49 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, sejak bulan Mei hingga Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di tujuh (7) pasar (Lampiran 2a dan 2b), dengan rincian sebagai berikut : 1. Pasar Piru di Kabupaten Seram Bagian Barat, Binaya di Kabupaten Maluku Tengah dan Bula di Kabupaten Seram Bagian Timur, 2. Pasar Tulehu yang berada di Kecamatan Salahutu dan Leihitu di Kecamatan Leihitu, serta 3. Pasar Passo dan Mardika yang berada di Kota Ambon yang merupakan pasar sentral pemasaran produk perikanan yang ada dan dekat dengan kawasan tersebut. Kabupaten Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur terletak di pulau Seram serta meliputi beberapa pulau kecil di sekitar pulau Seram. Sebagian besar Kabupaten Maluku Tengah terletak di Pulau Seram dan sebagian lagi di Pulau Ambon serta beberapa pulau kecil di sekitarnya (Lampiran 1). Alasan pemilihan lokasi-lokasi penelitian ini adalah : 1. Pasar Tulehu dan Leihitu yang berada di Kecamatan Salahutu dan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, secara geografis terletak di Pulau Ambon bersama dengan Kota Ambon dan merupakan sentra produksi perikanan di Kota Ambon. Kedua daerah ini juga merupakan pintu masuk bagi produk perikanan dari pulau Seram maupun pulau-pulau kecil lainnya yang ada di sekitar pulau Seram maupun pulau Ambon. 2. Pasar Piru, Masohi dan Bula yang terletak di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur merupakan kabupatenkabupaten yang dekat dengan kota Ambon. 3. Pasar Mardika merupakan pasar sentral di Kota Ambon dan untuk mencapai pasar Mardika dari pasar-pasar yang telah disebutkan di atas, pasar Passo harus dilalui terlebih dahulu. Itu berarti ikan segar yang akan dibawa ke pasar Mardika dari pasar-pasar di atas harus ditransitkan dahulu di pasar Passo kemudian diteruskan ke pasar Mardika.
50 3.2 Pengumpulan Data Populasi dari penelitian ini adalah pedagang pengumpul dan pedagang pengecer produk perikanan di tujuh (7) pasar yang telah disebutkan. Dua puluh lima orang pedagang pengumpul dan seratus orang pedagang pengecer dari kelima (5) pasar di Kawasan Maluku Tengah dan dua (2) pasar di Kota Ambon, ditarik secara simple random sampling, kemudian diwawancarai berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei dengan pendekatan sistem untuk menganalisis sistem pemasaran produk perikanan di kawasan tersebut. Harga produk-produk perikanan yang dipasarkan di pasarpasar di atas dicatat setiap hari selama 4 (empat) bulan untuk menganalisis ada tidaknya integrasi pasar dengan memperhatikan faktor-faktor spasial dan temporal yang penting dan berpengaruh terhadap hubungan harga produk perikanan tersebut. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka dan survei lapangan. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data sekunder, sedangkan survei lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dan dilakukan terhadap pedagang perantara, pedagang pengecer dan para birokrat yang berkepentingan dalam bidang pemasaran produk perikanan. Data primer yang dikumpulkan meliputi : 1 Series data harian harga tiga (3) jenis ikan segar yang dominan didaratkan dan/atau dijual selama empat (4) bulan, atau 106 hari secara bersamaan (hari Minggu diabaikan) di enam (6) pasar eceran atau sentra produksi di Kawasan Maluku Tengah dan pasar sentral di Kota Ambon. 2 Kondisi sosial ekonomi pedagang pengecer ikan segar yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berjualan, jumlah tanggungan keluarga dan pekerjaan sampingan, selain berjualan produk perikanan. 3 Keragaan usaha meliputi jenis dan jumlah ikan segar yang biasa dijual dan terjual per musim. 4 Cara memasarkan produk, cara memperoleh sumber dan bentuk informasi tentang harga.
51 5 Perolehan modal untuk memulai maupun memperbesar usaha dan jumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan. 6 Kinerja lembaga penunjang pemasaran dan kebijakan yang telah ditetapkan Pemerintah dalam usaha pemasaran produk perikanan. Data sekunder yang dibutuhkan meliputi kondisi geografis daerah penelitian, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, jumlah dan jenis alat tangkap yang digunakan nelayan, perkembangan produksi perikanan, inflasi dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan pemasaran produk perikanan. Data dikumpulkan dari laporan instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku maupun Kabupaten di kawasan Maluku Tengah, Dinas Perindustrian, Bank Indonesia Cabang Maluku dan hasil penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumnya. 3.3 Pengolahan dan Analisis Data 3.3.1 Analisis Structure-Conduct-Performance 3.3.1.1 Market Structure Dalam penelitian ini digunakan market concentration (konsentrasi pasar) untuk melihat market structure yang diukur berdasarkan persentase dari penjual/aset/ pangsa pasar. Ukuran yang paling umum digunakan untuk mengukur konsentrasi pasar adalah Concentration Ratio (CR), yang didefinisikan sebagai persentase dari keseluruhan output industri yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan terbesar dilihat dari berbagai indikator. Secara matematik, rumus CR adalah : dimana: CR m = rasio konsentrasi dari pedagang ikan dalam pasar P i = jumlah pangsa pasar dari m produsen atau pedagang terbesar, yang dinyatakan dalam persentase. CR yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR 4, sehingga persamaan (3.1) menjadi :
52 CR 4 = rasio konsentrasi empat pedagang ikan terbesar P i = jumlah pangsa pasar dari produsen atau pedagang terbesar ke-i, yang dinyatakan dalam persentase. Angka ini diperoleh dari perbandingan volume penjualan dari masing-masing produsen, atau empat (4) pedagang ikan terbesar dengan volume penjualan seluruh produsen, atau pedagang dalam pasar. Pasar dianggap sangat terkonsentrasi atau oligopoli apabila CR 4 sedikitnya bernilai 40% (Parker and Connor diacu dalam Sayaka 2006). Sementara Subanidja (2006) menyatakan bahwa pada situasi pasar monopoli, CR 4 akan bernilai 100%, sedangkan untuk persaingan sempurna CR 4 mendekati nilai nol (0). Selanjutnya Shepherd diacu dalam Rosyidi (2009) membagi tipe pasar atas enam bentuk, mulai dari monopoli murni hingga persaingan sempurna dengan kondisinya pada Tabel 6. Tabel 6 Tipe pasar, kondisi utama dan pengertiannya Tipe Pasar Kondisi Utama Pengertiannya Monopoli Satu industri menguasai 100% pangsa pasar CR 1 = 100 Murni Industri Dominan Satu industri menguasai 50 100% pangsa pasar dan tidak mempunyai pesaing terdekat Oligopoli ketat Empat industri terbesar menguasai 60 100% pangsa pasar Oligopoli kendur Monopolistik Persaingan Sempurna Empat industri terbesar menguasai 40% pangsa pasar Terdapat banyak industri yang saling bersaing, tidak ada yang menguasai pasar 10% Lebih dari 50 industri yang saling bersaing, seluruhnya dengan pangsa pasar yang tidak berarti Sumber : Shepherd diacu dalam Rosyidi (2009) CR 1 = 50 100 CR 4 = 60 100 CR 4 40 CR n 10 Gwin (2001) menyatakan bahwa CR 4 merupakan rasio konsentrasi yang umum digunakan untuk melihat struktur pasar. Walau begitu, tidak ada konsensus baku antar para ahli ekonomi untuk menggunakan CR 4. Konsentrasi hanya merupakan salah satu faktor yang bertujuan untuk membagi struktur pasar. Ada
53 banyak faktor, baik obyektif maupun subyektif yang harus diperhitungkan oleh seorang peneliti sebelum memilih struktur pasar yang dapat menggambarkan keberadaan industri dengan baik. Berdasarkan pendapat/pandangan para ahli di atas, maka kriteria CR 4 dalam penelitian ini akan mengacu pada Tabel 7. Penelitian ini berlokasi di lima pasar di Kawasan Maluku Tengah dan dua pasar di Kota Ambon yang memiliki kemiripan sifat dan karakteristik, seperti : a Produk perikanan yang diperdagangkan di ketujuh pasar tersebut pada hari yang bersamaan, umumnya memiliki keseragaman dalam jenis dan ukuran. b Modal pedagang pengecer umumnya sama. c Pedagang saling berkomunikasi satu dengan lainnya untuk mengetahui kondisi pasar. Tabel 7 Kriteria CR 4 dalam penelitian yang dilakukan Tipe Konsentrasi Konsentrasi Monopoli Konsentrasi Oligopoli Tidak Konsentrasi Konsentrasi Bersaing Kondisi Utama Empat industri terbesar 100% pangsa pasar. menguasai Empat industri terbesar menguasai 75% hingga < 100% pangsa pasar. Empat industri terbesar menguasai 40% hingga < 75% pangsa pasar. Empat industri terbesar menguasai < 40% pangsa pasar. Pengertiannya CR 4 = 100 75 CR 4 < 100 40 CR 4 < 75 CR 4 < 40 Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka ketujuh pasar ini dapat diperlakukan sebagai satu pasar besar, sehingga selanjutnya analisis Market Structure-Conduct-Performance (S-C-P) dalam penelitian ini diaplikasikan terhadap satu pasar di Kawasan Maluku Tengah yang merupakan gabungan dari ketujuh pasar tersebut. Sebagian besar ekonom berpendapat bahwa ukuran rasio konsentrasi (CR 4 ) tidak cukup mengukur kekuatan pasar, sehingga digunakan Herfindahl- Hirschman Index (HHI) yang menjelaskan tentang peran pedagang terhadap dominasi pasar (Subanidja 2006; Sayaka 2006). HHI dihitung dengan
54 menjumlahkan kuadrat dari persentase pangsa pasar seluruh pedagang di dalam suatu pasar yang dinyatakan dengan rumus : (3.3) dimana : HH i = Herfindahl-Hirschman Index n = jumlah pedagang dalam pasar cv = koefisien keragaman ukuran usaha, yang diperoleh dari nilai P i sudah didefinisikan sebelumnya Nilai HH i berkisar dari 0 hingga 1, semakin besar nilai menunjukkan pasar semakin terkonsentrasi. Apabila HH i = 0 maka pasar dalam kondisi persaingan yang kompetitif, sementara apabila nilai HH i berada di antara 0 dan 1 berarti struktur pasar oligopoli. Struktur pasar monopoli ditunjukkan ketika nilai HH i = 1. 3.3.1.2 Market Conduct Dalam menganalisis market conduct (perilaku pasar), digunakan cara predatory and exclusivenary tactics. Strategi ini bertujuan untuk mendorong perusahaan pesaing keluar dari pasar, karena harga yang ditetapkan di bawah biaya marginal, sehingga perusahaan lain tidak dapat bersaing secara sehat. Dalam penelitian ini, seluruh strategi/taktik/cara penetapan harga yang dilakukan responden dalam bersaing akan diidentifikasi untuk selanjutnya dianalisis. Apabila harga yang ditetapkan di bawah biaya marginal, maka strategi/taktik/cara tersebut digolongkan dalam predatory and exclusivenary tactics. 3.3.1.3 Market Performance Market Performance, atau keragaan pasar yang dapat diukur dengan beberapa ukuran. Dalam penelitian ini, keragaan pasar ditunjukkan melalui pengukuran pricing efficiency (efisiensi harga), yaitu ukuran yang didasarkan pada kondisi harga mendekati biaya total dan diukur berdasarkan margin pemasaran dan biaya pemasaran (Sayaka 2003).
55 Margin pemasaran. Margin pemasaran kotor, persentase margin, persentase mark-up dan profit margin dihitung pada setiap mata rantai pemasaran (misalnya tingkat pedagang pengumpul - pedagang pengecer dan tingkat pedagang pengecer). Margin pemasaran kotor = harga penjualan harga pembelian Persentase Mark-up (%) = ((margin pemasaran kotor)/(harga pembelian)) x 100 Persentase Margin (%) = ((margin pemasaran kotor)/(harga penjualan)) x 100 Profit margin (per unit) = harga penjualan biaya pemasaran. Biaya pemasaran, meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan dalam setiap proses pemasaran. 3.3.2 Analisis Integrasi Pasar Persamaan (2.10) merupakan model yang dikembangkan Ravallion (1986) dan Heytens (1986) yang diacu dalam Asmarantaka (2009) dapat dimodifikasi menjadi:...(3.4) dimana P it adalah harga ikan pada pasar lokal (i) pada waktu t, P t adalah harga di pasar acuan (reference) pada waktu t dan X adalah faktor peubah lainnya yang relevan di pasar lokal pada waktu t. Dalam penelitian ini dilihat tiga (3) jenis ikan yang dominan dijual atau didaratkan di tujuh (7) pasar yang telah disebutkan di atas, sehingga persamaan (3.4) dimodifikasi menjadi : P 3it =(1+b 1 )P 3it-1 +b 2 (P 3t - P 3t-1 )+(b 3 -b 1 ) P 3t-1 + b4x...(3.5) dimana P 3it adalah harga rata-rata 3 (tiga) jenis ikan yang dominan dijual atau didaratkan pada pasar lokal (i) pada waktu t, P 3t adalah harga rataan 3 (tiga) jenis ikan yang dominan dijual atau didaratkan pada pasar acuan (reference) pada waktu t.
56 Ambon diambil sebagai pasar acuan karena selain merupakan pusat pemerintahan yang merumuskan keputusan-keputusan Pemerintah Daerah, juga merupakan kota konsumen yang memiliki daya beli terbesar di Maluku. Kecamatan Salahutu dan Leihitu yang secara geografis terletak di Pulau Ambon bersama dengan Kota Ambon dan merupakan sentra-sentra produksi perikanan di Kota Ambon juga pintu masuk bagi produk perikanan dari pulau Seram maupun pulau-pulau kecil lainnya yang ada di sekitar pulau Seram, maupun pulau Ambon. Dengan menyimbolkan harga di pasar Mardika yang merupakan pasar sentral di Kota Ambon pada waktu t adalah (P At ), pasar Passo (P Pst ), Leihitu (P L ), Salahutu (P S ), Seram Bagian Barat (P SBBt ), Maluku Tengah (P MTt ), dan Seram Bagian Timur (P SBTt ), maka apabila harga di pasar Mardika Ambon (P A ) merupakan harga acuan dan harga di pasar Passo (P Ps ), Leihitu (P L ), Salahutu (P S ), Maluku Tengah (P MT ), Seram Bagian Barat (P SBB ) dan Seram Bagian Timur (P SBT ), masing-masing merupakan pasar pengikut, maka persamaan (3.4) dapat dimodifikasi menjadi : a Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Passo (P Ps ) adalah pasar pengikut : P 3Pst =(1+b 1 ) P 3Pst-1 + b 2 (P 3At - P 3At-1 )+(b 3 - b 1 ) P 3At-1 +b 4 X.(3.6) b Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Leihitu (P L ) adalah pasar pengikut : P 3Lt = (1+b 1 )P 3Lt-1 + b 2 (P 3At - P 3At-1 )+(b 3 - b 1 ) P 3At-1 + b 4 X...(3.7) c Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Salahutu (P S ) adalah pasar pengikut : P 3St = (1+b 1 )P 3St-1 + b 2 (P 3At - P 3At-1 )+(b 3 - b 1 ) P 3At-1 + b 4 X...(3.8) d Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Seram Bagian Barat (P SBB ) adalah pasar pengikut : P 3SBBt = (1+b 1 )P 3SBBt-1 +b 2 (P 3At -P 3At-1 )+(b 3 - b 1 )P 3At-1 +b 4 X.(3.9) e Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Maluku Tengah (P MT ) adalah pasar pengikut : P 3MTt = (1+b 1 ) P 3MTt-1 +b 2 (P 3At - P 3At-1 )+(b 3 - b 1 )P 3At-1 +b 4 X.... (3.10) f Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Seram Bagian Timur (P SBT ) adalah pasar pengikut :
57 P 3SBTt =(1+b 1 )P 3SBTt-1 +b 2 (P 3At -P 3At-1 )+(b 3 -b 1 ) P 3At-1 +b 4 X...(3.11) Karena Kabupaten Maluku Tengah awalnya meliputi Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru dan Buru Selatan, maka adalah hal yang mungkin apabila Pasar Maluku Tengah (P MT ) dianggap sebagai pasar acuan bagi pasar di masing-masing kabupaten tersebut. Namun karena pasar di Buru dan Buru Selatan tidak diikutsertakan dalam penelitian ini, maka apabila : a Pasar Maluku Tengah (P MT ) adalah pasar acuan dan pasar Leihitu (P L ) adalah pasar pengikut : P 3Lt = (1+b 1 )P 3Lt-1 + b 2 (P 3MTt -P 3MTt-1 )+(b 3 -b 1 )P 3MTt-1 +b 4 X.....(3.12) b Pasar Maluku Tengah (P MT ) adalah pasar acuan dan pasar Salahutu (P S ) adalah pasar pengikut : P 3St =(1+b 1 )P 3St-1 +b 2 (P 3MTt - P 3MTt-1 )+(b 3 -b 1 ) P 3MTt-1 +b 4 X....(3.13) c Pasar Maluku Tengah (P M ) adalah pasar acuan dan pasar Seram Bagian Barat (P P ) adalah pasar pengikut : P 3SBBt =(1+b 1 )P 3SBBt-1 +b 2 (P 3MTt - P 3MTt-1 )+(b 3 -b 1 )P 3MTt-1 +b 4 X.(3.14) d Pasar Maluku Tengah (P MT ) adalah pasar acuan dan pasar Seram Bagian Timur (P SBT ) adalah pasar pengikut : P 3SBTt =(1+b 1 )P 3SBTt-1 +b 2 (P 3MTt - P 3MTt-1 )+(b 3 -b 1 )P 3MTt-1 +b 4 X..(3.15) Apabila pasar acuan dianggap berada dalam keseimbangan jangka panjang (yakni P t-1 =0) dan juga b 4 = 0 maka (1+b 1 ) dan (b 3 b 1 ) akan menggambarkan sumbangan relatif harga pasar setempat dan acuan terdahulu terhadap pembentukan tingkat harga sekarang. Apabila harga pasar acuan sebelumnya merupakan penentu dari harga setempat (dan bukan harga setempat), maka pasarpasar ini terpadu dengan baik. Artinya keadaan penawaran dan permintaan pada pasar acuan akan dikomunikasikan secara efektif ke pasar-pasar setempat dan akan memengaruhi harga-harga di sana walau bagaimanapun keadaan pasar lokal sebelumnya. Untuk menangkap besarnya pengaruh ini secara relatif, selanjutnya Timmer (1987) dalam Hutabarat (1988) mengembangkan Index of Market Connection (IMC, Indeks Hubungan Pasar), yaitu indeks yang dibatasi sebagai nisbah koefisien pasar lokal periode sebelumnya (t - 1) terhadap pasar acuan periode sebelumnya. Dengan melihat persamaan (3.4), diperoleh :
58 (3.18) Masing-masing persamaan (3.6) hingga (3.15) dihitung IMC-nya, untuk melihat apakah terjadi keterpaduan atau keterpisahan. Apabila terjadi keterpaduan pasar dalam jangka pendek, b 1 = -1 dan IMC = 0; jika pasar terpisah atau tidak terpadu dalam jangka pendek maka b 1 dan b 3 bernilai sama dan IMC =. Model spesifik tersebut, memberikan nilai b 1 antara 0 dan -1 dalam kondisi normal dan indeks bernilai positif. Secara umum, indeks (IMC) yang bernilai mendekati 0 menunjukkan derajat integrasi pasar yang tinggi. Dalam keterpaduan jangka panjang nilai b 2 menuju 1, jika batasan ini diterima, maka terjadi keseimbangan dalam proses penyesuaian harga jangka pendek, dimana kenaikan harga di pasar acuan (sentral) akan diteruskan secara lengkap ke pasar lokal. Pengertian ini mempunyai implikasi bahwa apabila terjadi penerimaan batasan dalam jangka pendek (terintegrasi), maka dalam jangka panjang pasar terintegrasi, tetapi tidak terjadi sebaliknya. Berdasarkan keterangan di atas, maka koefisien persamaan-persamaan tersebut dapat dibagi ke dalam tiga (3) kriteria seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Modifikasi kriteria dan pengertian Ravallion test Kriteria Pengertian Keterangan 1+b 1 = 0 Tidak nyata Pasar terintegrasi secara temporal. 1+b 1 0 b 2 1 b 2 = 1 b 3 -b 1 0 b 3 -b 1 > 0 Nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata Nyata Pasar tersegmentasi secara temporal. Pasar tersegmentasi secara spasial dalam jangka panjang. Pasar terintegrasi secara spasial dalam jangka panjang. Pasar tersegmentasi secara spasial dalam jangka pendek (cepat). Pasar terintegrasi secara spasial dalam jangka pendek (cepat).
59 3.3.3 Analisis SWOT Dalam merumuskan strategi pengembangan pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor (variabel atau komponen) yang perlu diperhatikan dalam mencari solusi strategi optimal dalam pengembangan pemasaran ikan segar yang efisien di Kawasan Maluku Tengah. Data dan informasi kemudian dianalisis untuk dimasukkan ke dalam suatu matriks. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang dihadapi dalam pengelolaan perikanan tangkap di kawasan tersebut dapat disesuaikan dengan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki. Secara ringkas, tujuan-tujuan penelitian, alat analisis dan output yang diharapkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 9, sedangkan Gambar 7 memperlihatkan diagram alir untuk penyelesaian masalah. Tabel 9 Ringkasan tujuan yang ingin dicapai, alat analisis yang dipakai dan output yang diharapkan dalam penelitian No Tujuan Alat analisis Output 1. Menganalisis sistem pemasaran ikan segar di kawasan Maluku Tengah Analisis S-C-P Sistem pemasaran ikan segar 2. Menganalisis efisiensi pasar spasial dan efisiensi pasar temporal di kawasan Maluku Tengah Integrasi Pasar (Ravallion Model) dan IMC Efisiensi pasar spasial dan temporal 3. Menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari sistem pemasaran ikan segar yang berlaku di kawasan Maluku Tengah Analisis SWOT Kajian SWOT sistem pemasaran ikan segar 4. Menyusun strategi pengembangan pemasaran produk perikanan yang efisien di kawasan Maluku Tengah. Deskriptif Strategi kualitatif 5. Membuat model pengembangan sistem pemasaran produk perikanan di Kawasan Maluku Tengah Kombinasi (1), (2), (3) dan (4). Model
60 Masalah Metode Penelitian Tahap pertama : Analisis Deskriptif Analisis Karakteristik Pedagang: umur, tingkat pendidikan, pengalaman berjualan, jumlah tanggungan keluarga dan pekerjaan sampingan selain usaha tangkap Analisis Keragaan usaha pedagang: jenis dan jumlah ikan dijual dan terjual per musim, cara memasarkan ikan, cara mendapatkan sumber dan bentuk informasi tentang harga dan modal Output : Karakteristik Pedagang Pengecer Tahap kedua : Analisis S-C-P Analisis sistem Pemasaran Output : Sistem Pemasaran Tahap ketiga : Ravallion Model, IMC Integrasi Pasar Spasial dan Temporal Output : Integrasi Pasar Spasial dan Temporal Tahap keempat : SWOT/Deskriptif Strategi Pemasaran Produk Perikanan Output : Peta Strategi Pemasaran Tahap kelima : Deskriptif Model Pengembangan Sistem Pemasaran Produk Perikanan di Kawasan Maluku Tengah Output : Model Pengembangan Sistem Pemasaran Selesai Gambar 7 Diagram alir penyelesaian masalah.