BAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009, namun rakyat Indonesia masih mempercayakan kepemimpinan negeri ini lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari Kemenangan yang diraih Susilo Bambang Yudhoyono bersama pasangannya Boediono dalam Pemilu Selama kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono kebijakan yang paling kontroversial dan menuai banyak protes dari banyak kalangan terutama mahasiswa sampai melakukan demonstrasi pada saat itu adalah kebijakannya menaikkan BBM sampai 100%. Krisis multi dimensional yang berawal pada tahun 1997, disusul dengan carut marutnya perekonomian Indonesia pasca runtuhnya rezim orde baru telah menyebabkan sebagian besar masyarakat Indonesia jatuh dalam lingkaran kemiskinan. Kelompok-kelompok masyarakat ekonomi lemah bahkan terpuruk di bawah garis kemiskinan yang kronis. Penduduk miskin yang semula berjumlah 34,91 juta (BPS, 1999) meningkat pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen), Ditambah lagi melambungnya harga BBM membuat semakin banyak orang terjerat dalam lingkaran kemiskinan. ( diakses tanggal 25 september 2009) Kebijakan menaikkan harga BBM dikeluarkan karena kenaikan harga minyak di pasar dunia yang telah menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian pada banyak negara termasuk Indonesia. Sekalipun Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber minyak bumi yang cukup berlimpah

2 namun sebagai anggota OPEC menimbulkan konsekuensi terhadap Pemerintah untuk menaikkan harga jual minyak ke luar negeri maupun dalam negeri. Keputusan menaikkan harga BBM dalam negeri diambil karena biaya subsidi BBM dalam negeri meningkat sangat pesat dengan naiknya harga minyak mentah dunia yang akhir-akhir ini mencapai di atas US$ 120 per barel. Jika tidak dilakukannya penyesuaian harga BBM dalam negeri, APBN yang merupakan salah satu pilar perekonomian menjadi tidak berkelanjutan. Hal ini menyebabkan runtuhnya kepercayaan pasar yang pada gilirannya berakibat pada merosotnya perekonomian nasional ( tanggal 30 September 2009, pukul 21:00) Subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh kelompok berpendapatan menengah dan atas. 20% masyarakat kelompok terkaya menikmati hampir 50% subsidi BBM. Sementara 20% masyarakat termiskin hanya menikmati 5,15% subsidi BBM, Selain itu dengan semakin besarnya subsidi BBM mengakibatkan berbagai program untuk masyarakat miskin menjadi tidak mungkin dilaksanakan (Prasetyo, 2005 :39). Masyarakat miskin (rumah tangga) tentu saja adalah kelompok yang paling merasakan beban berat akibat kenaikan bahan bakar minyak. Meningkatnya biaya untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan atau kemampuan daya beli menyebabkan masyarakat semakin terpuruk dalam kondisi yang miskin dan menjerat. Kerentanan terhadap gejolak ekonomi dan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat merupakan permasalahan yang sudah terjadi sejak lama di Indonesia dan semakin berlarut-larut dengan adanya kenaikan harga BBM. Dan

3 kenyataan ini membuat semakin tingginya tingkat kemiskinan di negeri ini banyak rakyat semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena kenaikan BBM tidak hanya terkait dengan kenaikan BBM itu sendiri tetapi juga terkait dengan penggunaan BBM dan transportasi. Pemerintah berupaya mengambil langkah antisipatif untuk mengatasi agar rakyat miskin mampu bertahan ketika kenaikan harga BBM. Pemerintah mengambil kebijakan program kompensasi jangka pendek, dan pemerintah bertekad untuk mempertahankan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan rendah terutama masyarakat miskin melalui program kompensasi yang berupa 1. Program kemiskinan yang bersifat jangka panjang seperti PNPM, program keluarga harapan, program JAMKESNAS, program penyediaan beasiswa, program pelayanan KB bagi PUS, Program KUR dan program lain yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. 2. Program Kompensasi jangka pendek yaitu program Bantuan Langsung Tunai (BLT), perluasan program raskin, program penjualan minyak goreng bersubsidi dan program pasar beras murah untuk buruh, PNS Gol I/II, tenaga honorer serta Tamtama TNI/Polri ( bantuan langsung tunai untuk rumah tangga sasaran, diakses tanggal 30 september 2009, pukul 22:00). BLT adalah Program jangka pendek dan bersifat sementara, diarahkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan ketergantungan serta tidak mendorong menguatnya culture of poverty. Besarnya BLT adalah Rp per

4 bulan per rumah tangga sasaran. Bentuk uang tunai diberikan untuk mencegah turunnya daya beli masyarakat miskin yang disebabkan oleh naiknya harga BBM. BLT disalurkan bagi masyarakat miskin yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. BLT diberikan 1 kali dalam 3 bulan dan BLT telah disalurkan sejak tahun 2005 dan kemudian tahun Selama tahun 2008 BLT disalurkan selama 2 periode, Juni-Agustus, BLT telah disalurkan kepada 18,83 juta rumah tangga atau 99,02% dari seluruh RTS (Rumah Tangga Sasaran). Provinsi dengan penyaluran tertinggi adalah Jawa Tengah sebesar 99,87%. Provinsi dengan penyaluran terendah adalah Kalimantan Tengah sebesar 83,53%. Sedangkan penyaluran BLT tahap kedua untuk periode September-Desember, BLT telah disalurkan kepada 18,78 juta rumah tangga atau 98,74% dari seluruh RTS. Provinsi dengan penyaluran tertinggi adalah Jawa Tengah sebesar 99,72%. Provinsi dengan penyaluran terendah adalah Kalimantan Tengah sebesar 83,32%.( tgl 10 september 2009) Dari hasil Evaluasi BAPPENAS Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2008 menyebut, sebanyak 35,1% penerima BLT dari sekitar 18,8 juta rumah tangga sasaran (RTS) naik kelas dari sebelumnya kategori miskin menjadi kategori tidak miskin. Itu berarti, tujuan Program BLT untuk mempertahankan daya beli masyarakat miskin sejak Pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai akhir Mei 2008 lalu ada hasil, yaitu dampak positif dari pemberian BLT pada tingkat kesejahteraan rumah tangga miskin (

5 Dalam kenyataannya selalu ada dampak positif dan negatif dari sebuah program begitu juga dengan BLT ini sendiri. Dampak positifnya adalah, dengan BLT, kenaikan biaya hidup yang diakibatkan oleh kenaikan BBM secara langsung maupun dampak kenaikan harga kebutuhan pokok akibat kenaikan BBM, akan sedikit tertutupi dengan adanya dana cuma-cuma yang diberikan oleh pemerintah. Akan tetapi disisi yang lain kebijakan BLT ini memiliki dampak negatif yakni kebijakan ini akan berdampak negatif pada perilaku dan karakter masyarakat. Kebijakan ini sangat riskan menciptakan karakter masyarakat yang selalu dimanja dan menjadi bangsa peminta-minta (Siraithttp://robbyalexandersirait.wordpress.com/2008/06/04/kebijakanblt/diakses tanggal 10 september 2009 Hadirnya BLT dipertanyakan efisein dan efektivitasnya bagi masyarakat miskin sebagai sasaran utama dari pemberian BLT ini. Hadirnya BLT ini menuai banyak protes dari masyarakat, mahasiswa, tokoh-tokoh masyarakat dan pengamat ekonomi. Banyak yang menilai bahwa hadirnya BLT menimbulkan banyak masalah nantinya. Kontroversi bermunculan dimana-mana, mulai dari anggapan bahwa pemerintah salah mengambil langkah dalam mengatasi kenaikan BBM bagi masyarakat tergolong miskin. ( tanggal 14 September 2009) Pelaksanaan BLT banyak yang mengalami kekurangan dan kejanggalan. Masalah yang muncul adalah mekanisme komplain atas sejumlah pelanggaran juga tidak disediakan sehingga masyarakat tidak bisa mengadukan permasalahannya selain pada aparat desa yang sangat terbatas

6 kewenangannya. Sejak diumumkannya program penyaluran BLT tahun 2008, pertengahan Mei 2008 lalu, pemerintah juga belum melakukan langkah-langkah yang cukup strategis sebagai pembelajaran dari pengalaman BLT sebelumnya. Hal teknis yang paling mendasar yaitu tentang ketidakvalidan pendataan bahkan hanya disiasati dengan menambahkan jumlah angka kemiskinan berdasarkan besaran presentase penambahan angka kemiskinan sebesar 14,8 % ( diakses tanggal 21 Oktober 2009) Sehingga BLT yang akan diberikan pada jumlah 19,1 juta (RTM) di seluruh Indonesia Untuk penyaluran BLT pada 2008, Pemerintah telah mengalokasikan sekitar Rp14,1 triliun yang terdiri atas BLT itu sendiri sekitar Rp13,37 triliun dan sisanya sekitar Rp 806 miliar untuk dana operasional pendukung BLT. Atas kritisi masyarakat tentang ketidaksiapan pendataan tersebut, Menteri Sosial, Bachtiar Chamsyah mengatakan pendataan tetap dilakukan di tingkat masyarakat yang dilimpahkan kepada kepala desa. Sejumlah aparat desa menolak BLT karena takut menjadi sasaran amuk massa. Potensi konflik ini sudah di depan mata tapi tidak ada antisipasi untuk menyelesaikannya. Kekhawatiran mendasar adalah pengulangan dampak yang akan ditimbulkan yaitu konflik sosial di antara anggota masyarakat. Masalah lain dalam pelaksanaanya adalah Selain kontroversial, dari segi mendidik kemandirian atau tidak, pelaksanaan program BLT itu juga tidak berjalan mulus. Bukan hanya karena dananya ada yang tidak utuh sampai ke tangan warga miskin, juga telah memakan korban jiwa karena kelelahan atau terinjak-injak saat mengantri. Pada saat akan mencairkan BLT di kantor pos, kendala yang banyak ditemui adalah banyaknya Kepala RTS yang mengaku

7 kesulitan untuk menunjukkan bukti diri. Selain itu pengambilan BLT juga tidak dapat diwakilkan, ketertiban dalam pengambilan BLT yang kurang sehingga harus berdesak-desakan, jauhnya jarak rumah tinggal dengan kantor pos terdekat serta biaya transpor yang tinggi ( diakses tanggal 10 Oktober 2009). Penyaluran BLT dari PT Pos kepada RTS dilakukan tanpa terjadi pemotongan. Namun, masih terdapat berbagai pungutan dan pengaturan atas penggunaan BLT, diantaranya diminta untuk menyumbangkan sebagian uangnya untuk rumah tangga lain yang dianggap miskin tetapi tidak mendapat BLT, untuk membuat tanda bukti diri, untuk mengisi kas desa bahkan diminta oleh aparat. Kebijakan BLT hanya merupakan kebijakan yang hanya memberikan ikan bukan kail kepada masyarakat miskin. Selain itu masalah lain adanya dugaan penyelewengan dana BLT itu sendiri. Selain itu masalah yang bermunculan adalah ketika pendataan masyarakat yang miskin yang dilakukan BPS, ternyata kenyataanya dilapangan BPS menggunakan data yang lama, bukan yang terbaru. Dan hal ini menjadi masalah pada penyaluran BLT karena ada yang memang tergolong sudah mampu tetapi mendapatkan BLT ( diakses tanggal 10 Oktober 2009). Walaupun Protes bermunculan dari berbagai pihak dan kalangan, tetapi hal ini tidak mengurangi niat pemerintah untuk menyalurkan program BLT.untuk setiap tahunnya sampai tahun 2008 Pemerintah sudah menyalurkan BLT 2 periode di seluruh Provinsi di wilayah NKRI dan salah satunya adalah Tapanuli Tengah. Di Tapanuli Tengah sendiri BLT tahun 2008 disalurkan dan jumlah penerima untuk wilayah Tapteng sebanyak orang. Terlepas dari kontroversi yang

8 bermunculan di Tapanuli Tengah Penyaluran BLT tetap berjalan meski pun masih harus dilihat bagaimana sebenarnya dampaknya secara langsung dan pelaksanaannya yang dilakukan oleh Pemerintah, melihat bahwa BLT ini tidak hanya hadirnya saja menuai banyak protes tetap juga sampai ke pelaksanaan yang memakan korban jiwa karena berdesak-desakan dalam antrian untuk mendapatkan BLT tersebut, Selain itu adanya dugaan keterlambatan penyaluran dan salah sasaran ( diakses tanggal 21 Oktober 2009). Pelaksanaan BLT tersebut bagaimanapun juga adalah upaya pemerintah dalam usaha mensejahterakan rakyatnya yang tertuang dalam UUD banyak yang meragukan keefektifan program ini, kontroversi bermunculan dari berbagai kalangan masyarakat, pemerintah daerah, mahasiswa dan tokoh-tokoh masyarakat baik nasional maupun daerah tetapi kita perlu bukti yang nyata untuk membuktikan bahwa suatu program itu layak atau tidak layak untuk diteruskan pada tahap selanjutnya. Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan karya ilmiah dengan judul penelitian Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Pandan, Kecamatan Pandan Tapanuli Tengah.

9 1.2 Perumusan Masalah Dengan berorientasi pada uraian yang terdapat pada latar belakang terdahulu dan judul yang telah dirumuskan, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan program BLT tahun di Kelurahan Pandan, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Pandan, Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian, diharapkan agar hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi penulis sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai yang dilakukan Pemerintah. 2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap masalah Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai.

10 3. Memberikan masukan dalam pelaksanaan program yang akan datang dan tindakan koreksi bagi Pemerintahan Indonesia. 1.4 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional BAB III : METODE PENELITIAN Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, sumber informasi data (informan), teknik pengumpulan data serta teknik analisis data BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Berisi tentang sejarah geografis dan gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang diteliti. BAB V : ANALISIS DATA Berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya. BAB VI : PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009, namun rakyat Indonesia masih mempercayakan kepemimpinan negeri ini lima tahun kedepan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Krisis moneter yang berlangsung di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memporakporandakan seluruh aspek kehidupan bangsa terutama sendi-sendi perekonomian nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini kemiskinan merupakan masalah yang banyak terjadi di masyarakat. Kemiskinan yang terjadi saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah. Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah. Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah berlangsung sejak lama, baik pada jaman pemerintahan masa Orde Lama, masa Orde Baru, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap

Lebih terperinci

APBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI

APBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI APBN 2008 dan Program Kompensasi Freddy H. Tulung Dirjen SKDI 1 Filosofi Kebijakan Pemerintah Kebijakan yang populer belum tentu benar, kebijakan yg benar tidak selamanya populer Ekonomi negara harus dikelola

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kenaikan harga minyak mentah dunia berimbas kepada meningkatnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia. Walaupun sumber daya migas di Indonesia cukup berlimpah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk mewujudkan tujuan Nasional dan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan sprituil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis

KATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-nya, shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan gagasan tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi permasalahan utama di sejumlah daerah di Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan kemiskinan nampaknya juga akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah pembangunan diberbagai bidang yang ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak berdayaan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari

Lebih terperinci

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012 1. Pendahuluan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012 Pemerintah akan mengalokasikan dana tunai sebesar Rp 25,6 triliun kepada 18,5 juta keluarga miskin atau 74 juta jiwa sebagai kompensasi

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian, Subsidi BBM, dan Evaluasi Program BLT

Perkembangan Perekonomian, Subsidi BBM, dan Evaluasi Program BLT Perkembangan Perekonomian, Subsidi BBM, dan Evaluasi Program BLT Pertemuan Koordinasi Tingkat Nasional Pelaksanaan Program BLT 2008 Departemen Sosial Cikampek, 4 Juni 2008 DISTRIBUSI PENGGUNAAN SUBSIDI

Lebih terperinci

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya. EdisiBukuSaku Bersama-samaSelamatkanUangRakyat Disusunoleh: Tim SosialisasiPenyesuaianSubsidi BahanBakarMinyak JokoSulistyo(TataLetak) Komikoleh: @irfanamalee(creativedirector) ZahraSafirah(Naskah) Isnaeni(Ilustrator)

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Untuk kelancaran pelaksanaan program pemberian

Lebih terperinci

Drs. AYIP MUFLICH, SH,M.Si

Drs. AYIP MUFLICH, SH,M.Si Drs. AYIP MUFLICH, SH,M.Si DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, DEPDAGRI Pelaksanaan Rapat Koordinasi Tingkat Nasional Program BLT untuk RTS Tahun 2008 Purwakarta, 04 Juni 2008 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Untuk kelancaran pelaksanaan program pemberian

Lebih terperinci

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Banyak orang menilai, keputusan

Lebih terperinci

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Banyak orang menilai, keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang tertuang dalam alinea ke empat Undang-Undang

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Cecep Winata FEB Fakultas Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Periode Reformasi Masa Orde Baru Orde Reformasi -Sejarah Perekonomian

Lebih terperinci

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya Edisi Tanya Jawab Bersama-sama Selamatkan Uang Bangsa Disusun oleh: Tim Sosialisasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak Sampul Depan oleh: Joko Sulistyo & @irfanamalee dkk. Ilustrator oleh: Benny Rachmadi

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN

STUDI KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1 STUDI KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN Evaluasi Program BLSM (Bantuan Langsung Sementara) DISUSUN OLEH : 1. BASNITA 2. HERIANI WAILID 3. MARLINA KOSIM 4. NUR KHIKMAH 5. RASTITI WIGATI 6. TEDDY 7. AFPRI MELYANA

Lebih terperinci

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014 BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014 bintangsatria.wordpres.com Tahun 2012 ini pemerintah kembali bagi-bagi uang. Dana disediakan sebesar Rp1,8 triliun untuk 1,5 juta keluarga miskin.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN TENTANG KENAIKAN 10JAWABAN HARGA BBM BERSUBSIDI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JAKARTA 2012 2 10 JAWABAN TENTANG KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JAKARTA

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI UNTUK RUMAH TANGGA SASARAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI UNTUK RUMAH TANGGA SASARAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI UNTUK RUMAH TANGGA SASARAN PRESIDEN, Untuk kelancaran pelaksanaan program pemberian bantuan langsung tunai kepada

Lebih terperinci

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti. Pengantar: Pemerintah kembali akan menaikkan harga BBM. Berbagai opsi dilempar ke masyarakat. Berbagai penolakan pun muncul. Kenaikan itu ditunda beberapa kali. Ada apa sebenarnya di balik rencana itu?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting dan berpengaruh terhadap kestabilan perekonomian di masyarakat. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang

Lebih terperinci

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi B O KS RIN G KA S A N EKS EKU TIF S U RV EI EF EKTIV ITA S B A N TU A N L A N G S U N G TU N A I (B L T) D I KO TA S EM A RA N G Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENANGANAN KEMISKINAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENANGANAN KEMISKINAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENANGANAN KEMISKINAN (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Kota Medan) OLEH: BIMBY HIDAYAT 040906059

Lebih terperinci

f f f i I. PENDAHULUAN

f f f i I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang kaya akan simiber daya alam di Indonesia. Produksi minyak bumi Provinsi Riau sekitar 50 persen dari total produksi minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah wajib menjamin kehidupan fakir miskin, anak-anak terlantar, mengembangkan sistem jaminan sosial,

Lebih terperinci

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL KANTOR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL Dr. Bambang Widianto Deputi Bidang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN MENINGKATKAN EFEKTIFITAS STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Hendri Saparini, Ph.D saparini@coreindonesia.org Diskusi Biro Analisa Anggaran - Setjen DPR RI Jakarta, 10 Juli 2014 Pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada 22 Juni 2013, pemerintah melakukan sebuah kebijakan yaitu menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kebijakan ini merupakan kenaikan harga BBM pertama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia.

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Energi memainkan peranan penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Remi (2008)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RASKIN OLEH KELUARGA MISKIN DI DUSUN PAKIS KIDUL, DESA PAKIS, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MAGELANG

PENGGUNAAN RASKIN OLEH KELUARGA MISKIN DI DUSUN PAKIS KIDUL, DESA PAKIS, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MAGELANG i PENGGUNAAN RASKIN OLEH KELUARGA MISKIN DI DUSUN PAKIS KIDUL, DESA PAKIS, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MAGELANG Disusun Oleh : V. Nunung Irmayanti 02127 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PROGRAM SIMPANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN BANGUNSARI, KECAMATAN DOLOPO, KABUPATEN MADIUN

ANALISIS DAMPAK PROGRAM SIMPANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN BANGUNSARI, KECAMATAN DOLOPO, KABUPATEN MADIUN ANALISIS DAMPAK PROGRAM SIMPANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN BANGUNSARI, KECAMATAN DOLOPO, KABUPATEN MADIUN 2014 Chandra Hakim Abstrak Penelitian ini didasarkan

Lebih terperinci

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Kajian Kebijakan BBM Bersubsidi Oleh: Uka Wikarya Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas it Indonesia Yayasan Institut Indonesia untuk Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah terpenting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Standar Kompetensi : 1. Menganalisis budaya politik di Indonesia Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik A. Pendahuluan Salah satu komponen yang

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012 TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012 Pada periode 1993-2011 telah terjadi 13 (tiga belas) kali perubahan harga bersubsidi bahan bakar minyak (bensin

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi I. PEMOHON 1. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) diwakili oleh Ir. H. Said Iqbal, M.E. dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai terjemahan istilah society merupakan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai terjemahan istilah society merupakan sekelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat sebagai terjemahan istilah society merupakan sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem di mana besar interaksi adalah antara individu-individu

Lebih terperinci

REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR

REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR SISTEMATIKA PAPARAN Kebijakan Pembangunan Indonesia Arah Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Target dan Realisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, satu sama lain seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masayarakat merupakan suatu permasalah yang sangat penting dan perlu perhatian khusus oleh pemerintah. Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

MAKALAH PENGARUH DAMPAK KENAIKAN BBM BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

MAKALAH PENGARUH DAMPAK KENAIKAN BBM BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA MAKALAH PENGARUH DAMPAK KENAIKAN BBM BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA DISUSUN OLEH : IRFANUL CHASAN N. R. (7311410010) MANAJEMEN, S1 2013 KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan bakar minyak yang biasa digunakan pada kendaraan bermotor adalah bensin dan solar. Bahan bakar minyak itu diambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN I. PEMOHON Mohamad Sabar Musman II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 47

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi perhatian pemerintah, terutama penanggulangan kemiskinan masyarakat pedesaan yang merupakan mayoritas penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dengan layak. Kemisikinan

I. PENDAHULUAN. individu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dengan layak. Kemisikinan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah yang sering muncul di tengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan secara umum adalah suatu ketidakmampuan individu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi I. PEMOHON 1. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) diwakili oleh Ir. H. Said Iqbal,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berkembang yang kemiskinannya masih merajalela. Padahal Indonesia sebagai negara yang melimpah kekayaan alamnya. Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah teori pembangunan memang diwarnai oleh sederetan upaya parsial

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah teori pembangunan memang diwarnai oleh sederetan upaya parsial BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejarah teori pembangunan memang diwarnai oleh sederetan upaya parsial untuk menerangkan penyebab kemiskinan sambil menawarkan resep penanggulangannya, meski

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah lama yang pada umumnya dihadapi hampir di semua negara-negara berkembang, terutama negara yang padat penduduknya seperti Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis keterkaitan..., Bhima 1 Nur Santiko, FE UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis keterkaitan..., Bhima 1 Nur Santiko, FE UI, 2009 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan bukan merupakan hal baru bagi perekonomian Indonesia. Tingginya tingkat subsidi yang diberikan pemerintah Indonesia kepada rakyat merupakan salah satu bantuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN soloraya.net Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat 15 Agustus 2014, menyatakan bahwa selain dialokasikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan kesejahteraan sosial yang sangat penting di Indonsia dan perlu mendapat prioritas untuk segera diatasi. Berdasarkan data Badan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi Modul ke: 04Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi S1 MANAJEMEN Sejarah Perkembangan Perekonomian Indonesia Periode Revormasi Krisis ekonomi di Indonesia Fundamental ekonomi nasional pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45 WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 836 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukanlah merupakan mereka yang tingkat kesejahteraannya tinggi. Mereka

I. PENDAHULUAN. bukanlah merupakan mereka yang tingkat kesejahteraannya tinggi. Mereka 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sebagian besar masyarakatnya bertopang pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Akan tetapi, petani Indonesia bukanlah

Lebih terperinci

Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak

Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Struktur Kalimat Pengantar, isu, masalah Besaran subsidi energi pada tahun anggaran 2014 mencapai 297,4 triliun. Angka tersebut didasarkan pada realisasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembangunan dilaksanakan melalui berbagai penyempurnaan, namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi. Ketimpangan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan yang baik merupakan kehendak manusia yang paling hakiki. Tiada satu pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang dijalaninya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan prioritas pembangunan nasional karena kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan multidimensi, kemiskinan tidak terbatas sekedar pada ketikdakmampuan

Lebih terperinci

Alokasi Dana Hasil Penghematan Subsidi BBM: Sebuah Catatan

Alokasi Dana Hasil Penghematan Subsidi BBM: Sebuah Catatan Alokasi Dana Hasil Penghematan Subsidi BBM: Sebuah Catatan 1. Pendahuluan Pemerintah mengusulkan kenaikan harga premium dan solar Rp 1.500 per liter, sehingga harga kedua jenis BBM bersubsidi itu akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan sosial yang sangat kompleks di Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun kemiskinan menjadi topik yang hangat untuk dibahas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. Sejak zaman kemerdekaan bangsa Indonesia sudah dihadapkan dengan permasalahan ini dan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan APBN 2013 memberikan alokasi yang cukup besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan APBN 2013 memberikan alokasi yang cukup besar terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan APBN 2013 memberikan alokasi yang cukup besar terhadap subsidi energi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) sekitar 193,8 Triliun atau 11,5 persen dialokasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar

Lebih terperinci