BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak hal, salah satu yang paling dominan digunakan adalah minyak. Minyak digunakan sebagai pemenuhan berbagai kebutuhan seperti transportasi dan industri. Permasalahan yang dihadapi oleh bahan bakar minyak adalah berfluktuasinya harga minyak mentah dunia. Hal ini diakibatkan banyak faktor baik berbagai krisis yang melanda secara global 1, dan gejolak perang di Timur Tengah 2. Di Indonesia sendiri ketergantungan terhadap minyak dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri masih tinggi, yaitu sebesar 48 persen di ikuti oleh batu bara 30 persen, gas 18 persen, dan energi non-fosil dua persen (Outlook Energi Indonesia, 2014). Tingginya konsumsi minyak di Indonesia diakibatkan oleh subsidi sehingga harga minyak menjadi murah dan masyarakat cenderung boros dalam penggunaannya. Disisi lain indonesia mengalami penurunan produksi minyak dari tahun ke tahun. Kondisi ini menyebabkan indonesia rentan terhadap gangguan yang terjadi di pasar energi global karena sebagian dari konsumsi berasal dari minyak impor 3. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.1, konsumsi minyak Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, tercatat dari 650 ribu barel per hari di awal tahun 1 Oil Boom (1970-an), Krisis Asia (1998), Krisis Global (2008) 2 Gulf war II, Perang Irak (2004), Arab Spring (2010) 3 Di tahun 2004 Indonesia mulai menjadi negara importir minyak

2 (Ribu Barrel/hari) 90-an menjadi 1,3 juta barel per hari ditahun 2010, meski sedikit mengalami penurunan di tahun 2011 (menjadi 1,1 juta barel per hari). Sebaliknya produksi minyak mengalami penurunan. Dalam 20 tahun terakhir besaran produksi minyak Indonesia semakin menurun, dari 1,5 juta barel per hari di tahun 1990-an menjadi hanya 900 ribu barel per hari di tahun Penurunan produksi minyak makin tajam khusunya setelah tahun 1998 disebabkan krisis Asia. Dalam Mulyadi (2012) disebutkan bahwa hal ini terjadi karena banyak sumur minyak yang tidak produktif lagi dan tidak adanya investasi baru pada sektor minyak. Gambar 1.1 Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia Tahun Konsumsi minyak Produksi minyak Sumber: International Energy Statistic 2015 (diolah) Tingkat konsumsi minyak diramalkan akan terus meningkat dengan adanya pertumbuhan populasi dan meningkatnya ekonomi. Disamping itu meningkatnya penggunaan alat transportasi di Indonesia akan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sebab semua alat transportasi menggunakan bahan bakar minyak.

3 Gambar 1.2 menunjukan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Pada tahun 2000 hanya sebesar unit lebih kendaraan bermotor yang ada di Indonesia, dengan komposisi 70% sepeda motor, 9% mobil barang, 4% mobil bus dan 17% mobil penumpang. Pertumbuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun, di tahun 2007 jumlah kendaraan bermotor di Indonesia telah tumbuh dua setengah kali lipat menjadi unit. Berisi unit lebih kendaraan sepeda motor, sisanya terbagi dalam kendaraan mobil. Di tahun 2013 sendiri jumlah kendaraan telah mencapai unit dengan 80% nya terdiri dari sepeda motor. Gambar 1.2 Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia Tahun Mobil Penumpang Mobil Bis Mobil Barang Sepeda Motor Sumber: Badan Pusat Statistik (Korlantas Polri) 2015 Efek peningkatan jumlah kendaraan bermotor mengakibatkan volume konsumsi BBM, khususnya BBM bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir, yang cenderung mengalami peningkatan. Hal ini diakibatkan karena ada disparitas harga yang jauh antara BBM bersubsidi dan BBM non-subsidi. Pada gambar 1.3

4 Tahun menunjukan bahwa di tahun 2009 realisasi konsumsi BBM sebesar 37,88 juta kilo liter, tahun 2012 realisasinya mencapai 45,27 juta kilo liter yang nilainya lebih tinggi dari pada APBN-P tahun 2012 sebesar 40 juta kilo liter. Gambar 1.3 Volume BBM Bersubsisdi Tahun Juta Kilo Liter APBN-P Realisasi Sumber: Statistik Migas 2015 (diolah) Berdasarkan Nota Keuangan dan RAPBN tahun 2014 tiga jenis bahan bakar yang disubsidi oleh Pemerintah yaitu minyak tanah, minyak solar dan premium. Sebelumnya avtur dan pertamax diberikan subsidi namun selanjutnya subsidi BBM dikurangi secara bertahap, mulai tahun 1998 subsidi avtur dihilangkan, di tahun 1999 subsidi bensin dan solar untuk transportasi laut dihilangkan serta tahun 2001 subsidi solar untuk sektor tambang dan transportasi internasional dihilangkan. Dapat dilihat pada Gambar 1.4 menunjukan trend konsumsi premium dari tahun 2006 sampai tahun 2013 mengalami kenaikan signifikan. Dalam tiga tahun terakhir premium meningkat sekitar 10 persen. Untuk solar bersubsidi tahun 2006

5 Juta KL hingga tahun 2013 tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Sedangkan untuk minyak tanah trendnya mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh program pemerintah untuk konversi minyak tanah ke LPG 3 kg dan dikuranginya subsidi minyak tanah sedikit demi sedikit sehingga harga minyak tanah tidak murah lagi. Penurunan konsumsi minyak tanah membuat indonesia sejak tahun 2009 sudah tidak melakukan impor minyak tanah/kerosin. Gambar 1.4 Konsumsi BBM Bersubsidi Tahun Premium Solar Minyak Tanah Sumber: DPR RI (Kementrian Keuangan 2014) diakses 2015 Kenaikan harga BBM bersubsidi terjadi beberapa kali selama periode tahun 2002 hingga 2014, pada gambar 1.5 dapat dilihat kenaikan harga dari premium, solar dan minyak tanah. Kenaikan harga BBM bersubsidi biasa dilakukan secara bersamaan dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen) tentang harga patokan jenis Bahan Bakar Minyak tertentu untuk PT Pertamina. Misal pada Juni 2013, pemerintah menaikkan harga bbm bersubsidi dalam rangka mencegah terlewatinya batas defisit anggaran dari PDB. Saat terjadi perubahan harga kecenderungan terjadi

6 kenaikan atau penurunan pada IHK dan IHPB. Hal ini menunjukan adanya pengaruh perubahan harga BBM terhadap kedua indeks tersebut. (Gambar 1.5). Gambar 1.5 Perubahan Harga BBM bersubsidi dengan IHK dan IHPB Tahun Rp10, Rp9, Rp8,000 Rp7, Rp6, Rp5, Rp4, Rp3,000 Rp2, Rp1, Rp0 0 04/ / / / / /2014 Tahun PREM SOL MT IHK IHPB Sumber: CEIC Macrodashboard, ESDM, BPH Migas, BPS dan Bank Indonesia (diolah) Harga konsumen ditunjukan oleh Indeks Harga konsumen (IHK). IHK adalah suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk/rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Harga produsen ditunjukan oleh Indeks Harga Perdagangan Besar/Grosir (IHPB). IHPB adalah angka indeks yang mengggambarkan besarnya perubahan harga pada tingkat harga perdagangan grosir dari komoditas-komoditas yang diperdagangkan di suatu negara/daerah (Badan Pusat Statistik). IHPB bisa berguna sebagai sebuah indikator dini dari inflasi konsumen yang akan datang. Hubungan antara IHK dan IHPB terjadi atas dua dasar pendekatan, baik dari segi permintaan maupun penawaran. Pada pendekatan sisi permintaan, permintaan untuk barang dan jasa jadi, menentukan permintaan input produksi. Nantinya,

7 biaya produksi merefleksikan biaya peluang dari raw materials dan barang-barang setengah jadi, dimana kembali lagi mencerminkan permintaan untuk barang dan jasa jadi (Caporale, Katsimi dan Pitts dalam Akcay, 2011). Pada pendekatan sisi penawaran, harga konsumen dan harga produsen dihubungkan oleh rantai produksi. Dimana barang-barang input mentah diproduksi menjadi barang-barang setengah jadi, yang nantinya diproduksi kembali untuk menjadi barang jadi. Harga konsumen dinilai dari rata-rata harga barang konsumsi baik domestik maupun impor, dan harga produsen berpengaruh pada harga yang dibayarkan konsumen maka inflasi harga perdagangan besar akan menyebabkan inflasi harga konsumen (Goyal dan Tripathi, 2010). Penghitungan IHK dan IHPB ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari sekelompok tetap barang/jasa yang pada umumnya dikonsumsi dan didistribusikan masyarakat. Perubahan IHK dan IHPB dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang/jasa kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Inflasi merupakan salah satu elemen penting dalam analisis mekroekonomi karena menggambarkan dampak dari perilaku masyarakat dalam perekonomian. Inflasi merupakan seluruh kenaikan tingkat harga secara umum dan terus-menerus disebuah negara dalam jangka panjang. Inflasi bisa disebabkan karena tekanan permintaan ataupun peningkatan harga produksi. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Inflasi di Indonesia sepanjang tahun 2005 hingga 2014 ditunjukan pada Gambar 1.6 di tahun 2005 terjadi inflasi paling tinggi yaitu sebesar 17,11 % hal ini disebabkan adanya kenaikan BBM bersubsidi sebanyak dua kali, yaitu di bulan

8 Inflasi (dalam persen) Maret dari Rp1.810,00 menjadi Rp2.400,00 dan dibulan Oktober menjadi Rp4.500,00. Pada tahun inflasi stabil pada tingkatan enam persen dan terjadi kenaikan inflasi menjadi 11,06 persen pada tahun 2008 disebabkan kembali adanya kenaikan harga BBM bersubsidi dibulan Mei. Kenaikan infasi kembali terjadi di tahun 2013 dimana ada penyesuaian harga BBM bersubsidi menjadi Rp6500,00. Gambar 1.6 Laju Inflasi di Indonesia Tahun Tahun inflasi Sumber : Badan Pusat Statistik (2015) Pada bulan November 2014 premium dan solar dinaikan Rp 2000,00 per liter, cara yang diambil pemerintahan baru dengan menaikkan harga BBM yang berlaku kurang dari tiga jam setelah pengumuman. Dengan cara penyesuaian seperti ini sebenarnya berusaha meminimalkan dampak inflasioner yang disebabkan karena meningkatnya ekspektasi inflasi yang terjadi sebelum harga BBM betul-betul dinaikan 4, sehingga di tahun 2014 inflasi cenderung sama pada tahun 2013 yaitu sebesar 8% (Gambar 1.6). Sampai saat ini berbagai macam studi empiris telah dilakukan akademisi untuk menjelaskan hubungan antara harga bahan bakar khususnya minyak, harga 4 Denni Puspa Purbasari dalam Majalah Tempo, Edisi 24 (30 November 2014)

9 produsen dan harga konsumen di berbagai negara. Berbagai studi empiris menunjukan hasil yang beragam dikarenakan perbedaan objek studi, waktu penelitian dan metode analisis yang digunakan. Oleh karena itu studi lebih lanjut dengan objek studi, waktu penelitian, dan metode analisis yang berbeda perlu dilakukan hubungan ketiga hal tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Peningkatan harga bahan bakar minyak khususnya BBM bersubsidi dapat memicu terjadinya inflasi. Dalam perekonomian, BBM bersubsidi merupakan salah satu komponen utama karena tingkat penggunaanya di masyarakat paling tinggi diantara jenis bahan bakar yang lain, saat terjadi kenaikan harga pada BBM bersubsidi, secara tidak langsung akan mempengaruhi harga-harga barang lain, nantinya rantai produksi, distribusi dan konsumsi akan mengalami penyesuaian harga, dimulai dari kenaikan harga sembako yang selanjutnya diikuti tarif angkutan umum yang naik. Kebijakan menaikkan harga BBM juga, biasanya berakibat kelangkaan BBM karena peningkatan spekulasi, efeknya sering terjadi penimbunan, penyelundupan BBM oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Sehingga nantinya kelangkaan yang terjadi menyebabkan distribusi dari BBM juga barang lainnya mengalami keterlambatan dan menyebabkan kenaikan harga-harga barang pada umumnya. Ketidakstabilan inflasi yang terjadi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mengurangi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil dapat memberikan dampak negatif pada sosial

10 dan ekonomi masyarakat. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun, menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Hal yang lain, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada kurs mata uang suatu negara (Bank Indonesia, 2015) 1.3 Pertanyaan Penelitian Maka berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat tiga pertanyaan penelitian yaitu 1. Apakah terdapat hubungan dinamis jangka panjang dan jangka pendek antara IHK, IHPB dan BBM bersubsidi? 2. Bagaimana hubungan kausalitas antara harga BBM bersubsidi (premium, solar dan minyak tanah) dengan IHK dan IHPB? 3. Bagaimana respon dari IHK dan IHPB dengan shock harga BBM bersubsidi? 1.4 Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya mengetahui dan menganalisa pengaruh perubahan harga BBM bersubsidi yaitu premium, solar dan minyak tanah, terhadap perilaku konsumsi dan produksi di masyarakat Indonesia, yang dicerminkan oleh IHK dan IHPB. Penelitian ini tidak memaparkan lebih mendalam terhadap penyebab kelompok pembentuk IHK dan IHPB mana yang

11 paling besar dipengaruhi tingkat harga BBM bersubsidi, karena menggunakan data besaran IHK dan IHPB gabungan. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis apakah terdapat hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara IHK, IHPB dengan harga BBM bersubsidi di Indonesia. 2. Menganalisis hubungan kausalitas dari IHK, IHPB dan harga BBM bersubsidi di Indonesia 3. Menganalisis respon dari IHK dan IHPB terhadap shock perubahan harga BBM bersubsidi. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah pusat sebagai bahan rekomendasi dalam menentukan kebijakan yang akan diambil 2. Bagi masyarakat umum maupun akademisi sebagai sumber informasi mengenai pengaruh kebijakan perubahan harga BBM bersubsidi terhadap IHK dan IHPB 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini ditulis dalam empat bab dengan rincian sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan

12 Bagian ini terdiri dari latar belakang dan rumusan masalah, selain itu, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keterbatasan penelitian, dan sistematika penelitian. 2. Bab II Landasan Teori dan Metodologi Bagian ini merupakan tinjauan pustaka dan tinjauan empiris, studi empiris terdahulu, model, hipotesis, dan alat analisis 3. Bab III Analisis dan Pembahasan Bagian ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Dalam bab ini dijelaskan mengenai hasil penelitian yang didapat melalui prosedur penelitian dan data yang sesuai. 4. Bab IV Kesimpulan dan Saran Bagian ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang di dapatkan.