2.1. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dari pembahasan bab ini nantinya diharapkan dapat membantu sekaligus memudahkan untuk pembahasan bab-bab selanjutnya. 2.2. Pengertian Risiko Berbagai definisi dapat diberikan mengenai risiko, namun secara sederhana artinya senantiasa berkaitan dengan kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan. Ada beberapa definisi risiko yang dikemukakan oleh Vaughan (1978) sebagai berikut: Risk is the chance of loss (risiko adalah peluang terjadinya kerugian). Risiko dengan pengertian di atas, biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu peluang terhadap kerugian atau suatu kemungkinan terjadinya kerugian; Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian); Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian). Risiko didefinisikan juga sebagai kombinasi kemungkinan dari suatu peristiwa dan konsekuensi (ISO/IEC Guide 73). Setiap kegiatan pasti memiliki ketidakpastian (uncertainty) yang berpotensi untuk kejadian dan konsekuensi yang merupakan peluang untuk manfaat atau ancaman terhadap kegagalan. Pertimbangan risiko dapat dilihat dari dua perspektif dengan semakin banyak mengetahui atau memahami dua aspek dalam risiko, yaitu positif dan negatif dari risiko (AIRMIC 2002). II-1
Menurut Regan (2003) risiko diartikan sebagai suatu kemungkinan yang menimbulkan atau mengesankan kerugian atau bahaya. Definisi lain risiko adalah suatu aktivitas yang rentan akan menimbulkan dampak negatif, dengan mempertimbangkan probabilitas dan dampak dari kemunculan risiko tersebut (Stoneburner 2001). Secara umum, risiko akan bertambah jika kemungkinan atau akibatnya bertambah. Kedua-duanya harus dipertimbangkan dalam manajemen risiko (Harold 2003). Berdasarkan definisi-definisi risiko di atas dapat disimpulan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat negatif yang tak diinginkan atau tidak terduga, dengan kata lain kemungkinan itu akibat adanya ketidakpastian dimana ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko yang bersumber dari berbagai aktivitas. 2.3. Manajemen Risiko Manajemen risiko merupakan aplikasi dari manajemen umum yang berhubungan dengan berbagai aktifitas yang dapat menimbulkan risiko. Siagian dan Sekarsari (2001) dalam pandangannya mendeskripsikan bahwa manajemen risiko juga harus mengelola keseluruhan risiko-risiko organisasi. Definisi tentang manajemen risiko memang sangat beragam, akan tetapi pada dasarnya manajemen risiko bersangkutan dengan cara yang digunakan oleh sebuah perusahaan untuk mencegah ataupun menanggulangi suatu risiko yang dihadapi (Kerzner, 2004). Pelaksanaan pekerjaan konstruksi memiliki banyak risiko, khususnya terhadap aspek lingkungan yang spesial apabila dibedakan dengan proyek dengan pekerjaan berbeda. Hal yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah II-2
kompleksitas pekerjaan. Risiko menyangkut sifat dari proyek ini beserta kurangnya kontrol dari proyek akan menggiring pada kegagalan konstruksi dan bangunan yang secara langsung akan menyangkut tidak hanya pekerja, pihak kontraktor, pihak konsultan, pihak pemberi tugas, namun juga menyangkut dengan pihak ketiga sebagai pengguna jasa. Sistem manajemen risiko harus diimplementasikan secara pasti dengan keseluruhan tahapan pelaksanaan proyek dan terintegrasi dengan tujuan dari pelaksanaan proyek ini baik secara khusus dan umum. Beberapa manfaat yang diperoleh dari manajemen risiko tersebut adalah: a. Menghindarkan kemungkinan munculnya hasil-hasil yang tidak dapat diterima dan mengejutkan, pembuatan keputusan dari proses-proses manajemen yang sedang berlangsung dengan bersifat lebih terbuka. b. Sistematis dan tepat dimana prosesnya menyediakan pengertian yang lebih baik mengenai suatu masalah yang berhubungan dengan suatu aktivitas dan pelaporan yang lebih efektif dan terstruktur dalam memenuhi kebutuhan perusahaan. 2.4. Implementasi Manajemen Risiko Impelementasi manajemen risiko tidak terlepas pada proses manajemen risiko yang dilaksanakan. Hal ini merupakan proses untuk mengelola risiko yang akan ditimbulkan dari berbagai aspek-aspek sebagai berikut : a. Identifikasi dan pemetaan risiko Pada proses ini menetapkan kerangka kerja untuk implementasi secara keseluruhan, menyusun dan melakukan kedalam kategori risiko. Hal ini menjelaskan bahwa risiko diidentifikasi sejak dini, walaupun yang ditimbulkan kecil namun perlu diantisipasi untuk pengelolaan risiko. II-3
b. Melakukan pemeringkatan risiko Pada proes ini dijelaskan proses mengukur risiko dan melakukan pemeringkatan dengan cara metodologi yang dilakukan yang nantinya berguna untuk tahapan selanjutnya. c. Mitigasi Risiko atas hasil dari implementasi manajemen risiko Pada proses ini dijelaskan mengenai hasil dari implementasi risiko yang ada di lapangan, yang nantinya menjadi dasar dalam penanganan risiko tersebut (mitigasi risiko). 2.5. Sistem Manajemen K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja Dan Lingkungan) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja yang bertujuan menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem manajemen K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan) dijalankan dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. II-4
Adapun bagan Siklus Kontrol Manajemen K3L dapat dilihat pada gambar berikut ini: Identifikasi Risiko Kebijakan K3 & Lingkungan Kajian Manajemen Improvement Aspek dan Dampak Rencana Mutu Pemenuhan Undang-Undang Sasaran & Program Rencana K3L Perbaikan & Pencegahan Implementasi Audit Internal Analisa Data Pemantauan & Pengukuran Gambar 2.1 Siklus Kontrol Manajemen K3L Program K3L ini disusun untuk dapat digunakan sebagai pedoman didalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan K3L di perusahaan sebagai panduan didalam menerapkan Sistem Manajemen K3L secara keseluruhan. Diharapkan program ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh petugas proyek didalam rangka membuat langkah-langkah pengamanan atau pengurangan resiko terhadap kecelakaan kerja dan dampak lingkungan yang mungkin bisa terjadi di proyek. Sasaran utama dari penerapan Sistem Manajemen K3L di proyek adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan dampak lingkungan, dan jika mungkin tetap terjadi adalah memperkecil resiko dengan metode pengamanan dan alat pelindung diri. II-5
Sistem K3L merupakan sistem ini didalamnya termasuk macam-macam pekerjaan yang mengutamakan keselamatan pekerja dan lingkungan terutama. Adapun bagian pekerjaan pada pembangunan Flyover tersebut adalah : - Pekerjaan Struktur Bawah - Pekerjaan Struktur Atas - Pekerjaan Perkerasan Jalan - Pekerjaan Minor - Pekerjaan Mechanical & Electrical Selain itu, dalam rangka peningkatkan kinerja Sistem Manajemen Lingkungan yang mengacu pada Standard ISO 14001 : 2004 diperlukan Sistem Manajemen Lingkungan adalah sebagaimana tergambar dalam skema dibawah ini : Gambar 2.2 Siklus Sistem Manajemen Lingkungan II-6
2.6. Manajemen Risiko K3L Pengertian Sistem Manajemen K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lingkungan) secara umum merujuk pada 2 (dua) sumber, yaitu Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan pada Standar OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety Management Systems. Pengertian Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sedangkan Pengertian Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 adalah bagian dari sebuah sistem manajemen organisasi (perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan Kebijakan K3 dan mengelola resiko K3organisasi (perusahaan) tersebut. Elemen-Elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bisa beragam tergantung dari sumber dan aturan yang kita gunakan. Secara umum, Standar Sistem Manajemen Keselamatan Kerja yang sering dijadikan rujukan ialah Standar OHSAS 18001:2007, ILO-OSH:2001 dan Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam menerapkan Manajemen Risiko K3L ada beberapa tahapan / langkah yang perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar proses manajemen risiko K3L dapat berjalan II-7
dengan tepat dan sesuai. Tahapan yang perlu dilakukan dalam menerapkan manajemen risiko K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan) adalah : 1. Menentukan Konteks 2. Melakukan Identifikasi Risiko 3. Penilaian Risiko 4. Analisis Risiko 5. Mitigasi Risiko Bagan Proses Manajemen Risiko menurut AS/ NZS 4360 : 2004 dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 2.3 Proses Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004 II-8
Penentuan konteks akan menetapkan kriteria risiko yang akan diperoleh. Kriteria risiko didapat dari kombinasi kriteria tingkat kemungkinan dan keparahan. Dalam menentukan tingkat kemungkinan dapat digambarkan pada tabel berikut : Tabel 2.1. Nilai Tingkat Kemungkinan Likelihood/Probability Rating Deskripsi Frequent 5 Selalu terjadi Probable 4 Sering terjadi Occasional 3 Kadang-kadang dapat terjadi Unlikely 2 Mungkin dapat terjadi Improbable 1 Sangat jarang terjadi Untuk menentukan nilai tingkat keparahan sehingga setiap kegiatan dapat dinilai tingkatan kemungkinannya dapat digunakan tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Nilai Tingkat Keparahan Severity Rating Deskripsi Catastrophic 5 Meninggal dunia, cacat permanen/ serius, kerusakan lingkungan yang parah, kebocoran B3, kerugian finansial yang sangat besar, biaya pengobatan > 50 juta. Major 4 Hilang hari kerja, cacat permanen/ sebagian, kerusakan lingkungan yang sedang, kerugian finansial yang besar, biaya pengobatan < 50 juta. II-9
Moderate/ Serious 3 Membutuhkan perawatan medis, terganggunya pekerjaan, kerugian finansial cukup besar, perlu bantuan pihak luar, biaya pengobatan < 10 juta. Minor 2 Penanganan P3K, tidak terlalu memerlukan bantuan dari luar, biaya finansial sedang, biaya pengobatan < 1 juta Negligible 1 Tidak mengganggu proses pekerjaan, tidak ada cidera/ luka, kerugian financial kecil, biaya pengobatan < 100 ribu. Untuk mengukur skala tingkatan risiko dapat digambarkan pada tabel berikut : Tabel 2.3. Skala Tingkatan Risiko Risk Rank Deskripsi 17 25 Extreme High Risk Risiko Sangat Tinggi 10 16 High Risk Risiko Tinggi 5 9 Medium Risk Risiko Sedang 1 4 Low Risk Risiko Rendah Setelah semua tahapan kerja diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian risiko untuk menentukan besarnya tingkatan risiko yang ada. Tahapan ini dilakukan melalui proses analisa risiko dan evaluasi risiko. II-10
Analisa risiko dilakukan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan tingkat keparahan dan kemungkinan yang mungkin terjadi dengan membuat matriks risiko. Untuk membuat matriks risiko dapat digunakan tabel di bawah ini: Tabel 2.4. Matriks Risiko 2.7. Mitigasi Risiko Mitigasi risiko merupakan penanganan terhadap risiko yang dihadapi dan dapat dilakukan dengan beberapa pilihan diantaranya (Flanagan dan Norman,1993) : 1. Menahan Risiko (Risk Retention) Sikap untuk menahan risiko sangat erat keitannya dengan keuntungan yang terdapat dalam suatu risiko. Tindakan untuk menerima/menahan risiko ini karena dampak dari suatu kejadian yang merugikan masih dapat diterima (acceptable) atau konsekuensi dari risiko masih pada batas-batas yang dapat dikendalikan. 2. Mengurangi Risiko (Risk Reduction) Mengurangi risiko dilakukan dengan melakukan usaha-usaha atau tindakan untuk mengurangi konsekuensi dari risiko yang diperkirakan terjadi, walaupun masih ada II-11
kemungkinan risiko tidak sepenuhnya bisa dikurangi, tetapi masih pada tingkat konsekuensi yang dapat diterima. Dengan melakukan tindakan ini kadang-kadang masuk ada risiko sisa (residual risk) yang perlu dilakukan penilaian (assessment). 3. Memindahkan Risiko (Risk Transfer) Mengurangi risiko dengan cara memindahkan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain yang mempunyai kemampuan untuk memikul atau mengendalikan risiko yang diperkirakan akan terjadi. Sikap pemindahan risiko dilakukan dengan cara mengasuransikan risiko yang dilakukan dengan memberikan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain. 4. Menghindari Risiko (Risk Avoidance) Sikap menghindari risiko adalah cara menghindari kerugian dengan cara menghindari aktivitas yang tingkat kerugiannya tinggi. Menghindari risiko dapat dilakukan dengan melakukan penolakan. Salah satu contoh menghindari risiko pada proyek konstruksi adalah dengan memutuskan hubungan kontrak (breach of contract). II-12