Makalah ADVANCED TRAINING Hak-hak Masyarakat Adat (Indigenous Peoples' Rights) Bagi Dosen Pengajar HAM di Indonesia Yogyakarta, 21 24 Agustus 2007 PERLINDUNGAN HAK-HAK DASAR MASYARAKAT ADAT DALAM PERATURAN PER-UU-AN NASIONAL: Catatan Kritis Rikardo Simarmata (Ph.D researcher Univ. Leiden)
PERLINDUNGAN HAK-HAK DASAR MASYARAKAT ADAT DALAM PERATURAN PER-UU UU-AN NASIONAL: Catatan Kritis Rikardo Simarmata (Ph.D researcher Univ. Leiden)
Problem Konseptual (1) Istilah Dua istilah: masyarakat hukum adat (UUPA, UU Kehutanan, UU HAM, UU Sumberdaya Air, UU Perkebunan, UU MK, UU Pemda) dan masyarakat adat (UU Sistem Pendidikan Nasional, UU Minyak dan Gas Bumi, UU Panas Bumi). Apakah istilah masyarakat hukum adat adalah kata lain dari adatrechtsgemeenschap dan istilah masyarakat adat adalah kata lain dari indigenous peoples? Sejauh ini baru UU Otsus Papua yang membedakan kedua istilah tersebut.
Problem Konseptual (2) Siapa masyarakat adat? Menggunakan definisi (Permenag/Kepala BPN No. 5/1999, UU Sumberdaya Air) vs menggunakan pembuktian pemenuhan unsur (UU Kehutanan, UU Perkebunan, UU MK) Pendekatan defenisi: tidak ada sebuah peraturan per- UU-an yang duduk di hirarki yang tinggi dijadikan patokan. UU Sumberdaya Air justru meniru defenisi dari Permenag/Kepala BPN No. 5/1999. Pendekatan pemenuhan unsur: apakah membayangkan masyarakat adat yang statis atau masyarakat adat yang mengalami perubahan?
Problem Konseptual (3) Perlindungan Hak-Hak Dasar dalam Konstitusi Dinamika: 1. dari pengakuan deklaratif ke pengakuan bersyarat; 2. penghilangan prediket sebagai daerah istimewa Dari pemerintahan daerah (volkgemeenschap) ke masyarakat hukum adat (adatrechtsgemeenshap) Konstitusi hasil amandemen: konstitusionalisasi pengakuan bersyarakat. Staatside: siapa dan dimana kedudukan masyarakat adat? Apakah ia merupakan minority/vulnerable group yang perlu dilindungi dan karena itu berhak mendapatkan affirmative policy?
Problem Konseptual (4) Perlindungan Hak-Hak Dasar dalam Peraturan Per-UU UU-an Agraria/SDA Fiksi hukum: hak menguasai persekutuanpersekutuan adat beralih menjadi hak menguasai negara. Karena itu persekutuan2 adat tidak lagi memiliki hak menguasai melainkan hanya hak mengelola atau hak memanfaatkan. Pengakuan bersyarat: intensi mengakui atau menyangkal? Intensi untuk menyangkal memproyeksikan akan berlaku satu hukum yang seragam (unifikasi) dan masyarakat adat niscaya akan berkembang untuk berubah menjadi masyarakat modern.
Problem Konseptual (5) Perlindungan Hak-Hak Dasar dalam Peraturan Per-UU UU-an Agraria/SDA Karena persyaratannya banyak dan berlapis, menandakan bahwa negara tidak menempatkan masyarakat adat sebagai minority group yang memerlukan affirmative policy. Hak masyarakat adat atas agraria/sda mengalah untuk pertambangan (UU No. 11/1967) dan HPH (PP No. 21/1970). Perlindungan terhalang oleh persyaratan. Pengakuan dan perlindungan tertunda karena belum ada pengukuhan keberadaan hak ulayat atau masyarakat hukum adat.
Problem Konseptual (6) Gelombang Ketiga Pasca Amandemen Kedua UUD 1945, terdapat banyak peraturan perudangan yang memiliki klausul mengenai pengakuan keberadaan dan hak-hak dasar masyarakat adat: mengimplementasikan pengakuan bersyarat. Produk hukum daerah: antara tetap bertahan dalam kerangka legal nasional atau responsif untuk meredakan ketegangan antara apa yang seharusnya dan apa yang senyatanya.
Situasi-Situasi Praktis Pengakuan dan perlindungan hak-hak dasar masyarakat adat terkendala karena sejumlah faktor berikut ini: 1. menonjolnya simbolisasi terutama dalam kancah politik lembaga adat, upacara, pakaian dan gelar adat mendominasi simbol masyarakat adat. 2. penyelesaian konflik atas tuntutan pengembalian tanah-tanah adat, tidak bisa dilakukan karena kelompokyang menuntut belum ditetapkan sebagai masyarakat hukum adat. 3. Pemda tidak melakukan pengukuhan hak ulayat dan masyarakat hukum adat karena tidak mengalokasikan anggaran tersendiri. Peniadaan anggaran ini memang disengaja karena takut menghadapi resiko dikiritik, dipersoalkan bahkan digugat oleh kelompok masyarakat. 4. bagi sebagian pemerintah, pengakuan dan perlindungan masyarakat adat dikonotasikan dengan gerakan-gerakan pemisahan diri.
Rekomendasi untuk Perubahan Dekonstitusionalisasi pengakuan bersyarat, sekaligus penghilangan klausul pengakuan bersyarat. Pengakuan bersyarat sebenarnya justru menyangkal asumsi yang dibangun oleh fiksi hukum bahwa persekutuanpersekutuan adat telah eksis sebelum negara bangsa berdiri. Memperjelas kedudukan masyarakat adat dalam konstruksi bentuk negara. Memperjelas penggunaan istilah beserta pengertiannya. Menempatkan masyarakat adat sebagai minority/vulnerable group yang memerlukan affirmative policy.