Judul : Pengaruh Work-Family Conflict dan Kelelahan Emosional terhadap Intention to Leave Karyawan Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Denpasar Selatan Nama : Putu Aris Praptadi NIM : 1206205036 ABSTRAK Intention to Leave adalah sebuah persepsi negatif yang terdapat di dalam pikiran seseorang yang timbul karena adanya ketidakpuasan dalam pekerjaan. Hal tersebut jika dibiarkan terus-menerus dapat memicu sebuah niat dan keyakinan dari seseorang untuk meninggalkan pekerjaannya. Intention to leave karyawan di organisasi memiliki pengaruh yang penting dalam kehidupan organisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari work-family conflict, kelelahan emosional terhadap intention to leave. Penelitian ini dilakukan pada karyawan perempuan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Denpasar Selatan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 41 orang, yakni mengambil keseluruhan populasi (sampel jenuh). Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dengan menggunakan skala Likert 5 poin untuk mengukur 10 item pertanyaan. Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel work-family conflict berpengaruh positif terhadap intention to leave karyawan pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Denpasar Selatan. Kelelahan emosional berpengaruh positif terhadap intention to leave karyawan pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Denpasar Selatan. Pemimpin masing-masing LPD sebaiknya menunjukkan rasa kepedulian dan memperlakukan karyawan perempuan dengan baik. Hal ini bertujuan agar tingkat intention to leave karyawan dapat berkurang dan dikelola dengan baik sehingga dapat mencegah timbulnya hal negative yang merugikan di dalam Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Kata kunci: work-family conflict, kelelahan emosional, intention to leave. i
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN ORISINALITAS... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 7 1.4 Kegunaan Penelitian... 7 1.4.1 Kegunaan Teoritis... 7 1.4.2 Kegunaan Praktis... 8 1.5 Sistematika Penulisan... 8 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep... 10 2.1.1 Conservation of Resource Theory... 10 2.1.2 Intention to Leave... 10 2.1.3 Variabel Yang Mempengaruhi Intention to Leave 13 2.1.4 Work-Family Conflict... 13 2.1.5 Kelelahan Emosional... 16 2.2 Model Penelitian... 19 2.3 Rumusan Hipotesis... 20 2.3.1 Pengaruh Work-Family Conflict Terhadap Intention to Leave... 20 2.3.2 Pengaruh Kelelahan Emosional Terhadap Intention to Leave... 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 22 3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian... 22 3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 23 3.4 Identifikasi Variabel... 23 3.5 Definisi Operasional Variabel... 23 3.5.1 Intention to Leave... 23 ii
3.5.2 Work-Family Conflict... 24 3.5.3 Kelelahan Emosional... 25 3.6 Metode Pengukuran Data... 25 3.7 Jenis dan Sumber Data... 26 3.7.1 Jenis Data... 26 3.7.2 Sumber data... 26 3.8 Populasi dan Responden Penelitian... 26 3.9 Metode Pengumpulan Data... 27 3.10 Uji Instrumen Penelitian... 27 3.10.1 Uji Validitas... 28 3.10.2 Uji Reliabilitas... 28 3.11 Teknik Analisis Data... 28 3.11.1 Analisis Statistik Deskriptif... 28 3.11.2 Analisis Statistik Infrensial... 28 3.11.3 Uji Asumsi Klasik 29 3.12 Uji Kelayakan Model (Uji F)... 30 3.13 Uji Hipotesis (T-Test)... 30 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lembaga Perkreditan Desa (LPD) 31 4.2 Karakteristik Responden... 32 4.3 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian... 34 4.3.1 Uji Validitas... 34 4.3.2 Uji Reliabilitas... 35 4.4 Analisis Statistik Deskriptif... 35 4.4.1 Work-Family Conflict... 36 4.4.2 Kelelahan Emosional... 37 4.4.3 Intention to Leave... 39 4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik... 40 4.5.1 Uji Normalitas... 40 4.5.2 Uji Multikoleniaritas... 40 4.5.3 Uji Heteroskedastisitas... 41 4.6 Analisis Regresi Linier Berganda... 42 4.7 Uji F (Uji Kelayakan Model)... 43 4.8 Pengujian Hipotesis... 44 4.9 Pembahasan Hasil Penelitian... 45 4.9.1 Pengaruh Work-Family Conflict Terhadap Intention to Leave... 45 4.9.2 Pengaruh Kelelahan Emosional Terhadap Intention to Leave... 45 4.10 Implikasi Hasil Penelitian... 46 4.11 Keterbatasan Penelitian... 47 iii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 48 5.2 Saran... 48 DAFTAR RUJUKAN... 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 56 iv
DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 4.1 Karakteristik Responden... 33 4.2 Hasil Uji Validitas... 34 4.3 Hasil Uji Reliabilitas... 35 4.4 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Work-Family Conflict... 36 4.5 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Kelelahan Emosional... 38 4.6 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Intention to Leave... 39 4.7 Hasil Uji Normalitas... 40 4.8 Hasil Uji Multikoleniaritas... 41 4.9 Hasil Uji Heteroskedasitas... 42 4.10 Hasil Uji Regresi Linier Berganda... 42 v
DAFTAR GAMBAR No Gambar Halaman 2.2 Model Konseptual Penelitian... 19 vi
DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran Halaman 1 Kuesioner Penelitian... 56 2 Hasil Tabulasi Data... 60 3 Hasil Uji Validitas... 62 4 Hasil Uji Reliabilitas... 64 5 Hasil Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 67 6 Hasil Regresi Linier Berganda... 72 vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak perusahaaan menyadari bahwa sumber daya manusia merupakan sumber daya yang penting, karena melalui sumber daya manusia yang menyebabkan sumber daya lain dalam perusahaan dapat berfungsi atau dijalankan (Rivai dan Sagala, 2011:14). Permasalahan yang hampir sering dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya manusia ialah mempertahankan sumber daya potensial yang dimiliki agar tidak meninggalkan organisasi (Handoko, 2001). Tingginya tingkat Intention to leave pada perusahaan menyebabkan semakin banyak menimbulkan berbagai potensi biaya, baik itu biaya pengembangan karir yang sudah diinvestasikan pada karyawan, tingkat kompetensi yang mesti dikorbankan, maupun biaya rekrutmen dan pelatihan kembali (Suwandi dan Indriantoro 1999). Dalam beberapa kasus tertentu, Intention to leave memang diperlukan oleh perusahaan terutama terhadap karyawan dengan kinerja rendah (Hollenbeck dan Williams 1986). Menurut Mobley (1977) Intention to leave karyawan di organisasi memiliki pengaruh yang penting dalam kehidupan organisasi, satu sisi pergantian karyawan berdampak positif yang akan mempengaruhi hasil dari kinerja, namun di sisi lain sebagian besar viii
karyawan yang berhenti ataupun berpindah membawa pengaruh yang kurang baik terhadap organisasi, baik dari segi biaya maupun dari segi hilangnya waktu dan kesempatan untuk memanfaatkan peluang. Hal tersebut sejalan dengan apa yang ditemukan dimana beberapa karyawan berfikir dan berencana untuk berhenti dari pekerjaannya dan selanjutnya mencari alternative pekerjaan lain, dimana hal tersebut dapat merugikan perusahaan dengan berbagai macam masalah yang ditimbulkan oleh adanya intention to leave dari karyawan. Dari obeservasi yang dilakukan di lapangan, ditemukan adanya gejala-gejala intention to leave yang dialami oleh karyawan perempuan di LPD. Menurut Ni Nyoman Margiani yang bekerja di LPD Sesetan merasa bahwa ia lelah secara mental dikarenakan tuntutan dari pekerjaannya dan berfikir untuk meninggalkan LPD. Ni Wayan Candri dari LPD Pedungan juga menuturkan ia lelah secara fisik dalam menjalankan tuntutan dari pekerjaannya. Sedangkan Ni Ketut Siti dan Ni ketut Suartini merasa tuntutan kerja dari LPD mengurangi waktu mereka dalam menjalankan peran dalam keluarga (sebagai ibu rumah tangga). Dari pendapat para responden diatas dapat menyatakan bahwa karyawan-karyawan tersebut mengalami indikasi gejala intention to leave. Salah satu penyebab tingginya tingkat intention to leave perusahaan adalah work-family conflict. Dalam hal ini, ditemukan khususnya karyawan perempuan mengalami suatu konflik peran dikarenakan adanya dua peran yang saling bertentangan (peran ganda), dimana mereka merasa bahwa tuntutan dari salah satu peran tersebut dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan dari peran yang lain. Dimana hal ix
tersebut dapat mempengaruhi kinerja karyawan pada peran lainnya yang berimbas pada adanya masalah yang menyebabkan meningkatnya intention to leave dari karyawan tersebut. Penemuan tersebut berbanding lurus dengan dukungan penelitian para ahli dimana satu penelitian menunjukkan bahwa work-family conflict telah berkorelasi positif dengan intention to leave untuk sampel guru, administrator, karyawan garis depan dan tenaga penjualan (Netemeyer et al., 1996). Penelitian lain menunjukkan bahwa work-family conflict telah meningkatkan keinginan berpindah tenaga penjualan di AS, Puerto Rico, dan Rumania (Netemeyer et al., 2004). Work-family conflict timbul saat seseorang yang melakukan perannya dalam suatu pekerjaan mengalami kesulitan melakukan perannya dalam keluarga maupun sebaliknya (Latifah dan Rohman, 2014). Work-family conflict bisa timbul dari tuntutan waktu yang sulit sehingga dapat menyebabkan stress. Stres berasal dari satu peran yang spills over ke peran lain kemudian mengganggu kualitas hidup, dan perilaku yang tepat dalam satu domain tetapi dianggap tidak tepat di domain lainnya (Aslam et al., 2011). Work-family conflict telah mendapat perhatian besar dari akademisi dan peneliti, karena hal ini mempengaruhi kegiatan kerja dan masalah keluarga (Adams et al., 1996). Oleh karena itu work-family conflict tidak hanya menciptakan masalah bagi kehidupan kerja tapi mempengaruhi kehidupan pribadi (Burke et al., 1980). Selain work-family conflict, ada bukti bahwa karyawan rentan terhadap kelelahan emosional (Ledgerwood et al., 1998), yang merupakan salah satu komponen dari burnout. Maslach dan Jackson (1981) yang mengembangkan Burnout Inventory, x
mengklaim bahwa burnout adalah suatu hal yang dapat membangun multi dimensi yang terdiri dari tiga komponen yang berbeda, komponen yang di maksud adalah kelelahan emosional, depersonalisasi, dan berkurangnya prestasi pribadi. Mereka mendefinisikan burnout sebagai '' sindrom kelelahan emosional dan sinisme yang sering terjadi antara individu-individu yang melakukan pekerjaan (Maslach dan Jackson, 1981). Banyak peneliti telah sepakat bahwa kelelahan emosional adalah tahap pertama dari 'sindrom burnout' (Gaines dan Jermier, 1983). Menurut Jourdain dan Chenevert (2010) kelelahan emosional memiliki hubungan langsung dengan intention to leave melalui keluhan psikosomatik dan komitmen profesional di antara perawat. Firth et al., (2004) dalam penelitiannya dengan objek pramuniaga menemukan bahwa kelelahan emosional dan stress selain berpengaruh signifikan pada kepuasan kerja juga berpengaruh besar secara langsung terhadap Intention to leave pada seseorang. Sebuah meta-analisis oleh Mor Barak et al., (2001) tentang hubungan antara variabel demografi menemukan bahwa burnout, stress, ketidakpuasan kerja dan kelelahan emosional adalah predictor terkuat intention to leave. Sejalan dengan hasil penelitian di atas dalam hal ini juga temukan bahwa karyawan yang mengalami kelelahan emosional yang berupa kelelahan fisik, emosi, dan mental yang disebabkan oleh tuntutan pekerjaan meningkatkan intention to leave karyawan. Pada akhirnya, studi yang membujur telah menunjukkan bahwa kelelahan emosional secara signifikan berhubungan dengan intention to leave (Wright dan Cropanzano, 1998). xi
Teori conservation of resource (COR) menunjukkan, individu mengalami kelelahan emosional ketika mereka kehilangan sumber daya (misalnya, waktu, uang, dan pengetahuan) saat menangani kesulitan yang berasal dari peran pekerjaan dan keluarga (Hobfoll, 1989). Work-family conflict dan kelelahan emosional cenderung memberi efek merugikan pada hasil pekerjaan karyawan seperti kepuasan kerja, komitmen organisasi afektif, dan intention to leave (Karatepe dan Uludag, 2007). Gagasan ini konsisten dengan teori conservation of resource (COR) secara khusus, teori COR menetapkan kerangka kerja untuk dampak work-family conflict dan motivasi intrinsik pada kelelahan emosional dan dampak dari work-family conflict dan kelelahan emosional pada atas hasil pekerjaan (Grandey dan Cropanzano, 1999). Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007, Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan badan usaha keuangan milik desa yang melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa dan untuk krama desa. LPD merupakan salah satu unsur kelembagaan Desa Pakraman yang menjalankan fungsi keuangan Desa Pakraman untuk mengelola potensi keuangan Desa Pakraman. Lembaga ini sangat berpotensi dan telah terbukti dalam memajukan kesejahteraan masyarakat desa dan memenuhi kepentingan desa itu sendiri, khususnya LPD Desa Pakraman Sesetan, LPD Desa Pakraman Pedungan, LPD Desa Pakraman Pemogan dan LPD Desa Pakraman Kepaon. LPD dalam hal ini memberikan tambahan jam kerja kepada karyawan, yang menyebabkan karyawan tidak mampu untuk menjalankan peran lainnya dikarenakan xii
salah satu peran dapat mengurangi waktu untuk peran lainnya, seperti waktu bersama keluarga. Hal tersebut dapat memicu niat dari karyawan untuk meninggalkan organisasi, dengan harapan karyawan mendapatkan peran yang lebih baik di pekerjaan lainnya. Selain faktor penambahan jam kerja, faktor mental seperti kelelahan yang berupa kecemasan dan menurunnya fungsi intelektual dapat mengakibatkan menurunnya kreatifitas seorang karyawan. Hal tersebut dikarenakan organisasi kurang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memberikan ide-ide mereka dalam kegiatan organisasi dan tuntutan kerja yang tinggi dari organisasi. Setiap organisasi yang ingin menjaga karyawannya tetap bertahan seharusnya mampu untuk memberikan keringanan jam kerja kepada karyawan dan memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan organisasi, oleh karena karyawan merupakan aset yang penting bagi sebuah perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh work-family conflict dan kelelahan emosional terhadap intention to leave karyawan pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Denpasar Selatan. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah sesuai dengan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh work-family conflict terhadap intention to leave karyawan pada lembaga perkreditan desa di Denpasar Selatan? xiii
2) Bagaimana pengaruh kelelahan emosional terhadap intention to leave karyawan pada lembaga perkreditan desa di Denpasar Selatan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan spesifik sesuai dengan rumusan masalah, antara lain: 1) Untuk menganalisis pengaruh work-family conflict terhadap intention to leave karyawan pada lembaga perkreditan desa di Denpasar Selatan. 2) Untuk menganalisis pengaruh kelelahan emosional terhadap intention to leave karyawan pada lembaga perkreditan desa di Denpasar Selatan. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini secara langsung maupun tidak langsung terhadap pihak-pihak yang terkait, antara lain: 1.4.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lanjutan mengenai subjek atau objek yang terkait di dalam penelitian ini serta mampu menjadi referensi tambahan bagi pengembangan penelitian ke depannya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam pendalaman teori-teori yang berhubungan dengan ilmu manajemen sumber daya manusia. Peneliti juga dapat belajar lebih banyak mengenai fakta-fakta dan isu-isu yang terjadi di lingkungan kerja saat ini. 1.4.2 Kegunaan Praktis xiv
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, dan pemahaman mengenai pengaruh work-family conflict, kelelahan emosional dan intention to leave, serta menyumbangkan pemikiran bagi perusahaan dalam menentukan kebijakannya khususnya dalam pengelolaan sumber daya manusianya. 2) Penelitian diharapkan menjadi referensi bagi lembaga perkreditan desa (LPD) sebagai bahan pertimbangan evaluasi kinerja. Diharapkan penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran bagi (LPD) dalam menentukan kebijakannya khususnya dalam pengelolaan sumber daya manusia. 1.5 Sistematika Penelitian Usulan penelitian ini terdiri dari tiga bab dimana ketiga bab tersebut saling berkaitan. Gambaran umum mengenai isi dari masing-masing bab antara lain sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan tentang kajian pustaka dan teori-teori yang relevan mengenai penelitian ini yang meliputi Work-Family Conflict, Kelelahan xv
Emosional, Intention to Leave dan memaparkan tentang rumusan hipotesis. BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data, sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, uji asumsi klasik dan teknik analisis data. BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini berisi mengenai gambaran umum lokasi penelitian, maupun deskripsi dari masing-masing variabel penelitian, serta pembahasan yang mengacu pada pokok permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini. BAB V Simpulan dan Saran Bab ini berisi mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian, serta saran yang sesuai dengan simpulan atau hasil pembahasan. xvi