II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Sonny Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu orientasi pembangunan berubah dan berkembang pada setiap urutan waktu yang berbeda. Setelah Perang Dunia Kedua (PDII), pembangunan ditujukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi menjadi satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan di suatu negara. Beberapa negara berhasil meletakkan landasan pembangunan dengan pertumbuhan yang tinggi termasuk Indonesia. Tetapi keberhasilan ini tidak diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga isu pembangunan pada periode 1980-an bergeser dengan memasukkan unsur kesejahteraan sebagai tujuan dari pembangunan. Todaro (1989) menjelaskan pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Masuknya kesejahteraan dalam pemaknaan pembangunan terus bergulir di antara beberapa pakar pembangunan, hingga mencapai puncak dengan lahirnya Deklarasi Millenium hasil kesepakatan 189 kepala negara dan pemerintahan anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di bulan September 2000 (Hulme, 2003). Millenium Development Goals (MDGs) adalah tujuan pembangunan global yang mengedepankan kesejahteraan rakyat baik untuk generasi sekarang maupun generasi akan datang, yang kemudian diadopsi oleh negara-negara anggota PBB (Gentilini & Webb, 2008). MDGs Indonesia menargetkan penurunan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya dibawah US $1 per hari menjadi setengahnya dalam rentang waktu Target pencapaian ini belum menunjukkan hasil yang baik, sehingga kemiskinan masih menjadi masalah fundamental di Indonesia. Pada rentang tahun 1990 hingga 2008, tim laporan pencapaian MDGs Indonesia (2007) dan BPS (2009) mencatat proporsi penduduk miskin di Indonesia belum menunjukkan penurunan, bahkan sedikit lebih tinggi. Jika tahun 1990 proporsi penduduk miskin Indonesia sebesar 15,10%, di tahun
2 proporsinya menjadi 15,42%. Pada periode yang sama penurunan penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Barat lebih baik dibandingkan tingkat nasional, dimana penurunan proporsi penduduk miskin telah melebihi setengahnya dari 27,60% menjadi 11,07%. meskipun dibandingkan wilayah lain di Kalimantan, jumlah dan persentase penduduk miskin Kalimantan Barat masih lebih tinggi, seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Provinsi Perbandingan tingkat kemiskinan, IPM dan pendapatan per kapita antar provinsi di Kalimantan Tahun 2008 Jumlah Penduduk Miskin (000 orang) Kota Kota+ Persentase Penduduk Miskin Kota Kota+ IPM PDRB per kapita (Rp juta/kap) Kalbar 127,5 381,3 508,8 9,98 11,49 11,07 68,17 6,52 Kalteng 45,3 154,6 200,0 5,81 10,20 8,71 73,88 8,13 Kalsel 81,1 137,8 218,9 5,79 6,97 6,48 68,72 7,99 Kaltim 110,4 176,1 286,4 5,89 15,47 9,51 74,52 33,34 Indonesia , , ,3 11,65 18,93 15,42 71,17 21,70 Sumber : BPS (2009) (diolah) Upaya pengurangan kemiskinan dapat dilakukan dengan membangun kapabilitas penduduk miskin agar mampu bersaing mendapatkan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan (Sumodiningrat, 2009). Strategi melalui pembangunan pendidikan dan kesehatan diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tingginya tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat berkorelasi dengan rendahnya IPM di wilayah ini yang sebesar 68,17, yang juga menunjukkan IPM terendah di wilayah Kalimantan. Pada tingkat kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat, besaran IPM menunjukkan korelasi yang cukup kuat dengan persentase penduduk miskin. Pada Tabel 2, Kabupaten Sambas dengan IPM terendah yang sebesar 63,73, persentase penduduk miskinnya mendekati persentase penduduk miskin di tingkat provinsi. Hal yang sama tampak pada data Kabupaten Landak dengan proporsi penduduk miskinnya tertinggi, yaitu 18,65%, IPM-nya menunjukkan pencapaian dibawah provinsi. Hanya Kota Pontianak yang menunjukkan IPM lebih tinggi dan persentase penduduk miskin yang lebih rendah dibandingkan di tingkat provinsi.
3 3 Hal ini menunjukkan bahwa investasi di bidang pembangunan manusia di provinsi ini masih terkonsentrasi di Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi. Tabel 2 Indeks Pembangunan Manusia beserta kompositnya dan persentase penduduk miskin di kabupaten/kota pada Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2008 Kabupaten/Kota Usia Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Pengeluaran per Kapita (Rp000.00/ kap/bul) IPM Persentase penduduk miskin Kab. Sambas 60,70 89,50 5,90 614,92 63,73 11,51 Kab. Bengkayang 68,57 88,68 6,03 599,30 66,81 9,41 Kab. Landak 64,98 91,45 6,86 608,21 66,74 18,65 Kab. Pontianak 67,12 89,40 6,48 617,52 67,90 7,03 Kab. Sanggau 67,99 89,92 6,40 609,95 67,86 6,25 Kab. Ketapang 67,02 88,87 6,22 608,43 66,84 15,21 Kab. Sintang 67,91 90,41 6,58 602,01 67,44 13,61 Kab. Kapuas Hulu 66,39 92,55 7,10 627,31 69,41 11,44 Kab. Sekadau 67,27 88,98 6,06 598,62 66,13 7,66 Kab. Melawi 67,63 92,32 7,20 598,62 67,91 14,80 Kab. Kayong Utara 65,33 88,20 5,60 600,67 64,69 14,50 Kab. Kubu Raya 66,17 85,83 6,16 617,00 66,31 - Kota Pontianak 66,86 93,59 9,11 636,18 72,08 9,29 Kota Singkawang 66,95 89,62 7,30 611,76 68,02 7,89 Sumber : BPS Kalbar (2009) (diolah) BPS Kalbar (2009) mencatat jumlah penduduk miskin di Kalimantan Barat pada tahun 2008 mencapai jiwa, dengan jumlah tertinggi di Kabupaten Ketapang sebesar orang dan persentase tertinggi di Kabupaten Landak sebesar 18,65%. Kabupaten Ketapang yang menghasilkan total output wilayah (PDRB) ketiga terbesar di Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa pendapatan wilayah yang tinggi belum mampu berperan untuk menekan tingkat kemiskinan di wilayahnya. Berbeda dengan Kabupaten Landak yang menempati urutan kesembilan penyumbang PDRB provinsi, persentase penduduk miskin terkait dengan persentase rumahtangga sebesar 91,91% adalah rumahtangga pertanian yang juga ditunjukkan dengan share sektor pertanian yang sangat tinggi, yaitu sebesar 51,94% (Tabel 3). Sektor pertanian yang merupakan sektor yang padat tenaga kerja, dengan produktivitas dan tingkat keterampilan sumber daya manusia yang rendah, serta memiliki struktur penduduk berusia tua dan berpendidikan rendah, berkontribusi terhadap peningkatan proporsi penduduk miskin (Yudhoyono dan Harniati, 2004). Keterkaitan ini memberikan gambaran bahwa konsentrasi penduduk miskin di Kalimantan Barat secara umum dijumpai di wilayah perdesaan yang aktivitas utamanya adalah pertanian.
4 4 Tabel 3 Persen rumahtangga pertanian, share sektor-sektor unggulan dan jumlah penduduk miskin pada kabupaten/kota di Kalimantan Barat, Tahun 2008 Rumah Share sektor penduduk miskin Kabupaten/ kota tangga tani (juta Pertanian Industri Dagang Jasa orang) Kab. Sambas 81, Kab. Bengkayang 87, Kab. Landak 91, Kab. Pontianak 71, Kab. Sanggau 84, Kab. Ketapang 80, Kab. Sintang 85, Kab. Kapuas Hulu 85, Kab. Sekadau 83, Kab. Melawi 87, Kab. Kayong Utara 85, Kab. Kubu Raya 80, Kota Pontianak 2, Kota Singkawang 53, Kalimantan Barat 75, Sumber : BPS Kalbar (2009) (diolah) Selain di wilayah dengan basis pertanian, pola kemiskinan di provinsi ini juga menunjukkan bahwa Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi harus menghadapi desakan atas pergeseran kemiskinan di perdesaan. Estimasi untuk meningkatkan pendapatan di perkotaan bagi penduduk perdesaan mengakibatkan Kota Pontianak harus menanggung beban penduduk dengan pendidikan dan keterampilan rendah yang menekuni sektor-sektor informal dengan upah yang rendah. Dampak nyata pergeseran penduduk ke perkotaan ini adalah banyak dijumpai pemukiman kumuh di pinggiran Kota Pontianak. Kondisi ini memunculkan bentuk lain dari gambaran kemiskinan di provinsi Kalimantan Barat. Adam (2004) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perubahan satu persen PDRB per kapita akan menurunkan 0,252% jumlah penduduk miskin. Di tahun 2008, seluruh wilayah kabupaten telah melampaui estimasi dari penelitian tersebut. Berbeda dengan Kota Pontianak dan Kota Singkawang, dimana kenaikan PDRB per kapita meningkatkan pula jumlah penduduk miskin dengan persentase yang besar (Gambar 1). Dengan pola seperti ini menunjukkan tingginya daya tarik wilayah kota karena pendapatan wilayah yang tinggi yang justru menimbulkan bias ibukota (first city bias).
5 Kab. Sambas Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Pontianak Kab. Sanggau Kab. Ketapang Kab. Sintang Kab. Kapuas Hulu Kab. Sekadau Kab. Melawi Kab. Kayong Utara Kab. Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang % perubahan PDRB per kapita % perubahan jumlah penduduk miskin estimasi % perubahan jumlah penduduk miskin Gambar 1 Perubahan PDRB per kapita dan perubahan persentase penduduk miskin pada tahun di kabupaten/kota. 1.2 Perumusan Masalah Kemiskinan masih menjadi permasalahan penting bagi pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Barat. Data statistik di tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di provinsi ini mencapai orang, yaitu 11,07% dari total penduduk Provinsi Kalimantan Barat. Proporsi ini turun 4,39% dibandingkan proporsi penduduk miskin Kalimantan Barat di tahun 2002, dan jika dirata-ratakan penurunannya mencapai 0,73% per tahunnya. Adam (2004) mensyaratkan perubahan 1,00% pertumbuhan ekonomi untuk dapat menurunkan 0,252% jumlah penduduk miskin di negara-negara berkembang. Di Provinsi Kalimantan Barat, dalam rentang tahun , rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 4,48%, sehingga estimasi dari perhitungan ini diharapkan penurunan penduduk miskin dapat mencapai 1,13% per tahunnya. Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan prestasi penurunan proporsi penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Barat pada periode yang sama. Kondisi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup sebagai prasyarat mengurangi kemiskinan, terlebih lagi jika wilayah tersebut menunjukkan keragaman yang tinggi baik etnik, geografi, ekologi dan demografi (Kalwija dan Verschoorb, 2007). Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri atas 14 kabupaten/kota menunjukkan keragaman pola pencapaian indikator kinerja pembangunan daerah. Tingkat kemiskinan sebagai salah satu indikator
6 6 pembangunan menunjukkan pola hubungan yang berbeda-beda dengan indikator pembangunan lainnya, seperti total output wilayah yang diukur dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kabupaten Ketapang sebagai salah satu wilayah berbasis sektor pertanian dan penyumbang ketiga terbesar total PDRB provinsi, jumlah penduduk miskinnya adalah yang tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat. Demikian halnya dengan Kota Pontianak dengan basis ekonomi daerah adalah sektor sekunder dan tersier, juga menunjukkan jumlah penduduk miskin tertinggi kelima di provinsi ini. Oleh karena itu, keterkaitan antara pola aktivitas ekonomi dengan kemiskinan berbeda antar satu daerah dengan daerah lainnya. Strategi pembangunan manusia dalam ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diharapkan sebagai senjata lain untuk mengatasi kemiskinan, juga belum cukup mampu menjelaskan pola kemiskinan di suatu wilayah, sebagaimana yang ditunjukkan di Provinsi Kalimantan Barat. Pola hubungan antara tingkatan pembangunan manusia dengan tingkat kemiskinan yang berbeda-beda antar kabupaten/kota menunjukan bahwa untuk mengatasi kemiskinan, memerlukan strategi yang sesuai dengan pola masing-masing wilayah. Oleh karena itu, mengetahui karakteristik pembangunan di masingmasing kabupaten/kota diperlukan untuk mengelola dan mengembangkan strategi penanganan kemiskinan di suatu wilayah. Karakteristik wilayah sebagaimana dimaksud, tentunya terkait pula dengan pola interaksi antar wilayah terdekat (ketetanggaan). Wilayah yang berdekatan akan saling mempengaruhi, dan untuk hal-hal tertentu dimana interaksinya tinggi, wilayah yang berdekatan memiliki kesamaan atau kemiripan pola aktivitasnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pola spasial kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat? 2. Bagaimana pola spasial pembangunan manusia/sosial kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat? 3. Bagaimana pola spasial aktivitas ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat?
7 7 4. Bagaimana hubungan antara pembangunan manusia dan aktivitas ekonomi dengan kemiskinan di Provinsi Kalimantan Barat? 5. Bagaimana arah kebijakan penanganan kemiskinan yang diperlukan pada kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Memetakan pola spasial kemiskinan di Provinsi Kalimantan Barat. 2. Memetakan pola spasial pembangunan manusia/sosial di Provinsi Kalimantan Barat. 3. Memetakan pola spasial aktivitas ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. 4. Menganalisis keterkaitan variabel-variabel pembangunan manusia/sosial dan aktivitas ekonomi dengan kemiskinan di Provinsi Kalimantan Barat. 5. Menyusun arahan kebijakan penanganan kemiskinan di Provinsi Kalimantan Barat. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam upaya menyusun strategi penanggulangan kemiskinan; 2. Sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan pembangunan daerah; 3. Sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan perencanaan wilayah dengan isu sentralnya adalah penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia/sosial.
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
45 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah 146 807 km 2 terletak di bagian barat pulau Kalimantan, yakni di antara garis
Lebih terperinciANALISIS POLA SPASIAL KEMISKINAN, PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL, DAN AKTIVITAS EKONOMI, SERTA KETERKAITANNYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVITA SALIM
ANALISIS POLA SPASIAL KEMISKINAN, PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL, DAN AKTIVITAS EKONOMI, SERTA KETERKAITANNYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVITA SALIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Lebih terperinciAngka Kemiskinan Kabupaten Sekadau 2016
Angka Kabupaten Sekadau 2016 No. 01/06/6109/Th. III, 6 Juni 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEKADAU Angka Kabupaten Sekadau 2016 Angka kemiskinan Kabupaten Sekadau pada periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbedaan karakteristik alam, ekonomi, sosial dan budaya. Wilayah-wilayah dengan
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki keragaman antar daerah yang tinggi, keragaman tersebut merupakan hasil yang nyata dari perbedaan karakteristik
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 66/11/61/Th. XVII, 5 Nopember 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2014 Agustus 2014 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sebesar 4,04 Persen
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2013 No. 65/11/61/Th. XVI, 6 Nopember 2013 Agustus 2013 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sebesar 4,03 Persen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016
No. 01/06/Th. XVII, Juni 2017 PERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN BENGKAYANG MENINGKAT Pada bulan Maret 2016, jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 61/11/61/Th. XIV, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2011 Agustus 2011 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sebesar 3,88 Persen
Lebih terperinciPertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016 No. 02/07/6109/Th. III, 31 Juli 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEKADAU Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016 sebesar 5,93 persen,
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014
BPS KABUPATEN SEKADAU No.02/11/6109/Th. I, 30 November 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 IPM KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 61,98 MENINGKAT SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR IPM pertama
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota di mana dari 12 kabupaten tersebut, 5 diantaranya berada pada
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Analisis pertumbuhan ekonomi wilayah ini bertujuan untuk melihat pola atau klasifikasi perkembangan keterkaitan antara tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 19 24. ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI Evi Julianti,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 2 0 08 LU serta 3 0 02 LS serta
Lebih terperinciKONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015
BPS KABUPATEN SEKADAU No.06/11/6109/Th. II, 17 November 2016 KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 SEBESAR 2,97 PERSEN Persentase angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Dengan demikian penerapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang telah berjalan saat ini telah memberi hak serta wewenang kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 28 / 05/ 61/ Th XX, 05 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Kalimantan Barat Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kalimantan Barat pada tahun 2016 terus
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2017
No. 64/11/61/Th. XX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2017 TPAK Kalimantan Barat keadaan Agustus 2017 sebesar 68,63
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 39/ 06/ 61/ Th XIX, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Kalimantan Barat Tahun 2015 Pembangunan manusia di Kalimantan Barat pada tahun 2015 terus
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 30/05/61/Th. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2014
BPS KABUPATEN SEKADAU No.03/12/6109/Th. I, 3 Desember 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 0,31 PERSEN Hasil Survei Angkatan
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km 2 atau 639.570 Ha (4,36% dari luas wilayah propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah kabupaten
Lebih terperinciHASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN BARAT (ANGKA SEMENTARA)
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BADAN PUSAT STATISTIK No. 52/09/61/Th. XVI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN BARAT (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan dan orang-orang miskin sudah dikenal dan selalu ada di setiap peradaban manusia. Oleh karena itu beralasan sekali bila mengatakan bahwa kebudayaan umat manusia
Lebih terperinciPROFIL PEMBANGUNAN KALIMANTAN BARAT
1 PROFIL PEMBANGUNAN KALIMANTAN BARAT A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Propinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 2 o 08 LU serta 3005 LS serta di antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun
Lebih terperinciDinas KUKM Provinsi Kalimantan Barat Jl. Sutan Syahrir No. 5 Pontianak
Dinas KUKM Provinsi Kalimantan Barat Jl. Sutan Syahrir No. 5 Pontianak Laporan Kinerja Pembangunan KUKM Tahun 2017 Disampaikan Pada Acara Rapat Koordinasi Nasional Bidang KUMKM Tanggal 4 6 April 2018,
Lebih terperinciTIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1
1 indikator kesejahteraan DAERAH provinsi kalimantan barat sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada daerah Kabupaten Kubu Raya, yang merupakan satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciHasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 01/07/Th. I, 15 Juli 2017 KABUPATEN KETAPANG Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil pendaftaran usaha/perusahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya perubahan yang terjadi pada sebuah ketidakseimbangan
Lebih terperinciDisampaikan Oleh : KEPALA BIDANG PERENCANAAN SOSIAL BUDAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. KALIMANTAN BARAT
Disampaikan Oleh : KEPALA BIDANG PERENCANAAN SOSIAL BUDAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. KALIMANTAN BARAT PADA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (MUSRENBANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Disparitas perekonomian antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Disparitas ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara, maka dibutuhkan pembangunan. Pada September tahun 2000, mulai dijalankannya Millennium Development
Lebih terperinciTipologi Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.16/02/61/Th.XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang kian marak dilakukan oleh setiap pemerintah daerah pada era reformasi ini merupakan suatu proses yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan
Lebih terperinciFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BERDASARKAN PENDEKATAN SHIFT SHARE DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE TAHUN 1980 2009 Oleh : JEFFRI MINTON GULTOM NBP. 07 151
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf
Lebih terperinciDisampaikan Oleh : KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. KALIMANTAN BARAT PADA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA
Disampaikan Oleh : KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. KALIMANTAN BARAT PADA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (MUSRENBANG RKPD) PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan selalu menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat di suatu daerah, negara bahkan di dunia, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk bisa menurunkan angka
Lebih terperinciBAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perbaikan kualitas segenap bidang kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... Halaman i iv x BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum... 1 1.3 Hubungan Antar Dokumen... 4 1.4 Sistematika dokumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN BARAT
GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan Desember 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB menyetujui delapan butir Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah darat kurang lebih sebesar 1,86 juta km 2 dan wilayah laut mencapai 7,9 juta km 2.
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan
I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu semua wilayah menetapkan target
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menggariskan bahwa Visi Pembangunan 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebanyak 189 negara mendeklarasikan Millenium Development Goals (MDGs) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsabangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi hendaknya selaras dengan kesejahteran masyarakat. Tetapi manfaat yang diterima tidak semua dirasakan oleh lapisan masyarakat. Hal inilah
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Dinas Perkebunan KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Dinas Perkebunan KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Dalam Rangka Sosialisasi Gerakan Anti Korupsi dan Gratifikasi di Provinsi Kalimantan Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari proses perencanaan yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan yang mencolok masih banyak ditemukan di negara-negara berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan yang siginifikan selama lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
Lebih terperinciHASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013
No.39/07/Th. XVII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI KALIMANTAN BARATTAHUN
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH BERBASIS PERTANIAN DALAM RANGKA PENGURANGAN KEMISKINAN DI KALIMANTAN BARAT
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 27-42 27 PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH BERBASIS PERTANIAN DALAM RANGKA PENGURANGAN KEMISKINAN DI KALIMANTAN BARAT Nia Permatasari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda
5 TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan setiap warga negara. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KOTA SINGKAWANG DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KOTA SINGKAWANG DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) URAY DIAN NOVITA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TANJUNGPURA ABSTRAK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa diberlakukannya Otonomi Daerah, untuk pelaksanaannya siap atau tidak siap setiap pemerintah di daerah Kabupaten/Kota harus melaksanakannya, sehingga konsep
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawah garis kemiskinan (poverty line), kurangnya tingkat pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam perspektif yang luas dipandang sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup pelbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat,
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM ) KALBAR DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU
UPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM ) KALBAR DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DINAS KESEHATAN DAFTAR ISI A. PENDAHULUAN B. FAKTA
Lebih terperinciTingkat Kemiskinan Per Provinsi Wilayah Kalimantan Tahun 2014
Persentase (%) Persentase (%) Pergerakan Tingkat Kemiskinan Wilayah Sumatera Periode 2007-2014 14 12 10 8 6 12.91 11.04 9.38 7.01 11.07 9.51 8.71 6.48 9.3 9.02 8.6 7.73 7.66 7.02 6.77 6.77 6.56 8.74 7.96
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Perkapita Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Provinsi Riau. Vol. II, No. 02, (Oktober, 2015), 1-2.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi kemajuan suatu negara. Suatu negara dikatakan maju bukan saja dihitung dari pendapatan domestik bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi. Ketika kesempatan kerja tinggi, pengangguran akan rendah dan ini akan berdampak pada naiknya
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Profil Provinsi Kalimantan Barat Posisi Provinsi Kalimantan Barat terletak 20 08 LU dan 30 05 LS dan antara 1080 30 BT dan 1140 10 BT. Berdasarkan letak geografis yang spesifik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
Lebih terperinci