BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perpustakaan, Pelajar, dan Masyarakat Perpustakaan merupakan suatu tempat yang mempunyai fungsi mengumpulkan, menyimpan,dan memelihara koleksi pustaka apapun bentuknya, baik dalam bentuk buku buku, ataupun data pustaka lainnya sebagai sumber informasi yang diatur dan diorganisasikan dan dikelola dengan cara dan sistem tertentu untuk memberikan pelayanan pada pengunjung yang datang. Perpustakaan juga berfungsi sebagai ruang publik bagi masyarakat di sebuah kota. Ruang publik adalah sebuah tempat dimana orang orang dapat melakukan aktifitas, berekspresi, dan berinformasi secara bebas. Ruang publik ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh siapapun, tidak terbatas usia, kondisi sosial dan juga pekerjaan, karena perpustakaan bertugas untuk menjadi sarana belajar dan memberikan informasi seluas luasnya pada masyarakat. Sayangnya ruang publik di Depok di dominasi oleh ruang publik komersial seperti mal yang relatif identik dengan kalangan menengah keatas. Gambar 1. 1 poster kritik di pinggir jalan margonda Sumber : http://www.metrotvnews.com/foto/detail/2013/03/04/5/1417/depok-butuh-perpustakaan- Bukan-Mal Pada umumnya perpustakaan ditujukan dalam rangka pembelajaran, oleh karena itu perpustakaan biasanya memberi fasilitas terhadap komunitas akademik, seperti pelajar atau mahasiswa, dan biasanya diletakkan terintegrasi dengan bagunan akademik tersebut, seperti di dalam sekolah atau di dalam bangunan kampus. Hal ini 1
menyebabkan terjadi ekslusifitas terhadap perpustakaan tersebut, sehingga hanya dapat dimanfaatkan oleh komunitas akademik tersebut, padahal masyarakat umum juga membutuhkan perpustakaan sebagai sarana pembelajaran yang luas dan lengkap. Oleh karena itu menjadi hal ini menjadi penting untuk membuat perpustakaan umum yang lengkap dan dapat digunakan oleh semua kalangan masyarakat baik pelajar, mahasiswa, orang kantoran, bahkan pedagang asongan sekalipun,dan bukan hanya menjadi kepentingan komunitas akademik, seperti pelajar. Ironisnya, bahkan fasilitas perpustakaan tidak termanfaatkan dengan baik oleh pelajar yang notabene mempunyai kesempatan paling besar memanfaatkan fasilitas perpustakaan. Pelajar pada zaman modern ini, terutama di kota kota besar di Indonesia, lebih senang untuk bermain dan nongkrong di pusat pusat perbelanjaan, ataupun game center. Padahal perpustakaan sebagai ruang publik sudah menyediakan jendela pengetahuan yang cukup luas di banding tempat tempat tersebut. 1.1.2 Minimnya Fasilitas Perpustakaan Perpustakaan sebagai sumber informasi dan penyimpan koleksi pustaka pada zaman informasi ini sudah sepatutnya berbenah dan juga beradaptasi terhadap kemajuan teknologi yang sudah berkembang amat pesat dewasa ini. Perpustakaan tidak bisa lagi hanya memanfaatkan koleksi buku buku dan ruang baca yang dengan meja dan kursinya. Hal ini yang kemudian membuat kesan perpustakaan menjadi dingin dan kaku. Perpustakaan harus melakukan inovasi dan kreatif untuk memperkuat eksistensinya sebagai salah satu pusat aktifitas masyarakat yang interaktif dan juga ramah terhadap pengunjungnya serta memfasilitasi kebutuhan belajar masyarakat yang sekarang mulai sering memanfaatkan fasilitas komersial publik seperti cafe dan tempat bergaul lainnya dibandingkan perpustakaan umum. Pola tersebut dapat dilihat dari data survei terhadap pola belajar masyarakat khususnya pelajar. Gambar 1. 2 Hasil Survei terhadap tempat belajar favorit masyarakat. Sumber : survei pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive 2
Namun pada zaman sekarang tetap masih banyak perpustakaan yang sepi pengunjung. Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas yang ada di perpustakaan, terutama dari koleksinya dan kondisi fisik fasilitas pendukungnya. contohnya di perpustakaan Kota Depok, diruangan seluas 8 meter x 16 meter ini, koleksinya sangat sedikit untuk ukuran sebuah perpustakaan kota, dan juga hanya ada beberapa meja untuk membaca yang kondisinya sudah tidak baik, serta banyak buku yang tidak bisa diakses dengan bebas karena rak kaca yang dikunci. Letaknya yang di kawasan pemerintah juga makin membuat segan pengunjung untuk datang ke perpustakaan ini. Ironisnya, orang yang tinggal di Depok atau setidaknya pernah ke Depok dalam waktu lama banyak yang tidak mengetahui keberadaan Perpustakaan Kota, menurut survei 1, dari 179 orang yang tinggal di Depok, ataupun pernah menetap lebih dari sebulan, hanya 20 persen yang mengetahui kalau depok punya perpustakaan kota, dan Cuma 10 persen yang tau lokasi perpustakaan Kota Depok. Pada zaman modern ini, teknologi informasi menjadi salah satu sarana utama mengakses informasi, dan perpustakaan seharusnya peka akan hal ini. Dan sebagai ruang publik, perpustakaan juga menyediakan tempat tempat berinteraksi, dan juga diskusi untuk menunjang kegiatan komunal, dan bila perlu disediakan elemen elemen tambahan yang menambah menarik kualitas perpustakaan dan juga membuat orang lebih tertarik ke perpustakaan, seperti fasilitas 24 jam, toko buku ataupun kedai kopi. Gambar 1. 3 survei fasilitas yang diinginkan di perpustakaan Sumber : survei pola kegiatan belajar di perpustakaandan Kota Depok, 2013 via Google Drive 1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive 3
1.1.3 Kurang dan tidak efektifnya ruang terbuka sebagai ruang publik Di kota kota besar, sekarang sudah sedikit dijumpai adanya ruang terbuka hijau (RTH), khususnya yang dapat dimanfaatkan secara luas dan bebas seperti taman, padahal menurut undang undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang yang mengatur tentang ketersediaan ruang terbuka hijau di kota yaitu sebesar 30 persen dari total rencana tata ruang wilayah suatu lingkungan binaan,dengan alokasi 20 persen merupakan RTH yang dikelola oleh pemerintah atau otoritas kota dan digunakan untuk kepentingan masyarakat secara luas dan 10 persen dimiliki oleh pihak privat atau perseorangan. Oleh karena itu ruang terbuka hijau selain dapat berfungsi sebagai paru paru kota, dapat juga sebagai sarana aktifitas masyarakat yang aktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup sosial masyarakat. Ironisnya, di perkotaan, contohnya di Kota Depok walaupun pemerintah sudah mengalokasikan luasan tanahnya untuk RTH, seringkali ruang tersebut tidak termanfaatkan dengan baik. Menjadi baik ketika fungsi RTH tersebut adalah untuk konservasi atau kawasan hutan lindung, namun yang terjadi adalah ketika banyaknya lahan terbuka tidak bisa dimanfaatkan untuk kegiatan masyarakat. Hal ini juga terjadi dengan ruang publik, ruang publik yang tersedia untuk dimanfaatkan secara bebas sangat minim jumlahnya, dibandingkan dengan mal dan pusat perbelanjaan yang menjamur di Kota Depok. Oleh karena itu, kebutuhan akan ruang publik yang dapat diakses oleh semua sangat dibutuhkan sebagai wadah aktivitas publik yang ada di Kota Depok. 1.1.4 Perkembangan ruang urban yang tidak merata Sudah menjadi sesuatu yang umum bila suatu kota berkembang menjadi kota yang lebih modern dan maju, mulai dari infrastruktur, fasilitas umum, hingga ke intensitas kegiatannya dan akan lebih baik ketika semua perkembangan kota tersebut seimbang menyeluruh di kota tersebut. Namun yang terjadi pada beberapa daerah perkotaan, yang juga terjadi pada Kota Depok, perkembangan kota terjadi tidak seimbang dengan hanya beberapa sisi daerah tertentu yang berkembang dengan pesat, namun sisi lainnya berkembang dengan lambat atau cenderung berjalan di tempat. Padahal beberapa daerah memiliki potensi yang tidak kalah dibanding kawasan yang berkembang pesat. Hal yang dimaksud adalah padatnya jalan utama Kota Depok, yaitu Jalan Margonda Depok, banyaknya mal, padatnya kendaraan, hingga banyaknya pembangunan baru menambah kepadatan jalan ini, sehingga masyarakat kota Depok butuh akan adanya alternatif pusat kegiatan 4
masyarakat selain di jalan Margonda, contohnya di Jalan Juanda yang menurut 47 % responden menyatakan cocok sebagai alternatif pusat kegiatan Kota Depok selain jalan Margonda. Gambar 1. 4 survei alternatif pusat kegiatan diluar jalan margonda Sumber : survei pola kegiatan belajar di perpustakaandan Kota Depok, 2013 via Google Drive 1.2 Permasalahan 1.2.1 Arsitektural 1.2.1.1 Bagaimana bangunan perpustakaan dapat menjadi komunikator antar fungsi kawasan di sekitarnya. 1.2.1.2 Bagaimana perpustakaan yang dapat menarik aktifitas publik. 1.2.1.3 Bagaimana merencanakan fasilitas perpustakaan sesuai dengan kebutuhan akan ruang publik yang edukatif kota. 1.2.1.4 Bagaimana merencanakan perpustakaan yang dapat memicu perkembangan di pusat aktivitas publik baru. 1.2.1.5 Bagaimana menggabungkan dan memberi batasan fungsi urban space dengan fungsi utama perpustakaan. 1.2.2 Non Arsitektural 1.2.2.1 Persepsi masyarakat tentang perpustakaan kota yang dingin, kaku, dan formal 1.2.2.2 Koleksi buku dan fasilitas perpustakaan kota yang tidak memadai. 1.2.2.3 Budaya belajar masyarakat modern yang mulai meninggalkan fasilitas edukasi dan memanfaatkan informasi digital di tempat komersial publik, seperti kafe. 1.2.2.4 Pelajar yang mulai meninggalkan fasilitas edukasi dan memilih 1.3 Tujuan Dan Sasaran nongkrong di mal dan game center. 1.3.1 Tujuan Pembahasan Tujuan dari penulisan karya ini adalah untuk : 5
1.3.1.1 Memberikan gambaran konsep perpustakaan kota yang dapat diaplikasikan pada pengembangan desain. 1.3.1.2 Untuk mengetahui bagaimana merancang perpustakaan yang aksesibel bagi semua kalangan masyarakat 1.3.1.3 Untuk mengetahui metode desain yang tepat untuk desain perpustakaan sebagai generator kawasan. 1.3.1.4 Memberikan alternatif solusi desain perpustakaan kota yang baik, yang berkontribusi positif bagi perkembangan kawasan dan kota pada area perancangan perpustakaan 1.3.2 Sasaran Pembahasan Sasaran dari penulisan karya ini adalah : 1.3.2.1 Mempelajari standar bangunan perpustakaan umum dan khususnya bangunan perpustakaan kota 1.3.2.2 Melakukan studi kasus terhadap bangunan perpustakaan yang telah ada 1.3.2.3 Mencari kemungkinan lokasi strategis 1.3.2.4 Menganalisis perkembangan suatu kawasan yang berkembang karena suatu bangunan. 1.3.2.5 Mencari metode perancangan agar sebuah perpustakaan dapat menjadi generator kawasan. 1.4 Lingkup Pembahasan 1.4.1 Arsitektural Prinsip perancangan dengan fungsi utama bangunan perpustakaan umum yang terkait dengan aspek perkembangan kawasan. 1.4.2 Non Arsitektural Prinsip perpustakaan sebagai benda pustaka dan sarana pembelajaran beserta pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat perkotaan khususnya pelajar. 1.5 Metode Pembahasan 1.5.1 Studi Literatur Dilakukan untuk mencari, mempelajari data - data mengenai persyaratan, regulasi, dan standar fungsi serta fisik bangunan perpustakaan kota melalui studi pustaka, browsing internet, serta meminta data dari otoritas terkait. 1.5.2 Observasi Lapangan Dilakukan untuk mnangkap isu yang berkembang mengenai perancangan bangunan yang akan di desain. Untuk mengetahui lebih lanjut fasilitas fasilitas sejenis dan juga 6
untuk objek pembanding serta untuk mendapatkan data realtime dan nyata terhadap informasi tapak serta lingkungannya 1.5.3 Analisis Mengolah data berdasarkan hasil studi litratur maupun observasi lapangan untuk mencari prinsip perancangan, persyaratan, standar, regulasi, dan kesimpulan perancangan bangunan perpustakaan kota 1.5.4 Sintesis Menarik kesimpulan dan intisari dari proses analisis yang telah dilakukan sebelumnya untuk mendapatkan prinsip pendekatan untuk menjadi dasar perencanaan konsep dan perancangan strategis perpustakaan kota. 1.6 Sistematika Penulisan Materi Penulisan dibagi kedalam lima bab : BAB 1 : PENDAHULUAN Berisi latar belakang dan masalah mengenai pemilihan tema, tujuan serta sasaran penulisan, lingkup pembahasan, metode penulisan, sistematika penulisan, dan keaslian penulisan BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA Berisi tinjauan teori terhadap teori, definisi, program ruang, klasifikasi perpustakaan dan kaitannya tentang ruang publik serta tinjauan pengaruh bangunan terhadap perkembangan kawasan. BAB 3 : STUDI KASUS Berisi studi terhadap beberapa perpustakaan yang telah terbangun di berbagai tempat, baik di Indonesia, maupun di luar negeri, terhadap tata bentuk, tata ruang, fungsi, spesifisifikasi bangunan dan pengaruhnya. Kemudian studi terhadap efek yang ditimbulkan suatu bangunan yang bisa memberikan pengaruh positif terhadap lingkungannya. BAB 4 : PENDEKATAN KONSEP Berisi pembahasan terhadap pendekatan konsep perancangan perpustakaan kota dengan pendekatan lokasi, fungsi, fisik, serta sistem bangunan bangunan BAB 5 : KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi pembahasan konsep awal pengembangan desain perpustakaan kota dengan tema dan sasaran yang direncanakan 7
1.7 Keaslian Penulisan Judul Penulis tahun Lokasi Pendekatan Perancangan Perpustakaan Umum Sebagai Akupuntur Kehidupan Urban Perkotaan Fariz Sabar Taruna 2010 Yogyakarta Perpustakaan yang berfungsi sebagai akupuntur kehidupan di kawasan urban Perpustakaan Umum Daerah di Palembang Penekanan Pada Infiltrasi Contemporary Society Muhammad Mukti Deviansyah 2011 Palembang Infiltrasi program Contemporary Society Perpustakaan Pelajar Kota Yogyakarta Sebagai Tujuan Rekreasi Edukatif Dengan Pendekatan Psikologi Perkembangan dan Perilaku Manusia Student Square Di Yogyakarta sebagai Pusat Aktivitas Belajar Mandiri Pelajar Dengan Konsep playful Meidwinna Vania M. 2011 Yogyakarta Perpustakaan sebagai sarana rekreatif edukatif berdasarkan psikologi perkembangan dan perilaku manusia Addina Faizati 2013 Yogyakarta Pengembangan konsep playful pada pusat aktivitas belajar mandiri 1.8 Kerangka Pemikiran 8