra secara digital dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2011 sampai bulan Desember 2011. Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
18 3.2 Jenis dan Sumber data Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini disebutkan pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian No Jenis Data Sumber Data 1 Citra Landsat path/row : 119/60, 120/61, 120/62, 122/61, 120/59, 120/60, 121/59, 121/60, 121/61, 121/62, 122/59, 122/60 yang diakuisisi tahun 2000, 2005, 2010 Usgs.glovis.gov 2 Data Titik Panas (hotspot) Badan Kementrian Lingkungan Hidup yang bersumber dari citra satelit NOAA 3 Data Curah Hujan tahun 2000 hingga tahun 2010 Provinsi Kalimantan dari 5 stasiun meteorologi yaitu Sta. meteorologi Supadio Pontianak, Sta. meteorologi Susilo Sintang, Sta. meteorologi Nangapinoh, Sta. meteorologi Paloh, Sta. meteorologi Putussibau Badan Meteorologi dan Geofisika Pusat 4 Peta Fungsi Kawasan Hutan Badan Pembangunan Daerah (Bappeda) 5 Data Jumlah Penduduk Kalimantan Barat dalam Angka Tahun 2010 Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak Erdas Imagine 9.2, ArcView GIS 3.3, ArcGIS 9.3, Microsoft Office Word, Microsoft Office Excell, Microsoft Access.
19 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan SIG. Secara garis besar penelitian ini terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu : (1) tahap persiapan dan pengumpulan data, (2) tahap pengolahan dan pemrosesan awal data, (3) tahap analisis data. Secara ringkas tahapan penelitian disajikan pada Gambar 4. 3.3.1 Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data Tahap ini meliputi kegiatan mempersiapkan penelitian, dengan melakukan studi literatur untuk mendapatkan teori yang mendukung kegiatan penelitian. Langkah ini dilakukan dengan mencari dan membaca buku-buku, jurnal, maupun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan obyek penelitian. Selain studi literatur, tahap ini juga merupakan tahap pengumpulan data-data penunjang penelitian seperti pengumpulan data titik panas, citra satelit Landsat, batas administratif, data curah hujan, data peruntukkan fungsi kawasan hutan, data jumlah penduduk. 3.3.2 Tahap Pengolahan dan Pemrosesan Awal Data Tahap pengolahan data dari citra Landsat TM mencakup mengunduh citra untuk wilayah penelitian, penggabungan band (layer stacking), pembuatan mosaic citra, pemotongan citra (cropping), koreksi geometrik, dan interpretasi visual. Sementara pemrosesan data meliputi pengolahan data titik panas. 1. Proses mengunduh citra Pengunduhan citra Landsat dilakukan di URL www.glovis.usgs. Seluruh Provinsi Kalimantan Barat dicakup oleh 12 scene dan diunduh scene per scene. Citra Landsat yang diunduh adalah citra dengan path/row: 119/60, 120/61, 120/62, 122/61, 120/59, 120/60, 121/59, 121/60, 121/61, 121/62, 122/59, 122/60. 2. Penggabungan band (layer stacking) Proses menggabungkan masing masing band pada citra Landsat kecuali band 6 agar dapat dilakukan kombinasi band sehingga mempermudah dalam melakukan interpretasi penggunaan lahan. 3. Penggabungan citra (mosaic) Proses menggabungkan band adalah menggabungkan sejumlah band dari citra yang sama (lokasi dan akusisi) dalam 1 (satu) file.
20 4. Pemotongan citra (subset ) Pemotongan citra dilakukan agar hanya diperoleh cakupan wilayah lokasi penelitian dengan memotong citra terhadap batas administrasi wilayah, sehingga citra Landsat yang digunakan hanya terbatas pada wilayah provinsi Kalimantan Barat. 5. Koreksi Geometrik Koreksi geometrik atau rektifikasi bertujuan untuk mengurangi distorsi geometrik citra seperti pengaruh rotasi bumi, kelengkungan bumi, kecepatan scanning dari beberapa sensor yang tidak normal. Hal ini menyebabkan posisi citra tidak sama dengan posisi geografis yang sebenarnya. Untuk ini diperlukan koreksi geometrik agar antara citra yang digunakan memiliki kordinat yang sama dengan kordinat sesungguhnya di permukaan bumi. 6. Interpretasi Visual Interpretasi citra visual dapat didefinisikan sebagai aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan identifikasi obyek dan menilai maknanya. Tahapan dalam melakukan interpretasi visual yaitu deteksi dan digitasi. Pengenalan obyek dalam tahapan interpretasi visual dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dari kenampakan obyek di citra. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan unsur interpretasi yaitu rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, site, asosiasi. Tahap pemrosesan data berikutnya adalah pengolahan data titik panas. Data titik panas berupa data tabular hasil pantauan satelit NOAA-AVHRR diubah kedalam bentuk vektor sehingga dapat ditampilkan dan dianalisis secara spasial. Proses pengubahan data titik panas tersebut dilakukan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3. Transformasi data tabular menjadi data vektor tersebut dilakukan dengan memetakan data titik panas sesuai dengan koordinat letak geografisnya, sehingga didapatkan distribusi spasial sebaran titik panas. Jumlah titik panas dalam masing-masing bulan diperoleh dengan melakukan pengolahan data titik panas menggunakan perangkat lunak Microsoft excel.
21 3.3.3 Tahap Analisis Data Spasial Pengolahan data spasial dilakukan dengan metode tumpang tindih data vektor. Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan tumpang tindih antara data vektor penggunaan lahan tahun 2000, tahun 2005 dan tahun 2010 sehingga dari tahapan ini dapat diketahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama rentang waktu 10 tahun tersebut. Untuk melihat pola sebaran titik panas juga dilakukan tumpang-tindih data vektor titik panas setiap periode tahun dengan perubahan penggunaan lahan, sehingga dapat diketahui keterkaitan sebaran titik panas dengan perubahan penggunaan lahan yang terjadi.
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian 22