BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stuttering. (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB 11 KELUMPUHAN OTOT WAJAH

GANGGUAN ELIMINASI. Dr. Noorhana, SpKJ(K)

KONSEP DASAR GANGGUAN TINGKAH LAKU

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA. OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER (lanjutan) Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

Sindrom ekstrapiramidal (EPS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

KONSEP NORMAL & ABNORMAL

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

Definisi Bell s palsy

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk. mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan

PENGANTAR PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

MANAJEMEN NYERI. No. Dokumen: Halaman: 1 dari 3. No. Revisi: 00 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Disahkan oleh DIREKTUR UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi gagap yang disetujui belum ada. Menurut World Health Organization (WHO) definisi gagap adalah gangguan ritme bicara dimana seseorang tahu apa yang mau dibicarakan, tetapi tidak bisa diucapkan karena pengulangan, perpanjangan atau penghentian bunyi. Menurut Wingate s gagap adalah gangguan kelancaran ekspresi verbal yang ditandai dengan involunter, pengulangan atau perpanjangan yang terdengar atau tidak dalam bentuk bunyi, suku kata, dan kata dari suku kata. Gangguan ini biasanya sering muncul dan tidak terkontrol. 4 2.2. Etiologi Selama beberapa abad, gagap diyakini melibatkan abnormalitas pada lidah atau laring. Tetapi pengobatan yang berfokus pada lidah atau laring tidak menunjukkan perbaikan gejala gagap. 5 Berbagai teori telah diajukan sebagai penyebab gagap, mencakup model organik dan model pembelajaran. Model organik mencakup model yang berpusat pada lateralisasi yang tidak utuh atau dominasi otak yang abnormal. Beberapa studi yang menggunakan elektroensefalografi (EEG) menemukan bahwa laki-laki gagap memiliki supresi alfa hemisfer kanan pada stimulus tugas dan kata-kata, orang yang tidak gagap memiliki supresi hemisfer kiri. Teori pembelajaran mengenai penyebab gagap mencakup teori semantogenik. Dalam teori ini, gagap pada dasarnya merupakan respons yang dipelajari terhadap ketidaklancaran masa kanak-kanak awal yang normatif. Model pembelajaran lainnya berpusat pada pembelajaran klasik, di sini gagap dikondisikan terhadap faktor lingkungan. 1 Penelitian-penelitian sekarang mengindikasikan bahwa gagap merupakan proses multifaktorial dengan etiologi fisiologis. Faktor genetik diduga terlibat pada beberapa kasus gagap, sekitar 50% sampai 80% kasus gagap berdasarkan studi kembar dan keluarga. 5 Sebuah studi genetik pada gagap di Israel menunjukkan adanya hubungan kejadian gagap dengan kromosom 7 pada anak laki-laki dan kromosom 21 pada anak perempuan. 6 5

2.3. Faktor risiko gagap Terjadinya gagap dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam literatur dijelaskan kemungkinan faktor risiko gagap sangat banyak, termasuk jenis kelamin, predisposisi genetik, stress emosional dan fisik, reaksi personal, keluarga dan sosial serta perilaku keluarga. Jenis kelamin merupakan faktor risiko penting untuk gagap. Jika dijumpai gangguan komunikasi, risiko terkena gagap paling tinggi pada anak laki-laki. Stress emosional dapat merupakan awal terjadinya gagap seperti perceraian orangtua, kematian hewan peliharaan. Stress fisik yang dapat menjadi awal terjadinya gagap seperti masalah pernafasan, pembedahan atau penyakit yang memerlukan perawatan. 7 Perilaku keluarga yang tidak baik juga mempengaruhi ketidaklancaran bicara pada anak. 7 Salah satunya kecepatan ibu berbicara kepada anak mempengaruhi kemampuan anak berbicara. Sebuah studi menunjukkan penurunan kecepatan ibu berbicara menyebabkan penurunan kecepatan anak berbicara sehingga terjadi perbaikan kelancaran bicara pada anak yang gagap. 8 2.4. Manifestasi klinis Beberapa orang gagap, memiliki masalah bahasa dan bicara lain, seperti gangguan fonologi atau gangguan bahasa ekspresif. Gagap tidak terjadi tiba-tiba, tetapi secara khas terjadi selama beberapa minggu atau bulan dengan pengulangan konsonan awal, keseluruhan kata pertama di dalam ucapan, atau kata-kata yang panjang. Seiring dengan berkembangnya gangguan, pengulangan menjadi lebih sering, dengan gagap yang konsisten pada kata-kata atau ucapan yang paling penting. 1 Anak gagap memilki masalah dalam mengucapkan kata, seperti mengulang kata atau suku kata berulang-ulang (boleh-boleh-bolehkah saya pergi), membuat suara panjang (boooooooooolehkah saya pergi), berhenti tiba-tiba tanpa ada suara yang terdengar. 3 Orang gagap dapat disertai dengan beberapa gejala fisik, seperti kedipan mata, kerutan pada kening, kekakuan yang jelas pada wajah. 4 Frustasi, ansietas, dan depresi lazim ditemukan pada orang dengan gagap kronis. 1 2.5. Diagnosis gagap Diagnosis gagap tidak sulit jika gambaran klinisnya jelas. Kriteria diagnosis gagap menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV Text Revision (DSM-IV-TR) (tabel 1). 1 6

Tabel 1. Kriteria diagnosis menurut DSM-IV-TR 1 Gagap A. Gangguan pada kelancaran normal dan pola waktu bicara (tidak sesuai dengan usia seseorang), ditandai dengan sering adanya salah satu atau lebih hal berikut ini: 1) Pengulangan bunyi dan suku kata 2) Perpanjangan bunyi 3) Penyisipan 4) Kata-kata yang putus (cth, berhenti di dalam suatu kata) 5) Penghentian diam-diam atau terdengar (penghentian terisi atau tidak terisi di dalam bicara) 6) Penggunaan terlalu banyak kata-kata yang tidak perlu (penggantian kata untuk menghindari kata yang menyulitkan) 7) Kata-kata diproduksi dengan tegangan fisik yang berlebihan 8) Pengulangan keseluruhan kata yang bersuku kata (cth, I-I-I see him ) B. Gangguan kelancaran mengganggu pencapaian akademik atau pekerjaan atau komunikasi sosial C. Jika ada defisit sensorik atau bicara-motorik, kesulitan bicara terjadi berlebihan dibandingkan dengan yang biasanya terkait dengan masalah ini Catatan pemberian kode: jika ada defisit sensorik atau bicara, motorik, atau keadaan neurologis, beri kode keadaan ini pada aksis III Untuk anak kriteria diagnosis gagap, dapat juga menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fifth edition, Proposed Revision (DSM-5-PR) (tabel 2). 5 Tabel 2. Kriteria diagnosis gangguan kelancaran pada anak (gagap) menurut DSM-5-PR 5 Gangguan kelancaran pada anak A. Gangguan kelancaran pada anak, disebut juga sebagai gagap, diagnosis ditegakkan ketika terjadi gangguan kelancaran normal dan pola waktu bicara tidak sesuai dengan usia dan kemampuan bahasa individu, menetap selama beberapa waktu (pada kebanyakan kasus) dan ditandai dengan sering adanya salah satu atau lebih hal berikut ini: 1) Pengulangan bunyi dan suku kata 2) Perpanjangan kata baik konsonan maupun vokal 3) Kata-kata yang putus (cth, berhenti di dalam suku kata) 7

4) Penghentian diam-diam atau terdengar (penghentian terisi atau tidak terisi di dalam bicara) 5) Penggunaan terlalu banyak kata-kata yang tidak perlu (penggantian kata untuk menghindari kata yang menyulitkan) 6) Kata-kata diproduksi dengan tegangan fisik yang berlebihan 7) Pengulangan keseluruhan kata yang bersuku kata (cth, I-I-I see him ) 8) Kecemasan tentang gejala 1-8 menyebabkan penghindaran yang berhubungan dengan situasi berbicara B. Kesulitan dengan kelancaran berbicara sebagai hasil keterbatasan fungsional dalam komunikasi efektif, partisipasi social, prestasi akademik, atau kinerja pekerjaan, sendiri atau dalam kombinasi dengan apapun C. Gangguan kelancaran yang berhubungan dengan masalah neurologi (cth, stroke, tumor, trauma) dan berpura-pura sakit dieksklusikan. Gangguan kelancaran bisa terjadi primer atau bersamaan dengan gangguan komunikasi lain, tidak dieksklusikan D. Gejala harus ada pada anak usia dini (tetapi mungkin tidak sepenuhnya menunjukkan gejala sampai bicara, bahasa, komunikasi, atau permintaan sosial melebihi kapasitas kemampuan anak) Derajat keparahan gagap menggunakan Riley s Stuttering Severity Instrument (SSI). Saat ini SSI-3 yang digunakan secara luas untuk menilai derajat keparahan gagap. Berdasarkan skor total dari SSI-3 gagap terbagi menjadi sangat ringan (6-10), ringan (11-20), sedang (21-27), berat (28-35) dan sangat berat ( 36). Untuk memperoleh skor SSI-3 dengan pengukuran tiga parameter berikut: 9 1. Frekuensi gagap, dengan penjumlahan dua prosedur untuk memperoleh persentase stuttered syllables (%SS) yaitu jumlah semua suku kata yang disebutkan dan jumlah suku kata yang gagap. 2. Durasi gagap, adalah waktu dalam detik dari tiga kejadian gagap terpanjang dalam sampel. 3. Penyerta fisik. Ada empat penyerta fisik yang dinilai: a. Suara yang mengganggu. Kategori ini termasuk suara apapun yang menyertai gagap, seperti nafas berisik, suara bersiul, mengendus, dan meniup. b. Ringisan wajah. Tampilan wajah abnormal diilustrasikan seperti mengerucutkan bibir, ketegangan otot-otot rahang, mata yang berkedip dan pengeluaran lidah 8

c. Gerakan kepala. Partisipan melakukan gerakan kepal untuk menghindari kontak mata seperti memutar kepala menjauh dari pendengar, melihat ke kaki atau ke sekeliling ruangan d. Gerakan kaki. Gerakan ini merupakan gerakan bagian lain dari tubuh seperti kaki berpindah-pindah di sekitar kursi, kaki menghentak-hentak 2.6. Diagnosis banding Ketidaklancaran bicara yang normal pada tahun-tahun prasekolah sulit dibedakan dengan gagap yang baru terjadi. Pada gagap, terdapat lebih banyak ketidaklancaran, pengulangan sebagian kata, perpanjangan bunyi dan gangguan aliran suara melalui saluran vokal. Anak yang gagap dapat terlihat tegang dan tidak nyaman dengan pola bicaranya, sebaliknya dengan anak kecil yang tidak lancar bicaranya, tetapi nampak nyaman. Disfonia spastik adalah gangguan bicara mirip gagap dan dibedakan dengan gagap karena adanya pola pernafasan yang abnormal. Cluttering adalah gangguan bicara yang ditandai dengan pola bicara disritmik yang kacau dengan semburan kata dan ucapan yang cepat dan bertekanan. Keadaan cluttering ini sering merupakan gambaran gangguan bahasa ekspresif yang terkait. 1 2.7. Terapi Di masa lalu, pendekatan terapi gagap berdasarkan etiologinya. Awalnya modalitas terapi gagap berfokus pada kelainan lidah atau laring. Saat ini modalitas terapi gagap berdasarkan prinsip perilaku yang bertujuan untuk menghasilkan bicara yang lebih fasih, disertai pengurangan kecemasan yang berhubungan dengan gangguan bicara. 5 Terapi gagap meliputi latihan pernafasan, teknik relaksasi dan terapi bicara untuk membantu anak memperlambat bicara dan mengatur volume bicara. 1 Satu contoh terapi yang diajukan oleh Speech Foundation of America adalah terapi diri sendiri. Terapi diri sendiri didasari pada pemikiran bahwa gagap bukanlah suatu gejala tetapi suatu perilaku yang dapat diubah. Metodenya mencakup desensitisasi, mengurangi reaksi mental dan rasa takut akan gagap, serta penggantian tindakan postif untuk mengendalikan saat gagap. Terapi yang baru-baru ini dikembangkan berpusat pada restrukturisasi kelancaran. Keseluruhan pola produksi bicara dibentuk kembali, dengan penekanan pada berbagai perilaku target, termasuk pengurangan laju, onset bersuara dengan halus dan mudah, serta transisi yang halus antara bunyi, suku kata dan kata. 1 Terapi farmakologi sudah banyak di uji coba, tetapi sampai saat ini belum ada yang disetujui oleh the U.S Food and Drug Administration (FDA) sebagai terapi untuk gagap. 9

Penelitian pencitraan menduga orang gagap mengalami hipometabolisme striatum dan peningkatan aktivitas dopamin. Bukti ini menunjukkan bagaimana antagonis dopamin menurunkan gagap dengan meningkatkan metabolisme striatal melalui penghambatan reseptor D 2 di striatum. Penelitian farmakologi menunjukkan aktivitas dopamin yang rendah sesuai dengan perbaikan gejala gagap. Terapi farmakologi yang dapat digunakan antara lain: 5 1. Haloperidol. Beberapa studi tentang haloperidol, antagonis dopamin konvensional dan antipsikotik, menunjukkan pengobatan ini dapat memperbaiki kelancaran pada anak gagap. Tetapi penggunaan jangka panjang haloperidol dapat menyebabkan efek samping disforia, disfungsi seksual, gangguan ekstrapiramidal, dan risiko diskinesia. Sebuah penelitian uji acak tertutup ganda tentang penggunaan haloperidol pada gagap, menunjukkan delapan pasien mengalami perbaikan klinis dalam hal waktu gangguan kelancaran bicara, tetapi perbaikan ini bermakna hanya pada pasien yang mengalami gangguan kelancaran lebih dari 30% 2. Risperidon. Generasi terbaru antagonis dopamin yang memiliki efek samping lebih sedikit dibandingkan dengan haloperidol adalah risperidon, dalam sebuah uji acak tertutup ganda risperidon memperbaiki gejala gagap dengan dosis 0.5-2 mg/hari 2.8. Prognosis Perjalanan gangguan gagap biasanya berlangsung lama, dengan beberapa periode pemulihan parsial yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Perburukan dapat juga terjadi pada anak gagap, bila berada di bawah tekanan untuk komunikasi. Sekitar 50% sampai 80% anak gagap merupakan kasus ringan, dan dapat pulih spontan. 1 Meskipun gagap memiliki prognosis baik, tetapi tidak dapat menentukan apakah anak akan mengalami remisi dan mana yang akan berlanjut menjadi gagap pada dewasa. 10 10