BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah. Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI UNTUK RUMAH TANGGA SASARAN

KATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada tingkat pengangguran seperti yang dijelaskan oleh teori trade-off

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENANGANAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012

Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Maret 2006

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI DI KELURAHAN KAKENTURAN DUA KECAMATAN MAESA KOTA BITUNG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai terjemahan istilah society merupakan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan suatu masalah fenomenal yang tidak pernah hentihentinya

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah teori pembangunan memang diwarnai oleh sederetan upaya parsial

BAB I PENDAHULUAN. hancur akibat krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Salah satu usaha

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Analisis keterkaitan..., Bhima 1 Nur Santiko, FE UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

APBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

f f f i I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam

ANALISIS DAMPAK PROGRAM SIMPANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN BANGUNSARI, KECAMATAN DOLOPO, KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari secara penuh, masih terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai kemampuan daya dukungnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Hutang luar negeri Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang.

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

STUDI KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai elemen di dalam masyarakat. Contohnya elemen pemerintah dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam ilmu pengetahuan, sosial budaya, ekonomi, dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

Drs. AYIP MUFLICH, SH,M.Si

Keterangan Pers Presiden RI pasca penetapan APBN-P 2012, Jakarta, 31 Maret 2012 Sabtu, 31 Maret 2012

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Indonesia dalam Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2008

Kalimantan Timur. Lembuswana

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

ANALISIS KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PESISIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Krisis moneter yang berlangsung di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memporakporandakan seluruh aspek kehidupan bangsa terutama sendi-sendi perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi Indonesia terpuruk, kembali menjadi salah satu 14egara miskin di dunia. Kemiskinan telah menjadi suatu fenomena sosial yang tidak hanya dialami oleh 14egara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga terjadi di 14egara-negara yang sebelumnya sudah mempunyai kemampuan di bidang ekonomi. Hal ini pada dasarnya telah menjadi perhatian, isu, dan pergerakan global yang bersifat kemanusiaan. Krisis multi dimensi yang berawal tahun 1997, disusul dengan carut marutnya perekonomian Indonesia pasca runtuhnya rezim orde baru telah menyebabkan sebagian besar masyarakat Indonesia jatuh dalam garis kemiskinan. Kelompokkelompok masyarakat ekonomi lemah bahkan terpuruk di bawah garis kemiskinan yang sangat memprihatinkan. Penduduk miskin yang semula 34,91 juta (BPS, 1999) pada bulan maret 2008 meningkat sebesar 34,96 juta orang (15,42 %) (http://dds.bps.go.id/brs filekemiskinan-01jul08pdf diakses tanggal 21 september 2009). Kondisi buruk ini kemudian diikuti lagi oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak yang membuat semakin banyak penduduk Indonesia terjerat di bawah garis kemiskinan. Jika harga Bahan Bakar Minyak saja yang naik mungkin tidak begitu dipermasalahkan, karena tidak dianggap begitu berpengaruh bagi masyarakat marginal. Namun yang menjadi persoalan adalah, ketika harga Bahan Bakar Minyak 14

melambung tinggi justru berimbas juga dengan melambungnya harga sembako dan harga-harga kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari dan keadaan ini semakin memburuk karena semakin menurunnya daya beli masyarakat. Jika kita pahami sebenarnya kenaikan pendapatan itu tidak begitu berdampak besar apabila persentasenya lebih kecil dari pada persentase kenaikan harga rata-rata. Di saat itu pulalah pemerintah mengalami kesulitan keuangan, sehingga masyarakat dipaksa untuk memaklumi serta menerima kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak. Tetapi seberapa parah kesulitan keuangan yang dialami pemerintah tidak diketahui oleh masyarakat umum karena pemerintah tidak menerapkan asas transparansi. Anggaran yang dipakai untuk kegiatan pembangunan fisik sangatlah kecil. Sebagian besar dari anggaran yang ada dipergunakan untuk menanggulangi biaya operasional lembaga dan aparatur pemerintahan dan sebagian lainnya untuk membayar cicilan dan bunga hutang luar negri. Dapat dipahami akan terbatasnya keuangan 15egara pada saat itu, hanya saja pemerintah tidak membukakan atau tidak terbuka mengenai hal ini pada masyarakat. Berdasarkan kondisi yang ada, maka maka menaikkan harga Bahan Bakar Minyaklah yang menjadi salah satu cara bagi pemerintah untuk mengurangi beban anggaran 15egara. Namun kenaikan tersebut berdampak pada kenaikan harga-harga kebutuhan hidup lainnya. Pada kenyataannya masyarakat tidak mempersoalkan kenaikan harga atas barang apapun jika hubungan fungsional antara harga dengan pendapatan berjalan seiring atau seimbang. Artinya kenaikan harga barang mestinya berlangsung bersamaan dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Namun kondisi kenaikan yang seimbang tersebut tidak terjadi. Kenyataannya harga-harga berbagai kebutuhan pokok bergerak naik tetapi, sebaliknya pendapatan tidak naik, atau kenaikan 15

pendapatan lebih kecil daripada kenaikan harga, sehingga daya beli masyarakat terus melemah dan tingkat kesejahteraan masyarakat pun menjadi turun. Masyarakat miskin dalam satuan rumah tangga adalah kelompok yang paling merasakan beban berat atas kondisi perekonomian yang buruk akibat pengaruh kenaikan Bahan Bahar Minyak. Meningkatnya biaya untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan menjadikan daya beli masyarakat menurun dan selanjutnya menyebabkan kehidupan masyarakat semakin terpuruk. Kerentanan terhadap gejolak ekonomi dan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat merupakan permasalahan yang sudah terjadi sejak lama di Indonesia dan semakin memburuk sejak adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Kenyataan ini menimbulkan semakin tingginya tingkat kemiskinan di negeri ini, banyak rakyat yang semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena kenaikan Bahan Bakar Minyak itu tidak hanya terkait dengan kenaikan Bahan Bakar Minyak itu sendiri, melainkan juga terkait dengan naiknya harga barang dan jasa lain. Memperhatikan kehidupan masyarakat miskin yang makin memprihatinkan, Pemerintah berusaha mengambil langkah antisipatif agar rakyar miskin mampu bertahan hidup ketika naiknya harga Bahan Bakar Minyak. Pemerintah mengambil kebijakan program kompensasi jangka pendek yang bertujuan mempertahankan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama masyarakat miskin melalui program pemerintah yang ditujukan pada masyarakat miskin, dimana salah satu di antaranya adalah program Bantuan Langsung Tunai (BLT). BLT adalah program jangka pendek yang bersifat sementara, diarahkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan ketergantungan serta tidak mendorong menguatnya culture of poverty. Besarnya BLT adalah Rp 300.000 setiap tiga bulan 16

per rumah tangga sasaran. Bentuk uang tunai diberikan untuk mencegah turunnya dayabeli masyarakat miskin yang disebabkan oleh naiknya harga Bahan Bakar Minyak. Program BLT tahun 2008 disalurkan selama dua priode, Juni-Agustus. BLT disalurkan kepada 18,83 juta rumah tangga atau 99,02% dari seluruh Rumah Tangga Sasaran (RTS). Provinsi dengan penyaluran tertinggi adalah Jawa Tengah yakni sebesar 99,87%. Provinsi dengan penyaluran terendah adalah Kalimantan Tengah yakni sebesar 83,53%. Sedangkan penyaluran BLT tahap kedua untuk priode September Desember, Bantuan Langsung Tunai telah disalurkan kepada 18,78% juta rumah tangga atau 98,74% dari seluruh Rumah Tangga Sasaran Provinsi dengan penyaluran tertinggi adalah Jawa Tengah sebesar 99,72% provinsi dengan penyaluran terendah adalah Kalimantan Tengah sebesar 83,32% (http://oceannaz.wordpress.com/2008/10/29/analisis-terhadap-kebijakan pemberianbantuan-langsung-tunai-blt-plus/diakses tgl 21 september 2009). Bantuan Langsung Tunai disalurkan pada masyarakat miskin yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bantuan Langsung Tunai dibagikan dalam kurun waktu satu kali per tiga bulan. Secara oprasional perundang-undangan sebagai dasar kebijakan pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kurun waktu 2004-2009, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang di antaranya memuat target penurunan angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 8,2% pada tahun 2009. Dimana target tersebut dianggap tercapai jika daya beli penduduk terus ditingkatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan. Wujud nyata dari orientasi Rancangan Pembangunan Jangka Menengah ini dan didorong oleh membengkaknya subsidi BBM akibat meningkatnya harga minyak 17

mentah di pasar internasional, yang tentu mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak dalam negeri sejak awal maret 2005 dan berdampak juga pada kenaikan harga-harga kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, yang pada akhirnya memperlemah daya beli masyarakat. Dalam keadaan inilah munculnya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang program BLT yang ditujukan kepada rumah tanggarumah tangga miskin yang ada di Indonesia, yang dikeluarkan pada tanggal 10 September 2005. Dimana pembahasan lebih lanjut pada tahap pelaksanaan melalui rapat koordinasi (rakor) tingkat Menteri pada tanggal 16 September 2005, yang memandang bahwa pelaksanaan BLT sudah siap dilaksanakan maka berlangsunglah program ini pada bulan Oktober (http://www.antara.co.id/arc.2008/5/22/trauma-blt- 2005-sejumlah-ketua-rt-mundur-dibayumas-dan-purbalingga. Diakses tanggal 03 Oktober 2009. Pada kenyataannya selalu ada dampak positif dan dampak negatif dari sebuah program begitu juga dengan program BLT itu sendiri. Dampak positif dari program BLT ini adalah dengan adanya BLT maka kenaikan biaya hidup yang diakibatkan oleh kenaikan Bahan Bakar Minyak secara langsung maupun dampak kenaikan harga pokok akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak akan sedikit tertutupi dengan adanya dana Cuma-Cuma yang diberikan pemerintah. Akan tetapi di sisi yang lain program ini memiliki dampak negatif terhadap prilaku dan karakter pada masyarakat itu sendiri. Banyak pihak yang berpendapat, dengan adanya bantuan berupa uang tunai Cuma-Cuma ini tanpa perlu memeras tenaga membuat perilaku masyarakat menjadi seorang yang pemalas, melatih mental masyarakat sebagai seorang peminta-minta. Kebijakan ini sangat berdampak menciptakan karakter masyarakat yang selalu dimanja dan menjadi bangsa yang peminta-minta (Siraithttp://robbyalexandersirait. Wordprees.com/2008/06/04/kebijakanblt. Diakses tanggal 03 Oktober 2009). 18

Adanya kebijakan pemerintah mengenai program BLT menimbulkan pro dan kontra dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak sedikit protes muncul dari masyarakat Indonesia khususnya pada kelompok mahasiswa, tokoh-tokoh masyarakat dan pengamat ekonomi. Banyak yang menilai bahwa munculnya program ini bukanlah solusi yang benar, malah sebaliknya dengan adanya program BLT ini akan menimbulkan masalah nantinya. Kebijakan BLT ini hanya merupakan kebijakan yang membuat mental masyarakat semakin bobrok karena dengan program ini pemerintah terkesan hanya memberikan ikan, bukan pancing kepada masyarakat miskin. Padahal solusi yang benar itu adalah hendaknya pemerintah 19egara pancing dan menghimbau masyarakat untuk berusaha mencari ikannya. Selain itu masalah lain adalah dugaan penyelewengan dana program BLT. Masalah ini muncul ketika Badan Pusat Statistik (BPS) di lapangan masih menggunakan data yang lama bukan data yang terbaru, dan hal ini menjadi masalah pada penyaluran BLT itu sendiri, karena dapat terjadi rumah tangga yang mampu tetapi mendapat BLT. Kelemahan yang muncul berkaitan dengan pelaksanaan program BLT ini adalah: 1. Kebijakan BLT bukan kebijakan yang efektif dan efisien untuk menyelesaikan masalah kemiskinan di Indonesia, karena kebijakan ini tidak mampu meningkatkan derajat dan tingkat kesejahteraan masyarakat miskin. 2. Efektifitas dan efesiensi penggunaan dana BLT yang tidak dapat diukur dan diawasi karena lemahnya fungsi pengawasan pemerintahan terhadap kebijakan tersebut. 3. Validitas dan masyarakat miskin yang diragukan sehingga akan berdampak pada ketepatan pemberian dana BLT kepada masyarakat yang berhak. 19

4. Kebijakan BLT memiliki kecenderungan menjadi pemicu konflik sosial di masyarakat. 5. Peran aktif masyarakat yang kurang, sehingga optimalisasi kinerja program yang sulit direalisasikan. 6. Dari sisi keuangan 20egara, kebijakan BLT merupakan kebijakan yang bersifat menghambur-hamburkan uang 20egara karena kebijakan tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan secara berkelanjutan dan tidak mampu mendatangkan produktifitas masyarakat miskin. Walau banyak protes yang muncul dari berbagai pihak dan kalangan, tetapi hal tersebut tidak mengurangi niat pemerintah untuk melaksanakan program BLT. Pada tahun 2008 pemerintah sudah menyalurkan dana BLT dua priode di seluruh provinsi di Indonesia. Hasil evaluasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) tentang pelaksanaan program BLT antara lain menyimpulkan, sebanyak 35,1% penerima BLT dari sekitar 18,8 juta rumah tangga sasaran naik kelas dari sebelumnya, yakni dari kategori miskin menjadi kategori tidak miskin. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan program Bantuan Langsung Tunai untuk mempertahankan daya beli masyarakat miskin sejak Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak mulai akhir Mei 2008 lalu membuahkan hasil yang baik. Hasil evaluasi ini menunjukkan adanya dampak positif pemberian BLT pada tingkat kesejahteraan rumah tangga yang rendah (Deputi Bidang Evaluasi Kinerja-Kinerja Pembangunan Bappenas Bambang Widiyanto). Berdasarkan data-data yang ada dan informasi-informasi yang didengar, peneliti tertarik untuk mendalami perihal pelaksanaan program BLT, yang hasilnya disajikan dalam bentuk skripsi berjudul: Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan 20

Langsung Tunai di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan?. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: Untuk mengetahui kesesuaian antara ketentuanketentuan yang ditetapkan dalam pelaksanaan program BLT dengan pelaksanaan nyata program BLT tersebut. 1.3.2 Manfaat Penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka perbaikan pelaksanaan program BLT di masa mendatang sehingga, dalam arti mengurangi penyimpangan dalam pelaksanaan jika memang program tersebut masih dilanjutkan. 21

1.4 Sistematika Penulisan Penulisan hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini disajikan dalam enam bab, dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, Kerangka Pemikiran, Defenisi konsep dan defenisi oprasional BAB III : METODE PENELITIAN Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan. BAB IV : DEPKRISI LOKASI PENELITIAN Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, luas wilayah, gambaran kependudukan, fasilitas dan prasarana, aspek sosial budaya, dan pemerintahan. BAB V : ANALISIS DATA Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya BAB VI : PENUTUP Berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilaksanakan 22