Karyawan Sebagai Pemohon Dalam Mempailitkan Perusahaan (Studi Kasus: Kasus PT. Kymco Lippo Motor Indonesia)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU. Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT TERHADAP PIHAK KETIGA 1 Oleh : Ardy Billy Lumowa 2

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA KEPAILITAN PT. ARTA GLORY BUANA TERHADAP PARA KREDITOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, berikut disajikan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Kepailitan. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates

TANGGUNG JAWAB PENANGUNG TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA. apabila proses On Going Concern ini gagal ataupun berhasil dalam

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya, suatu perusahaan pasti ingin mendapatkan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Penundaan kewajiban pembayaran utang

BAB I PENDAHULUAN. Proses perniagaan, apabila debitor tidak mampu ataupun tidak mau

BAB I PENDAHULUAN. berarti adanya interaksi berlandaskan kebutuhan demi pemenuhan finansial.

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT MENURUT UU NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

P U T U S A N Nomor 907 K/Pdt.Sus-Pailit/2017

Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H

PELAKSANAAN TUGAS KURATOR DALAM MENGURUS HARTA PAILIT BERDASARKAN PASAL 72 UNDANG UNDANG NO

BAB II PENETAPAN HAK MENDAHULUI PADA FISKUS ATAS WAJIB PAJAK YANG DINYATAKAN PAILIT. A. Kepailitan dan Akibat Hukum Yang Ditinggalkannya

Pembebanan Jaminan Fidusia

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Terhadap kasus yang dihadapi oleh PT Metro Batavia dan International Lease

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK INDONESIA KE OJK TERHADAP KETENTUAN PASAL 2 AYAT (3) UU NO. 37

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi wajib ini bersifat memaksa dan diatur dengan undang-undang.

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISA MENGENAI PUTUSAN PENGADILAN NIAGA NO.22/PAILIT/2003/PN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

BAB III HAK MENDAHULU DALAM PERPAJAKAN DAN ATURAN DALAM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi

Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 37 tahun 2004,

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP KREDITOR PREFEREN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIJAMINKAN DENGAN HAK TANGGUNGAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga

BAB II TANGGUNG JAWAB PERSONAL GUARANTOR DALAM KEPAILITAN

BAB II PENGATURAN INDEPENDENSI KEWENANGAN PENGURUS DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU)

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang. mewajibkan seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

DAFTAR PUSTAKA. AbdulKadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan III, PT. Citra Aditua Bakti, Bandung.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN WISHNU KURNIAWAN SEPTEMBER 2007

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Akuntansi forensik berperan dalam beberapa proses dalam perkara kepailitan. Hal ini

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai kata sifat. Istilah failliet sendiri berasal dari Perancis yaitu faillite yang

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

BAB II PENGATURAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB II KEADAAN DIAM (STANDSTILL) DALAM HUKUM KEPAILITAN INDONESIA. Konsep keadaan diam atau standstill merupakan hal yang baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

EFEKTIFITAS LEMBAGA PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) UNTUK MENGHINDARKAN DEBITUR DARI PAILIT

BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebagaimana telah

Transkripsi:

Karyawan Sebagai Pemohon Dalam Mempailitkan Perusahaan (Studi Kasus: Kasus PT. Kymco Lippo Motor Indonesia) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah LBHK semester I Angkatan V Oleh: Prasaja Pricillia Sujatmiko 2010131019 UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN Fakultas Ekonomi Program Pendidikan Profesi Akuntansi 2011

Latar Belakang "The most important asset in business is people". Dalam studi manajemen, pendapat bahwa aset terpenting dari bisnis adalah orang-orang terutama karyawan adalah pendapat lama yang dikenal dan teruji kebenarannya. Tanpa orang-orang di dalamnya, suatu bisnis tidak dapat bergerak. Bisnis berkaitan dengan pemasok, pelanggan, pemerintah, pemilik, serta karyawan. Bisnis dibangun di atas dasar hubungan kepentingan dari orang-orang tersebut. Bisnis juga tidak lepas dari masalah. Bisnis akan terus memiliki masalah kecuali jika bisnis tersebut berakhir. Seringkali ketika bisnis tidak dapat menyelesaikan masalah, bisnis tersebut akan berakhir dengan hilangnya perusahaan. Entah hilang dalam artian kehilangan kekuasaan (merger, akuisisi, konsolidasi), ataupun hilang dalam artian sesungguhnya (likuidasi/pailit). Pada umumnya perusahaan akan sebisa mungkin menghindari pailit. Ada dua kejadian yang umum terjadi pada kasus pailitnya perusahaan. Pertama adalah permohonan pailit oleh kreditor karena debitor melakukan wanprestasi dengan tidak membayar hutangnya kepada kreditor. Kedua adalah permohonan pailit oleh debitor sendiri karena ingin menghindari hukuman pidana. Walaupun demikian, sedikit sekali perusahaan yang menyatakan perusahaannya pailit. Pengajuan permohonan pailit di Indonesia didasari oleh Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU Kepailitan). Berdasarkan UU tersebut, pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit selain kreditor dan debitor yaitu Kejaksaan, BI, Bapepam, dan Menkeu RI. Pada praktiknya, ada pula perusahaan yang dimohonkan pailit oleh karyawannya sendiri seperti pada kasus PT Kymco Lippo Motor Indonesia (PT. KLMI). Kasus Pengajuan Permohonan Pailit PT KLMI Oleh Karyawan PT Kymco melakukan join ventura dengan Lippo dan mendirikan PT. KLMI pada 23 September 1996 di Cikarang. PT KLMI merupakan agen tunggal pemegang merek dari PT Kymco yang menjual sepeda motor Kymco di Indonesia. Kasus pailit PT Kymco bermula dari sengketa pemegang saham pada Agustus 2007. Penggugat adalah PT

Metropolitan Triperdana (Lippo Group), pemegang 25% saham PT KLMI, dan tergugat adalah Kwang Yang Motor Co. Ltd dan PT Kymco. Pada saat itu majelis hakim mengabulkan gugatan PT Metropolitan dan meletakkan sita jaminan atas 75% saham yang dimiliki Kwang Yang Motor. Selain itu, pabrik perakitan motor PT Kymco turut diletakkan sita jaminan. Permohonan pailit PT KLMI yang pertama diajukan oleh PT San Ching Indonesia pada tanggal 29 Oktober 2008. PT San Ching menuding Kymco belum membayar utang pemesanan barang sejumlah Rp502.289 juta. Saat itu karyawan KLMI bersama-sama berusaha menggagalkan pailit PT KLMI. Pada Desember 2008, majelis hakim menolak permohonan pailit tersebut karena PT KLMI dianggap berprestasi dan masih dapat melunasi hutang pada PT San Ching. Meskipun PT KLMI lolos dari gugatan pailit PT San Ching, PT KLMI mulai tersendatsendat sejak terjadinya sengketa pemegang saham pada Agustus 2007. Puncaknya Presdir Su Kou Cang kabur ke Taiwan dan sejak Septermber 2008 seluruh karyawan PT KLMI dirumahkan. Ketika itu manajemen berjanji akan memulai produksi kembali pada Februari 2009. Produksi tidak pernah dimulai kembali dan sejak Juni 2009 PT KLMI menyatakan tidak dapat membayar gaji karyawan. Pada April 2010, karyawan yang tergabung dalam serikat pekerja akhirnya mengajukan permohonan pailit bersama dua kreditor lain, PT Abdimetal Prakarsa, dan PT Amanda Vida Mitrama (RSIA Amanda). Dalam permohonan disertakan jumlah tunggakan gaji, iuran Jamsostek, dan THR karyawan sejak Juni 2009 sebesar Rp7,656 miliar. PT Abdimetal Prakarsa mengajukan tagihan sebesar Rp74,577 juta, dan PT Amanda menuntut tagihan sebesar Rp50,783 juta. Sebelumnya PT Abdimetal dan PT Amanda telah mengajukan somasi namun tidak ada tanggapan. Pada 29 April 2010, para kreditor menghadirkan kreditor lain sebagai berikut: PT Indo Cipta Hasta Perkasa dengan jumlah tagihan Rp9,8 juta, PT Arpo Selaras Cemerlang dengan tagihan Rp46 juta, CV Rino Multi Niaga dengan tagihan Rp17 juta, dan MCE Seitmitsu Indonesia dengan tagihan Rp72 juta. Utang tersebut sejak tahun 2008 belum diselesaikan.

Pada 12 Mei 2010, PT KLMI dinyatakan pailit karena terbukti memiliki utang jatuh tempo yang belum dibayar dan berutang kepada lebih dari satu kreditor. Majelis hakim berpendapat permohonan telah memenuhi Pasal 2 butir 1 UU Kepailitan sehingga permohonan pailit patut dikabulkan. Kurator yang ditunjuk untuk mengurus dan membereskan aset pailit pada kasus PT KLMI adalah Ali Sumali Nugroho. Masalah Berdasar atas kasus yang telah dipaparkan, maka tulisan ini dibuat untuk mengetahui tentang: 1. Apakah tindakan karyawan sebagai pemohon pailit sesuai dengan ketentuan yang berlaku? 2. Apa penyebab terjadinya pengajuan permohonan pailit oleh karyawan? 3. Apa akibat dari pengajuan permohonan pailit oleh karyawan? Analisis Pengertian Kreditor dan Debitor Kreditor menurut UU Kepailitan Pasal 1 butir 2 adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Debitor menurut UU Kepailitan Pasal 1 butir 3 adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Pasal 1 butir 11 UU Kepailitan juga menjelaskan bahwa setiap orang adalah perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi. Pada Kasus PT KLMI, PT KLMI yang berbentuk badan hukum bertindak sebagai debitor yang memiliki utang kepada pemasok dan karyawan. Dalam proses kepailitan para direktur PT KLMI merupakan perwakilan perusahaan sebagai debitor. Utang tersebut berdasarkan perjanjian dan dapat ditagih ke muka pengadilan. Perjanjian yang dimaksud akan dijelaskan kemudian.

Golongan Kreditor Penentuan golongan kreditor di dalam kepailitan adalah berdasarkan Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1138 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( UU KUP ); dan Undang-Undang Kepailitan. Golongan kreditor tersebut meliputi: 1. Kreditor yang kedudukannya di atas kreditor pemegang saham jaminan kebendaan (contoh:utang pajak) dimana dasar hukum mengenai kreditor ini terdapat di dalam Pasal 21 UU KUP jo pasal 1137 KUH Perdata; 2. Kreditor pemegang jaminan kebendaan yang disebut sebagai Kreditor Separatis (dasar hukumnya adalah Pasal 1134 ayat 2 KUH Perdata). Jaminan kebendaan yang dikenal/diatur di Indonesia adalah: o Gadai; o Fidusia; o Hak Tanggungan; dan o Hipotik Kapal; 3. Utang harta pailit. Yang termasuk utang harta pailit antara lain adalah sebagai berikut: o Biaya kepailitan dan fee Kurator; o Upah buruh, baik untuk waktu sebelum Debitur pailit maupun sesudah Debitur pailit (Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004); dan o Sewa gedung sesudah Debitur pailit dan seterusnya (Pasal 38 ayat (4) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004); 4. Kreditor preferen khusus, sebagaimana terdapat di dalam Pasal 1139 KUH Perdata, dan Kreditor preferen umum, sebagaimana terdapat di dalam Pasal 1149 KUH Perdata; dan 5. Kreditor konkuren. Kreditor golongan ini adalah semua Kreditor yang tidak masuk Kreditor separatis dan tidak termasuk Kreditor preferen khusus maupun umum (Pasal 1131 jo. Pasal 1132 KUH Perdata).

Berdasarkan penggolongan kreditor di atas, pada kasus pengajuan permohonan pailit PT KLMI didapati 2 jenis kreditor: 1. Kreditor Konkuren. PT Abdimetal dan PT Amanda merupakan kreditor konkuren. PT Abdimetal dan PT Amanda tidak masuk kreditor separatis karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak memegang jaminan kebendaan, dan tidak masuk kreditor preferen karena bukan merupakan pemegang saham. Selain kedua perusahaan tersebut, terdapat kreditor lain seperti PT Indo Cipta Hasta Perkasa, PT Arpo Selaras Cemerlang, CV Rino Multi Niaga, dan MCE Seitmitsu Indonesia. Seluruh kreditor tersebut memiliki utang berdasarkan perjanjian dan termasuk dalam kreditor konkuren. 2. Kreditor terkait utang harta pailit. Karyawan PT KLMI merupakan kreditor terkait utang harta pailit. Sesuai Pasal 39 butir 2 Undang-Undang Kepailitan, upah yang terhutang sebelum dan sesudah putusan pernyataan pailit diucapkan merupakan utang harta pailit. Pengertian Pailit dan Syarat Pengajuan Pailit Menurut Pasal 1 butir 1 UU Kepailitan, kepailitan adalah "sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini." Syarat permohonan pailit berdasarkan UU Kepailitan Pasal 2 ayat 1 adalah: - Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor - Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang sudah jatuh waktu PT KLMI sebagai termohon pailit telah memenuhi syarat permohonan pailit, yaitu: - memiliki dua atau lebih debitor, antara lain ketiga pemohon pailit (PT Abdimetal, PT Amanda, dan para karyawan) serta kreditor lain di luar pemohon pailit (PT Indo Cipta Hasta Perkasa, PT Arpo Selaras Cemerlang, CV Rino Multi Niaga, dan MCE Seitmitsu Indonesia) - tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang sudah jatuh waktu (dibuktikan dengan tagihan-tagihan utang dan pembukuan perusahaan)

Berdasarkan keterangan di atas, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan bahwa PT KLMI telah memenuhi syarat permohonan pailit dan mengabulkan permohonan pailit dari karyawan dan kreditor pemohon dengan menyatakan PT KLMI pailit pada 12 Mei 2010. Perjanjian dan Wanprestasi Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum satu orang atau lebih mengikatkan diri kepada orang lain (Pasal 1313 KUHPdt) Perikatan yaitu: a. Suatu hubungan hukum antara dua orang ("pihak") atau lebih. Pihak yang satu berhak dan pihak lain berkewajiban memenuhi hak (R. Subekti, 1976:1). b. Hubungan hukum dalam hukum kekayaan, di satu pihak ada hak, pihak lain ada kewajiban (J. Satrio, 1993:12). c. Perikatan berarti memberi sesuatu, tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPdt). Pengertian Wanprestasi: a. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi b. Melaksanakan apa yang disanggupi, tetapi tidak sesuai dengan janji; c. Terlambat memenuhi janji; dan d. Melakukan sesuatu yang tidak dibolehkan dalam perjanjian. Pada kasus PT KLMI, terdapat perjanjian berupa perjanjian utang piutang dagang dengan kreditor konkuren yang didasari surat bukti transaksi dan perjanjian pembayaran upah buruh yang didasari UU Ketenagakerjaan serta (apabila ada) kontrak manajemen dengan tenaga kerja. Dengan demikian PT KLMI selaku debitor memiliki utang yang timbul karena perjanjian. Dengan tidak dibayarnya utang kepada kreditor konkuren dan upah buruh kepada karyawan, PT KLMI melakukan wanprestasi karena tidak melaksanakan apa yang disanggupi. Wanprestasi ini terjadi karena tidak adanya itikad baik dari debitor untuk melunasi utangnya. Kelangsungan usaha kreditor konkuren jadi tidak terjamin karena utang yang belum dilunasi debitor, dan kelangsungan hidup para karyawan jadi tidak menentu karena gaji tidak dibayar sejak Juni 2009 sampai permohonan kepailitan diajukan pada bulan April 2010. Segala

upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan telah ditempuh dan tidak membuahkan hasil sehingga akhirnya para kreditor mengajukan permohonan kepailitan ke Pengadilan Niaga. Akibat Permohonan Pailit Pada Kreditor, Debitor, Karyawan, dan Pihak Lain Akibat dari putusan pailit pada kasus PT.KLMI: - Debitor : Kehilangan hak menguasai dan mengurus harta kekayaannya. Hak untuk mengurus harta pailit diserahkan kepada Kurator. Utangutangnya dihapuskan dan penyitaan sebelumnya dibatalkan. - Kreditor : Mendapatkan jaminan pembayaran atas seluruh atau sebagian utang PT KLMI, apabila dapat mengajukan dokumen bukti yang lengkap pada Kurator. - Karyawan : Mendapatkan pembayaran atas utang gaji PT KLMI dari harta pailit. - Pelanggan : Operasional yang berhenti membuat produk sepeda motor Kymco berhenti dipasarkan di Indonesia. Kesimpulan 1. Tindakan karyawan PT KLMI sebagai pemohon pailit sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Undang-Undang Kepailitan. Karyawan selaku kreditor terkait utang harta pailit berhak menuntut debitor (PT KLMI) atas utang gaji karyawan yang menjadi hak karyawan dengan dasar UU Ketenagakerjaan. 2. Terjadinya wanprestasi atas perjanjian pembayaran gaji karyawan serta tidak adanya itikad baik untuk menyelesaikan sengketa tersebut menyebabkan kelangsungan hidup karyawan tidak menentu. Jalan mediasi telah dilakukan tetapi tidak membuahkan hasil. Demi kelangsungan hidupnya karyawan akhirnya menempuh jalan mengajukan permohonan untuk mempailitkan PT KLMI. 3. Pengajuan permohonan pailit suatu perusahaan tidak hanya mempengaruhi debitor dan kreditor. Pailitnya PT KLMI akan berdampak pada seluruh pihak lain yang memiliki hubungan kepentingan dengan perusahaan seperti pelanggan. Dengan diputuskannya pailit PT KLMI, kreditor konkuren dapat menerima pembayaran atas utang yang tertunggak. Status karyawan juga meningkat dari buruh perusahaan yang tidak dibayar gajinya menjadi buruh dari perusahaan yang pailit dengan jaminan pembayaran gaji yang tertunda dari harta PT KLMI.

REFERENSI * http://202.153.129.35/berita/baca/lt4bbb062ea031d/operasional-berhenti-kymcodipailitkan-lagi * http://metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2010/05/12/17683/pt-kymco- Lippo-Diputuskan-Pailit * http://www.primaironline.com/berita/ekonomi/pemohon-pailit-kymco-bawa-4- kreditur * Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang * Materi kuliah Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. dalam PPA FE Unpar 2011