PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS JAGUNG DAN MANGGA DI KABUPATEN BLORA Development of Corn and Mango Agribusiness Region in Blora District

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS PERBERASAN PROPINSI JAWA TENGAH SEBAGAI UPAYA MENJAGA KEDAULATAN PANGAN

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS PERBERASAN PROPINSI JAWA TENGAH SEBAGAI UPAYA MENJAGA KEDAULATAN PANGAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Kelapa di Kabupaten Flores Timur

Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH (Capsicum annuum L) DI KABUPATEN MAGELANG

Volume 12, Nomor 1, Hal ISSN Januari - Juni 2010

III. METODE PENELITIAN

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

IV METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

III METODE PENELITIAN. Daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR BAWANG MERAH TERHADAP USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITI PADI SAWAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRACT

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)

METODOLOGI PENELITIAN

.SIMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP DAYA SAING TEMBAKAU MADURA. Kustiawati Ningsih

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

IV. METODE PENELITIAN

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM

III. METODE PENELITIAN

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

MACAM-MACAM ANALISA USAHATANI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional dan konsep dasar ini mencakup semua pengertian yang

sesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,

IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lampiran 1. Syarat Mutu Lada Putih Mutu I dan Mutu II. binatang

Oleh: Tobari dan Budi Dharmawan Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 11 September 2004, disetujui: 21 September 2004)

KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI INPUT TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS KENTANG DI KOTA BATU

Analisis Privat dan Sosial Usahatani Padi di Kabupaten Grobogan (Private and Social Analysis of Rice Farming in Grobogan District)

EMBRYO VOL. 7 NO. 2 DESEMBER 2010 ISSN

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12 No. 2, Agustus 2007 Hal: namun sering harganya melambung tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh nelayan. Pe

III. METODE PENELITIAN. peneliti menggunakan konsep dasar dan batasan oprasional sebagai berikut:

ANALISIS PRIVAT DAN SOSIAL USAHA TANI PADI DI KABUPATEN GROBOGAN

DAMPAK KEBIJAKAN KREDIT DAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KEUNTUNGAN USAHATANI PADI. I Made Tamba Ni Luh Pastini

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Beras Organik Ekspor (Suatu Kasus di Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya)

EFISIENSI DAN DAYA SAING USAHATANI HORTIKULTURA

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009)

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 1 Juni 2008)

ANALISIS DAYASAING USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

Analisis Tingkat Keuntungan Usahatani Padi Sawah sebagai Dampak dari adanya Subsidi Pupuk di Kabupaten Tabanan

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI KAKAO DI JAWA TIMUR

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF SERTA IMPLIKASI KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN BENGKAYANG

Pengkajian Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Usahatani Padi dan Jeruk Lahan Gambut Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KOPI ROBUSTA (COFFEA CANEPHORA) DI KABUPATEN REJANG LEBONG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

ANALISIS DAYA SAING KEDELAI DI JAWA TIMUR

JIIA, VOLUME 1, No. 4, OKTOBER 2013

VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

IV. METODE PENELITIAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

ANALYSIS ON COMPETITIVENESS OF ARABICA COFFEE IN NORTH TAPANULI (Case Study: Bahal Batu III Village, Siborong-borong Subdistrict)

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

ARTIKEL KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF KOMODITI JAGUNG PIPIL DI MINAHASA SELATAN WINDA TRISNAWATI KARAENG. Dosen Pembimbing :

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

Keunggulan Komparatif dan Kompetitif dalam Produksi Padi di Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung

PENENTUAN PRODUK UNGGULAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN GIANYAR

DAMPAK DEPRESIASI RUPIAH TERHADAP DAYA SAING DAN TINGKAT PROTEKSI KOMODITAS PADI DI KABUPATEN BADUNG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

14,3 13,1 11,1 8,9 27,4 26,4 4. 1,0 1,0 9,9 6. 7,0 15,6 16,1 6,5 6,2 8,5 8,3 10,0

ANALISIS DAYA SAING BUAH STROBERI DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH (Studi Kasus di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga)

KEUNGGULAN KOMPARATIF KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN KUPANG

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

ANALISIS DAYA SAING DAN STRUKTUR PROTEKSI KOMODITAS PALAWIJA

Transkripsi:

PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS JAGUNG DAN MANGGA DI KABUPATEN BLORA Development of Corn and Mango Agribusiness Region in Blora District Ernoiz Antriyandarti 1 dan Susi Wuri Ani 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret email: ernoiz_a@staff.uns.ac.id ABSTRACT Blora is one of the main producers of corn and mango in Central Java which have high contribution to the national production. Therefore, Agribusiness Region Development of corn and mango in Blora is very important to stimulate economy growth based on regional potency involved by all actors of agribusiness such as government, farmer, and private sector in Blora. The objective of this research is to determine comparative advantage of corn and mango in Blora and to formulate how to develop those commodities. This study applied farming analysis and Policy Analysis Matrix (PAM). The result of the study show that agribusiness of corn and mango are profitable and there are not any diseconomies resulted from those agribusiness activites. Therefore, agribusiness of those commodities can be developed further. Keywords: Development, Region, Agribusiness, Policy Analysis Matrix (PAM), Corn, Mango PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa mengakibatkan permintaan pangan utama, sayur dan buah-buahan dalam bentuk segar maupun olahan di pasar dalam negeri dan pasar global mengalami peningkatan signifikan. Serbuan pangan, sayur dan buah-buahan impor pun tak terbendung lagi guna memenuhi permintaan domestik. Peningkatan permintaan komoditas tersebut merupakan kesempatan bagi bidang agribisnis tanaman pangan dan hortikultura untuk mengembangkan usahanya. Dengan demikian produksi dalam negeri dapat mencukupi kebutuhan pangan domestik tanpa harus impor dari luar negeri. Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lumbung pangan nasional serta penghasil komoditas sayur dan buah. Pengembangan komoditas jagung dan mangga berdasarkan tingkat keunggulan di wilayah tersebut dan memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) mempunyai segmen pasar yang jelas; (2) beradaptasi luas di wilayah/kawasan sentra produksi yang ada; (3) mempunyai potensi produksi yang tinggi apabila dengan budidaya yang tepat; (4) memberikan keuntungan ekonomis yang tinggi bagi petani/ pengusaha agribisnis. Jagung merupakan komoditas pangan utama Jawa Tengah setelah padi dengan luas panen 338.102 Ha dan produksi sebesar 3.051.515 Ton (BPS Jawa Tengah, 2017). Jagung ditanam untuk dikonsumsi sebagai makanan tambahan atau sebagai bahan baku agroindustri yaitu pakan ternak. Gambar 1. Tanaman Mangga Menghasilkan Di Propinsi Jawa Tengah 2014 JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017 43

Di beberapa daerah, jagung digunakan sebagai makanan pokok, khususnya jenis jagung putih (lokal). Waktu penanaman jagung di Jawa Tengah adalah pada awal musim penghujan. Di Jawa Tengah jagung biasa ditanam pada bulan November. Daerah sentra produksi jagung Jawa tengah adalah terutama di kabupaten/kota Blora, Grobogan, dan Wonogiri (BPS Propinsi Jawa Tengah, 2017). Produksi buah-buahan yang mendominasi Propinsi Jawa Tengah adalah salak, nanas dan manga. Mangga merupakan tanaman buah tahunan yang dapat tumbuh disebagian besar wilayah Jawa Tengah. Mangga dapat dengan mudah diolah menjadi bahan pangan lain dengan mudah, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan. Sentra produksi mangga di Jawa Tengah adalah kabupaten Blora, Grobogan, dan Rembang (Gambar 2). Gambar 2. Tanaman Mangga Menghasilkan Di Propinsi Jawa Tengah 2014 Pengembangan kawasan agribisnis jagung dan mangga ini akan memberikan arah dan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan agribisnis di Kabupaten Blora. Oleh karena itu, perlu diketahui permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam kegiatan agribisnis jagung dan mangga. Penerapan kebijakan yang berpijak pada kondisi faktual akan mempercepat gerak pembangunan daerah di sektor pertanian, khususnya pengembangan agribisnis jagung dan manga di Kabupaten Blora. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: 1) Apakah usahatani jagung dan mangga menguntungkan; 2) keunggulan komparatif komoditas jagung dan mangga di Kabupaten Blora; 3) upaya pengembangan komoditas tersebut. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciriciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Purposive menunjukkan bahwa cara ini digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Rohatgi dan Saleh, 2008). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Blora (Jagung dan Mangga) dengan teknik wawancara kepada 30 petani untuk masingmasing komoditas. Pada analisis usahatani, data kuantitatif ditabulasi dan dikonfersi dalam satuan yang sama. Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani komoditas terpilih dipergunakan analisis R/C ratio. Makin besar nilai R/C ratio usahatani itu makin layak diusahakan (Soekartawi, 1995). Dalam penelitian ini dipergunakan batasan operasional berikut: 1. Usahatani adalah suatu jenis kegiatan pertanian rakyat yang diusahakan oleh petani dengan mengkombinasikan faktor alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan pada peningkatan produksi. 2. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan yang diterima pada akhir produksi dengan biaya riil (tunai) yang dikeluarkan selama proses produksi. 3. Penerimaan usahatani adalah jumlah yang diterima petani dari suatu proses produksi, dimana penerimaan tersebut didapatkan dengan mengalikan produksi dengan harga yang berlaku saat itu. 4. Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi. Dalam hal ini biaya diklasifikasikan ke dalam biaya tunai (biaya riil yang dikeluarkan) dan biaya tidak tunai (diperhitungkan). 5. Keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total (biaya tunai dan tidak tunai). 6. Satu musim terhitung dari saat awal pengolahan tanah sampai dengan panen terakhir. 44 JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017

Tabel 1. Policy Analysis Matrix (PAM) Uraian Penerimaan Input Biaya Faktor Nontradeable Keuntungan Harga Privat Penerimaan Privat A Input Treadeable Privat B Faktor Nontradeable Privat C Keuntungan Privat A-B-C-D Harga Dampak Kebijakan dan Distorsi Pasar Penerimaan E Output Tranfer I=A-E Input F Input Tranfer J=B-F Faktor Nontreadeable G Factor Tranfer K=C-G Keuntungan E-F-G Tranfer Bersih L=D-H Untuk menentukan keunggulan komoditas, usahatani komoditas dihitung secara privat dan sosial, dimana penghitungan usahatani dibedakan input tradeable (dapat diperdagangkan secara internasional) dan nontradeable (hanya dapat disediakan dalam domestik saja). Penentuan komoditas unggulan dengan Policy Analysis Matrix (PAM). Metode ini digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif komoditas jagung dan mangga ditinjau dari sisi sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan komoditas tersebut, output yang dihasilkan, kebijakan ekonomi yang berlaku dan distorsi pasar yang terjadi. Tahapan analisis dalam PAM disajikan pada Tabel 1 (Pearson, et.al., 2004; Monke dan Person, 1995). Dari tabel 1. selanjutnya dapat dihitung berbagai indikator keunggulan suatu komoditas sebagai berikut: a. Keuntungan Privat Keuntungan privat adalah keuntungan yang diterima oleh petani selaku produsen dari suatu komoditas. Suatu komoditas memiliki keunggulan bila nilai keuntungan privat positif. Keuntungan Privat = Penerimaan Privat- Input Privat- Faktor Non-tradeable Privat = D = A-B-C b. Keuntungan Keuntungan sosial adalah keuntungan yang diterima oleh masayarakat secara keseluruhan dari suatu komoditas. Suatu komoditas mempunyai keunggulan bila nilai keuntungan sosial positif. Keuntungan = Penerimaan - Input - Faktor Non-tradeable = H = E-F-G c. Domestic Resource Cost Ratio DRCR mengukur apakah suatu komoditas lebih menguntungkan diproduksi di dalam negeri atau di impor. DRCR<1 menunjukan bahwa suatu komoditas lebih menguntungkan bila diproduksi di dalam negeri, sebaliknya DRCR >1 menunjukan suatu komoditas kurang menguntungkan diproduksi di dalam negeri. DRCR = Faktor Non-tradeable (Penerima Sosail) Input = G/(E-F) d. Output Transfer (OT) OT mengukur dampak kebijakan pemerintah dan atau distorsi pasar pada suatu komoditas. OT>0 menunjukan bahwa suatu komoditas menerima dampak positif dari adanya kebijakan pemerintah dan atau distorsi pasar. OT = Penerima Privat- Penerimaan = I = A- E e. Nominal Protection Coefficient Output (NPCO) NPCO mengukur apakah suatu komoditas memperoleh perlindungan dari pemerintah atau tidak. NPCO>1 menunjukan bahwa suatu komoditas telah memperoleh perlindungan dari pemerintah. NPCO = Penerimaan Privat/ Penerimaan = A/E JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017 45

f. Input Transfer (IT) IT mengukur apakah petani membayar input tradeable lebih murah atau lebih mahal dari harga yang sebenarnya. IT>0 menunjukan bahwa petani membayar input tradeable lebih mahal dari yang seharusnya sebaliknya IT < 0 menunjukan petani membayar input tradeable yang lebih murah dari yang seharusnya. IT = Input Privat-Input = J = B-F g. Nominal Coefficient Protection Input (NCPI) NPCI mengukur apakah input tradeable mendapatkan perlindungan dari pemerintah atau tidak. NPCI>1 menunjukan bahwa input tradeable telah mendapat perlindungan dari pemerintah. NPCI = Input Privat/ Input = B/F h. Factor Transfer (FT) FT mengukur apakah petani membayar faktor non-tradeable lebih murah atau lebih mahal dari harga yang sebenarnya. FT>0 menunjukan bahwa petani membayar faktor non-tradeable lebih mahal dari yang seharusnya sebaliknya FT<0 menunjukan petani membayar faktor nontradeable yang lebih murah dari yang seharusnya. FT = Faktor Non-tradeable Privat Faktor Non-tradeable = K = C G i. Net Transfer (NT) NT mengukur kelebihan keuntungan privat atas keuntungan sosial. NT>0 menunjukan bahwa petani memperoleh keuntungan ynag lebih besar dari yang seharusnya sebaliknya bila NT <0 menunjukan bahwa petani memperoleh keuntungan yang lebih kecil dari yang sebenarnya. NT = Keuntungan Privat Keuntungan = L = D H j. Effective Protection Coefficient (EPC) EPC mengukur apakah produsen suatu komoditas memperoleh perlindungan dari pemerintah atau tidak. EPC>1 menunjukana produsen memperoleh perlindungan sedangkan EPC< 1 menunjukan bahwa produsen tidak memperoleh perlindungan. EPC = (Penerimaan Privat-Input privat)/(penerimaan -Input ) = (A B)/ (E F) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jagung Jagung merupakan makanan sumber karbohidrat yang banyak di tanam oleh masyarakat di Kabupaten Blora. Sampel petani jagung di ambil di Desa Geneng, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Hasil analisis usahatani menujukkan bahwa penerimaan petani dari usahatani jagung selama penelitian adalah Rp 4.909.833,33 dengan rerata total biaya Rp 1.716.033,33. Hasil analisis R/C ratio privat menunjukkan angka 2,86 yang berarti setiap pengeluaran biaya usahatani jagung Rp 100,00 akan menghasilkan penerimaan Rp 286,00. Baik secara privat maupun sosial usahatani jagung menguntungkan, ditunjukkan oleh R/C lebih besar dari 1 (Tabel 2). Hal ini berarti usahatani jagung menguntungkan bagi petani yang memproduksi dan bagi masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini masyarakat tidak dirugikan dengan adanya usahatani jagung. Rerata lahan yang dipergunakan untuk usahatani jagung di Blora adalah 0,5957 ha, yang merupakan lahan milik petani sendiri. Sebagian besar jagung ditanam secara monokultur. Namun demikian, sebagian ditanam secara tumpangsari dengan kacang tunggak, kacang tanah, cabe dan mentimum. Di lihat dari sisi biaya usahatani, sebanyak 53% pengeluaran biaya dialokasikan sebagai biaya sarana produksi. Sebanyak 15,27% dialokasikans sebagai biaya sewa alat dan mesin pertanian. Biaya tenaga kerja merupakan 13,39% dari total seluruh biaya usahatani jagung. Biaya tenaga kerja sebagian besar dialokasikan untuk membiaya pekerjaan penyiangan gulma tanaman (5,18%) dan pemanenan (4,74%). Produksi jagung di lokasi penelitian adalah 581 ku/musim tanam dengan rata-rata produksi adalah 19,37 ku/responden. Jagung dipanen sebanyak 1,87 kali dalam 1 musim tanam. Jagung di jual dalam bentuk pipilan kering. Pipilan jagung di jual dengan harga Rp 2.450/kg (penjualan secara cash). 2. Mangga Selain Jagung sebagai komoditas unggulan, Kabupaten Blora juga memproduksi hortikultura unggulan yang didominasi buah Mangga. Penelitian mangga dilakukan di Desa Bakah, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora. 46 JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017

Tabel 2. Hasil Analisis Privat dan Usahatani Jagung per 0,5957 Ha Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2013 No 1 Rincian Biaya Privat (Rp) Non Jumlah (Rp) Non Jumlah Penyusutan Prasarana 84000 84000 168000 84000 84000 168000 2 Saprodi a. Benih 315133.3 315133.3 303095.5 303095.5 b. Kapur 6133.3 6133.3 6133.3 6133.3 c. Pupuk - Kandang 69166.7 69166.7 69166.7 69166.7 - Urea 264200 264200 259531.6 259531.6 - TSP/SP36 26333.3 26333.3 27462.7 27462.8 - ZA 30333.3 30333.3 26791.3 26791.3 - KCL 2333.3 2333.3 1903.2 1903.2 - Phonska - Lainnya 210816.7 210816.7 189735 189735 (organik) 2666.7 2666.7 2666.7 2666.7 Pestisida - Furadan 2133.3 2133.3 2031.7 2031.7 - Dithane 4000 4000 3809.4 3809.4 - Insektisida 6066.7 6066.7 5777.6 5777.6 - Fungsisida 3466.7 3466.7 3301.5 3301.5 - Marshall 6783.3 6783.3 6460.2 6460.2 - Gandasil d 666.7 666.7 634.9 634.9 3 Tenaga Kerja -Pembajakan 12000 12000 9600 9600 -Pencangkulan 4000 4000 3200 3200 -Penanaman 21916.7 21916.7 17533.3 17533.3 -Pemupukan 8916.7 8916.7 7133.3 7133.3 -Penyiangan 88500 88500 70800 70800 -Pengairan -Pengendalian 10666.7 10666.67 8533.3 8533.3 HPT 2000 2000 1600 1600 -Pemanenan 81000 81000 64800 64800 4 Biaya Lainnya Pajak tanah 37416.67 37416.7 37416.7 37416.7 Sewa alsintan Biaya 261050 261050 261050 261050 pengolahan 70333.33 70333.3 70333.3 70333.3 Total Biaya 1716033.3 1628501.4 Penerimaan 4909833.3 4722281.7 R/C Sumber: Analisis Data Primer, 2013 2.86 2.90 Mangga ditanam di lahan pekarangan penduduk berdampingan dengan tanaman pangan lainnya seperti empon-empon, ketela, pisang, belimbing, kedondong, jati serta mahoni. Masing-masing responden rata-rata memiliki 4 pohon mangga di pekarangan rumah. Masing-masing pohon mangga mampu menghasilkan sekitar 209 kg buah mangga. Hasil produksi di jual secara JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017 47

langsung (segar) dengan sistem tebasan. Aspek pembiayaan menunjukkan bahwa penyusutan prasarana menyerap 39,76% dari keseluruhan biaya usahatani mangga. Pajak tanah yang dibayarkan petani menyerap biaya usahatani yang tidak sedikit yaitu 16,75%. Usahatani mangga dilakukan dengan memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga sehingga tidak terdapat alokasi pembayaran biaya tenaga kerja luar keluarga. Petani mangga di Kabupaten Blora menggunakan campuran pupuk organik dan anorganik untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Penggunaan phonska menyerap 12,45% dari total biaya usahatani mangga. Biaya untuk pembelian urea mencakup 10,59% dari total biaya usahatani mangga. Penerimaan responden adalah Rp 843.000/tahun. Jumlah ini lebih besar daripada alokasi biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman mangga. R/C ratio usahatani mangga sebesar 6,14. Hal ini berarti setiap pengeluaran biaya pada usahatani mangga Rp 100, akan mendatangkan penerimaan Rp 614,00. Dan R/C ratio secara sosial diperoleh 9,85, lebih besar dari R/C privat. Hal ini menunjukkan usahatani mangga menguntungkan bagi petani yang mengusahakan dan bagi masyarakat dengan manfaat yang lebih besar dari yang diterima petani. Berdasarkan hal tersebut maka pengembangan usahatani mangga perlu terus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. di Kabupaten Blora. Hasil Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani jagung diilustrasikan pada Tabel 2. Keuntungan sosial pertanian jagung lebih kecil dari keuntungan privat. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat transfer dari petani jagung kepada masyarakat. PCR sebesar 0,28, menunjukkan bahwa input nontradeable telah digunakan secara efisien dan memberikan nilai tambah bagi petani. DRCR sebesar 0,27 menunjukkan bahwa permintaan domestik jagung lebih menguntungkan jika dipenuhi Tabel 3. Hasil Analisis Privat dan Usahatani Mangga per 0,0530 Ha Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Privat (Rp) (Rp) No Rincian Biaya Non Non Jumlah Jumlah 1 Penyusutan prasarana 27283.34 27283.34 54566.67 27283.34 27283.335 54566.67 2 Saprodi a. Benih 10966.67 10966.67 18277.78 18277.78 b. Pupuk - Kandang 1666.67 1666.67 1666.67 1666.67 - Urea 14533.33 14533.33 14276.53 14276.53 - TSP 4000 4000 4171.56 4171.56 - Phonska 17083.33 17083.33 15375 15375 c. Pestisida - Insektisida 1266.67 1266.67 1206.3 1206.323 - Perangsang buah 833.33 833.33 793.63 793.63 3 Biaya lain a. Pajak tanah 22983.33 22983.33 b. Biaya transportasi 500 500 c. Biaya lainnya 8833.33 8833.33 Total Biaya 137233.33 142650.8 Penerimaan 843000 1405000 R/C 6.14 9.85 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 48 JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017

oleh produksi dalam negeri daripada impor. OT positif (187,551.63) menunjukkan bahwa petani menerima harga jagung lebih tinggi dari yang seharusnya. Nominal Protection Coefficient (NPC) adalah rasio yang menunjukkan dampak kebijakan (dan setiap kegagalan pasar tidak dikoreksi oleh kebijakan yang efisien), sehingga menyebabkan perbedaan antara dua harga (input dan output). NPCO lebih besar dari 1 (1,04) menunjukkan bahwa petani jagung telah mendapatkan perlindungan harga dari pemerintah. FT positif (57,837.84) menunjukkan bahwa petani membayar input nontradeable lebih mahal dari seharusnya. Di sisi lain, untuk input tradeable, petani juga membayar lebih tinggi dari yang seharusnya (TI 29,694.07). Perlindungan untuk input tradeable adalah 104 %, ditunjukkan oleh nilai NPCI sebesar 1,04. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung sudah mendapat perlindungan memadai, yang ditunjukkan oleh NT positif (100,019.73) dan EPC lebih dari 1 (1,04). Kabupaten Blora memiliki wilayah dengan ketinggian terendah 30-280 dpl dan tetinggi 500 dpl serta diapit oleh Pegunungan Kendeng Utara dan Selatan sengan susunan tanah 56 persen gromosol, 39 persen mediteran dan 5 persen alluvial cocok sebagai kawasan agribisnis mangga. Hasil Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manga pada Tabel 3 menunjukkan bahwa keuntungan sosial pertanian mangga jauh lebih besar dari keuntungan privat. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat transfer dari petani mangga kepada masyarakat. PCR sebesar 0,09, menunjukkan bahwa input nontradeable telah digunakan secara efisien dan memberikan nilai tambah bagi petani. DRCR sebesar 0,059 menunjukkan bahwa permintaan domestik mangga lebih menguntungkan jika dipenuhi oleh produksi dalam negeri daripada impor. OT negatif (-562,000.00) menunjukkan bahwa petani menerima harga mangga lebih rendah dari yang seharusnya. NPCO lebih kecil dari 1 (0,6) menunjukkan bahwa petani mangga tidak mendapatkan perlindungan harga produk. FT negatif (-7,311.11) menunjukkan bahwa petani membayar input nontradeable lebih murah dari seharusnya. Di sisi lain, untuk input tradeable, petani membayar lebih tinggi dari yang seharusnya (TI 1,893.62). Perlindungan untuk input tradeable adalah 103%, ditunjukkan oleh nilai NPCI sebesar 1,03. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa usahatani mangga belum menunjukkan perlindungan yang cukup ditunjukkan oleh NT negatif (-556,582.51) dan EPC kurang dari 1 (0,58). Tabel 4. Indikator Keunggulan Komparatif Usahatani Jagung di Kabupaten Blora Parameter Revenue Non Cost Cost Profit Private Price 4,909,833.33 727,800.00 1,156,233.33 3,025,800.00 Social Price 4,722,281.70 698105.928 1,098,395.50 2,925,780.27 Policy Impact 187,551.63 29,694.07 57,837.84 100,019.73 Private Profit 3,025,800.00 Social Profit 2,925,780.27 Private Cost Ratio (PCR) 0.276476355 Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) 0.272949185 Output Transfer (OT) 187,551.63 Nominal Protection Coefficient Output (NPCO) 1.039716316 Factor Transfer (FT) 57,837.84 Input Transfer (IT) 29,694.07 Nominal Protection Coefficient Input (NPCI) 1.042535195 Net Transfer (NT) 100,019.73 Effective Protection Coefficient (EPC) 1.039227303 Sumber: Analisis Data Primer, 2013. JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017 49

Tabel 5. Indikator Keunggulan Komparatif Usahatani Mangga di Kabupaten Blora Parameter Revenue Non Cost Cost Profit Private Price 843,000.00 65,000.00 72,233.33 705,766.67 Social Price 1,405,000.00 63106.37867 79,544.44 1,262,349.18 Policy Impact -562,000.00 1,893.62-7,311.11-556,582.51 Private Profit 705,766.67 Social Profit 1,262,349.18 Private Cost Ratio (PCR) 0.092844901 Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) 0.059277757 Output Transfer (OT) -562,000.00 Nominal Protection Coefficient Output (NPCO) 0.6 Factor Transfer (FT) -7,311.11 Input Transfer (IT) 1,893.62 Nominal Protection Coefficient Input (NPCI) 1.030006813 Net Transfer (NT) -556,582.51 Effective Protection Coefficient (EPC) 0.579777702 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 KESIMPULAN Agribisnis jagung dan mangga mempunyai nilai R/C di atas 1 pada analisis usahatani privat maupun sosial. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani komoditas tersebut menguntungkan baik secara privat maupun sosial dan tidak ada masyarakat yang dirugikan akibat kegiatan usahatani komoditas tersebut. Dengan demikian agribisnis jagung dan mangga dapat dikembangkan lebih lanjut. Keuntungan sosial pertanian jagung lebih kecil dari keuntungan privat, menunjukkan bahwa tidak terdapat transfer dari petani jagung kepada masyarakat. Usahatani jagung sudah mendapat perlindungan memadai. Usahatani mangga belum menunjukkan perlindungan yang cukup meski terdapat transfer dari petani mangga kepada masyarakat. Monke EA, dan Pearson, SR. 1995. The Policy Analysis Matrix for Agricultural Development. Cornell University Press. Ithica and London. Pearson, S., Gotsch, C. Dan Bahri, S. 2004. Applications of The Policy Analysis Matrix In Indonesian Agriculture. Yayasan Obor. Jakarta. Rohatgi, V.K., dan Saleh, E. 2008. An Introduction to Probability and Statistics. Second Edition. Wiley. New York. Soekartawi, A. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta DAFTAR PUSTAKA BPS Propinsi Jawa Tengah. 2017. http:// jateng.bps.go.id/index.php/ linktabelstatis/1192. Diakses 10/09/2017. BPS Propinsi Jawa Tengah. 2016. Statistik Pertanian Hortikultura Jawa Tengah 2012-2014. Semarang. 50 JSEP Vol 10 No. 2 Juli 2017