BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Keperawatan. Mengevaluasi tingkat mobilitas klien Mendorong partisipasi

BAB V PEMBAHASAN. mengggunakan teknik hypnoterapi dan musik relaksasi pada Tn. N berumur 45tahun dan

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Of Motion ( ROM ) aktif pada Tn. K dengan post operasi fraktur di ruang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

KEEFEEKTIFAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA PASIEN STROKE

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Hari/ Implementasi. Evaluasi Pukul (SOAP)

CATATAN PERKEMBANGAN

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi. 2. Mengkaji tandatanda

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Terutama

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. dimana saja baik dirumah, tempat kerja, maupun dijalan atau ditempattempat

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB V PENUTUP. khususnya pada keluhan utama yaitu Ny. S G III P II A 0 hamil 40 minggu. mmhg, Nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,5 0 c, RR: 26 x/menit, hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

ROM (Range Of Motion)

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Keperawatan 1. Mengkaji kekuatan otot/kemampuan fungsional mobilitas sendi yaitu kekuatan otot 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

Metodologi Asuhan Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

nonfarmakologi misalnya, teknik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. SDENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh : MARIANA NPM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI PADA NY. S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG MELATI III RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

Lampiran CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Dan Evaluasi Kepererawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Hari/ tanggal Pukul. No.

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: JERICO PUTRA PRATAMA NPM:

CATATAN PERKEMBANGAN. vital. posisi semi fowler. tenang.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

BAB II PENGELOLAAN KASUS. A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB II PENGELOLAAN KASUS. A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

BAB IV PEMBAHASAN. yang dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 7-8 juni Dengan urutan asuhan

SUSI PUJI LESTARI NIM. P.09106

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN STROKE HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA BAWAH RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke dalam bahasa inggris berarti pukulan. Ada

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI RW 07 DESA SAMPANG KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan pemberian latihan ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik untuk meningkatkan kekuatan otot pada Tn. M berusia 59 tahun dan Ny. N berusia 50 tahun di ruang Yudistira RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang pada tanggal 3-6 Juni 2017 yang meliputi pengkajian, merumuskan masalah keperawatan, perencanaan untuk memecahkan masalah keperawatan, melakukan tindakan keperawatan dan penilaian serta evaluasi. Tahap pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Effendy,2008). Pengkajian pada Tn. M dan Ny. N dilakukan pada tanggal 3 juni 2017 pukul 07.30 WIB yaitu dengan teknik anamnesa atau wawancara secara langsung pada pasien, keluarga dan perawat. Selain itu penulis menggunakan dokumentasi catatan keperawatan, rekam medis, hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium dan hasil CT Scan. Dari keseluruhan data tersebut maka penulis mendapatkan data fokus sebagai berikut: saat dilakukan pengkajian pada Tn. M, klien mengatakan tangan dan kaki sebelah kanan 84

85 tidak bisa digerakkan dan mati rasa, saat bangun tidur tiba-tiba tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan mati rasa, kemudian keluarga membawa klien ke RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang pukul 11.30 WIB. Dari hasil pemeriksaan didapatkan nilai kekuatan otot tangan kanan 0, kaki kanan 1, tangan kiri 5, kaki kiri 5, dan selama sakit klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa karena anggota gerak tubuh sebelah kanan tidak bisa digerakkan seperti biasanya. Tanda-tanda vital TD : 170/80 mmhg, RR : 20x/menit, HR : 88x/menit, S: 36,5 C. Data pengkajian pada Ny. N, klien mengatakan tangan dan kaki sebelah kanan lemah dan tidak bisa digerakkan, saat bangun tidur tiba-tiba tangan dan kaki kanan lemah tidak bisa digerakkan, kemudian keluarga membawa klien ke RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang pukul 05.00 WIB. Hasil pemeriksaan didapatkan nilai kekuatan otot tangan kanan 1, kaki kanan 0, tangan kiri 5, kaki kiri 5, dan selama sakit klien tidak melakukan aktivitas seperti biasanya karena anggota gerak bagian kanan tidak dapat digerakkan dan mati rasa. Tanda-tanda vital TD : 170/90 mmhg. Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subyektif dan obyektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan masalah keperawatan sehingga menjadi diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain ( Potter& Perry, 2005 ).

86 Pasien dengan stroke non hemoragik akan mengalami penurunan fungsi dari sistem syaraf pusat salah satunya adalah syaraf motorik. Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nanda, 2014).Hambatan mobilitas fisik merupakan gangguan yang utama karena merupakan kebutuhan dasar manusia, apabila mobilitas fisik mengalami kerusakan maka tidak dapat melakukan aktivitas. Teori ini sesuai dengan data yang diperoleh pada kasus yang dikelola pada Tn. M dan Ny. N. Berdasarkan data yang diperoleh dalam pengkajian fokus pada Tn. M dan Ny. N dengan stroke non hemoragik di ruang Yudistira RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang yang dilakukan tanggal 3 Juni 2017 jam 07.30 WIB penulis menyimpulkan masalah keperawatan pada Tn. M yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai dengan klien mengatakan tangan dan kaki sebelah kanan tidak bisa digerakkan dan mati rasa, saat bangun tidur tiba-tiba tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan mati rasa, nilai kekuatan otot tangan kanan 0, kaki kanan 1, tangan kiri 5, kaki kiri 5, dan selama sakit klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa karena anggota gerak tubuh sebelah kanan tidak bisa digerakkan seperti biasanya. Tanda-tanda vital TD : 170/80 mmhg. Masalah keperawatan pada Ny. N yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai dengan klien mengatakan tangan dan kaki sebelah kanan lemah dan tidak bisa digerakkan,

87 saat bangun tidur tiba-tiba tangan dan kaki kanan lemah tidak bisa digerakkan,nilai kekuatan otot tangan kanan 1, kaki kanan 0, tangan kiri 5, kaki kiri 5, dan selama sakit klien tidak melakukan aktivitas seperti biasanya karena anggota gerak bagian kanan tidak dapat digerakkan dan mati rasa. Tanda-tanda vital TD : 170/90 mmhg, RR : 20x/menit, HR : 80x/menit, S: 37 C. Diagnosa ini menjadi prioritas karena menurut Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan kebutuhan yang kedua setelah kebutuhan fisiologis seperti oksigenasi serta cairan dan elektrolit (Mubarak & Chayatin, 2008). Hambatan mobilitas fisik muncul karena klien merasakan kelemahan dan susah untuk digerakkan sehingga klien tidak mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri. Perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter& Perry, 2010).Penderita stroke membutuhkan program rehabilitasi.program rehabilitasi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan pendekatan medic, psikososial, educational-vocational yang melibatkan multidisiplin. Hal ini dikarenakan terapi dan rehabilitasi yang tepat dapat secara signifikan meningkatkan peluang hidup pasien serta pemulihan setelah stroke (Widodo, 2009).

88 Salah satu bentuk rehabilitasi awal pada penderita stroke adalah dengan memberikan terapi ROM. ROM adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif maupun pasif (Potter& Perry, 2010). Menurut hasil penelitian Maimurahman dan Fitria pada tahun 2012, tujuan ROM adalah mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah, dan mencegah kelainan bentuk. Rencana keperawatan yang disusun bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat kekuatan otot klien dapat meningkat dengan kriteria hasil tidak terjadi kontraktur otot, klien berpartisipasi dalam program latihan, klien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang plegi. Intervensi meliputi observasi tanda-tanda vital, kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas (mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dan dapat memberikan informasi bagi pemulihan), ajarkan rentang gerak aktif pada sisi ekstremitas yang plegi (meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur), anjurkan klien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit (dapat berespon lebih baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih terganggu), ubah posisi minimal setiap 2 jam (menurunkan terjadinya resiko trauma atau iskemik).

89 Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan ( Potter& Perry. 2005 ). Tanggal 3-6 Juni 2017 penulis melakukan terapi ROM aktif pada Tn. M dan Ny. N. Pada Tn. M diawali dengan mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji kekuatan otot ekstremitas sebelum dilakukan latihan ROM untuk mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dan dapat memberikan informasi bagi pemulihan, memberikan latihan ROM aktif pada ekstremitas untuk meningkatkan kekuatan otot, mengkaji kekuatan otot ekstremitas setelah dilakukan latihan ROM untuk mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dan dapat memberikan informasi bagi pemulihan, menganjurkan klien untuk mempertahankan posisi tirah baring setiap 2 jam untuk menurunkan resiko terjadinya trauma atau iskemik, menganjurkan klien untuk beristirahat. Evaluasi merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis untuk mencapai objektif, efisien, dan efektif serta untuk mengetahui dampak dari suatu kegiatan dan juga membantu dalam pengambilan keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek program perencanaan yang akan datang (Wilkinson, 2007). Hasil penelitian Maimurahman dan Fitria pada tahun 2012 menyebutkan sebelum dilakukan terapi ROM, derajat kekuatan otot pasien termasuk kategori derajat 1 (hanya berupa perubahan tonus) hingga derajat 3 (mampu

90 menggerakkan sendi, dapat melawan gravitasi, tidak kuat terhadap tahanan, setelah dilakukan terapi ROM derajat kekuatan otot pasien termasuk kategori derajat 2 (mampu menggerakkan persendian, tidak dapat melawan gravitasi) hingga derajat 4 (mampu menggerakkan sendi, dapat melawan gravitasi, kuat terhadap tahanan ringan). Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan derajat kekuatan otot sebelum dan sesudah terapi ROM termasuk signifikan (p=0,003<0,05) yaitu ada perbedaan yang bermakna. Jadi dari hasil penelitian bahwa ROM memang efektif meningkatkan derajat kekuatan otot ekstremitas penderita stroke. Sedangkan hasil yang didapatkan penulis selama 4 hari pada Tn. M dan Ny. N adalah mengalami kenaikan mobilitas.pada Tn. M ditandai dengan sebelum dilakukan terapi ROM aktif kekuatan otot tangan kanan 0 dan kaki kanan 1.Setelah dilakukan terapi ROM aktif nilai kekuatan otot tangan kanan 0 menjadi 3 dan kaki kanan 1 menjadi 2. Pada Ny. N ditandai dengan sebelum dilakukan terapi ROM aktif kekuatan otot tangan kanan 1 dan kaki kanan 0.Setelah dilakukan terapi ROM aktif kekuatan otot tangan kanan 1 menjadi 3 dan kaki kanan 0 menjadi 2. Kekuatan dari implementasi diatas adalah selama dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga kooperatif dan selalu memperhatikan setiap tindakan yang dilakukan sehingga diharapkan klien dan keluarga bisa melakukan sendiri baik di rumah sakit maupun di rumah. Kelemahan dari implementasi ini adalah keluarga kadang-kadang lupa tentang apa yang sudah

91 diajarkan untuk diimplementasikan ke klien yaitu dalam melakukan ROM aktif. B. Kesimpulan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari yaitu dari tanggal 3-6 Juni 2017 pada Tn. M dan Ny. N dengan penyakit stroke non hemoragik di ruang Yudistira RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang menyimpulkan : Pengkajian yang dilakukan tanggal 3 Juni 2017 pada Tn. M umur 59 tahun dengan diagnosa stroke non hemoragik yang mengalami hambatan mobilitas fisik terfokuskan pada nilai kekuatan otot yaitu tangan kanan 1, kaki kanan 0, tangan kiri 5, kaki kiri 5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari nilai kekuatan otot tangan kanan 1 menjadi 3 dan kaki kanan 0 menjadi 2. Sedangkan pada Ny. N umur 50 tahun dengan diagnosa stroke non hemoragik yang mengalami hambatan mobilitas fisik terfokuskan pada nilai kekuatan otot tangan kanan 0, kaki kanan 1, tangan kiri 5, kaki kiri 5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari nilai kekuatan otot tangan kanan 0 menjadi 3 dan kaki kanan 1 menjadi 2.