BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban form Kawasan Dagen, Malioboro. Temuan tersebut merupakan kata kunci dari pertanyaan penelitian yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan Kawasan Dagen. 5.1.1 Karakter Bentuk Spasial dan Aktivitas Kawasan Dagen Malioboro Kawasan Dagen adalah pendukung pariwisata dan perdagangan Kawasan Malioboro. Ciri spasial yang khas adalah banyaknya jasa akomodasi di sepanjang Jalan Dagen dan Sosrowijayan. Di dalam kawasan terdapat pemukiman padat yang dipisahkan oleh gang sempit. Keterbatasan ruang publik mendorong aktivitas terjadi di sepanjang jalan kawasan, baik aktivitas sosial hingga aktivitas privat seperti melakukan pekerjaan rumah tangga. Aktivitas yang terjadi di Kawasan Dagen meliputi : berkumpul, bersantai, pekerjaan rumah tangga, bermain, jual beli, berjalan, kendaraan bergerak, serta kendaraan terparkir. Aktivitas di Ruas Jalan 1-9 yang notabene adalah jalan kawasan memiliki aktivitas terbanyak/puncak aktivitas pada siang dan sore hari. Di Ruas Jalan 10-13, puncak aktivitas justru terjadi pada malam hari. 5.1.2 Karakter Urban Form Kawasan Dagen Keberadaan Jalan Malioboro sebagai pusat pariwisata dan perdagangan menjadi faktor utama yang membentuk karakter urban form Kawasan Dagen. Pariwisata dan perdagangan mendatangkan wisatawan dalam jumlah besar sehingga fasilitas pendukung seperti hotel dan pedagang kaki lima banyak ditemukan di sepanjang Jalan Dagen, Sosrowijayan dan Malioboro. Di dalam kawasan, terdapat pemukiman padat yang dihuni sebagian besar oleh pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar kawasan. Aktivitas masyarakat di kawasan pemukiman padat tumpah hingga ke ruas jalan kawasan. Aktivitas berkumpul, bermain, hingga melakukan pekerjaan rumah tangga banyak dipengaruhi oleh kondisi bangunan yang sempit dan berhimpit serta keberadaan street furniture yang dibangun sendiri oleh warga. 183
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bentuk spasial (pendukung aktivitas, tata guna lahan, bangunan, dan street furniture) mendorong aktivitas tertentu (berjalan, jual beli, dan berkumpul) untuk lebih berkembang dibandingkan dengan aktivitas lain. Pada keterbatasan kondisi bentuk spasial, masyarakat beradaptasi dengan melakukan aktivitas di tengah keterbatasan (aktivitas rumah tangga di ruang publik, PKL berjualan diantara dua bangunan). Selain itu, masyarakat juga melakukan adjustment dengan merubah bentuk spasial untuk mewadahi aktivitas mereka (membangun street furniture untuk aktivitas sosial). 5.1.3 Pola Interaksi antara Bentuk Spasial dan Aktivitas di Kawasan Dagen Aktivitas yang terjadi di Kawasan Dagen secara berulang dipicu oleh bentuk spasial tertentu. Di lokasi yang berbeda terjadi interaksi yang hampir sama antara bentuk spasial dan aktivitas. Peninjauan secara lebih mikro mengungkap lebih spesifik bagaimana aktivitas terjadi di satu titik tertentu bukan di titik yang lain. 1. Aktivitas berkumpul dan bersantai terjadi di dalam dan di pinggir kawasan. Titik terjadinya kedua aktivitas tersebut adalah titik yang dapat menyediakan tempat duduk. Di Kawasan Dagen hal ini diakomodasi oleh fasilitas tempat duduk dan atap, serta kenaikan level pada bangunan. 2. Aktivitas pekerjaan rumah tangga terjadi di area pemukiman dan mengambil titik spesifik dimana pelingkup jalan adalah dinding masif, baik dilengkapi atap maupun tidak. 3. Aktivitas bermain terjadi di area pemukiman dan mengambil titik spesifik di lokasi yang cenderung luas atau di titik yang memiliki tempat duduk. 4. Aktivitas jual beli terjadi di dalam dan di pinggir kawasan. Di pinggir kawasan jual beli dilakukan oleh PKL yang memilih titik spesifik terutama di depan dinding masif atau pagar tinggi bangunan. Di dalam kawasan aktivitas jual beli terjadi di warung/ fungsi mixed use. 5. Aktivitas olahraga hanya tejadi di satu tempat, dan hal ini dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka yang digunakan sebagai lapangan tenis. 6. Aktivitas berjalan terutama dipengaruhi oleh Jalan Malioboro sebagai pendukung aktivitas serta keberadaan fungsi hotel dan komersial di Jalan Dagen dan Sosrowijayan. 7. Aktivitas kendaraan bergerak terutama dipengaruhi oleh Jalan Malioboro sebagai pendukung aktivitas serta keberadaan fungsi hotel dan komersial di Jalan Dagen dan Sosrowijayan. 184
8. Aktivitas kendaraan parkir dipengaruhi oleh keramaian kawasan, mengambil titik spesifik terutama di dekat fungsi hotel, komersial, serta pemukiman. Selain itu aktivitas parkir juga terjadi di ruang terbuka Secara lebih ringkas, pola interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas dirangkum ke dalam matriks berikut : Tabel 82 Matriks pola interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas 185
5.2 ARAHAN DESIGN Arahan desain diperlukan untuk mememcahkan permasalahan yang ada sehingga dapat meningkatkan kualitas urban form Kawasan Dagen. Interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas harus lebih ditata agar urban form yang tercipta menjadi lebih teratur. Aktiivitas tertentu yang yang dianggap mengganggu dapat dibatasi dengan merubah bentuk spasial yang ada. Berikut penjabaran permasalahan dan arahan design yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut. Tabel 82 Permasalahan di Kawasan Dagen serta solusi yang disarankan No Lokasi Permasalahan Penyebab permasalahan Solusi 1 Jalan Dagen dan Sosrowijayan Kepadatan di Jalan raya yang menimbulkan kesemrawutan jalan Tidak adanya kejelasan fungsi ruang, kurangnya lahan parkir Pengadaan kantong parkir sehingga on street parking tidak lagi diperbolehkan, memperjelas pembagian ruang bagi pejalan kaki, pkl, dan kendaraan 2 Jalan Kawasan Privatisasi jalan kawasan oleh warga sehingga jalan menjadi semakin padat dan berantakan Penggunaan ruang jalan sebagai lokasi penyimpanan barangbarang warga, penggunaan ruang jalan sebagai lokasi dapur warga. Penataan ruang jalan, pengindahan ruang dengan street furniture dan penghijauan yang dapat dimanfaatkan warga 3 Bagian dalam Kawasan Dagen Kurangnya ruang terbuka publik yang dapat dimanfaatkan warga Ruang terbuka yang ada cenderung kurang publik, berpagar, tidak memiliki fasilitas yang memadahi Penataan ruang terbuka agar dapat dimanfaatkan secara lebih optimum serta lebih nyaman 4 Seluruh Kawasan Perubahan fungsi lahan yang terus menggerus fungsi pemukiman Fungsi komersial dan pariwisata yang semakin berkembang membutuhkan ruang yang lebih besar, serta ketidakjelasan peraturan tata guna lahan dan bangunan di Kawasan Pembuatan peraturan yang jelas mengenai tata guna lahan dan tata bangunan. Pengembangan ruang secara vertikal. 5 Taman Yuwana, Dalem Sosrodipuran Konservasi yang mulai tergerus waktu Perubahan kepemilikan, kebutuhan lahan yang semakin meningkat, kondisi bangunan yang semakin rapuh Peraturan yang jelas mengenai tingkat konservasi bangunan/kompleks bangunan. Saran pengembangan kawasan. 186
PENGADAAN KANTONG PARKIR DAN PELARANGAN ON STREET PARKING Tidak adanya kejelasan fungsi ruang, kurangnya lahan parkir Kepadatan di Jalan raya yang menimbulkan kesemrawutan jalan Pengadaan kantong parkir sehingga on street parking tidak lagi diperbolehkan, memperjelas pembagian ruang bagi pejalan kaki, pkl, dan kendaraan spot potensial gedung parkir PENATAAN RUAS DAGEN DAN SOSROWIJAYAN PARKIR BERPINDAH, HALAMAN BANGUNAN DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK CAFE DAN PKL PERUBAHAN MATERIAL AGAR MOBIL LEBIH LAMBAT lahan parkir komersial, yang semula hanya bisa menampung ±60 mobil diubah menjadi gedung parkir komersial 4 lantai yang dapat menampung hingga 240 mobil dari 4 spot potensial parkir, total luas lahan mencapai 3200m². area parkir = luas lahan - sirkulasi (30%) = 3200m² - 960m² = 2240m² kapasitas parkir gedung 4 lantai = 4 x mobil (90% lahan) + 4 x motor (10% lahan) = 4(2016m² : 12,5m²) + 4(224m² : 2m²) = 4(161) +4(112) = 644 mobil dan 448 motor parkir rata-rata kendaraan per periode waktu di Jalan Dagen dan Jalan Sosrowijayan adalah 550 buah yang terdiri dari mobil, motor dan becak. sehingga dengan adanya fasilitas gedung parkir sangat memungkinkan untuk melarang parkir on street di Jalan Dagen dan Sosrowijayan Gambar 75 Arahan design untuk Jalan Dagen dan Jalan Sosrowijayan 187 Sumber : Analisis Penulis STREET FURNITURE SEBAGAI UNIFIKASI KAWASAN SERTA PENAMBAH KENYAMANAN PEDESTRIAN BAHU DIBUAT MENJADI PEDESTRIAN
Penggunaan ruang jalan sebagai lokasi penyimpanan barang dan dapur warga Privatisasi jalan kawasan sehingga jalan menjadi sempit GUIDELINE Penataan ruang jalan, sehingga aktivitas warga tetap dapat terwadahi akan tetapi tidak mengganggu fungsi jalan sebagai akses kawasan ⅔ ⅓ = 1/2 RUANG = 2/3 RUANG 7,00 2,00 7,50 MIXED y m x m y m 12,00 KOMERSIAL 2,00 5,50 HOTEL = 1/2 RUANG 14,00 FASILITAS UMUM 2,00 AREA YANG BEBAS DIGUNAKAN OLEH PE KAKI = 1/2 RUANG 8,50 MIXED USE 6,00 3,00 2,00 1,50 5,50 HOTEL = 1/2 RUANG 5,00 AREA YANG TELAH DIPRIVATISASI OLEH WARGA Arahan pemanfaatan ruang jalan kawasan untuk kepentingan pribadi warga: Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Lebar area ruang jalan yang dapat dimanfaatkan warga untuk kepentingan pribadi adalah ⅓ dari lebar ruang jalan Area ruang jalan yang dapat dimanfaatkan oleh warga adalah area dimana salah satu atau kedua pelingkup ruang jalan adalah dinding masif. Area ruang jalan yang dapat dimanfaatkan oleh warga adalah satu area yang berada di samping dinding masif, warga tidak diperbolehkan untuk memprivatisasi di kedua sisi ruang jalan. Pembuatan atap serta tempat duduk permanen diperbolehkan selama ukuran/dimensi mengikuti arahan pada point yang pertama 188 Di Kawasan Dagen, ruang jalan adalah wadah aktivitas sosial sekaligus luapan dari aktivitas privat yang tidak mampu lagi ditampung oleh rumah-rumah warga. Akibatnya, di beberapa titik ruang jalan diprivatisasi dengan menjadikan area tersebut tempat berjualan, dapur, penyimpanan barang, dan lain sebagainya. area privatisasi berkisar setengah dari lebar ruang jalan. akan tetapi di beberapa titik, area privatisasi tersebut mencapai dua per tiga dari ruang jalan sehingga fungsi utama ruang jalan sebagai akses bagi pedestrian justru terganggu. Gambar 76 Arahan design di Jalan Kawasan Sumber : Analisis Penulis
Ruang terbuka yang ada berpagar, tidak memiliki fasilitas yang memadahi Kurangnya ruang terbuka publik yang dapat dimanfaatkan warga OPTIMALISASI RUANG TERBUKA PUBLIK Penataan ruang terbuka agar dapat dimanfaatkan secara lebih optimum serta lebih nyaman PAGAR YANG MENGELILINGI RUANG TERBUKA DIBONGKAR BAGIAN UTARA DAN SELATAN DIBUAT MENJADI RUANG PUBLIK YANG DILENGKAPI DENGAN TEMPAT DUDUK SERTA FASILITAS LAIN LAPANGAN TENIS DI TENGAH TAMAN TETAP DIPERTAHANKAN AREA PENGHIJAUAN TERLETAK MENGELILINGI LAPANGAN TENIS TAMAN YUWANA STREET FURNITURE BERUPA PENEDUH DAN TEMPAT DUDUK UNTUK MENUNJANG AKTIVITAS WARGA AREA PARKIR BAGI KENDARAAN RODA DUA TETAP ADA PENANAMAN POHON UNTUK PENGKONDISIAN VISUAL DAN THERMAL Gambar 77 Arahan design untuk op malisasi ruang terbuka publik Sumber : Analisis Penulis 189
Fungsi komersial/pariwisata yang terus berkembang membutuhkan ruang lebih Perubahan fungsi lahan yang terus menggerus fungsi pemukiman Perubahan kepemilikan, kebutuhan lahan yang meningkat, bangunan yang semakin rapuh Konservasi yang mulai tergerus waktu Pembuatan peraturan yang jelas mengenai tata guna lahan dan tata bangunan dan pengembangan ruang secara vertikal. Peraturan yang jelas mengenai tingkat konservasi bangunan/kompleks bangunan. Saran pengembangan kawasan. KDB Kawasan dipertahankan hingga angka 65% agar masih memungkinkan untuk keberadaan ruang publik dan penghijauan Gambar 78 Arahan design tata guna lahan dan bangunan/area konservasi Sumber : Analisis Penulis Angka rekomendasi KDB dan tata guna lahan yang sudah hampir sama dengan kondisi lapangan mengindikasikan pembangunan horizontal sudah tidak lagi diijinkan. pembangunan ke arah vertikal lah yang dianjurkan. Kompleks Taman Yuwana di Preservasi karena bangunannya masih dapat dimanfaatkan dengan layak sesuai fungsi sebelumnya yaitu sebagai pemukiman. diperlukan peraturan untuk mempertahankan citra bangunan kolonial serta tata ruang dan jalannya yang khas. RENOVASI & ADAPTASI Fungsi Pemukiman dikunci pada angka 30% agar citra kawasan tetap terjaga tidak tergusur oleh komersial dan hotel. PRESERVASI METODE KONSERVASI BANGUNAN Dalem Sosrodipuran memerlukan adaptasi dan renovasi. bangunannya yang telah rusak perlu direnovasi, kemudian penambahan fungsi baru diperlukan karena areanya yang sangat luas dan kaya akan potensial akan sangat disayangkan jika dikembalikan fungsinya menjadi rumah tinggal saja 190