Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko)
|
|
- Hendra Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3
4 Tabel 4.6 Risiko Manajemen Alat Produksi Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko) 2. Risiko Pengembangan Infrastruktur Risiko ini muncul apabila adanya gangguan terhadap supply untuk pengembangan infrastruktur. Gangguan ini dapat muncul dari internal (proses produksi) atau dari eksternal (klien, Pemasok Alpro dan lain-lain) kegagalan ini menyebabkan tertundanya pengembangan infrastruktur dan merusak perencanaan strategi operasi. Selain risiko supply, sub risiko lain mencakup risiko performance, hal ini dikarenankan alat produksi yang sudah usang, obsolete, rusak dan lainlainnya yang mengakibatkan fokus pengembangan infrastruktur terhenti karena konsentrasi digunakan untuk memperbaiki Alpro yang bermasalah. Tabel 4.7 Risiko Pengembangan Infrastruktur Risiko Kode Frequency Severity Terganggunya kebutuhan supply B Often AA Menurunnya peforma alat produksi C Often AA 3. Risiko Provisioning Risiko pada bagian ini terbagi menjadi dua, pertama adalah keterlambatan provisioning yang berarti keterlambatan proses pengantaran supply. Hal ini muncul karena berbagai faktor mulai dari teknis seperti kualifikasi barang yang salah, atau faktor non-teknis seperti kecelakaan, bencana alam. Sehingga pemenuhan order tidak sesuai dan bisa menghambat proses produksi secara keseluruhan Yang pada akhirnya menyebabkan keterlambatan pada respond time dan delivery time. Risiko kedua adalah risiko kesalahan koneksi yang mengakibatkan Ketiadaan alat produksi. Keterlambatan penerbitan dokumen provisioning Tabel 4.8 Risiko Provisioning 63
5 Risiko Kode Frequency Severity Keterlambatan proses provisioning D Probable A Kesalahan koneksi E Probable AA 4. Risiko Fault Handling Risiko ini terjadi akibat ketidakmampuan tools Fault handling menanggapi gangguan terhadap infrastruktur yang mengakibatkan gangguan terhadap layanan. Tabel 4.9 Risiko Fault Handling Risiko Kode Frequency Severity Terputus layanan F Daily B 5. Risiko Pengelolaan Trafik Risiko ini muncul karena adanya kesalahan routing dan kegagalan panggil yang muncul karena kesalahan teknis alat produksi. Risiko ini mengakibatkan kegagalan hubungan telekomunikasi yang pada akhirnya akan mengurangi revenue perusahaan. Tabel 4.10 Risiko Pengelolaan Trafik Risiko Kode Frequency Severity Kesalahan routing G Probable AAA Kegagalan panggil H Probable AAA 6. Risiko Pengelolaan Satelit Risiko ini mencakup pemeliharaan, pengendalian komunikasi, dan pengendalian satelit. Risiko yang mungkin timbul adalah risiko gangguan network satelit yang disebabkan oleh adanya gangguan teknis dan gangguan teknis. Risiko ini berdampak besar tapi tidak langsung terhadap revenue perusahaan Tabel 4.11 Risiko Pengelolaan Satelit Risiko Kode Frequency Severity Gangguan network satelit I Daily AA 64
6 7. Risiko Standarisasi dan Tingkat Performansi Sistem Perangkat Risiko ini terjadi karena gangguan perangkat yang mengakibatakan tingkat performansi alat produksi menurun. Sedangkan risiko kedua availability yang tidak tercapai dikarenakan gangguan terhadap perangkat. Standarisasi dan tingkat performansi sistem perangkat bertujuan untuk menjamin tingakt kehandalan, keefisienan, serta keefektifan dari layanan yang diberikan oleh perusahaan. Tabel 4.12 Risiko Standarisasi dan Tingkat Performansi Sistem Perangkat Risiko Kode Frequency Severity Gangguan perangkat J Often B Availability tidak tercapai K Often B 8. Risiko Pengelolaan Data Billing Risiko ini muncul karena adanya data biling yang tidak valid sehingga mengakibatkan keterlambatan keterlambatan proses billing. Ketidakvalidan pada proses biling diakibatkan dua faktor, yaitu: Collect data record (CDR) cacat / Tidak dapat dibaca. biasanya disebabkan perubahan parameter sentral yang tidak sesuai atau belum di update. Transfer CDR yang gagal diakibatkan kerusakan data di dalam networking CDR. Tabel 4.13 Risiko Pengelolaan Data Billing Risiko Kode Frequency Severity CDR cacat / tidak dapat dibaca L Probable B Transfer CDR gagal M Probable B 9. Risiko Analisis Gangguan Risiko ini terjadi akibat : Data yang tidak akurat, hal ini terjadi karena pengambilan, pemprosesan dan analisis data yang tidak akurat. 65
7 Proses tidak sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures) Hal ini disebabkan karena SOP yang belum baku, sosialisasi SOP yang tidak memadai serta kontrol atas SOP yang lemah. Kompetensi SDM, hal ini terjadi karena ketidakmampuan pegawai untuk menangani permasalahan pekerjaan. Kompetensi SDM juga berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dan kegiatan operasional perusahaan. Tabel 4.14 Risiko Analisis Gangguan Risiko Kode Frequency Severity Data tidak akurat N Probable B Proses tidak sesuai SOP O Often A Kompetensi SDM P Often A 10. Risiko Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi Risiko ini timbul karena adanya pengelolaan alat produksi yang tidak efisien dan optimal sehingga menimbulkan tidak tercapainya target produksi serta biaya perbaikan terhadap alat produksi. Tabel 4.15 Risiko Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi Risiko Kode Frequency Severity Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi Q Probable A Setelah melalui proses diatas, hasil data Telkom menunjukkan terdapat 17 macam risiko operasi yang terdiri dari 3 risiko dengan kategori very high, 7 risiko dengan kategori risiko high, 4 risiko dengan kategori medium dan 3 risiko dengan kategori low. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel berikut ini: 66
8
9
10
11
12 4.4.1 Definisi Matriks Risiko Ada dua pilar utama dalam pendefinisian matriks risiko yaitu kuantifikasi risiko dan kualifikasi risiko. Kuantifikasi risiko terkait dengan dampak kerugian secara finansial sedangkan kualifikasi risiko lebih kepada probabilitas risiko tersebut muncul. Terlepas dari perbedaan tersebut kedua faktor tersebut dapat dibuat profil risikonya. Dimana setiap faktor mempunyai mapping risiko tersendiri yang berbeda. Pada mapping kuantifikasi, hasil pengukuran risiko sudah menunjukkan variabel data yang dapat dimasukkan langsung kedalam mapping. Karena pada perhitungan kuantifikasi, data sudah berupa nilai kerugian yang ditunjukkan oleh sebuah risiko. Tetapi perlu scalling kualifikasi untuk menentukan tingkat dampak finansialnya sebagai berikut: Gambar 4.27 Contoh scalling Kualifikasi Apabila angka kerugian telah dapat dikategorikan menjadi low, medium, high atau very high, nilai tersebut dimasukkan kedalam mapping kuantifikasi dengan memperhatikan frekuensi terjadinya risiko. Sehingga terlihat dalam mapping kuantifikasi: 71
13
14
15
16
17
18 4.5 Manajemen Risiko Pengendalian Risiko Tahapan selanjutnya adalah pengendalian risiko, dimana pada tahapan ini risiko-risiko yang telah diidentifikasi dan diukur akan ditangani untuk mengurangi dampak dan frekuensi risiko. Penanganan risiko dapat dibagi menjadi lima metode yaitu: 1. Menerima risiko Tindakan menerima risiko dilakukan apabila kategorisasi risiko berada pada level low (pada tabel 4.19 mempunyai bobot 1). Pendekatan ini diterapkan karena reiko tersebut tidak terlalu berpengaruh pada kinerja perusahaan dan biaya untuk menanggulangi risiko lebih besar daripada risiko itu sendiri. 2. Menghindari risiko Menghindari risiko adalah tindakan untuk menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan kegiatan yang mengandung risiko walupun hanya untuk sementara. Pendekatan ini juga melakukan penyerahan kembali risiko yang terlanjur diterima atau segera menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung risiko. Tindakan ini dilakukan untuk risiko dengan kategorisasi risiko sangat tinggi (contoh pada matriks 3D ada pada sumbu-sumbu yang mempunyai kategorisasi bobot 4, lihat pada tabel 4.19). kategorisasi sangat tinggi ini berdampak sangat tinggi dan penanganannya membutuhkan biaya yang sangat tinggi. 3. Mengurangi risiko Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi dampak dan frekuensi dari risiko itu sendiri. Pendekatan ini dijalankan dengan merendahkan probabilitas terjadinya kerugian dan/atau mengurangi keparahannya jika kerugian itu memang terjadi. Cara cara yang dipergunakan adalah: Metode pencegahan dan pengurangan kerugian Metode ini berguna untuk mengurangi keparahan potensial dari kerugian dan mengurangi atau menghilangkan kemungkinan terjadinya kerugian. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan Minimalization Program atau Salvage Program. Metode pengendalian menurut sebab terjadinya Metode ini memakai dua pendekatan antara lain, pendekatan teknis yang menekankan pada sebab-sebab teknik mekanikal, seperti perbaikan kabel 77
19
20 4.5.2 Penanganan Risiko Penanganan risiko merupakan tahapan lanjutan dari tabel Tahapan ini mencakup analisis deskripsi risiko, dampak risiko (secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 5), mitigasi risiko (Risk Treatment) serta langkah langkah pencegahan timbulnya risiko dan monitoring risiko. 1. Risiko Manajemen Alat Produksi (dampak High) Risiko ini terjadi karena kapasitas penggunaan Alpro tidak digunakan secara optimal sehingga menimbulkan dampak data pemasaran tidak akurat dan target revenue tidak terpenuhi, mitigasi risiko adalah dengan cara validasi data Manajemen Alat Produksi dan mengupdate alat produksi. Pencegahan secara dini adalah memastikan Alat Produksi secara memastikan keakurasian data.. 2. Risiko Pengembangan Infrastruktur (dampak High) Risiko yang muncul adalah gangguan terhadap supply untuk pengembangan infrastruktur. Gangguan ini mengakibatkan demand tidak terpenuhi. Mitigasi risiko adalah dengan cara penggantian perangkat secara bertahap dan menerapkan kebijakan supply kepada supplier yang kompeten. Sedangkan risiko performance disebabkan oleh efisiensi alat produksi yang menurun. Dampaknya adalah ketidakmampuan memenuhi target produksi yang sudah ditetapkan. Mitigasi risiko adalah dengan cara menyusun dokumen perencanaan yang lebih baik. 3. Risiko Provisioning (dampak Medium) Risiko pada keterlambatan provisioning berarti keterlambatan proses pengantaran supply, sehingga berdampak pada pemenuhan order tidak sesuai. Mitigasi Risiko adalah konsolidasi koordinasi serta mengaplikasikan online provisioning atau pengalihan proses pengantaran supply kepada pihak ketiga. Risiko kedua adalah risiko kesalahan koneksi yang mengakibatkan respond time dan delivery time terlambat. Mitigasi risiko adalah dengan meningkatkan kualitas networking dan implementasi online provisioning yang terintegrasi. 79
21 4. Risiko Fault Handling (dampak Very High) Risiko ini terjadi akibat ketidakmampuan tools Fault Handling menanggapi gangguan terhadap infrastruktur sehingga mengakibatkan terputusnya layanan. Dampaknya sangat tinggi karena mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan antara lain disebabkan kurangnya tools fault handling. Mitigasinya adalah implementasi fault handling yang terintegrasi dan peningkatan intensitas preventive maintenance sesuai ISO 5. Risiko Pengelolaan Trafik (dampak Medium) Risiko ini muncul karena adanya kesalahan routing dan kegagalan panggil sehingga berdampak kepada Loss Revenue. Mitigasi risiko yang dilakukan adalah dengan melakukan pengecekan secara rutin Central Database 6. Risiko Pengelolaan Satelit (dampak Very High) Risiko terhadap pengelolaan Satelit (pemeliharaan, pengendalian komunikasi dan pengendalian satelit) adalah gangguan network satelit yang mengakibatkan loss revenue perusahaan. Mitigasi dari risiko ini adalah penyediaan cadangan alat produksi satelit dan kontingensi transponder 7. Risiko Standarisasi dan Tingkat Performansi Sistem Perangkat (dampak Very High) Risiko ini terjadi karena gangguan perangkat yang mengakibatkan tingkat performansi alat produksi menurun serta availability yang tidak tercapai dikarenakan gangguan terhadap perangkat. Hal ini diakibatkan perangkat sebagian sudah obsolete dan dukungan teknis dari rekanan terkait kurang memadai sehingga berdampak pada loss revenue. Mitigasi risiko adalah implementasi aplikasi pengendalian performansi yang terintegrasi 8. Risiko Pengelolaan Data Billing (dampak High) Risiko ini muncul karena adanya CDR cacat / tidak dapat dibaca dan transfer CDR gagal sehingga berdampak pada data billing tidak valid dan keterlambatan proses billing. Agar data biling telah tercatat dengan baik dan proses transfering berjalan lancar perlu dilakukan mitigasi risiko dengan cara memback up data secara otomatis dan terjadwal serta monitoring data secara real time 80
22 9. Risiko Analisis Gangguan (dampak High) Risiko ini mencakup data yang tidak akurat, proses tidak sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures), kompetensi SDM sehingga berdampak pada Loss Revenue dan pengambilan keputusan strategis tidak tepat. Mitigasi risikonya adalah pelaksanaan kegiatan operasional sesuai sesuai SOP (Standard Operating Procedures). 10. Risiko Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi (dampak Medium) Risiko ini timbul karena adanya pengelolaan alat produksi yang tidak efisien dan optimal sehingga berdampak pada target yang tidak tercapai dan Loss Revenue. Mitigasi risikonya adalah dengan evaluasi pemeliharaan Alat produksi, evaluasi kelengkapan tool dan Bispro ISO, SOP, pemeliharaan kompetensi SDM dan apabila memungkinkan melakukan pengalihan kepada pihak ketiga (Outsourcing) Monitoring Risiko Monitoring risiko adalah tahapan untuk mengetahui keefektifan penanganan risiko itu sendiri. Secara umum tahapan ini menganilisis performansi dari kegiatan pengendalian risiko berdasar kepada KRI (Key Risk Indicator). Variabel variabel dari hasil KRI kemudian diolah untuk dikembalikan kepada tahapan pengendalian dan penanganan risiko. Untuk penjelasan umum tentang KRI dapat dilihat pada lampiran 6 Variabel-variabel hasil data KRI (Key Risk Indicator) dapat diterapkan pada dua cara monitoring, yaitu sebagai berikut: 1. Pengunaan Target Metode ini adalah menggunakan target yang telah ditetapkan pada saat pengendalian risiko. Target tersebut adalah patokan keberhasilan. Kinerja pengendalian dianggap baik bila hasil mencapai atau lebih baik dari target. Kalaupun ada toleransi, penyimpangan dibawah 5% masih bisa dikategorikan dalam kriteria baik. Misalkan target pemenuhan kebutuhan supply sebesar unit. Pencapaian sebesar unit atau lebih masuk dalam kategori baik. 81
23 2. Penggunaan Perbandingan Kinerja operasi perusahaan dianggap baik apabila hasilnya lebih baik dari rata-rata kinerja perusahaan lain. Benchmarking ini dilakukan terhadap perusahaan sejenis yang bergerak di industri yang sama (Contoh; Telekom Malaysia, Singtel Singapore, AT&T Amerika dan lain-lain). Misalnya perusahaan menetapkan target pengurangan kegagalan panggil sebesar 25%. Sekalipun hasilnya hanya 17%, kinerja tersebut dapat dikategorikan baik bila rata-rata pengurangan kegagalan panggil perusahaan sejenis dibawah 17% 82
4 BAB IV PEMECAHAN MASALAH
4 BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian proyek akhir ini disusun untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian yang berisi tahapan-tahapan kegiatan yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data didapatkan kesimpulan bahwa risiko-risiko operasional Telkom terdiri dari 17 risiko yang terdiri dari 4 risiko dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN KUISIONER PENILAIAN KEJADIAN RISIKO (RISK EVENT) DATA RESPONDEN Nama : Umur : Jenis Kelamin : Bagian : PETUNJUK PENILAIAN Melalui kuesioner akan diketahui kemungkinan dampak yang akan terjadi
Lebih terperinciKAJIAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI MENGGUNAKAN MATRIKS RISIKO BERDASARKAN PENDEKATAN AMA (ADVANCED MEASUREMENT APPROACHES)
KAJIAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI MENGGUNAKAN MATRIKS RISIKO BERDASARKAN PENDEKATAN AMA (ADVANCED MEASUREMENT APPROACHES) (Studi Kasus: PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Divisi InfraTEL) PROYEK AKHIR Oleh
Lebih terperinciGambar V.1.Tindak lanjut arsitektur informasi rantai pasok BBM
BAB V TINDAK LANJUT UNTUK ARSITEKTUR INFORMASI Tindak lanjut untuk arsitektur informasi BBM memberikan langkah berikutnya setelah dihasilkan rancangan arsitektur informasi rantai pasok BBM. Tindak lanjut
Lebih terperinciSTIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Operasional
Pengelolaan Risiko Operasional Manajemen Risiko, Sesi 9 Latar Belakang Bank-bank menempatkan perhatian terhadap risiko operasional sama pentingnya dengan risiko-risiko lainnya. Risiko operasional dapat
Lebih terperinciKAJIAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI DIVISI INFRATEL, PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK
KAJIAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI DIVISI INFRATEL, PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK PROYEK AKHIR Oleh : Yudi Nurpujiari NIM 29105103 PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI BISNIS SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN INSTITUT
Lebih terperinciManajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS)
Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) 1. Identifikasi Resiko Karakteristik Resiko Uncertainty : tidak ada resiko yang 100% pasti muncul, sehingga tetap harus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL
BAB II TINJAUAN PUTAKA. RIIKO DALAM PROYEK KONTRUKI MERUPAKAN PROBABILITA KEJADIAN YANG MUNCUL 5 BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan ini berisi ide yang mendasari perancangan Replikator Database dengan Algoritma ORDER (On-demand Real-Time Decentralized Replication) yang meliputi
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN
Yth. 1. Direksi Bank; 2. Direksi Perusahaan Asuransi dan Reasuransi; 3. Direksi Perusahaan Efek; dan 4. Direksi Perusahaan Pembiayaan; di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015
Lebih terperinciBAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI
BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI Berdasarkan usulan solusi yang ditawarkan, yaitu collaborative forecast, maka akan direkomendasikan rencana implementasinya berupa penjabaran langkah-langkah penerapan
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. 1.1 Jadwal Kerja Praktek. Pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan di PT. Telekomunikasi, Tbk
22 BAB III PEMBAHASAN 1.1 Jadwal Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan di PT. Telekomunikasi, Tbk (TELKOM) Indonesia, di Jl. Japati No. 1 Lantai 2 Bandung.. Adapun pelaksanaa kerja praktek
Lebih terperinciBAB VI. Kesimpulan dan Saran. yang dapat ditarik berdasarkan tujuan penelitian bahwa:
BAB VI Kesimpulan dan Saran 6.1Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis data dalam penelitian maka kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan tujuan penelitian bahwa: 1. Evaluasi efektifitas pemanfaatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dari pembahasan bab ini nantinya diharapkan dapat
Lebih terperinciMANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)
MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Dari topik yang akan penulis ambil untuk penelitian ini, penulis mencari beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan untuk dijadikan referensi. Diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online (SIKNAS Online) agar komunikasi data antara pusat dan daerah menjadi
Lebih terperinciLAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN
LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN MITIGASI RISIKO
68 BAB V ANALISA DAN MITIGASI RISIKO 5.1 Identifikasi Risiko Identifikasi Risiko menjelaskan apa saja risiko yang akan dialami oleh BBLK Surabaya umtuk mewujudkan suatu sasaran strategis dalam kurun waktu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Terminologi Proyek (Soeharto, 1999) mendefinisikan kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi
Lebih terperinciQ # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya
Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?
Lebih terperinciBAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.
BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan
Lebih terperinciKebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.1/M-MBU/2011 tanggal 1 November 2011, manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance. Pengelolaan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD
BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan model House of Risk (HOR) yang merupakan integrasi dari metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA). Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL
BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis penerapan sistem pengukuran kinerja menggunakan Metode Prism dan pengembangan model pengukuran kinerja tersebut pada unit
Lebih terperinciSOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM
SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM Pendahuluan Tahun 2017 ini merupakan Tahun pertama pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu
Lebih terperinciPENGAMBILAN RESIKO. Kode Mata Kuliah : OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng.
PENGAMBILAN RESIKO Kode Mata Kuliah : 0040520 Bobot : 2 SKS OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng. PENDAHULUAN Konsep resiko selalu dikaitkan dengan adanya ketidakpastian pada
Lebih terperinciBAB IV RANCANGAN MODEL
BAB IV RANCANGAN MODEL IV.1. Rancangan Model Audit Sistem Informasi Rancangan model ini dibuat berdasarkan pada pedoman manajemen yang mencakup model maturity,, dan seperti gambar II..11. produk keluarga
Lebih terperinciPROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO. No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01
PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP) No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01 Jabatan/ Nama Tanda Tangan Tanggal Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh Catatan REVISI No. Halaman Bagian / Sub Bagian Yang Direvisi
Lebih terperinciTrafik Telekomunikasi
Trafik Telekomunikasi by webmaster - Sunday, December 06, 2015 http://umarrokhimin.student.akademitelkom.ac.id/index.php/2015/12/06/trafik-telekomunikasi/ PENGUKURAN TRAFIK PADA TELEKOMUNIKASI Pengukuran
Lebih terperinciBSM Sebagai Service Monitoring di Telco
BSM Sebagai Service Monitoring di Telco (Riswan- Februari 2010) Pendekatan Bottom UP Secara konvensional, process monitoring infrastruktur IT dilakukan dengan menggunakan pendekatan bottom up, dimana process
Lebih terperinciPENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (
PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (3107.203.002) 1. Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bersifat inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya (Muslich, 2007).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko secara umum didefinisikan sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa baik yang diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan dan dapat menimbulkan dampak
Lebih terperinciMetode Training Sentral-Sistem
Metode Training Sentral-Sistem TIDAK MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO 9001 TAPI MENJELASKAN KONSEP/MAKSUD DARI TIAP PERSYARATAN ISO 9001 DAN MEMBERIKAN CONTOH PENERAPAN YANG BAIK ISO 9001 based Pasal
Lebih terperinciDaftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment
Manajemen Risiko Daftar Isi Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Latar Belakang Manajemen Risiko Tata Kelola Perusahaan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Faktor Penanggulangan Bencana Menurut Pettit dan Baresford (2009) terdapat factor utama dalam penanggulangan bencana yaitu: 1. Strategic planning o Ukuran (besarnya)
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Kerja Praktek dimulai pada tanggal 5 Juli hingga 31 Juli 2010.
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jadwal Kerja Praktek Kerja Praktek dilaksanakan PT. TELKOM Jalan Japati No.1 Bandung, diajukan pada bulan Juni 2010 kemudian disetujui pada tanggal 1 Juli 2010 dan Kerja Praktek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara sederhana, analisis resiko atau risk analysis dapat diartikan sebagai sebuah prosedur untuk mengenali satu ancaman dan kerentanan, kemudian menganalisanya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kejadian yang saling bergantung dan mempengaruhi suatu sama lain itulah akan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah bentuk koordinasi yang kompleks dan juga berbagai aktivitas dan kejadian yang saling bergantung dan mempengaruhi suatu sama lain itulah akan muncul
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Risiko dan Manajemen Risiko Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko dapat dikategorikan kedalam risiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat, salah satunya adalah sayur-sayuran yang cukup banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura (buah dan sayuran) yang beraneka ragam. Iklim tropis menjadi kemudahan dalam menanam
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT
BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi distribusi pada PT Prima Cipta Instrument merupakan suatu proses evaluasi
Lebih terperinciAPPENDIX A. Sumber dan Tujuan. Data. Arus Data. Proses Transformasi. Penyimpanan Data
L 1 APPENDIX A Berikut ini adalah contoh simbol-simbol standar yang digunakan dalam diagram alir data yaitu : Simbol Nama Penjelasan Sumber dan Tujuan Data Orang dan organisasi yang mengirim data ke dan
Lebih terperinciMATRIK PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI HIDROLOGI, HIDROMETEOROLOGI DAN HIDROGEOLOGI BERDASARKAN PERGUB NOMOR 60 TAHUN 2014 PERIODE
MATRIK PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI HIDROLOGI, HIDROMETEOROLOGI DAN HIDROGEOLOGI BERDASARKAN PERGUB NOMOR 60 TAHUN 2014 PERIODE 2016-2020 A. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN 1. Peningkatan Koordinasi dan Kerjasama
Lebih terperinciBAB III ANALISIS METODOLOGI
BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur
Lebih terperinciTUGAS MANAJEMEN JARINGAN
TUGAS MANAJEMEN JARINGAN Nama : Nur Rahma Dela NIM : 09011181320008 JURUSAN SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA Analisis Jaringan A. FCAPS Manajemen jaringan mengacu pada pelaksanaan(operation),
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis Herfindahl-Hirschman Index (HHI), analisis faktor ekternal
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis Herfindahl-Hirschman Index (HHI), analisis faktor ekternal dan internal, dan analisis VRIO maka dapat disimpulkan bahwa ada 2 strategi Kirana
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini membahas tentang identifikasi kendali dan memperkirakan resiko, mengumpulkan bukti, mengevaluasi temuan, sampai dengan membuat rekomendasi audit pengembangan teknologi
Lebih terperinciImpelemetasi Manajemen Risiko di Departemen Tambang PT Semen Padang
Petunjuk Sitasi: Henmaidi, & Zamer, A. (2017). Impelemetasi Manajemen Risiko di Departemen Tambang PT. Semen Padang. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C137-142). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai
Lebih terperinciSTANDAR SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM
UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM STANDAR SISTEM INFORMASI Kode/No. : STD/SPMI-UIB/04.05 Tanggal : 1 September Revisi : 2 Halaman : 1 dari 6 STANDAR SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM Proses
Lebih terperinci- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM
- 1 - Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM Sehubungan dengan berlakunya Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
Lebih terperinciPenetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko
- 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses
Lebih terperinciPengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.
Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :
PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN... i LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... ii ABSTRAK... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu
73 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Risiko Teknologi Informasi PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu pengerjaan proyek-proyek teknologi informasi dari perusahaan lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mitigasi risiko operasional menjadi isu sentral dalam peningkatan skala
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mitigasi risiko operasional menjadi isu sentral dalam peningkatan skala operasional perusahaan yang akan melakukan ekspansi bisnis, terutama yang bergerak dalam suatu
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Kerja praktek dilaksanakan mulai tanggal 06 juli 2009 sampai dengan 31 agustus 2009. Selama melaksanakan kerja praktek, penulis ditempatkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
Lebih terperinciImplementasi Integrasi Data Antar Sistem Informasi Untuk Mendukung Decission Support System
Implementasi Integrasi Data Antar Sistem Informasi Untuk Mendukung Decission Support System Mugi Sugiarto, Pelita Fajarhati Unit Sumber Daya Informasi Institut Teknologi Bandung mugi_s@pusat.itb.ac.id
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciBAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN
BAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN 4.1. VISI DAN MISI Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, yang mencerminkan harapan yang ingin dicapai dilandasi oleh
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 25 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami hal yang sama, persaingan-persaingan antar perusahaan sudah beralih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan dewasa ini globalisasi telah masuk ke semua aspek kehidupan, sehingga persaingan pun semakin ketat dan tajam. Dalam dunia usaha juga mengalami hal yang
Lebih terperinciBAB 4 Pembahasan 4.1 Context
BAB 4 Pembahasan 4.1 Context Penggunaan Teknologi Informasi pada saat ini memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan dalam membantu proses bisnis terutama dalam menghasilkan informasi yang bermanfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Semakin berkembangnya era teknologi telekomunikasi, kecepatan dan quality of service (QoS) menjadi faktor yang penting. Suatu masalah mungkin saja menyebabkan kesalahan
Lebih terperinciLAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN
LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN
Lebih terperinciFungsi Internal Quality Audit yang baik! Bukan sekedar Memastikan sistem dijalankan sesuai aturan (prosedur/ persyaratan ISO 9001)
Fungsi Internal Quality Audit yang baik! Bukan sekedar Memastikan sistem dijalankan sesuai aturan (prosedur/ persyaratan ISO 9001) Tetapi dapat membantu melihat kelemahan dari sistem manajemen mutu 1 Perbandingan
Lebih terperinciCommon Channel Signalling
Common Channel Signalling STRUKTUR NETWORK SS7 SIGNALLING POINT (SP). Adalah semua titik dalam network yang mampu menangani control SS7 (Signalling System No.7). SP dibedakan menjadi : SEP (Signalling
Lebih terperinciAktivitas Produksi. Hasil Produksi per Group. Hasil Produksi per Karyawan
Aktivitas Produksi Hasil Produksi per Group Hasil Produksi per Karyawan Ranking Produksi dalam 1 unit kerja Ranking Produksi Keahlian Karyawan Kinerja Karyawan Pendapatan Karyawan Skill Database Validasi
Lebih terperinciEnterprise Resource Planning
MODUL PERKULIAHAN Enterprise Resource Planning Supply Chain Management and Customer Relationship Management Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Sistem Informasi Sistem Informasi 04 MK18046
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Dan Liris merupakan industri yang bergerak di bidang textile yang memproduksi benang, kain dan juga pakaian jadi. Pada bagian textile khususnya divisi Weaving
Lebih terperinciBAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN IMPLEMENTASI PANDUAN TATA KELOLA
BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN IMPLEMENTASI PANDUAN TATA KELOLA Bab ini berisi penjelasan mengenai skema dan struktur penulisan panduan tata kelola yang berupa SOP/Standard Operating Procedure. Bab
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Standard Operating Procedure (SOP) 2.1.1 Pengertian SOP Setiap organisasi perusahaan memiliki pola dan mekanisme tersendiri dalam menjalankan kegiatannya, pola dan mekanisme itu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS RISIKO KUALITAS JARINGAN FWA PT. INDOSAT
BAB IV ANALISIS RISIKO KUALITAS JARINGAN FWA PT. INDOSAT 4.1 Analisis Aspek Kualitas Jaringan FWA PT. Indosat Dalam rangka menjaga mutu dan kualitas jaringan telekomunikasi serta meningkatkan performa
Lebih terperinciAnalisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya
1 Analisis Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya Shelly Atma Devinta, I Putu Artama Wiguna, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciTesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)
PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Nama mahasiswa : Henny Wunas NRP : 9106 201 408 Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciManajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2015
Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2015 Strategi Kompetitif-Strategi Supply Chain Strategi Kompetitif : strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen melalui barang dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang bisa ditarik dari studi kasus ini adalah : 1. Pada gambar Trend & Performance pada tahun 2010, terlihat bahwa jumlah unit mulai naik cukup
Lebih terperinciMODEL PENILAIAN RISIKO ASET TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN ISO DAN ISO/IEC STUDI KASUS : POLITEKNIK POS INDONESIA (POLTEKPOS)
MODEL PENILAIAN RISIKO ASET TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN ISO 31000 DAN ISO/IEC 27001. STUDI KASUS : POLITEKNIK POS INDONESIA (POLTEKPOS) Roni Habibi 1), Indra Firmansyah 2) 1) Teknik Informatika Politeknik
Lebih terperinciPENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan Gedung Jamsostek Jl. Jend. Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan 12930 T (021) 520 7797 F (021) 520 2310 www.bpjsketenagakerjaan.go.id
Lebih terperinciBAB III PERUMUSAN MASALAH
BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Latar Belakang Permasalahan Lingkup bisnis PT Pantja Motor, pada Gambar 3.1, baik untuk jumlah unit untuk memenuhi permintaan dan jumlah pemesanan komponen menerapkan pull
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan
Lebih terperinci2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran
VI. KEGIATAN K3 LISTRIK DALAM PENERAPAN SMK3 Penetapan Kebijakan K3: - Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik - Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini, kecepatan dan ketepatan dalam melakukan sesuatu hal yang berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa teknologi informasi kini menjadi suatu hal penting yang digunakan oleh hampir semua organisasi. Dalam era globalisasi saat ini, kecepatan
Lebih terperinciADDENDUM PERJANJIAN PEMBUKAAN REKENING EFEK REGULER PT BCA SEKURITAS ( BCAS )
ADDENDUM PERJANJIAN PEMBUKAAN REKENING EFEK REGULER PT BCA SEKURITAS ( BCAS ) Sebelum menandatangani Addendum ini, pilihlah opsi di bawah ini : o Saya ingin dapat bertransaksi melalui Dealer dan Online
Lebih terperinciPermasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.
PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah
Lebih terperinciRANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN
Lebih terperinci