IV. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini merupakan daerah sentra produksi gambir di Sumatera Barat. Menurut data BPS 2007/2008, sekitar persen produksi gambir Sumbar berasal dari kabupaten ini. Sumatera Barat sendiri adalah provinsi sentra produksi yang menyumbangkan lebih dari 80 persen produksi gambir Indonesia (Ermiati, 2004; Dhalimi, 2006). Selanjutnya dari Kabupaten Lima Puluh Kota dipilih lagi tiga kecamatan secara sengaja (purposive) yang menjadi sentra produksi gambir yaitu Kecamatan Kapur IX, Lareh Sago Halaban dan Harau. Penentuan lokasi tersebut dengan pertimbangan: (1) ketiga kecamatan adalah daerah sentra produksi, (2) untuk melihat keragaman dan keragaan usahatani dan pemasaran gambir di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota, dan (3) supaya tidak terjadi pengelompokan pada wilayah tertentu sehingga memungkinkan lokasi penelitian tersebar. Namun demikian pemilihan ketiga kecamatan tersebut tidak dimaksudkan untuk dilakukan perbandingan. Kecamatan Kapur IX dipilih masih didasarkan pada pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan salah satu daerah sentra produksi di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan kontribusi tertinggi terhadap luas areal tanam dan produksi gambir, masing-masing sebesar persen dan persen (BPS, 2008a; 2008b). Pemilihan Kecamatan Lareh Sago Halaban

2 52 didasarkan pada pertimbangan karena kecamatan ini merupakan daerah pertama penghasil gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota dan sampai sekarang menghasilkan gambir dengan mutu kualitas A yang dikenal dengan nama Gambir Halaban I. Sedangkan Kecamatan Harau dipilih karena kecamatan ini adalah kecamatan dengan akses yang paling baik dan paling dekat dengan Kota Payakumbuh sebagai salah satu pasar utama gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota. Setelah dilakukan pemilihan lokasi penelitian pada tingkat kabupaten dan kecamatan, selanjutnya dilakukan penentuan lokasi penelitian pada tingkat kenagarian. Kenagarian atau nagari adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah sendiri dan merupakan ciri khas pemerintahan daerah Sumatera Barat, yang setingkat dengan desa. Kapur IX, Lareh Sago Halaban dan Harau merupakan kecamatan terpilih sebagai lokasi penelitian, masing-masing terdiri dari 7, 8 dan 11 kenagarian. Pemilihan kenagarian ditentukan secara sengaja di tiga kecamatan tersebut dan yang terpilih di Kecamatan Kapur IX adalah Kenagarian Koto Bangun, Muaro Paiti dan Lubuak Alai. Kenagarian Solok Bio-bio di Kecamatan Harau dan Kenagarian Halaban dan Sitanang di Kecamatan Lareh Sago Halaban Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder dalam bentuk data cross section maupun time series. Data cross section bersumber dari responden penelitian yaitu petani gambir dan pedagang gambir. Pedagang gambir dibedakan lagi berdasarkan volume perdagangannya menjadi

3 53 pedagang pengumpul, pedagang besar dan eksportir gambir. Data primer ini yang digunakan untuk analisis efisiensi produksi dan pemasaran. Data time series dipakai untuk kelengkapan analisis kinerja pemasaran gambir mulai tahun Sumber data dan informasi berupa laporanlaporan ataupun dokumentasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Perkebunan, Perindustrian, Perdagangan dan asosiasi pedagang gambir yang berada di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota dan Provinsi Sumatera Barat Metode Pengambilan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah rumahtangga petani produsen gambir dan pedagang gambir yang ada di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota. Pengambilan sampel dari masing-masing lokasi ditentukan dengan cara sengaja (purposive). Penentuan sampel petani di lokasi penelitian yang akan dijadikan responden adalah petani produsen gambir yang memiliki Batas Minimal Usaha (BMU) untuk usaha perkebunan gambir yang ditetapkan sesuai dengan standar Sensus Pertanian tahun 2003 (ST 2003) yang dilakukan BPS, yaitu petani yang memiliki minimal 135 pohon gambir yang sudah berproduksi (BPS, 2003). Petani atau produsen dalam penelitian ini mungkin saja memiliki lebih dari satu usaha atau memiliki garapan usahatani dengan komoditas selain gambir. Populasi petani gambir menurut hasil Sensus Pertanian terakhir tahun 2003, di Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat rumahtangga petani. Rumahtangga petani gambir untuk ketiga kecamatan terpilih sebanyak rumahtangga atau persen populasi, dengan sebaran sebanyak 1.27

4 54 persen atau 115 rumahtangga berada di Kecamatan Lareh Sago Halaban, persen atau 942 rumahtangga di Kecamatan Harau dan persen atau rumahtangga di Kecamatan Kapur IX. Parel et al. (1973), mengemukakan beberapa acuan yang dapat dipertimbangkan menyangkut ukuran pengambilan sampel berkaitan dengan ragam populasi, yaitu: (1) jika populasi besar, sampel dapat diambil dengan persentase kecil dan jika populasi kecil dapat diambil persentase besar, (2) ukuran sampel sebaiknya tidak kurang dari 30 satuan, dan (3) jumlah sampel disesuaikan dengan kemampuan biaya. Berdasarkan uraian di atas dan pertimbangan keterbatasan yang ada dari peneliti, maka rumahtangga petani yang menjadi sampel diambil dengan teknik quota sampling untuk memastikan bahwa beberapa karakteristik populasi terwakili dalam contoh yang akan terpilih (Juanda, 2009). Dari hasil survei yang dilakukan, diperoleh responden 30 rumahtangga petani di Kecamatan Lareh Sago Halaban, 35 rumahtangga petani di Kecamatan Harau dan 36 rumahtangga petani di Kecamatan Kapur IX. Namun demikian setelah dilakukan editing terhadap data yang diperoleh, ternyata hanya 96 rumahtangga petani sampel atau 1.06 persen dari populasi yang dianalisis datanya, dan sebanyak 5 sampel rumahtangga dikeluarkan dari hasil analisis karena adanya ketidaklengkapan data. Sampel yang dikeluarkan adalah 3 rumahtangga petani di Kecamatan Harau dan 2 rumahtangga petani di Kecamatan Kapur IX. Responden rumahtangga petani yang berjumlah 96 orang tersebut, setelah data rumahtangga terkumpul dan dilakukan tabulasi, dilakukan lagi

5 55 stratifikasi terhadap rumahtangga petani yang memiliki lebih dari satu lokasi perkebunan gambir dengan usia tanam yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan untuk analisis produksi guna mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi produksi gambir perkebunan rakyat. Sehingga ukuran sampel yang sebelumnya berjumlah 96 sampel rumahtangga petani, setelah dirinci lagi menurut usia tanaman gambir yang diusahakan, menjadi 133 sampel. Responden yang berhubungan dengan tataniaga gambir, sampel pedagang yang diambil adalah pedagang gambir dari setiap kecamatan yang dipilih secara sengaja (purposive) dari pedagang gambir yang ada di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota. Informasi awal mengenai pedagang pengumpul diperoleh dari petani dan pedagang pengumpul di kenagarian tempat pelaksanaan survei, selanjutnya didapat dengan metode snowball sampling guna mendapatkan pedagang di saluran pemasaran yang berada di atasnya. Penentuan pedagang dengan metode snowball sampling tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya pengambilan sampel yang tidak tepat, dimana pedagang pengumpul di bawahnya tidak menjadi agen (kepanjangan tangan) pedagang pengumpul di atasnya. Sampel pedagang yang dipilih adalah yang dianggap dapat mewakili karakteristik populasi dan kinerja dari masing-masing lembaga pemasaran pada lokasi penelitian. Berdasarkan informasi tersebut dan dengan mempertimbangkan karakteristik pedagang yang akan disurvei, diperoleh 20 responden sebagai sampel pedagang yang telah memenuhi persyaratan seperti tersebut di atas. Sampel pedagang tersebut terdiri dari 11 sampel pedagang pengumpul, 6 sampel pedagang besar, 2 sampel eksportir dan 1 asosiasi pedagang gambir.

6 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap sampel petani dan pedagang gambir yang terpilih. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam kuisioner terstruktur yang telah disiapkan sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data lapangan dilakukan pada bulan Maret dan April Data yang dikumpulkan untuk sampel petani mencakup karakteristik rumahtangga petani, penguasaan dan luas lahan, pola tanam dan usia tanaman gambir yang diusahakan, input dan output usahatani per panen, curahan tenaga kerja, kegiatan pemasaran yang dijalankan serta kendala dan permasalahan yang dihadapi petani. Sedangkan untuk sampel pedagang, data yang dikumpulkan mencakup karakteristik pedagang, sistem dan daerah perdagangan, metode transaksi dan kuantitas gambir yang diperdagangkan serta aspek lainnya untuk memperoleh gambaran struktur pasar, perilaku dan kinerja pemasaran gambir Model Analisis Analisis Produksi Model ekonometrika dari fungsi produksi disusun bertujuan untuk menduga hubungan antara variabel tak bebas dan bebas dari suatu fungsi dalam usahatani gambir, yang sesuai dengan kriteria model yang baik dengan melihat kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrika. Pada analisis produksi menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas karena model inilah yang relevan untuk menganalisis usahatani. Persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan fungsi produksi yang baik adalah terjadi hubungan yang logis dan benar antara variabel yang

7 57 dijelaskan dengan variabel yang menjelaskan. Parameter statistik serta parameter yang diduga memenuhi persyaratan untuk dapat disebut parameter yang mempunyai derajat ketelitian yang tinggi. Ada dua parameter statistik yang penting dan diperlukan, yaitu: (1) koefisien determinasi atau R 2 yaitu parameter yang menjelaskan besarnya variasi dari variabel yang dijelaskan oleh variabel penjelas, dan (2) uji t pada masing-masing variabel penjelas (Soekartawi et al. 1986). Analisis dilakukan untuk keseluruhan data sampel petani di daerah yang sudah dipilih di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota. Model penduga fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama. Adapun model fungsi produksi gambir di lokasi penelitian adalah sebagai berikut: dimana: 7 ln Y ln c0 d ln X e D u...(10) k 1 k k 5 i 1 i i Y c 0 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 D 1 D 2 = Produksi gambir (kg) = Intersep = Tenaga kerja (HOK) = Luas lahan (ha) = Jumlah tanaman menghasilkan (pohon) = Umur rata-rata pohon (tahun) = Pengalaman bertani gambir (tahun) = Penggunaan pupuk Urea (kg) = Penggunaan pestisida (liter) = Dummy lama pendidikan petani, dimana: 1 = SLTP ke atas (> 6 tahun) 0 = SD ( 6 tahun) = Dummy frekwensi panen, dimana: 1 = Panen 3 kali setahun dan 0 = Panen < 3 kali setahun

8 58 D 3 D 4 D 5 u d k, e i = Dummy jenis gambir yang diproduksi, dimana: 1 = Gambir campur 0 = Gambir murni = Dummy cara budidaya, dimana: 1 = Monokultur 0 = Tumpang sari = Dummy bibit unggul, dimana: 1 = Menggunakan bibit unggul (varietas udang) 0 = Campuran semua bibit (udang, riau dan cubadak) = Galat atau error term = Parameter yang diduga Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah: d 1, d 2, d 3, d 4, d 5, d 6, d 7, e 1, e 2, e 3, e 4, e 5 > 0 Penilaian apakah fungsi produksi ini dapat dipertanggungjawabkan dimana terjadi hubungan yang logis dan benar antara variabel yang dijelaskan dengan variabel yang menjelaskan atau tidak terjadi kesalahan spesifikasi adalah dengan melakukan pengujian model secara keseluruhan dengan menggunakan statistik uji F. Uji F adalah pengujian serentak terhadap variabel independen apakah secara bersama-sama dapat menjelaskan keragaman produksi gambir sebagai variabel dependennya, dengan hipotesis: H 0 : α 0 = α 1 =... α i = 0 (Tidak ada X yang berpengaruh terhadap Y atau model tidak dapat menjelaskan keragaman produksi gambir) H 1 : α i 0 (Minimal ada satu X yang berpengaruh nyata terhadap Y atau model dapat menjelaskan keragaman produksi gambir) Jika dalam pengujian model dengan uji F disimpulkan bahwa model tersebut dapat menjelaskan keragaman produksi gambir (Y), maka permasalahan selanjutnya adalah variabel apa yang berpengaruh nyata

9 59 terhadap Y. Pengujian menggunakan uji statistik t pada masing-masing variabel independen, yaitu uji hipotesis yang berkaitan dengan masing-masing koefisien model regresi untuk melihat faktor apa saja yang berpengaruh nyata terhadap produksi gambir. Perumusan hipotesisnya adalah: H 0 : α i = 0 (Variabel ke-i tidak berpengaruh terhadap Y atau produksi gambir) H 1 : α i 0 (Variabel ke-i berpengaruh nyata terhadap Y atau produksi gambir) Berdasarkan hipotesis tandingan (H 1 ) yang dikemukakan di atas mempunyai rumusan tidak sama ( ), maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji dua arah (two-tailed test), dimana luas daerah kritis atau daerah penolakan H 0 pada tiap ujung adalah 1/2 α. Nilai level signifikansi yang digunakan atau derajat α adalah pada taraf 1 persen, 5 persen dan 10 persen. Kriteria keputusan dilakukan dengan menggunakan angka probabilitas (P_value atau sign.) yang diperoleh dari perhitungan komputer kemudian dibandingkan dengan taraf nyata pengujian yang dilakukan, misalnya (α=5 persen). Jika probabilitas (sign.) lebih kecil dari taraf nyata (α=5 persen), maka keputusannya adalah menolak H 0 atau menerima hipotesis alternatif H 1. P_value atau significance yang dikeluarkan oleh software statistik tertentu dapat juga diinterpretasikan sebagai peluang (resiko) kesalahan dalam menyimpulkan H 1 (Juanda, 2009). Pengujian model dilanjutkan dengan uji asumsi Ordinary Least Squares (OLS) untuk melihat apakah model yang ada sudah menghasilkan estimator yang linier, tidak bias dengan varian yang minimum, atau model regresi sudah memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dan pengujian

10 60 ekonomi skala usaha. Data untuk analisis produksi adalah data cross section, maka uji asumsi OLS pada model fungsi produksi komoditas gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota tersebut meliputi: 1. Uji kenormalan residual (nilai galat) untuk melihat apakah galat menyebar normal (H 0 ) atau tidak menyebar normal (H 1 ). Galat atau error term adalah selisih dari nilai Y aktual (Y t ) dengan nilai Y ketika data X dimasukkan ke dalam model (Ŷ). Harapannya adalah nilai E (Ŷ) = Y, atau error kecil, yang berarti model yang ada mendekati kondisi sebenarnya. 2. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ragam atau varians dari residual model, apakah ragamnya konstan (homoskedastisitas/h 0 ) atau model memiliki ragam tidak konstan (heteroskedastisitas/h 1 ). Pengujian bisa dilakukan dengan melihat grafik atau dengan meregresikan Y = [U t ] atau residual. Harapannya adalah nilai yang didapatkan tidak signifikan atau ragam sudah memenuhi asumsi homoskedastisitas. 3. Uji multikolinieritas untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel independen dalam satu model. Salah satu indikator yang bisa digunakan untuk menilai multikolinieritas ini adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil pendugaan model. Jika nilai VIF kecil dari sepuluh (VIF < 10) berarti tidak terjadi multikolinieritas dalam model. Pengujian skala usahatani diketahui dengan menjumlahkan koefisien regresi dari variabel atau parameter elastisitasnya. Dengan mengikuti kaidah Return to Scale (RTS) diketahui jika jumlah parameter elastisitasnya > 1 maka terjadi increasing RTS, artinya proporsi penambahan faktor produksi akan

11 61 menghasilkan tambahan produksi gambir yang proporsinya lebih besar. Jika jumlah parameter elastisitasnya = 1, terjadi constant RTS artinya dalam keadaan demikian, penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi gambir yang diperoleh. Jika jumlah parameter elastisitasnya < 1, artinya terjadi decreasing RTS yang berarti proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi gambir. Perumusan hipotesisnya adalah: H 0 : α = 1 (Model sudah memenuhi constant return to scale) H 1 : α 1 (Model tidak memenuhi constant return to scale) Jika F hitung < F tabel terima H 0, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penggunaan faktor produksi berada pada tahap constant rate, artinya penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi gambir yang diperoleh. Berdasarkan hasil rangkaian pengujian di atas, setelah itu baru dilakukan pendugaan parameter model fungsi produksi gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota. Analisis fungsi produksi ini menggunakan data survei usahatani sehingga untuk data pengamatan yang bernilai nol maka cara mengatasinya adalah mengganti nilai variabel yang bernilai nol tersebut dengan bilangan yang sangat kecil sehingga diharapkan tidak berpengaruh besar terhadap hasil analisis (Soekartawi et al. 1986). Hal ini karena analisis menggunakan model Cobb-Douglas yang telah diubah menjadi bentuk double log (ln) tidak menghendaki faktor yang bernilai nol karena perhitungan tidak bisa dilakukan (ln nol tidak ada).

12 62 Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem atau proses untuk setiap unit masukan (Downey dan Erickson, 1992). Efisiensi produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input atau faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi yang sebesar-besarnya, sedangkan efisiensi alokatif akan tercapai apabila petani mampu mengupayakan Nilai Produk Marjinal (NPM) untuk suatu input (X) usahatani yang digunakan sama dengan harga input (P x ) tersebut. NPM x = P x atau NPM x /P x = 1...(11) Kriterianya adalah: (1) jika NPM x /P x = 1 artinya pada tingkat harga yang berlaku saat penelitian, penggunaan faktor produksi (input X) sudah berada pada tingkat yang optimum atau sudah efisien, (2) NPM x /P x > 1 artinya penggunaan faktor produksi masih belum efisien, untuk mencapai tingkat optimum input X perlu ditambah, dan (3) NPM x /P x < 1 artinya penggunaan faktor produksi tidak efisien atau sudah melebihi tingkat optimum, sehingga untuk mencapai efisien input X harus dikurangi (Rahim dan Retno, 2007) Analisis Pemasaran Analisis pemasaran dilakukan secara deskriptif menggunakan berbagai analisis data sederhana dengan menggunakan perhitungan, analisis tabulasi dan pendugaan secara statistik dengan metode regresi. Data berasal dari responden pedagang gambir dan hasil pengamatan selama berada di lokasi penelitian. Khusus untuk analisis keterpaduan pasar digunakan data time series yang diperoleh dari instansi terkait.

13 Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Analisis struktur pasar dan pemasaran gambir diidentifikasi dengan pendekatan observasi selama pelaksanaan survei lapangan. Observasi adalah pengumpulan data primer dengan cara pengamatan (Simamora, 2004). Untuk menganalisis struktur pasar observasi dilakukan terhadap seluruh kegiatan dan perilaku semua lembaga yang terlibat dalam rantai pemasaran gambir, bagaimana saluran pemasaran yang terjadi, sistem transaksi yang dilakukan, jumlah partisipan dan ukuran distribusinya (derajat konsentrasi), serta kondisi relatif mudah atau sulit untuk keluar masuk pasar. Metode yang dipilih untuk analisis struktur pasar adalah dengan melihat pangsa pasar dari perkembangan penjualan masing-masing pembeli (pedagang) dengan menghitung konsentrasi rasio empat pedagang terbesar (CR4) sesuai yang dikemukakan oleh Kohls dan Uhl (2002). Penghitungan nilai CR4 dilakukan pada empat pedagang gambir terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota, yang pengelompokannya didasarkan pada nilai output yang dihasilkan oleh empat pedagang terbesar tersebut. Rasio konsentrasi diperoleh dengan mengukur besarnya kontribusi output yang dihasilkan oleh empat pedagang terbesar terhadap total volume gambir atau output yang dibeli oleh pedagang selevel mereka untuk wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota. CR 4 4 i 1 S i j...(12) dimana S ij adalah pangsa pasar (market share) empat pedagang gambir yang terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Market share (MS i ) didapat dengan: S i MSi x (13) S total

14 64 dimana: S i S total = Penjualan pedagang terbesar pertama, kedua, ketiga dan keempat di Kabupaten Lima Puluh Kota (ton/tahun) = Produksi gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota (ton/tahun) Jika nilai CR4: 33 % : Competitive market structure % : Weak oligopsony market structure > 50 % : Strongly oligopsony market structure Hambatan untuk masuk ke pasar dihitung dengan menggunakan indikator Minimum Efficiency Scale (MES). Salah satu penyebab yang dapat menjadi hambatan masuk pasar adalah keberadaan perusahaan terbesar yang telah ada sebelumnya dalam sebuah industri. Hal ini dapat dilihat dari nilai MES yang diperoleh dari persentase output perusahaan terbesar terhadap total output industri. Tingginya MES dapat menjadi penghalang bagi pesaing baru untuk memasuki pasar. MES yang lebih besar dari 10 persen menggambarkan hambatan masuk yang tinggi pada suatu industri (Jaya, 2001). Penjualan Pedagang Terbesar MES...(14) Pr oduksi Gambir Kab. Lima Puluh Kota Perilaku pasar dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku partisipan di pasar, yang meliputi analisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh partisipan (pembeli) untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Analisis ini sengaja dilakukan karena variabel yang mencerminkan perilaku sifatnya kualitatif dan sulit dikuantitatifkan. Pengamatan untuk analisis perilaku dilakukan terhadap praktek pembelian dan penjualan, praktek pembentukan harga dan praktek lembaga terkait dalam menjalankan fungsi pemasaran.

15 65 Analisis keragaan atau kinerja pasar gambir menggunakan metode yang sudah baku yang meliputi analisis margin pemasaran, farmer s share, elastisitas transmisi harga dan keterpaduan pasar. Untuk menganalisis efisiensi sistem pemasaran gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota sekaligus mengidentifikasi kendala-kendala pelaku pasar yang mempengaruhi kinerja pasar gambir, hal yang harus dijelaskan sehubungan dengan analisis SCP meliputi: (1) bagaimana sistem kelembagaan pemasaran gambir, seperti apa koordinasi antarpartisipannya dan apakah perdagangan gambir dibentuk oleh banyak unit pedagang kecil yang berkompetisi ataukah didominasi oleh sedikit pedagang besar, (2) pendekatan apa yang digunakan pedagang dalam pembelian, penjualan dan penentuan harga gambir, (3) apakah ada hambatan untuk masuk pasar, apa saja faktor utama penghambat tersebut, (4) apakah ada masalah dan kendala dalam transportasi, penyimpanan, kredit keuangan dan informasi pasar, dan (5) bagaimana struktur, perilaku pasar serta kendalakendala dan permasalahan yang ada mempengaruhi kinerja pemasaran gambir. (Dessalegn et al. 1998) Margin Pemasaran Margin pemasaran atau juga biasa disebut margin tataniaga adalah perbedaan harga di tingkat petani produsen (harga beli) dengan harga ditingkat konsumen akhir (harga jual). Margin tataniaga adalah harga dari semua nilai guna (nilai tambah) dari aktivitas dan penanganan fungsi-fungsi pemasaran, termasuk jasa-jasa pemasaran dari lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam rantai pemasaran suatu produk atau komoditas. Margin tataniaga

16 66 merupakan jumlah dari biaya-biaya dan keuntungan yang didapat oleh lembaga pemasaran. Secara matematis besarnya margin tataniaga adalah: dimana: M i = Pr i Pf i...(15) M i = C i + π i...(16) M i = Margin pemasaran pada lembaga (saluran) pemasaran di tingkat (pasar) i Pr i = Harga jual gambir di pasar i Pf i = Harga beli gambir di pasar i C i π i = Biaya pemasaran di pasar i = Keuntungan pemasar (lembaga) di pasar i Dengan demikian total margin tataniaga (M) adalah: n M = i 1 M i...(17) Bagian Harga yang Diterima Petani Bagian harga konsumen yang diterima petani (farmer s share atau FS) dinyatakan dalam bentuk persentase, yang berguna untuk mengetahui porsi harga yang dinikmati petani dari harga yang berlaku di tingkat eksportir. Dihitung dengan menggunakan rumus: FS = (P f / P e ) x 100 %...(18) dimana: P f = Harga gambir di tingkat petani P e = Harga gambir di tingkat eksportir Cara lain yang bisa digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan bagian harga yang diterima petani (P f ) akibat perubahan harga di

17 67 tingkat eksportir (P e ), maka variabel tersebut dapat difungsikan terhadap perubahan harga di tingkat eksportir (P e ) yaitu: P f = a + b P e + u 2...(19) Keterpaduan Pasar Keterpaduan pasar atau tingkat integrasi suatu pasar dapat dinilai dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya yaitu: (1) elastisitas transmisi harga atau E t, dimana jika nilainya mendekati satu maka dikatakan pasar semakin bersaing atau mendekati pasar persaingan sempurna, dimana perubahan harga di tingkat pasar yang dinilai telah ditransmisikan mendekati satu atau secara sempurna/e t =1, (2) metode autoregresive distributed lag, yang dikembangkan oleh Ravallion dengan ukuran index of market connection, dan (3) menggunakan analisis korelasi. Analisis keterpaduan pasar dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Ravallion (1986) dan menggunakan analisis korelasi sebagai pembanding. Harga pasar setempat diidentifikasi sebagai harga gambir yang dihasilkan oleh petani (P f ), sedangkan harga di pasar acuan adalah harga gambir yang berlaku di tingkat eksportir (P e ), sehingga model dapat ditulis sebagai berikut: (Pf t - Pf t-1 ) = b 1 (Pf t-1 Pe t-1 ) + b 2 (Pe t Pe t-1 ) + b 3 Pe t-1 + u 4...(20) dan dapat disusun kembali menjadi persamaan: Pf t = (1+b 1 ) Pf t-1 + b 2 (Pe t Pe t-1 ) + (b 3 -b 1 ) Pe t-1 + u 4...(21) dimana: Pf t = Harga gambir di tingkat petani (waktu t) Pf t-1 = Harga gambir di tingkat petani (waktu t-1)

18 68 Pe t = Harga gambir di tingkat eksportir (waktu t) Pe t-1 u 4 = Harga gambir di tingkat eksportir (waktu t-1) = Galat Koefisien b 2 pada Persamaan (21) menunjukkan seberapa jauh perubahan harga di tingkat eksportir di transmisikan ke tingkat petani. Apabila nilai parameter dugaan b 2 bernilai 1 maka perubahan harga 1 persen pada suatu tingkat pasar, akan mengakibatkan perubahan harga di tingkat pasar yang lainnya dalam persentase yang sama. Oleh karena itu semakin dekat nilai parameter b 2 dengan 1 maka akan semakin baik keterpaduan pasar. Sedangkan koefisien (1+b 1 ) dan (b 3 -b 1 ) masing-masing mencerminkan seberapa jauh kontribusi relatif harga periode sebelumnya, baik ditingkat petani maupun eksportir, terhadap tingkat harga yang berlaku sekarang di tingkat petani. Rasio antara kedua koefisien tersebut (1+b 1 )/(b 3 -b 1 ) menunjukkan indeks hubungan pasar (Index of Market Connection atau IMC) yang menunjukkan tinggi rendahnya keterpaduan antara kedua pasar yang bersangkutan. Cara perhitungan IMC: IMC = (1 b1) (b b ) (22) Nilai IMC yang semakin mendekati nol menunjukkan adanya keterpaduan pasar jangka panjang antara harga pasar di tingkat petani dengan harga di tingkat eksportir. Konsep pengukuran satuan dalam analisis ini adalah sebagai berikut: 1. Margin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga jual gambir (Rp/kg). 2. Tingkat harga beli dihitung dari harga rata-rata pembelian gambir (Rp/kg).

19 69 3. Tingkat harga jual dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan gambir (Rp/kg). 4. Tingkat harga di petani adalah harga jual gambir yang diterima petani yang dihitung dengan menggunakan harga rata-rata tertimbang (Rp/kg). 5. Tingkat harga di konsumen akhir adalah harga gambir di tingkat eksportir (FOB). 6. Biaya pemasaran (tataniaga) adalah seluruh jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasaran gambir (Rp/kg). 7. Bentuk produk komoditas yang diperdagangkan berupa gambir yang sudah dicetak dan dikeringkan (gambir kering) Definisi Operasional Beberapa definisi yang perlu dijelaskan sehubungan dengan analisis produksi dan pemasaran gambir, adalah: 1. Petani gambir adalah petani yang membudidayakan tanaman gambir minimal 135 pohon dengan umur rata-rata minimal 1.5 tahun. 2. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang langsung membeli gambir dari petani dan menjualnya kepada pedagang besar dan volume penjualan rata-ratanya 100 kg/hari atau tidak lebih dari 1 ton per minggu. 3. Pedagang besar adalah pedagang gambir yang volume penjualan rata-rata lebih dari 1 ton per minggu dan hanya melakukan penjualan untuk pasar lokal atau untuk pasar dalam negeri saja. 4. Eksportir gambir adalah pedagang yang secara berkala (rutin) melakukan penjualan gambir ke pasar luar negeri (ekspor).

20 70 5. Biaya faktor produksi merupakan masing-masing biaya faktor produksi yang dikeluarkan selama setahun, berdasarkan pengeluaran riil yang dihitung dalam rupiah. 6. Upah tenaga kerja adalah upah yang dihitung dalam satuan rupiah per hari orang kerja (HOK). 7. Luas areal tanam gambir merupakan jumlah areal gambir yang dimiliki petani dalam ukuran hektar ( m 2 ). 8. Produk atau output gambir merupakan hasil produksi gambir kering dalam setahun yang dihitung dalam satuan kilogram Pengolahan Data Pengolahan data untuk analisis produksi dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas dan keterpaduan pasar gambir dengan model autoregresive distributed lag menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS). Data diolah dengan menggunakan program SAS 9.1.

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah atau lokasi yang terpilih merupakan salah satu sentra

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat 10330.

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi Volume 17, Nomor 2, Hal. 01-08 Januari Juni 2015 ISSN:0852-8349 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI Ardhiyan Saputra Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan Beras di Kabupaten Kudus Faktor-Faktor Permintaan Beras Harga barang itu sendiri Harga barang lain Jumlah penduduk Pendapatan penduduk Selera

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek adalah lokasi atau bisa saja produk yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Objek adalah lokasi atau bisa saja produk yang digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek adalah lokasi atau bisa saja produk yang digunakan untuk penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2012) adalah target populasi yang memiliki karakteristik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Usahatani Komoditas Gambir Penelitian usahatani gambir yang dilakukan oleh Yuhono (2004), Ermiati (2004) dan Tinambunan (2007), masing-masing memiliki metode, lokasi dan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subyek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi ini sengaja dipilih karena

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 35 III. METODE PENELITIAN A. Metode dasar penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang tertuju pada pemecahan masalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah petani garam yang memproduksi garam di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Penilitian ini menggunakan sampel sebanyak 75 petani

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi, karena dalam penelitian ini menggunakan dua variabel. Metode eksplanasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usahatani tembakau dinilai memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani tembakau

Lebih terperinci

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA Metode Kuadrat Terkecil (OLS) Persoalan penting dalam membuat garis regresi sampel adalah bagaimana kita bisa mendapatkan garis regresi yang baik yaitu sedekat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah lima Kecamatan di Kabupaten Pati Bagian Selatan. Adapun kelima Kecamatan tersebut adalah Kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 26 A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sasaran penelitian adalah para petani berstatus pemilik maupun penyewa yang mengusahakan tanaman padi semi organik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time 44 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode 2001-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan 49 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup seluruh pengertian yang digunakan untuk keperluan analisis dan menjawab tujuan yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Arikunto (2010: 161) objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Hal ini karena objek penelitian

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang upah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel 43 III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari 46 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Dari satu periode ke periode lainnya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor khususnya

Lebih terperinci