APLIKASI KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN Nama: Handoyo Margi Waluyo

dokumen-dokumen yang mirip
FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1

Pengukuran 2. Modul 1 PENDAHULUAN

1/Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS

DIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Paket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan

Kompetensi Siswa Hakikat Fisika

Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

MENGUKUR BESARAN DAN MENERAPKAN SATUANNYA

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar :

BESARAN DAN PENGUKURAN

MGMP Fisika Kabupaten Klaten Media Belajar Mandiri Siswa 1. Berbagai Macam Alat Ukur dalam Kehidupan Sehari - hari

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Angka Penting dan Notasi Ilmiah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV.

BAB I BESARAN DAN SATUAN

Pendahuluan. Angka penting dan Pengolahan data

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT)

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 5. BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN LATIHAN SOAL BAB 5

Lembar Kegiatan Siswa

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Contoh Laporan Praktikum Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

PESAWAT ATWOOD. Herayanti, Lisna, Arsyam Basri, Rafika Rahmatia PENDIDIKAN FISIKA 2014 Abstrak

1. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum Archimedes.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab:

ULANGAN TENGAH SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MATA PELAJARAN : FISIKA : LINTAS FISIKA : SENIN, 7 OKTOBER 2013 ;120 MENIT

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Pengukuran Pada Benda Padat

Mengukur Besaran dan Menerapkan Satuannya

Pilihlah a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda silang!

PENGUKURAN DAN BESARAN

P F M P IPA P A U P U I

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR UMUM HUKUM ARCHIMEDES

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MODUL 3 KALORIMETER

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si

BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN

LAPORAN PRAKTIKUM GERAK PADA BIDANG MIRING. (Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Fisika Dasar I) Dosen Pengampu : Drs.Suyoso, M.Si.

BESARAN DAN SATUAN Pengertian Besaran Jumlah. Besaran Pokok

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KD 1

BAB II PENGUKURAN DASAR

TEORI KETIDAKPASTIAN

I. PENDAHULUAN. pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Besaran dan Satuan

LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIK

MODUL 2 DATA BESARAN LISTRIK & KETIDAKPASTIAN

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Fisika

ANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I TENTANG DASAR- DASAR PRAKTIKUM

BAHAN AJAR LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PENILAIAN SIKAP. Aspek Penilaian (1) (2) (3) (4) (5) (6)

BESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik

Triyana Muliawati, S.Si., M.Si.

FISIKA. Untuk SMA dan MA Kelas X. Sri Handayani Ari Damari

HUKUM ARCHIMEDES KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu.

DASAR PENGUKURAN FISIKA

Rima Puspa Aryani : A1C311010

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran

MASSA JENIS MATERI POKOK

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

PEMBUATAN ALAT PERCOBAAN MANOMETER TERBUKA UNTUK MENENTUKAN NILAI P0 BERDASARKAN HUKUM BOYLE

Gambar mengukur menggunakan jengkal

Alat dan Bahan a. Penggaris b. Jangka sorong c. Balok besi d. Bola-bola kecil

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013

BAB I BESARAN SATUAN DAN ANGKA PENTING

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

2 Ditinjau dari caranya, kimia analitik digolongkan menjadi : Analisis klasik Analisis klasik berdasarkan pada reaksi kimia dengan stoikiometri yang t

Ketidakpastian dan Pengukuran

SILABUS. Kegiatan pembelajaran Teknik. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

I. PENDAHULUAN. suasana pembelajaran yang kurang menarik dan tidak kondusif. Hal tersebut

RBL Hidrostatik. I. Tujuan Mempelajari gejala hidrostatik dalam hal ini sifat fluida yang meyebarkan tekanan ke segala arah.

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Bahan Ajar FISIKA SEKOLAH. Besaran fisika dan pengukurannya. Oleh : Sutrisno

Sistem Pengukuran. 1. Benda-benda. di alam. fisika. besaran-besaran. didefinisikan.

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

SOAL SIAP UN SMP TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009

PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI VOLUME ZAT CAIR DENGAN METODE KOLOM BERIMBANG

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. A. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

MODUL MATA PELAJARAN IPA

ANALISIS PENGUKURAN. Gambar 1 Pengukuran dan ralat: g = (9.801 ± 0.002) m/s 2

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR

FENOMENA FISIKA DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SAINS ANAK USIA DINI

1. BESARAN 2. DIMENSI 3. ANGKA PENTING 4. NOTASI ILMIAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN PAMUJI WASKITO R

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II. VISKOSITAS CAIRAN Selasa, 08 April 2014

MAKALAH MIKROMETER SEKRUP Leave a comment

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA FISIKA MATERI GERAK MELINGKAR UNTUK SMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pentalogy BIOLOGI SMA

Pembelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam. Empat Unsur Utama IPA

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Transkripsi:

APLIKASI KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN Nama: Handoyo Margi Waluyo A. Latar Belakang dan Tujuaan Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengamatan terhadap gejala alam. Inti dari pengamatan adalah pengukuran. Dengan demikian, fisika adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada pengukuran. Kebenaran tertinggi dalam fisika adalah hasil pengamatan (eksperimen). Hal ini berarti jika ada teori yang ramalannya tidak sesuai dengan hasil pengamatan, maka teori tersebut ditolak bagaimanapun bagusnya teori tersebut. Hal ini menunjukkan betapa pengamatan dalam fisika itu sangat penting. Itulah sebabnya pengetahuan tentang cara pengukuran merupakan kebutuhan yang penting. Pada pengukuran, wajib memiliki nilai ketidakpastian. Jika tidak memiliki ketidakpastian, data tersebut diragukan bahkan tidak dipakai. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui cara menggunakan alat ukur, mampu menentukan nilai ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, serta bisa mengolah data dan menuliskannya dalam bentuk baku. B. Landasan Teori Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang diukur dengan besaran lain sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Pengukuran ada dua macam yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara langsung mengukur benda yang bersangkutan dan memperoleh hasilnya, seperti mengukur panjang dengan penggaris, massa dengan neraca, suhu dengan termometer dan sebagainya. Sedangkan, pengukuran tak langsung adalah dengan menggunakan rumus, seperti mengukur luas lingkaran, luas persegi panjang dan sebagainya. Dalam kegiatan pengukuran suatu besaran tidaklah mungkin didapatkan hasil yang sempurna. Selalu ada kesalahan, baik yang disebabkan oleh pengukur atau alat ukurnya. Dengan kata lain kita tidak mungkin memperoleh nilai benar (x 0), melainkan selalu terdapat ketidakpastian (Δx). Hasil pengukuran suatu besaran dituliskan dalam bentuk : Dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai benar (x 0) dan (Δx) adalah ketidakpastian. Pengukuran langsung tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja, NIM: H12112022 apapun alasannya. Hasil pembacaan skala yang dapat diketahui dengan pasti adalah hanya sampai kepada skala terkecilnya saja, sedangkan selebihnya adalah hanya terkaan atau taksiran saja, dan ini bersifat sangat subjektif sehingga pantas diragukan. Penulisan hasil pengukurannya adalah: x = hasil pengukuran tunggal x 0 = hasil pengukuran yang sebenarnya x = ketidakpastian = x NST Pengukuran langsung berulang adalah pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali yaitu lima atau sepuluh kali pengukuran. Penulisan hasil pengukurannya adalah: x = hasil pengukuran berulang hasil rata-rata pengukuran berulang ( ) ketidakpastian Pengukuran tak langsung tunggal, jika kita ingin "mengukur" (menghitung) besaran fisika C, dengan mengukur A dan B masing-masing satu kali ukur, melalui suatu fungsi (rumus) C = C(A,B). Dimana: A = A 0± A, ( A didapat melalui NST) B = B 0± B, ( B didapat melalui NST) Maka: C = C 0± C dihitung melalui: Co = C(A 0,B 0), dan ( ( ) ) ( ( ) Pengukuran tak langsung berulang, jika ingin melakukan "pengukuran" (penghitungan) suatu besaran fisika dengan mengukur besaran A dan B keduanya secara berulang melalui fungsi (rumus) C = C(A,B). A = A 0± A (A 0 didapat dari rata-rata, A didapat dengan standar deviasi) B = B 0± B (B 0 didapat dari rata-rata, B didapat dengan standar deviasi) Maka: C = C 0± C, dihitung melalui: Co = C(A 0,B 0), dan ( ( ) ) ( ( ) ) Selain ketidakpastian mutlak, dalam pengukuran juga dikenal ketidakpastian relative. Bila sebuah

besaran fisis dinyatakan dengan satuan, maka ketidakpastian mutlak besaran fisis itu adalah x satuan dan ketidakpastian relatif besaran fisis itu adalah. Dengan begitu banyaknya operasi matematika untuk mengolah data-data hasil pengukuran dan untuk menentukan ketidakpastian hasil pengukuran itu, maka dapat dibayangkan bagaimana rumitnya angka-angka yang harus diolah dan angka-angka yang harus dilaporkan. Untuk menghindari kesulitan membaca dan menuliskan atau melaporkan angka-angka hasil pengukuran dan hasil perhitungan, maka data hasil pengukuran dan hasil pengolahannya ditulis dengan menggunakan aturan angka penting. Angka penting adalah angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka-angka pasti dan satu angka terakhir yang diragukan. Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut ANGKA PENTING, terdiri atas angka-angka pasti dan angka-angka terakhir yang ditaksir (Angka taksiran). Hasil pengukuran dalam fisika tidak pernah eksak, selalu terjadi kesalahan pada waktu mengukurnya. Kesalahan ini dapat diperkecil dengan menggunakan alat ukur yang lebih teliti. Aturan baku penulisan angka penting: jika angka pertama pada x selain nol adalah : 1,2,3 atau 4, maka diambil dua angka penting. Jika angka pertama selain nol adalah : 5, 6, 7, 8 atau 9, maka cukup menuliskan satu angka penting. Cara membulatkan angka mengikuti aturan pembulatan. Aturan pembulatan: Jika angka awal yang akan dihilangkan kurang dari 5, maka dibulatkan ke bawah. Jika angka awal yang akan dihilangkan lebih dari 5, maka dibulatkan ke atas. Jika angka yang akan dihilangkan sama dengan 5, maka angka sebelumnya harus digenapkan jika ganjil, dan dibiarkan jika genap. C. Metodologi Pengukuran dilakukan pada hari rabu, 7 November 2012 di lab. Fisika dasar FMIPA UNTAN. Pengukuran yang di lakukan antara lain: 1. Pengukuran Langsung Tunggal Alat dan bahan yang digunakan adalah satu buah jangka sorong, satu buah balok tembaga, dan alat tulis. Untuk kegiatan pengukuran, pertama alat dan bahan disiapkan. Jangka sorong diambil dan dikalibrasikan. Kemudian balok tembaga diambil dan dihitung panjang, lebar dan tingginya dengan jangka sorong. Setelah itu, nilai panjang, lebar, dan tingginya dicatat dalam tabel. 2. Pengukuran Tak Langsung Tunggal Di dalam pengukuran tak langsung tunggal yang saya lakukan, data yang digunakan adalah data dari pengukuran langsung tunggal. Hanya saja dipengukuran tak langsung tunggal ini, yang dicari adalah volumenya. Alat dan bahan yang digunakan masih sama, yaitu satu buah jangka sorong, satu buah balok tembaga, dan alat tulis. Untuk kegiatan pengukuran, pertama alat dan bahan disiapkan. Jangka sorong diambil dan dikalibrasikan. Kemudian balok tembaga diambil dan dihitung panjang, lebar dan tingginya dengan jangka sorong. Setelah itu, nilai panjang, lebar, dan tingginya dicatat dalam tabel. 3. Pengukuran Langsung Berulang Di dalam pengukuran langsung berulang, alat dan bahan yang digunakan adalah satu buah stopwatch, satu buah kelereng, satu buah penggaris yang panjangnya 100 atau lebih, dan alat tulis. Untuk kegiatan pengukuran, pertama penggaris diambil dan diukurkan pada dinding dengan ketinggian 1,5 m sebagai ketinggian untuk kelereng yang akan dijatuhkan. Kemudian kelereng diambil dan diangkat setinggi 1,5 m. Kelereng yang telah diangkat dijatuhkan. Pada saat kelereng akan dijatuhkan, stopwatch dihidupkan dan dimatikan setelah kelereng jatuh di lantai. Waktu saat jatuhnya kelereng dihitung sebanyak 10 kali dan hasilnya dicatat dalam tabel. 4. Pengukuran Tak Langsung Berulang Pada pengukuran tak langsung berulang ini saya menghitung massa jenis benda. Alat dan bahan yang digunakan adalah satu buah neraca analitik, satu buah gelas ukur, satu buah benda, dan alat tulis. Untuk kegiatan pengukurannya, pertama alat dan bahan disiapkan. Neraca analitik diambil dan dikalibrasikan. massa benda dihitung dengan menggunakan neraca analitik dan dihitung sebanyak 10 kali. Setelah itu, gelas ukur diambil dan diisi dengan air sebanyak n mililiter. Kemudian benda tersebut dimasukkan kedalam gelas ukur dan diamati serta volumenya dihitung. Hal ini dilakukan sebanyak 10 kali. Hasilnya dicatat dalam tabel.

D. Hasil dan Pembahasan 1. Pengukuran Langsung Tunggal Balok Tembaga Panjang () Lebar () Tinggi () SU SN SU SN SU SN 4,8 0,09 1,8 0,08 1,2 0,055 4,89 1,88 1,255 Pengukuran tunggal artinya pengukuran yang (karena suatu hal) dilakukan hanya sekali. Pada pengukuran ini, alat yang digunakan adalah Jangka Sorong. Maka ketidakpastiannya ( x) adalah: ( ) 2. Pengukuran Tak Langsung Tunggal Panjang () Lebar () Tinggi () Balok Tembaga SU SN SU SN SU SN 4,8 0,09 1,8 0,08 1,2 0,055 4,89 1,88 1,255 ( )( )( ) 11,537466 ( ) ( ) ( )

3. Pengukuran Langsung Berulang Pengukuran Ke- t (s) 1 0,7 0,49 2 0,44 0,1936 3 0,89 0,7921 4 0,84 0,7056 5 0,69 0,4761 6 0,87 0,7569 7 0,63 0,3969 8 0,77 0,5929 9 0,46 0,2116 10 0,52 0,2704 6,81 4,8861 46,3761 Rata-Rata 0,681 s ( ) ( ) ( ) s 4. Pengukuran Tak Langsung Berulang Pengukuran Ke- m (gr) v (ml) 1 50,7 8 2570,49 64 2 50,9 8 2590,81 64 3 51 9 2601 81 4 50,8 8 2580,64 64 5 50,9 8 2590,81 64 6 50,8 9 2580,64 81 7 50,8 8 2580,64 64 8 50,9 8 2590,81 64 9 50,9 8 2590,81 64 10 50,9 8 2590,81 64 508,6 82 25867,46 674 258673,96 6724 Rata-Rata 50,86 8,2

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) E. Kesimpulan Pada pengukuran ini dapat disimpulkan bahwa setiap pengukuran pasti memiliki nilai ketidakpastian. Untuk pengukuran langsung nilai ketidakpastian relatifnya bisa langsung diperoleh dengan rumus. Sedangkan untuk pengukuran tak langsung bisa diperoleh dengan rumus. Pada pengukuran langsung nilainya bisa langsung dicari dengan alat ukur, sedangkan pada pengukuran tak langsung harus dengan rumus sehingga terlebih dahulu melakukan pengukuran langsung. Pustaka Djonoputro, B. Darmawan. Teori ketidakpastian. Bandung: Penerbit ITB, 1984. Giancolli, Douglas. 2001. Fisika jilid 1. Jakarta : Erlangga. Tippler, P.A.1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.